Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS DAN EPILEPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut

Disusun oleh:
Umi Farida
202202150

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2023

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS .............................................................. 1
BAB I TINJAUAN MEDIS ................................................................................................... 1
A. DEFINISI HIDROSEFALUS PADA ANAK ............................................................... 1
B. ETIOLOGI HIDROSEFALUS PADA ANAK............................................................... 1
C. PATHWAY EPILEPSI.................................................................................................... 5
D. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS ................................................................ 6
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS .................................................... 7
BAB II TINJAUAN KEPERAWATAN ................................................................................. 8
A. PENGKAJIAN .............................................................................................................. 8
B. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................... 8
C. INTERVENSI KEPERAWATAN .................................................................................. 9
LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI .......................................................................... 10
BAB I TINJAUAN MEDIS ................................................................................................. 10
A. DEFINISI EPILEPSI PADA ANAK ........................................................................... 10
B. ETIOLOGI EPILEPSI PADA ANAK .......................................................................... 10
C. PATHWAY EPILEPSI .................................................................................................. 11
D. MANIFESTASI KLINIS EPILEPSI............................................................................ 12
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG EPILEPSI ............................................................... 12
BAB II TINJAUAN KEPERAWATAN ............................................................................... 13
A. PENGKAJIAN ............................................................................................................. 13
B. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................. 14
C. INTERVENSI KEPERAWATAN........................................................................... 14-15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16

ii
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
BAB I
TINJAUAN MEDIS
A. Definisi Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada
satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subarachnoid yang dapat menyebabkan dilatasi
sistem ventrikel otak. Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam
ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan
maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinalis.
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus
selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Ketika produksi CSS lebih besar dari
penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular.

B. Etiologi Hidrosefalus
Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal
akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi,
misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak
yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan.
a. Kelainan bawaan
1) Stenosis Akuaduktus Sylvius- merupakan penyebab terbanyak. 60%-90% kasus
hidrosefalus terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
2) Spina bifida dan cranium bifida – berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari
akibat tertariknya medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan serebelum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian atau total.
3) Sindrom Dandy-Walker - atresiakongenital foramen Luschka dan Magendi
dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel,
terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu
kista yang besar di daerah fossa posterior.
4) Kista arachnoid - dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
5) Anomali pembuluh darah – akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria
serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat
obstruksi akuaduktus.

b. Infeksi
Timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang subarachnoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna
basalis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan

3
sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan
piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna
kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya
lebih tersebar.
1) CMV (Cytomegalovirus) Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50%
orang dewasa Am erika pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai
virus yang paling sering ditularkan ke anak sebelum kelahiran.Virus ini ber
tanggung jawab untuk demam kelenjar.
2) Campak Jerman(rubella) Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virusrubella.Virus ditularkan dari orang keorang melalui udara yang
ditularkan ketika orang terinfeksi batuk atau bersin,virusjuga dapat ditemukan
dalam air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari beberapa rubella
merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam merah muda.
3) Mumps Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut dimana kelenjar
ludah, terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah utama)
membengkak.
4) Toksoplasmosis Merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit berseltunggal
yaitu Toxoplasmagondii. (Ropper, 2005)
c. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan ventrikel IV dan
akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.
d. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.

4
C. Pathway

- produksi likuor berlebih


- peningkatan resistensi Penumpukan cairan serebrospinalis (CSS)
- penekanan tekanan sinus dalam ventrikel otak secara aktif
venosa

Pemasangan VIP Shunt Peningkatan TIK


HIDROSEFALUS

Tindakan pembedahan Desakan pada otak dan


selaput meningen

Resiko Infeksi
Vasokontriksi pembuluh darah
Gangguan aliran
otak (arteri otak)
darah ke otak

Penurunan fungsi
Tumbuh kembang anak
neurologis
terganggu

Resiko Gangguan Pertumbuhan

5
D. Manifestasi hidrosefalus
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS.

a. Tanda – tanda awal :


1) Mata juling
2) Sakit kepala
3) Lekas marah
4) Lesu
5) Menagis jika digendong dan diam bila berbaring
6) Mual muntah yang proyektil
7) Melihat kembar
8) Ataksia
9) Perkembangan yang berlansung lambat
10) Pupil edema
11) Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
12) Biasanya diikuti dengan perubahan tingkat kesadaran, opistotunus, dan spatik
pada ekstremitas bawah
13) Kesulitan dalam pemberian dan penelanan makanan
14) Gangguan kardiopulmonel

b. Tanda – Tanda Selanjutnya


1) Nyeri kepala dan di ikuti muntah – muntah
2) Pupil edema
3) Strabismus
4) Peningkatan tekanan darah
5) Denyut nadi lambat
6) Gangguan respirasi
7) Kejang
8) Letargi
9) Muntah
10) Lekas marah
11) Lesu
12) Apatis
13) Kebingungan
14) Sering kali inkoheren

a. Bayi
1) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2) Keterlambatan penutupan fontanela anterior
3) Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis
4) Terdapat bunyi creckedpod (tanda macewen)
5) Mata melihat kebawah (tanda setting sun)
6) Lemah
7) Kemampuan makan kurang
8) Perubahan kesadaran
9) Opishtotonus
10) Spatik pada ekktremitas bawah
11) Kesulitan bernafas, apnea, aspirasi dan tidak ada reflek muntah
12) Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
13) Strabismus, nystagmus, atropi optic
14) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

6
b. Anak-anak
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
5) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6) Strabismus
7) Perubahan pupil

E. Pemeriksaan Penunjang Hidrosefalus


1. Pemeriksaan funduskopi
Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan papilledema bilateral ketika tekanan
intrakranial meningkat. Pemeriksaan mungkin normal, namun, dengan hidrosefalus
akut dapat memberikan penilaian palsu.
2. Foto polos kepala lateral – tampak kepala membesar dengan disproporsi kraniofasial,
tulang menipis dan sutura melebar.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan pungsi ventrikel melalui foramen frontanel mayor. Dapat menunjukkan
tanda peradangan dan perdarahan baru atau lama.
4. CT scan kepala
Meskipun tidak selalu mudah untuk mendeteksi penyebab dengan modalitas ini,
ukuran ventrikel ditentukan dengan mudah. CT scan kepala dapat memberi gambaran
hidrosefalus, edema serebral, atau lesi massa seperti kista koloid dari ventrikel ketiga
atau thalamic atau pontine tumor.CT scan wajib bila ada kecurigaan proses neurologi
akut.
5. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garisgaris kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)
dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal
hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis
maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

6. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan
alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi
ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian
frontal atau oksipitalis.
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan
oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas,
seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

7
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Meliputi nama klien, tanggal lahir, umur, jenis kelamim, BB, PB/TB, alamat,
agama, pendidikan, dan suku bangsa, tanggal masuk, No. RM, diagnose medik.
b. Identitas penanggungjawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, Pendidikan, pekerjaan dan
hubungan dengan klien.
2. Riwayat Keperawatan
Meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
perkembangan, riwayat psikososiospiritual,
3. Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum (GCS dan TTV), pernapasan, nadi, kepala, pengkajian tingkat
kesadaran, Pengkajian fungi serebral (Obresvasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya
bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien), pengkajian saraf cranial,
pengkajian system motorik, pengkajian refleks, pengkajian system sensorik, .
4. Pola Pengkajian Fungsional
Meliputi pola persepsi kesehatan/ penanganan kesehatan, pola nutrisi/ metabolik, pola
eliminasi, pola aktivitas/ latihan, pola tidur/ istirahat, pola persepsi kognitif, pola
konsep diri, pola peran/ hubungan, pola seksualitas/ reproduksi, pola koping/ toleransi
stress, dan pola nilai/ kepercayaan.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung penegakkan diagnosis.
6. Analisa Data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa data
merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi
kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan
susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data
dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan masalah
keperawatan.
B. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Gangguan Pertumbuhan b/d penyakit kronis (D.0108)
2. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif

8
C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Resiko Gangguan Status Pertumbuhan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Pertumbuhan b/d (L.10102) Observasi:
penyakit kronis 1. Lingkar kepala - Identifikasi status nutrisi
(D.0108) membaik - Identifikasi alergi dan
2. Kecepatan intoleransi makanan
pertambahan berat - Identifikasi kebutuhan kalori
badan membaik dan jenis nutrient
3. Kecepatan - Monitor asupan makanan
pertambahan tinggi - Monitor berat badan
badan membaik Terapeutik:
4. Asupan nutrisi - Berikan suplemen makanan,
membaik jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Terapeutik:
- Kolaborasi dengan ahli gizi
2. Risiko infeksi b.d Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
(L.14137) Observasi :
efek prosedur
1. Demam menurun - Monitor tanda dan gejala
invasif (D.0142) 2. Kemerahan infeksi
menurun Terapeutik :
3. Nyeri menurun - Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak menurun - Berikan perawatan kulit
pada bagian edema
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

9
LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI
BAB 1
TINJAUAN MEDIS
A. Definisi Epilepsi
Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang terjadi
dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang (Wong, 2008).
Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang
dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di hubungkan dengan
kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot atau gerakan dan
gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi sehingga epilepsi bukan penyakit
tetapi suatu gejala.
B. Etiologi Epilepsi
Epilepsi disebabkan dari gangguan listrik disritmia pada sel saraf pada salah satu
bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang
dan tidak terkontrol (Smeltzer & Bare,2011).
Menurut Arif (2008), Tarwoto (2009) dan Wong (2008) etiologi dari epilepsi adalah
1. Idiopatik ; sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
2. Faktor herediter
3. Faktor genetik ; pada kejang demam dan breath holding spell
4. Kelainan kongenital otak ; atrofi, poresenfali, agenesis korpus kolosum
5. Gangguan metabolik.
6. Infeksi ; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosi
7. Trauma ; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
8. Neoplasma otak dan selaputnya
9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10. Keracunan, demam, luka dikepala dan pasca cidera kepala
11. Kekurangan oksigen atau asfiksia neonatorum, terutama saat proses kelahiran
12. Hydrocephalus atau pembesaran ukuran kepala
13. Gangguan perkembangan otak

Riwayat bayi dan ibu menggunakan obat antikolvusan yang digunakan sepanjang
hamil. Riwayat ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar
belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes atau hipertensi)

10
C. Pathway

Gaya mekanik pada otak

Potensial membrane sel saraf Suhu tubuh meningkat

Muatan listrik lepas dari sel saraf

Reflek menelan hilang Kejang Gelisah

Obstruksi jalan napas


Resiko Cedera

Hipoventilasi

Pola Napas Tidak Efektif

11
D. Manifestasi Epilepsi
Menurut Hidayat (2009) dan Batticaca (2008) yaitu :
1. Dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen
4. Mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura dapat
berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau- bauan tak enak,
mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
5. Satu atau kedua mata dan kepala bergerak menjauhi sisa focus
6. Menyadari gerakan atau hilang kesadaran
7. Bola mata membalik ke atas, bicara tertahan, mati rasa, kesemutan, perasaan
ditusuk-tusuk, dan seluruh otot tubuh menjadi kaku.
8. Kedua lengan dalam keadaan fleksi tungkai, kepala, dan leher dalam keadaan
ekstensi, apneu, gerakan tersentak-sentak, mulut tampak berbusa, reflek menelan
hilangdan saliva meningkat.

E. Pemeriksaan Penunjang Epilepsi


1. EEG (Elektroensefalogram)
2. EKG (Elektrokardiogram)
3. Pemeriksaan CT Scan dan MRI
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Pemeriksaan radiologis
6. Arteriografi

12
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Pada umumnya klien panas yang meninggi disertai kejang (Hipertermi).
3. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas, kejang, kapan
terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan setalah kejang.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. Pernah di rawat dinama,
tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa saat kejang.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga tentang di dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
diderita oleh klien seperti kejang atau epilepsi.
6. Riwayat Alergi
Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan seperti antiepilepsi, perlu
dibedakan apakah ini suatu efek samping dari gastrointestinal atau efek reaksi
hipersensitif. Bila terdapat semacam “rash” perlu dibedakan apakah ini terbatas
karena efek fotosensitif yang disebabkan eksposur dari sinar matahari atau karena
efek hipersensitif yang sifatnya lebih luas.
7. Riwayat Pengobatan
Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan antiepilepsi, perlu ditanyakan
bagaimana kemanjuran obat tersebut, berapa kali diminum sehari dan berapa lama
sudah diminum selama ini, berapa dosisnya, ada atau tidak efek sampingnya.
8. Riwayat Psiko Sosial
Peran terhadap keluarga akan menurun yang diakibatkan oleh adanya perubahan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan psikologis klien dengan timbul gejala-gejala
yang di alami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya.
9. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindari.
10. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita epilepsi dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.
11. Kondisi lingkungan
Bagaimana keadaan lingkungan yang mengakibatkan gangguan kesehatan.
12. Pola kebiasaan
Melipoti nutrisi dan metabolisme, eliminasi, tidur dan istirahat, pola aktivitas dan
Latihan.
13. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung
rambut sampai kaki.Melipoti kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher, dada,
abdomen, ekstermitas, genetalia.
14. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan EEG
c. MRI : melokalisasi lesi-lesi fokal.
d. Pemeriksaan radiologis : Foto tengkorak.
e. Pneumoensefalografi

13
B. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
2. Resiko cedera berhubungan dengan kejang

C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Pola napas tidak Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas
efektif b.d 1. Dispnea (I.01001)
gangguan menurun Observasi:
neurologis 2. Penggunaan otot - Monitor jalan napas (mis.
(D.0005) bantu napas frekuensi, kedalaman, upaya
menurun napas)
3. Pemanjangan - Monitor bunyi napas
fase ekspirasi tambahan (mengi, wheezing,
menurun ronkhi)
4. Frekuensi napas Terapeutik:
membaik - Pertahankan kepatenan jalan
5. Kedalaman napas
membaik - Posisikan semi fowler atau
fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektifitas
Terapeutik:
- Kolaborasi
pemberian bronkodilator
2. Risiko Cedera b.d Kontrol Kejang Manajemen Kejang (I.06193)
(L.06050) Observasi :
Kejang (D.0136)
1. Kemampuan - Monitor terjadinya kejang
mengidentifikasi berulang
faktor - Monitor karakteristik kejang
resiko/pemicu - Monitor TTV
kejang meningkat Terapeutik :
2. Kemampuan - Longgarkan pakaian,
mencegah faktor terutama bagian leher
resiko/pemicu - Damping selama periode
kejang meningkat kejang
3. Frekuensi kejang - Catat durasi kejang
menurun - Dokumentasikan periode
terjadinya kejang
Edukasi:
- Anjurkan keluarga
menghindari memasukkan
apapun ke mulut pasien saat
periode kejang
- Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan

14
untuk menahan gerakan
pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
antikonvulsan (obat)

15
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2022). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Purnamawati, R. M. (n.d.). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Epilepsi . Asuhan Keperawatan Pada
Anak Epilepsi , 19.

SATRIA, D. F. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. A DENGAN HIDROSEFALUS DIRUANGAN
RAWAT INAP ANAK. KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS, 127.

16

Anda mungkin juga menyukai