Sistem Integumen
1. Kulit
Kulit merupakan organ pembungkus tubuh dan merupakan organ terluas
pada manusia luas kulit pada neonatus hanya sekitar 0,025 m2, makin lama makin
bertambah hingga mencapai luas 1,8 m2 ketika dewasa. Ketebalan kulit tidak
sama, kulit yang sangat tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki serta
punggung bagian atas. Kulit yang sangat tipis terdapat di area wajah, leher bagian
depan dan bagian medial dan ekstremitas atas (Sammer, 2004). Individu yang
masih sangat muda dan yang berusia lanjut memiliki kulit yang lebih tipis dan
pada kulit orang dewasa, sehngga paparan suhu yang sama dengan durasi yang
sama path bagian tubuh dan usia yang berbeda akan mengakibatkan luka bakar
dengan kedalaman yang berbeda pula.
Kulit memiliki fungsi yang amat periling bagi tubuh manusia dan
merupakan salah satu indikator kesehatan tubuh manusia. Kulit berfungsi sebagai
salah satu sistem pertahanan tubuh terhadap berbagai perubahan kondisi
lingkungan Kulit berfungsi sebagai barrier terhadap berbagai infeksi baik bakteri,
jamur, maupun virus. Kulit juga berperan penting dalam mengontrol suhu tubuh
serta mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (McGrath, 2004). Kulit
terdiri dan dua lapisan yaitu, epidermis dan dermis, serta ditunjang dengan
jaringan subkutis dibawah kulit.
1.1. Epidermis
Epidermis memiliki ketebalan bervariasi antara 30-50 m di area
dada, perut bagian depan dan ketebalan 85 m di bagian paha. Epidermis
secara embriologis berasal dari lapisan ektoderm. Diferensiasi epidermis
menyebabkan terbentuknya 5 lapisan, yaitu stratum (lapisan) basal, stratum
spmosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum korneum.
Stratum korneum merupakan lapisan paling luar dan epidermis yang
tersusun dan sel epitel bertanduk, bertugas sebagai perlindungan pertama
terhadap perubahan lingkungan luar. Sel epidermis bermigrasi dari basal
membran dan membentuk lapisan keratin dalam 20 hari. Stratum Basalis
adalah lapisan terdalam dan epidermis yang tersusun dan sel basal dimana
terdapat keratinosit yang memiliki kemampuan pembelahan diri (mitosis).
Sel ini memiliki tonofibril yang melekat erat pada membran basalis. Lapisan
basal ini melekat pada dermis pada area yang disebut dermo-epidermal
junction (membran basalis ). Lapisan ini kaya akan matniks ekstraseluler dan
faktor pertumbuhan (growth factor) yang berperan dalam menstimulasi
lapisan basal epidermis untuk berproliferasi Setiap sel pada membran basal
yang lepas alcan menuju kelapisan spinosum, dimana sel tersebut akan
kehilangan kemampuan membelahnya, ukurannya menjadi lebth besar dan
konsentrasi aimva menjadi lebih rendah. Pada fase selanjutnya terjadi
kerusakan
mitokondria dan
membran
plasma
(McGrath,2004).
Stratum Spinosum merupakan lapisan yang terdiri dan sel muda yang
bermigrasi dan sel basal dan terdini dan sel berbentuk polihedral yang saling
berikatan satu sama lain oleh desmosom. Tonofibril yang berasal dan keratin
membentuk anyaman seperti jala pada sitoplasma sel untuk memperkuat
struktur lapisan ini
Stratum Granulosum adalah lapisan yang terdini dan sel yang
berbentuk pipih dan tidak memiliki inti Granula keratohialin tampak pada
sitoplasma bensama dengan membrane coating granule yang melepaskan
kandungan lipid ke ruang interselulan
Stratum korneum mempakan hasil akhir dan maturasi keratinosit.
Lapisan korneum terdini dan lapisan polihedral berkornifikasi yang tersusun
secana tumpang tindih tanpa inti sel yang disebut sel korneosit. Lapisan
epidermis ini mencerminkan pematangan bertahap keratinosit yang bergerak dan
lapisan basal ke permukaan.
1.2. Dermis
Dermis disebut juga korium. Dermis memiliki ketebalan yang tidak sama
pada tubuh manusia, ketebalan antara 500-900 pm di lengan dan kaki, ketebalan
sekitar 2250 m di punggung, dan sekitar 400 m di skrotum dan penis. Ketebalan
yang berbeda ini menyebabkan paparan suhu yang sama dengan durasi yang sama
pada bagian tubuh yang berbeda akan mengakibatkan luka bakar dengan ked.alaman
yang berbeda pula. Dermis merupakan suatu matniks jaringan ikat penunjang yang
kuat yang mengandung struktur khusus dimana lokasinya terdapat di bawah
epidermis dan di bawahnya terdapat lapisan sukbkutis. Dermis terbagi dalam 2
bagian yaitu Papillary dermis dan Reticular dermis. Papillary dermis merupakan
lapisan dermis yang paling atas dan tipis terletak di bawah rete ridges dari epidermis
dan berikatan membrane basalis.
Dermis tersusun dari serat kolagen yang saling menyilang secara longgar.
Serat kolagen yang lebih kasar serta tersusun secara horisontal ditemukan pada
lapisan Reticular dermis. Fibroblas merupakan sel utama di lapisan dermis dan
memproduksi serat kolagen, serat elastik dan substansi dasar, 70% berat kering
C. Etiologi
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian
dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar
kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,
tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
D. Klasifikasi Beratnya Luka Bakar
1. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat - ringannya injuri luka bakar antara
lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum,
mekanisme injuri dan usia. Berikut ini akan dijelaskan tentang faktor-faktor tersebut
di atas:
a) Kedalaman luka bakar Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 5
kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak, meliputi : 1)
Superfisial (derajat 1) 2) Superfisial Kedalaman Partial (Partial Thickness)
3) Dalam Kedalaman Partial (Deep Partial Thickness) 4) Kedalaman Penuh
(Full Thickness) 5) Subdermal
b) Luas luka bakar Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar
meliputi (1) rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran
luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode
body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat
sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine,
histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri.
Substansi substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga
plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung
mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung
mengenai membran sel menyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Secara
keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan
meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut
menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler.
Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang
mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan
sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap
pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya
kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari
pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi
melalui luka terjadi 420 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang
normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. Keadaan
ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak
diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian
bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi. Kurang lebih 18-36 jam setelah luka
bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2
atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac output kembali normal dan kemudian meningkat
untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar.
Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena
kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian
menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan
sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian
mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
berikatan
dengan
hemoglobin
sehingga
membentuk
F. Penatalaksanaan
Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar
menuntut perlunya pendekatan antar disiplin. Perawat bertanggung jawab untuk
mengembangkan rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang
merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang
dianggap penting. Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu :
1. Fase Emergent (Resusitasi)
Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan
membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah
injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock
hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase
emergensi adalah (a) perawatan sebelum di rumah sakit, (b) penanganan di bagian
emergensi dan (c) periode resusitasi.
Hal tersebut akan dibahas berikut ini :
a) Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada
tempat kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi
pelayanan
emergensi.
Pre-hospital
care
dimulai
dengan
ringan
morphine
atau
meperidine
dibagian
emergensi.
bertanggung
jawab
memberikan
pendidikan
tentang
perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar klien
dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan
adalah tentang pentingnya melakukan latihan ROM (range of motion)
secara aktif untuk mempertahankan fungsi sendi agar tetap normal dan
untuk
menurunkan
pembentukan
edema
dan
kemungkinan
menentukan
adekuat
tidaknya
resuscitasi.
Pemeriksaan
hemodinamik tidak stabil dan yang baru dilakukan skin graft. Jika
hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas di
atas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat
antimikroba.
2) Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini
dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan
proliferasi bakteri di bagian bawah eschar. Debridemen luka pada LB
meliputi debridemen secara mekanik, debridemen enzymatic, dan
dengan tindakan pembedahan.
a) Debridemen mekanik Debridemen mekanik yaitu dilakukan
secara hati-hati dengan menggunakan gunting dan forcep untuk
memotong
dan
mengangkat
eschar.
Penggantian
balutan
Debridemen
enzymatik
merupakan
jaringan
yang
necrotik,
dan
mempermudah
Pada
adalah
membatasi
mobilitas
menurunkan
dengan
tepat
untuk
mengantisipasi
terjadinya
c) Pembidaian (Splinting)
Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan
mencegah atau memperbaiki kontraktur. Terdapat dua tipe
splint yang seringkali digunakan, yaitu statis dan dinamis.
Statis splint merupakan immobilisasi sendi. Dilakukan pada
saat immobilisasi, selama tidur, dan pada klien yang tidak
kooperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi dengan
baik. Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic splint
dapat melatih persendian yang terkena.
d) Pendidikan Pendidikan pada klien dan keluarga tentang posisi
yang benar dan perlunya melakukan latihan secara kontinue.
Petunjuk tertulis tentang berbagai posisi yang benar, tentang
splinting/pembidaian dan latihan rutin dapat mempermudah
proses belajar klien dan dapat menjadi lebih kooperatif.
3. Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan
luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk
peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal.
Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau
meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan
memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses
rehabilitasi.
G. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka bakar tergantung pada kedalaman luka bakar. Jackson (1959)
menggambarkan tiga zona kerusakan jaringan luka bakar (Arturson, 1996):
- Zona pusat koagulasi ini adalah bagian tengah dari luka bakar dengan
-
Pada tingkat pertama dan kedua derajat luka bakar ringan, penyembuhan
spontan adalah tujuan utama. Tingkat dua luka bakar ringan sembuh dari epitel folikel
rambut sisa, yang berada banyak dalam dermis superfisial. Penyembuhan selesai dalam
waktu 5-7 hari dan bekas luka hampir kurang. Ditingkat dua dalam dan luka bakar tingkat
tiga, penyembuhan secara sekunder, yang melibatkan proses epithelisasi dan kontraksi,
Inflamasi (reaktif), proliferasi (reparatif) dan pematangan (renovasi) merupakan tiga fase
dalam penyembuhan luka. Proses ini sama untuk semua jenis luka, yang membedakan
adalah durasi dalam setiap tahap.
1. Fase Inflamasi
Fase ini sama di semua luka traumatis segera setelah cedera, respon inflamasi tubuh
yang dimulai pembuluh darah dan komponen seluler.
- Respon Vaskular: Segera setelah luka bakar ada sebuah vasodilatasi lokal dengan
ekstravasasi cairan diruang ketiga. Dalam luka bakar yang luas peningkatan
permeabilitas kapiler dapat digeneralisasi dengan ekstravasasi besar cairan plasma
-
2. Fase Proliferasi
Pada luka bakar ketebalan parsial re-epitelisasi dimulaidalam bentuk migrasi
keratinosit dari lapisan kulit unsur tambahan dalam dermis beberapa jam setelah
cedera, inibiasanya meliputi luka dalam waktu 5-7 hari. Setelah reepithelisasi
membentuk zona membran antara dermis dan epidermis. Angiogenesis dan
fibrogenesis membantu dalam pemulihan dermis. Penyembuhan setelah luka bakar
dieksisi dan grafting.
3. Fase Remodelling
Fase Remodelling adalah fase ketiga dari penyembuhan dimana pematangan graft
atau bekas luka terjadi. Pada tugas akhir ini fase penyembuhan luka pada awalnya ada
peletakan protein struktural berserat yaitu kolagen dan elastin sekitar epitel, endotel
dan otot polos sebagai matriks ekstraseluler. Kemudian dalam fase resolusi matriks
ekstraseluler ini remodeling menjadi jaringan parut dan fibroblast menjadi fenotip
myofibroblast yang bertanggung jawab untuk kontraksi bekas luka. Di tingkat dua
dermal mendalam dan ketebalan penuh luka bakar yang tersisa untuk penyembuhan
sendiri dari fase resolusi ini adalah berkepanjangan dan waktu bertahun-tahun dan
bertanggung jawab untuk jaringan parut hipertrofik dan kontraktur. Hiperpigmentasi
pada luka bakar ringan adalah karena respon terlalu aktif dari melanosit dan
hipopigmentasi terlihat pada luka bakar dalam adalah karena penghancuran melanosit
dari pelengkap kulit. Didaerah kulit yang dicangkokkan sekali inervasi dimulai,
tumbuh dengan saraf mengubah kontrol melanosit yang biasanya mengarah untuk
hiperpigmentasi pada individu berkulit gelap dan hipopigmentasi pada individu
berkulit putih.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. sesak nafas
yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan
disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan
saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab,lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakan serta keluhan klien selama menjalani
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase :
fase emergency (48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat
dan alkohol
e. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan
kesehatan
keluarga
dan
penyakit
yang
g. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
- TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok
Sianosis karena kurangnya suplai darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
- Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
(syok neurogenik)
Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut
kaidah rule of nine atau Lund and Browden.
Intervensi :
1)
Tutup luka sesegera mungkin, kecuali perawatan luka bakar metode pemejanan
pada udara terbuka
Rasional :
Suhu berubah dan tekanan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan
ujung saraf.
2) Ubah pasien yang sering dan rentang gerak aktif dan pasif sesuai indikasi
Rasional :
Gerakan dan latihan menurunkan kekuatan sendi dan kekuatan otot tetapi tipe
latihan tergantung indikasi dan luas cedera.
3)
4) Kaji keluhan nyeri pertahankan lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 0-10)
Rasional :
Nyeri hampir selalu ada pada derajat beratnya, keterlibatan jaringan atau kerusakan
tetapi biasanya paling berat selama penggantian balutan dan debridement.
5) Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri
Rasional :
Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan
mekanisme koping.
6)
Intervensi :
1) Kaji atau catat ukuran warna kedalaman luka, perhatikan jaringan metabolik dan
kondisi sekitar luka
Rasional :
Memberikan informasi dasar tentang
kebutuhan penanaman
kulit
dan
Intervensi :
1) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer.
Rasional :
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon
kardiovaskuler .
1)
Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi warna dan hemates sesuai
indikasi
Rasional :
Secara umum penggantian cairan harus difiltrasi untuk meyakinkan rata-rata
haluaran urine 30-50 ml / jam (pada orang dewasa). Urine bisa tampak merah
sampai hitam pada kerusakan otot massif sehubungan dengan adanya darah dan
keluarnya mioglobin.
2) Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang tak tampak
Rasional :
Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan
kehilangan melalui evaporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi dan haluaran
urine, khususnya selama 24-72 jam pertama setelah terbakar.
3) Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Pergantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya. Peningkatan berat badan 15-20% pada 72 jam pertama selama
pergantian cairan dapat diantisipasi untuk mengembalikan keberat sebelum
terbakar kira-kira 10 hari setelah terbakar.
4) Selidiki perubahan mental
Rasional :
Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidakadekuatan
volume sirkulasi atau penurunan perfusi serebral.
5)
Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
datang kontak ke pasien
Rasional : Mencegah kontaminasi silang
3)
Cukur rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci dari batas yang
terbakar
Rasional : Rambut media baik untuk pertumbuhan bakteri
4) Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha, lipatan leher, membran mukosa )
Rasional :
Infeksi oportunistik (misal : Jamur) seringkali terjadi sehubungan dengan depresi
sistem imun atau proliferasi flora normal tubuh selama terapi antibiotik
sistematik.
5)
dan
mempertahankan
menunjukkan
posisi,
fungsi
keinginan
dibuktikan
berpartisipasi
oleh
tidak
dalam
adanya
aktivitas,
kontraktor,
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi yang sakit dan atau
menunjukkan tehnik atau perilaku yang memampukan aktivitas.
Intervensi :
1)
Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau khususnya untuk luka
bakar diatas sendi.
Rasional :
Meningkatkan posisi fungsional pada ekstermitas dan mencegah kontraktor yang
lebih mungkin diatas sendi.
2) Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali pasif kemudian aktif
Rasional :
Mencegah secara progresif, mengencangkan jaringan parut dan kontraktor,
meningkatkan pemeliharaan fungsi otot atau sendi dan menurunkan kehilangan
kalsium dan tulang.
3) Instruksikan dan Bantu dalam mobilitas, contoh tingkat walker secara tepat.
Rasional : Meningkatkan keamanan ambulasi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
hipermetabolik
Kriteria Hasil :
Menunjukkan pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
dibuktikan oleh berat badan stabil atau massa otot terukur, keseimbangan nitrogen
positif dan regenerasi jaringan.
Intervensi :
1) Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif atau tidak ada bunyi
Rasional :
Ileus sering berhubungan dengan periode pasca luka bakar tetapi biasanya dalam
36-48 jam dimana makanan oral dapat dimulai.
2)
Pertahankan jumlah kalori berat, timbang BB / hari, kaji ulang persen area
permukaan tubuh terbuka atau luka tiap minggu.
Rasional :
Pedoman tepat untuk pemasukan kalori tepat, sesuai penyembuhan luka,
persentase area luka bakar dievaluasi untuk menghitung bentuk diet yang
diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.
Rasional :
Mungkin berguna dalam memperkirakan perbaikan tubuh atau kehilangan dan
keefektifan terapi.
4) Berikan makan dan makanan sedikit dan sering
Rasional :
Membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan
pemasukan.
7.
3)
2)
Intervensi :
1) Kaji makna kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat
Rasional :
Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi membuat
perasaan kehilangan aktual yang dirasakan.
2) Bersikap realistik dan positif selama pengobatan pada penyuluhan kesehatan dan
menyusun tujuan dalam keterbatasan.
Rasional :
Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan baik antara pasien dan
perawat.
3)