Pemerintah telah meluncurkan rencana aksi Nasional yaitu penanganan Stunting pada
bulan Agustus tahun 2017, dengan kegiatan konvergensi di tingkat Nasional, Daerah dan
desa untuk memprioritaskan kegiatan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitifpada 1000
hari pertama kehidupan hingga sampai anak berusia 6 tahun. Pemerintah
memprioritaskan 100 kab/kota di tahun 2018 dan Kab Biak Numfor pada tahun 2019.
Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 tentang stunting, dengan prevalensi di
Indonesia 37,2%, dan pada tahun 2016 turun menjadi 27,5. Akan tetapi masing sangat tinggi
dari yang di harapkan oleh WHO, yaitu < 20%.
Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak
Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indoneisa mengalami Stunting. lebih dari 1/3 anak brusia di
bawah 5 tahun di Indonesia Tinggi Badannya berada di bawah rata – rata.
1. Pada usia 8 – 10 tahun anak jadi pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata.
2. Pertumbuhan melambat
3. Tanda pubertas terlambat.
4. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
5. Pertumbuhan gigi terlambat.
6. Wajah tampak lebih mudah dari usianya.
7. Anak yang lebih pendek dari teman seusianya.
II. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
1. Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
III. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI.
2. Menyediakan obat cacing.
3. Menyediakan suplementasi zink.
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria.
6. Memberikan imunisasi lengkap.
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.