Anda di halaman 1dari 29

2023

Stunting
APA ITU STUNTING
Stunting merupakan sebuah masalah kurang
gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal
ini menyebabkan adanya gangguan di masa
yang akan datang yakni mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal (Kemenkes RI, 2018).
Apa saja faktor
risiko terjadinya
stunting?
1) Faktor genetik (BBLR < 2500 gram) : ibu yang
melahirkan anak dengan berat bdan kurang dari 2,5 kg
harus waspada karena beresiko terjadi stunting
(Leksananingsih, Iskandar, & Siswati, 2017).
2) Tidak memberikan ASI eksklusif saat usia bayi 0-6
bulan. ASI ekslusif merupakan makanan terbaik bayi
yang harus diberikan, karena dalam ASI mengandung
semua zat gizi yang bayi butuhkan.
Tanda dan gejala stunting
• Anak memiliki tubuh lebih pendek dibandingkan anak
seusianya
• Pertumbuhan tulang yang tertunda
• Memperlambat pertumbuhan anak atau terhambatnya
pertumbuhan anak menyebabkan sering terjadi diare pada
anak, akibat sistem kekebalan tubuh lemah
• Keterlambatan keterampilan motorik
• Keterlambatan perkembangan kognitif
• Kesulitan membangun interaksi sosial selama masa kanak-
kanak
• Berat badan yang rendah untuk anak seusianya atau resiko
terjadinya BBLR.
Mari Mengenal
Stunting

Menurut WHO dalam Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2018)


dampak stunting dibagi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak dalam jangka pendek adalah peningkatan terjadinya kesakitan
serta kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak
menjadi tidak optimal, dan peningkatan biaya kesehatan.
Mari Mengenal
Stunting

Dampak dalam jangka panjang yang terjadi yaitu, pada saat dewasa postur
tubuh tidak optimal (lebih pendek daripada umumnya), resiko terkena
penyakit infeksi yang berulang akan meningkat, pada masa sekolah kapasitas
dalam belajar dan performa anak kurang optimal (kognitif menurun), terjadi
gangguan psikologis pada anak, dan ketika anak menjadi dewasa panggul
akan lebih kecil yang akan mengkibatkan terjadinya komplikasi persalinan dan
BBLR.
Upaya Pencegahan
Stunting di Masa
Kehamilan
• Melakukan pemeriksaan ANC (Antenatal Care)
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan: Satu
kali pada trimester pertama dengan usia kehamilan 1 – 12 minggu;
satu kali pada trimester kedua dengan usia kehamilan 13 – 24
minggu; dua kali pada trimester ketiga dengan usia kehamilan > 24
minggu.
• munisasi lengkap pada ibu hamil
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT): Diberikan sebelum usia kehamilan 8
bulan; Imunisasi Influenza: Diberikan pada trimester kedua atau
trimester ketiga; Vaksin COVID-19: Diberikan pada trimester kedua;
Vaksin DPT: Diberikan pada trimester ketiga; Imunisasi Hepatitis A:
diberikan pada trimester ketiga; Imunisasi Hepatitis B: diberikan
pada trimester ketiga.
Upaya Pencegahan
Stunting di Masa
Kehamilan
• Mengonsumsi tablet penambah darah
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) diberikan pada ibu hamil
sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari berturu-turut selama 90
hari selama masa kehamilan, sebaiknya memasuki bulan kelima
kehamilan.
• Menjaga Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Mulai dari mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang,
rutin melakukan olahraga ringan seperti aerobic, jalan santai, yoga,
dan senam ibu hamil (dianjurkan dilakukan rutin 3x seminggu),
istirahat yang cukup yaitu 8 jam/hari, serta menjaga kebersihan
diri seperti mandi 2x sehari, sikat gigi, menggunakan bra yang
longgar, dan cuci tangan 6 langkah.
Praktek pengasuhan yang
tidak baik

• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum


dan pada masa kehamilan
• • 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI
ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makana
Pengganti ASI
Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan anc (ante natal care),
post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas

• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan


Aanak Usia Dini
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat
besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari
79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan
imunisasi
Kurangnya akses ke
makanan bergizi

• 1 dari 3 ibu hamil anemia


• Makanan bergizi mahal
Kurangnya akses
ke air bersih dan
sanitas
• 1 dari 5 rumah tangga masih
BAB diruang terbuka •
• 1 dari 3 rumah tangga belum
memiliki akses ke air minum
bersih
Dampak buruk yang dapat
ditimbulkan oleh stunting:

Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,


kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh

Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua
Bagaimana Menangani
Stunting?
Penangan stunting dilakukan melalui
Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif
pada sasaran 1.000 hari pertama
kehidupan seorang anak sampai berusia
6 tahun.
Intervensi Gizi
Spesifik

• Intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil dan


anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan
• Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan
• Intervensi spesifik bersifat jangka pendek,
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
pendek Inter
Intervensi Gizi Sensiti

• Intervensi yang ditujukan melalui


berbagai kegiatan pembangunan di
luar sektor kesehatan
• Sasarannya adalah masyarakat
umum, tidak khusus untuk sasaran
1.000 Hari Pertama Kehidupan
Intervensi Gizi Spesifik
Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada
anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting.
Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik
umumnya dilakukan pada sektor kesehatan.
Intervensi dengan
sasaran Ibu Hamil

• Memberikan makanan tambahan pada


ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis.
• Mengatasi kekurangan zat besi dan
asam folat.
• Mengatasi kekurangan iodium.
• Menanggulangi kecacingan pada ibu
hamil.
• Melindungi ibu hamil dari Malaria.
Intervensi dengan sasaran Ibu
Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan

• Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian


ASI jolong/colostrum).
• Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui
dan Anak Usia 7-23 bulan
• Mendorong penerusan pemberian ASI hingga
usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-
ASI.
• Menyediakan obat cacing.
• Menyediakan suplementasi zink.
• Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
• Memberikan perlindungan terhadap malaria.
• Memberikan imunisasi lengkap.
• Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Intervensi Gizi Sensitif

Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan


pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi
pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi
spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak
khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari
PertamaKehidupan (HPK)
• Menyediakan dan Memastikan Akses
pada Air Bersih.
• Menyediakan dan Memastikan Akses
pada Sanitasi.
• Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
• Menyediakan Akses kepada Layanan
Kesehatan dan Keluarga Berencana
(KB).
• Menyediakan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
• Menyediakan Jaminan Persalinan
Universal (Jampersal).
• Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada
Orang tua.
• Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini
Universal.
• Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
• Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan
Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
• Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial
bagi Keluarga Miskin.
• Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi
2023

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai