1. PENDAHULUAN
2. LATAR BELAKANG
Stunting adalah masalah gizi utama yang masih banyak terjadi di Indonesia.
Stunting sangat berdampak pada kehidupan social ekonomi masyarakat karena
sangat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan kemampuan anak.
Masalah gizi yaitu status gizi yang kurang dan buruk, dimana gizi kurang adalah
kondisi kekurangan gizi akibat jumlah makro dan mikro tidak memadai dan dapat
menyebabkan prevalensi anak pendek sangat tinggi yang mempengaruhi satu dari
tiga anak balita sebagai proporsi masalah kesehatan menurut kriteria Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Proporsi anak pendek pada penduduk miskin sebesar 40%
sedangkan penduduk kaya sebesar 33%.
Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari
kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun.
Stunting pada anak-anak mencerminkan efek yang luas dari kekurangan gizi yang
kronis selain itu beresiko lebih besar menderita penyakit menular dan tidak menular
pada usia dewasa.
Pencegahan dan penurunan stunting merupakan salah satu fokus pemerintah
yang bertujuan agar anak-anak Indonesia tumbuh dan berkembang secara optimal
dan maksimal disertai kemampuan emosional, social dan fisik yang siap untuk belajar
serta berinovasi dan berkompetisi d tingkat global. Dalam pencegahan dan penurunan
stunting dilakukan upaya untuk meningkatkan layanan dan cakupan intervensi gizi
spesifik dan intervensi gizi sensitive sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Pemerintah Indonesia sangat berkomitmen dalam upaya penurunan prevalensi
stunting, sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 menjadi 14% pada
tahun 2024. Untuk mencapai target penurunan stunting, dilakukan berbagai upaya
melalui intervensi spesifik dan sensitif, penajaman strategi serta komitmen yang tinggi
dari semua pihak termasuk upaya meningkatkan partisipasi masyarakat, diantaranya
melalui kegiatan Posyandu dengan kader sebagai pelaksananya. Penguatan
intervensi spesifik diprioritaskan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai saat
kehamilan sampai bayi 0-23 bulan dan juga intervensi pada remaja.
Indonesia telah mempunyai Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
Stunting 2018-2024, Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Intervensi
Penurunan Stunting di Kabupaten/Kota, dan Panduan Pemetaan Program, kegiatan,
dan sumber pembiayaan untuk mendorong konvergensi percepatan pencegahan
stunting di kabupaten/kota sebagai buku pegangan resmi Organisasi Perangkat
Daerah (OPD). Agar pelaksanaan kegiatan dan integrasi di setiap tingkatan dapat
terselenggarakan dengan baik, diperlukan suatu Pedoman Penanggulangan Stunting
sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan provinsi maupun Kabupaten/kota, bagi
Puskesmas maupun bagi Posyandu (masyarakat)
Peningkatan sarana dan prasarana fisik pembinaan tumbuh kembang anak
dengan pengadaan binaan keluarga balita stunting. Bina keluarga balita stunting
adalah sebuah kegiatan yang khusus mengelola pembinaan tumbuh kembang anak
melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur pada masa balita. Hal ini
sangat berperan penting dalam upaya percepatan penurunan stunting melalui ini
balita dibimbing untuk dapat mendeteksi balitanya apakah dalam kategori stunting
atau tidak. Keluarga balita juga diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
melakukan stimulasi tentang tumbuh kembang sehingga anak dapat meksimal
pertumbuhan dan perkembangannya. Agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik
maka perlu adanya sarana, pihak-pihak yang terkait dilintas sector dapat membantu
upaya penurunan stunting ini.
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Menunjung upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit,
serta pemulihan kesehatan
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui data status gizi khususnya stunting di masyarakat
- Melakukan pencegahan dan penurunan stunting melalui pelayanan gizi
berdasarkan intervensi spesifik dan sensitif
6. SASARAN
-Bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Batang Tumu
-Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Batang Tumu
- Wanita Usia Subur (WUS) yang pasca persalinan
-Remaja putri
SPESIFIK
1 Pengukuran TB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Balita di posyandu
3. Memberikan tablet √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
FE1 setiap
kunjungan
posyandu ibu hamil
4. Memberikan tablet √ √
FE2 di sekolah
untuk remaja putri
6. Memberikan
tatalaksana gizi
buruk kepada anak
balita yang
tervalidasi sebagai
gizi buruk, bisa
dilakukan sweeping
atau kunjungan
rumah
7. Pemberian PMT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
terhadap anak gizi
kurang
8. Pemantauan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
imunisasi lengkap
dasar dilakukan di
posyandu
SENSITIF
9. Pemberian KB
pascapersalinan
bisa didapatkan
saat posyandu atau
datang langsung ke
Puskesmas
10. Sosialisasi ke √
masyarakat terkait
BABS (Buang Air
Besar
Sembarangan)
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Batang Tumu Koordinator Program Gizi