Oleh:
Dita Ayuhana
1930015
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Gawat Darurat yang dilaksanakan pada tanggal 15
Oktober 2019- 19 Oktober 2019, yang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(................................) (................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang ditampilkan, terjadi
peningkatan baik frekuensi, lama nyeri dada dan tidak dapat di atasi dengan
pemberian nitrat, yang dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu
yang disertai Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi
karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak
stabil (Pusponegoro,2015).
Menurut American Heart Association (AHA) infark miokard tetap
menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia, Setiap
tahun diperkirakan785 ribu orang Amerika Serikat mengalami infark
miokard dan sekitar 470 ribu orang akan mengalami kekambuhan berulang,
setiap 25 detik diperkirakan terdapat 1 orang Amerika yang mati
dikarenakan Infark Miokard (AHA,2012).
Di Indonesia menurut Kemenkes (2013) prevalensi jantung koroner
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 %, dan
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi
jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah
(0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7
persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala
tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%),
Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%). Prevalensi penyakit
jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter atau
gejala, meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 % dan 3,6 % menurun sedikit pada
kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi penyakit jantung koroner yang
didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih
tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 PENGERTIAN
ST Elevasi miokard infark adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degenerative
maupun di pengaruhi oleh banyak factor dengan ditandai keluhan nyeri
dada,peningkatan enzim jantung dan st elevasi peda pemeriksaan EKG.
STEMI adalah cermin dari pembulu darah koroner tertentu yg tersumbat total
sehingga sehingga aliran darahnya benar benar terhenti ,otot jantung yg
dipengaruhi tidak dapat nutrisi oksigen dan mati.
STEMI terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner. Jika
tidak dilakukan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang
lebih jauh. Pada fase akut pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi
ventrikel atau takhikardi yang dapat menyebabkan kematian. Bantuan medis
harus segera dilakukan.
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran
darah ke otot jantung (Kapita Selekta : 437).
Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjangan (Corwin : 367).
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah korener
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan
krisis arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan
oleh syok atau perdarahan (KMB 2 : 788).
IMA dengan elevasi ST (ST elevation myocardial infarction =
STEMI) merupakan bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang
terdiri dari angina pectoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan
elevasi ST. STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah
ada sebelumnya (Sudoyo, 2006).
Lokasi infark miokard berdasarkan perubahan gambaran EKG
1. Atrium Kanan
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak
sebagian besar di belakang sternum. Darah memasuki atrium kanan
melalui :
· Vena cava superior pada ujung atasnya
· Vena cava inferior pada ujung bawahnya
· Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung
sendiri)
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak
pada bagian depan pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi
kiri atrium lubang atrioventrikular kanan membuka ke dalam
ventrikel kanan.
2. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk
sebagian besar sisi depan jantung. Valva atrioventricular dextra
(tricuspidalis) mengelilingi lubang atrioventrikular kanan, pada sisi
ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung lain, terbentuk dari selapis tipis
jaringan fibrosa yang ditutupi pada setiap sisinya oleh
endocardium.Katup trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup. Basis setiap
daun katup melekat pada tepi lubang. Tepi bebas setiap daun katup
melekat pada chordae tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan
kecil jaringan otot yang keluar dari myocardium dan menonjol ke dalam
ventrikel. Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada
ujung atas ventrikel dan dikelilingi oleh valva pulmonalis,terdiri dari tiga
daun katup semilunaris.
3. Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian
berlakang jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap
sisi, membawa darah dari paru. Atrium membuka ke bawah ke dalam
ventrikel kiri melalui lubang atrioventrikular. Auricula sinistra adalah
penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada sisi kiri pangkal aorta.
4. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan
belakang jantung. Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada
ventrikel kanan. Valva atrioventrikular sinistra (mitralis) mengelilingi
lubang atrioventrikular kiri pada bagian samping ventrikel, katup ini
memiliki dua daun katup mendapat nama yang sama dengan topi (mitre
uskup), tepinya melekat pada chordae tendineae, yang melekat pada
penonjolan kerucut myocardium dinding ventrikel. Lubang aorta
membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan dikelilingi oleh
ketiga daun katup aorta, sama dengan katup pulmonalis.
5. Myocardium
Myocardium membentuk bagian terbesar dinding jantung.
Myocardium tersusun dari serat – serat otot jantung, yang bersifat lurik
dan saling berhubungan satu sama lain oleh cabang – cabang muscular.
Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum saraf mencapainya, dan
terus berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak memperoleh inervasi.
6. Endocardium
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi
katup pada kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya
terdapat lapisan jaringan ikat, licin dan mengkilat.
7. Pericardium
Pericardium adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh
jantung. Pericardium merupakan kantong berlapis dua, kedua lapisan
saling bersentuhan dan saling meluncur satu sama lain dengan bantuan
cairan yang mereka sekresikan dan melembabkan permukaannya. Jumlah
cairan yang ada normal sekitar 20 ml. Pada dasar jantung (tempat
pembuluh darah besar, limfatik, dan saraf memasuki jantung) kedua
lapisan terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak di antara myocardium dan
lapisan pericardium di atasnya.
8. Arteria Coronaria
Kedua arteria coronaria, kanan dan kiri, menyuplai darah untuk
dinding jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat di atas katup aorta dan
berjalan ke bawah masing – masing pada permukaan sisi kanan dan kiri
jantung, memberikan cabang ke dalam untuk myocardium. Arteri ini
menyuplai masing – masing sisi jantung tetapi memiliki variasi
individual dan pada beberapa orang, arteria coronaria dextra menyuplai
sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki relatif sedikit anastomosis
antara arteria dextra dan sinistra.
2. 3 ETIOLOGI
1) Faktor penyebab :
a) Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang disebabkan oleh tiga
faktor:
Faktor pembuluh darah :
· Aterosklerosis
· Spasme
· Arteritis
Faktor sirkulasi:
· Hipotensi
· Stenosis aorta
· Insufisiensi
Faktor darah:
· Anemia
· Hipoksemia
· Polisitemia
b) Curah jantung yang meningkat:
· Aktivitas yang berlebihan
· Makan terlalu banyak
· Emosi
· Hipertiroidisme
c) Kebutuhan oksigen miokard meningkat, pada:
· Kerusakan miokard
· Hipertropimiokard
· Hipertensi diastolik
2) Faktor predisposisi
a) Faktor resiko biologis yang tidak dapat dirubah:
· Umur lebih dari 40 tahun
· . Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
· meningkat setelah menopause
· Hereditas
· Ras: insiden pada kulit hitam lebih tinggi
b) Faktor resiko yang dapat dirubah:
Mayor:
· Hipertensi
· Hiperlipidemia
· Obesitas
· Diabetes
· Merokok
· Diet: tinggi lemak jenuh, tinggi kalori
Minor:
· Kepribadian tipe A (agresif, ambisius, emosional, kompetitif)
· Stress psikologis berlebihan
· Inaktifitas fisik
2. 4 MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri :
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terusmenerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal
bawah dan abdomen bagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
Tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor.
2. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam
36-48 jam.
b. LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama
untuk kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang
terjadi kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan
adanya nekrosis.
2. 5 KOMPLIKASI
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami
infark dan non infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan
umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis
dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark
ventrikel kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari
ekspansi infark al ; slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal
dan hilangnya jaringan dalam zona nekrotik.
Selanjutnya, terjadi pula pemanjangan segmen noninfark,
mengakibatkan penipisan yang didisprosional dan elongasi zona infark.
Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada
apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan hemodinamik
yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih
buruk. Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat
dengan terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan
fraksi ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor
ACE harus diberikan.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan
mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda
klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi
jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti
paru.
3. Gagal jantung
4. Syok kardiogenik
5. Perluasan IM
6. Emboli sitemik/pilmonal
7. Perikardiatis
8. Ruptur
9. Ventrikrel
10. Otot papilar
11. Kelainan septal ventrikel
12. Disfungsi katup
13. Aneurisma ventrikel
14. Sindroma infark pascamiokardias
2. 6 PATOFISIOLOGI
Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi
arteri koroner yang disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas
congenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.
2. 7 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2. Monitor EKG
3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna ,makanan lunak/saring serta
rendah garam (bila gagal jantung).
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :
Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.
Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.
oksigen 2-4 liter/menit.
sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6. Syok kardiogenetik
Penatalaksana syok kardiogenetik:
Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda
syok diberikan norepinefrin.
Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok
diberikan dopamin dosis 5-15 ug/kgBB/menit.
Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda
syok diberikan dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.
Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG,
direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan elevasi ST atau
LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal untuk
revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok, kecuali
jika terdapat kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif.
7. Infark Ventrikel Kanan
Infark ventrikel kanan secari klinis menyebabkan tanda gejala
ventrikel kanan yang berat (distensi vena jugularis, tanda kussmaul s,
hepatomegali) atau tanda hipotensi. Penatalaksana infark ventrikel kanan:
Pertahankan preload ventrikel kanan.
Loading volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cairan jam I
selanjutnya 200ml/jam (terget atrium kanan >10 mmHg
(13,6cmH20).
Hindari penggunaan nitrat atau diuretik.
Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi. Pacu
jantung sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi simtomatik
yang tidak repon dengan atropin.
Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah
loading volume.
Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel
kiri.
Pompa balon intra-aortik.
Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin)
Penghambat ACE
Reporfusi
Obat trombolitik
Percutaneous coronari intervention (PCI) primer
Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan
penyakit multivesel).
8. Takikardia dan Vibrilasi Ventrikel
Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan vibrilasi
ventrikular dapat terjadi tampa tanda bahaya aridmia sebelumnya.
Penatalaksana Takikardia vebtrikel:
Takikardia vebtrikel (VT) polimorvik yang menetap (lebih dari 30
detik atau menyebabkan kolaps hemodinamik) harus diterapi
dengan DC shock unsynchoronizer menggunakan energi awal 200 j;
jika gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu
shock ketiga 360J.
Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti
dengan angina , edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg
) harus diretapi dengan shock synchoronized energi awal 100 J.
Energi dapat ditingkatkan jika dosis awal gagal.
Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik yang tidak disertani angina,
edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg) diterapi salah
satu regimen berikut:
1) Lidokain: bolus 1-1-5mh/kg. Bolius tambahan 0,5-0,75mg/kg
tiap 5-10 menit sampai dosis loding total maksimal 3 mg/kg.
Kemudian loading selanjutnya dengan infus 2-4 mg/ menit(30-
50 ug/lg/menit).
2) Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan
dosis pemeliharaan 1 mg/kg/jam.
3) Amiodaron: 150mg infus selama 5-10 menit atau 5 ml/kgBB 20-
60 menit, dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan
kemudian infus pemeliharaan 0,5 mg/menit.
4) Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J (
anestasi sebelumnya).
A. PENGERTIAN
Intervensi Koroner Perkutan (PCI), umumnya dikenal sebagai
angioplasti koroner atau hanya angioplasti, adalah salah satu prosedur
terapi digunakan untuk mengobati pulmonalis (menyempit) arteri koroner
dari jantung ditemukan pada penyakit jantung koroner. Segmen pulmonalis
disebabkan oleh penumpukan kolesterol sarat plak-yang terbentuk karena
aterosklerosis. PCI biasanya dilakukan oleh ahli jantung intervensi.
Istilah angioplasty balon biasa digunakan untuk menggambarkan
intervensi koroner perkutan, yang menggambarkan inflasi balon dalam arteri
koroner untuk menghancurkan plak ke dalam dinding arteri. Sementara
angioplasty balon masih dilakukan sebagai bagian dari hampir semua
intervensi koroner perkutan, jarang hanya menjadi satu satunya prosedur yang
dilakukan.
Kadang-kadang tabung mesh kecil, atau " stent ", dimasukan ke dalam
pembuluh darah atau arteri untuk menopang, pada metode perkutan.
Angioplasty dengan stenting adalah alternatif untuk operasi jantung untuk
beberapa bentuk penyakit arteri koroner non berat. Hal ini konsisten telah
terbukti mengurangi gejala akibat penyakit arteri koroner dan untuk
mengurangi iskemia jantung, namun belum berdampak dalam jumlah besar
percobaan untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit arteri koroner,
kecuali pada pasien yang sedang dirawat karena serangan jantung akut (juga
disebut angioplasti primer). Dalam kasus akut, pasti ada pengurangan kecil
dari kematian dengan bentuk pengobatan dibandingkan dengan terapi medis,
yang biasanya terdiri dari terapi trombolitik ("clot busting").
Intervensi koroner perkutan, dengan menggunakan balon, stent, dan /
atau atherectomy dapat mencapai bantuan yang efektif dari obstruksi arteri
koroner pada 90% sampai 95% dari pasien. Dalam persentase yang sangat
kecil, intervensi koroner perkutan tidak dapat dilakukan karena kesulitan
teknis. Kesulitan-kesulitan ini biasanya melibatkan ketidakmampuan untuk
lulus kawat panduan atau kateter balon di segmen arteri menyempit. Yang
serius komplikasi sebagian besar hasil intervensi koroner perkutan bila ada
penutupan tiba-tiba dari arteri koroner membesar dalam beberapa jam
pertama setelah prosedur. penutupan arteri koroner tiba-tiba terjadi pada 5%
pasien setelah angioplasti balon sederhana, dan bertanggung jawab untuk
sebagian besar komplikasi serius yang berkaitan dengan intervensi koroner
perkutan. penutupan tiba-tiba ini disebabkan oleh kombinasi robek (diseksi)
dari lapisan dalam arteri, pembekuan darah (trombosis) di lokasi balon, dan
penyempitan (kejang) atau mundur elastis dari arteri di situs balon.
Untuk membantu mencegah proses trombosis selama atau setelah
intervensi koroner perkutan, aspirin diberikan untuk mencegah trombosit dari
mengikuti dinding arteri dan merangsang pembentukan bekuan darah .
Heparin intravena atau analog sintetis dari bagian molekul heparin diberikan
untuk lebih mencegah penggumpalan darah, dan kombinasi dari nitrat dan
penghambat kalsium digunakan untuk meminimalkan kejang kapal. Individu
yang beresiko untuk terjadi oklusi tiba-tiba meliputi:
Perempuan,
Individu dengan angina tidak stabil
Individu yang memiliki serangan jantung.
Insiden oklusi mendadak setelah intervensi koroner perkutan telah
menurun secara dramatis dengan diperkenalkannya stent koroner, yang pada
dasarnya menghilangkan masalah aliran-membatasi pembedahan arteri, recoil
elastis, dan kejang. Penggunaan baru infus "aspirin super", yang mengubah
fungsi trombosit pada situs yang berbeda dari situs aspirin-penghambatan,
telah secara dramatis mengurangi insiden trombosis setelah angioplasti balon
dan stenting. Contoh dari agen-agen baru termasuk abciximab (ReoPro) dan
eptifibatide (Integrilin); agen ini merupakan kemajuan besar dalam
meningkatkan keamanan dan kemanjuran intervensi koroner perkutan pada
pasien tertentu.
Ketika prosedur ini arteri koroner tidak dapat "tetap terbuka" selama
intervensi koroner perkutan, bedah CABG darurat mungkin diperlukan.
Sebelum adanya stent dan strategi anti-trombotik maju, CABG darurat setelah
intervensi koroner perkutan gagal dibutuhkan di sebanyak 5% pasien. Di era
saat ini, kebutuhan untuk CABG muncul berikut intervensi koroner perkutan
kurang dari 1% sampai 2%;. Angka kematian keseluruhan Resiko intervensi
koroner perkutan berikut kurang dari satu persen risiko serangan jantung
setelah intervensi koroner perkutan resiko kematian hanya sekitar 1% sampai
2%. Tingkat risiko tergantung pada jumlah kapal yang sakit diobati, fungsi
dari otot jantung, dan usia dan kondisi klinis pasien.
Intervensi koroner perkutan dapat menghasilkan hasil yang sangat
baik pada pasien yang dipilih dengan cermat yang mungkin memiliki satu
atau lebih segmen arteri menyempit parah yang cocok untuk dilatasi balon,
stenting, atau atherectomy. Selama intervensi koroner perkutan, bius lokal
disuntikkan ke dalam kulit di atas arteri di paha atau lengan. Arteri ini adalah
menusuk dengan jarum dan selubung plastik dimasukkan ke arteri. Di bawah
bimbingan X-ray (fluoroscopy), tipis, tabung plastik yang panjang, yang
disebut kateter membimbing, maju melalui selubung dengan asal dari arteri
koroner aorta. Sebuah pewarna kontras yang mengandung yodium
disuntikkan melalui kateter pemandu sehingga sinar-X gambar arteri koroner
dapat diperoleh. Sebuah kawat panduan kecil diameter (0,014 inci) Thread
melalui penyempitan atau penyumbatan arteri koroner. Sebuah kateter balon
kemudian maju diatas kawat pemandu ke lokasi obstruksi. balon ini
kemudian meningkat selama sekitar satu menit, mengompresi plak dan
memperbesar pembukaan arteri koroner. Balon tekanan inflasi dapat
bervariasi mulai dari kecil sebagai satu atau dua atmosfer tekanan, untuk
sebanyak 20 atmosfer. Akhirnya, balon yang kempes dan dikeluarkan dari
tubuh.
Stent Intracoronary dikerahkan baik dengan cara-memperluas diri,
atau paling sering mereka dikirim lebih dari satu balon angioplasty
konvensional. Ketika balon mengembang, stent diperluas dan disebarkan, dan
balon akan dihapus. perangkat Atherectomy dimasukkan ke dalam arteri
koroner melalui kawat panduan standar angioplasty, dan kemudian diaktifkan
dalam mode yang berbeda-beda, tergantung pada perangkat yang dipilih.
CABG operasi dilakukan untuk meringankan angina dalam mereka
yang sakit tidak respon terhadap obat-obatan dan tidak dapat dilakukan untuk
angioplasti balon. CABG ini sebaiknya dilakukan pada pasien dengan
penyumbatan beberapa di beberapa lokasi, atau ketika penyumbatan berlokasi
di segmen arteri tertentu yang tidak cocok untuk intervensi koroner perkutan.
CABG sering juga digunakan pada pasien yang telah gagal untuk mencapai
sukses jangka panjang berikut satu atau lebih intervensi koroner perkutan
prosedur. CABG pembedahan telah menunjukkan untuk meningkatkan
kelangsungan hidup jangka panjang pada orang dengan penyempitan yang
signifikan dari arteri koroner utama kiri, dan pada mereka dengan
penyempitan yang signifikan dalam beberapa arteri, terutama dalam kasus-
kasus pompa penurunan fungsi otot jantung.
Teknik
Koroner stenting
Rescue PCI
Dilakukan bila terdapat kegagalan fibrinolitik pada pasien infark luas
yang disertai ;
Hemodinamik tidak stabil atau dengan aritmia
Keluhan iskemik berkepanjangan
Syock kardiogenik
Pada pasien dengan kegagalan reperfusi atau reoklusi dimana recue
PCI tidak dapat dilakukan segera. Reperfusi secara medikamentosa
harus dipertimbangkan dengan fibrinolitik ulang atau pemberian
tirofiban
Pemeliharaan stent pada PCI Primer atau rescue PCI bare metal stent
F. KOMPLIKASI
Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
· Kelemahan
· Kelelahan
· Tidak dapat tidur
· Pola hidup menetap
· Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
· Takikardi
· Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
· Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
· Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
· Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
· Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
· Friksi ; dicurigai Perikarditis
· Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
· Edema
· Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
· Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala :menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajalsudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir
tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
· Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
· Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
· Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
· Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami.
· Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
· dispnea nokturnal
· batuk dengan atau tanpa produksi sputum
· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
· peningkatan frekuensi pernafasan
· nafas sesak / kuat
· pucat, sianosis
· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interaksi sosial
Gejala :
· Stress
· Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS
Tanda :
· Kesulitan istirahat dengan tenang
· Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
· Menarik diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatanarteri
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor faktor
listrik, penurunan karakteristik miokard.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan
tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar kapiler (
atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan /
perdarahan aktif )
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard
ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas,
terjadinya disritmia, kelemahan umum
7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi
jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang ,
kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah,
kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
4.1 KESIMPULAN
SKA adalah suatu situasi kegawat daruratan yang dikarakteristikkan
dengan onset terjadinya iskemia miokardium dan mengakibatkan kematian
jaringan miokardium, bila tidak ada penanganan segera. SKA meliputi
unstable angina, non elevasi ST segment (NSTEMI), dan elevasi ST segment.
Penegakan diagnosa SKA tidak hanya berdasarkan dengan keluhan pasien
tapi didukung dengan pemeriksaan penunjang, seperti perubahan gelombang
EKG yang mendukung baik perubahan ST segment, gelombang Q patologis,
atau dengan adanya hiper T, atau gelombang LBBB baru, disertai dengan
ada/tidaknya perubahan nilai enzim jantung. Penanganan dengan cepat
dimulai dari pemberian oksigen, nitroglycerin, morphine, aspirin, beta-
bolcker, ACE inhibitors dalam waktu 24 jam, anti koagulasi dengan heparin
dan platelet inhibitor. Dilanjutkan dengan terapi untuk indikasi reperfusi,
seperti PCI dan trombolitik terapi, kemudian dilanjutkan dengan terapi,
seperti intra vena heparin, clopidogrel (plavix), glycoprotein IIb/IIIa inhibitor,
dan bed rest minimum 12-24 jam (Atman, et al., 2007).
4.2 SARAN
Dengan mengetahui tanda dan gejala serta proses penyakit ini
diharapkan tercapai asuhan keperawatan yang komperehensif tanpa
memperberat kondisi klinis pasien. Perawat diharapkan bisa memberikan
informasi kepada pasien, sehingga pasien dapat mengetahui penyebab
terjadinya SKA, sehingga resiko terjadinya SKA semakin kecil , menurunkan
angka morbiditas, dan mortalitas. Perawat juga berperan sebagai jembatan
informasi tentang edukasi pentingnya mengkonsumsi obat secara teratur
untuk memperkecil pengulangan penyakit ini, terutama untuk pasien yang
mengalami tindakan PCI
DAFTAR PUSTAKA
Nekrosis
Resiko
penuru
Metabolism anaerob Seluler nan
hipoksia curah
jantung
Gangguan Timbunan asam
pertukaran laktat meningkat Nyeri
gas Integritas membrane sel berubah
Intoleransi
aktifitas COP turun Kegagalann pompa
jantung
Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung