Anda di halaman 1dari 48

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Balita mengenai Pemberian

Makanan balita dalam


Upaya Pencegahan Masalah Gizi
di Posyandu Kelurahan Koto Katik

dr. Wulan Dwi Yulistia

Pendamping Wahana: dr. Yunita Saraswati


Pendahuluan
LATAR BELAKANG

Indonesia termasuk negara Dampak paling buruk jika


yang mengalami double burden masalah gizi terjadi pada 1000
of malnutrition/ DBM HPK.

DBM: kurang gizi dan kelebi- Stunting menjadi masalah


han gizi pada waktu utama gizi masyarakat.
bersamaan.
STUNTING

suatu kondisi tinggi badan saat pemeriksaan tinggi badan, Kondisi kerdil ini dapat dike-
anak tidak sesuai dengan jika dimasukkan tahui setelah anak berusia 2
usianya dikarenakan kekur- kedalam growth chart tahun dan sudah melewati
angan asupan gizi didalam WHO 2006 TB/U didapatkan 1000 HPK.
kandungan dan awal ke- interprestasi kurang
hidupan dari -2 standar deviasi (Stun-
ted) dan kurang dari -3 standar
deviasi (Severely Stunted).
LATAR BELAKANG

Prevalensi stunting
Tahun 2022 : 32,6%
Tahun 2017 : 22,2% (150,8 juta)

thailand: 16 %

vietnam: 23 %

myanmar: 35 %

Tahun 2020: 35,6 %

Lebih dari 1/3 anak berusia


dibawah 5 tahun di Indonesia tingginya
dibwaha rata-rata
Prevalensi Stunting

Riskesdas 2018 : stunting 30,8 %,


pendek 19,3% dan sangat pendek
11,5%.

Sumatera Barat :
2017 : 30,6% > 2018 29,9 % >
2019 27,47% > 2020 26,71 % >
2021 23,3%

Puskesmas Koto Katik


2021 : 11,04%
Masalah Gizi Indonesia

masalah gizi yang sudah terk- Masalah gizi yang belum dapat masalah gizi yang sudah
endali terselesaikan (unfinished) meningkat dan mengancam kese-
hatan masyarakat
(emerging).

Stunting

(RPJMN) tahun 2020-2024 : penurunan pre-


valensi menjadi 14%
Permasalahan Gizi Puskesmas Koto Katik

01. 02. 03. 04.

Cakupan N/D belum men- cakupan T/D dan 2T/D pada Cakupan BGM lebih tinggi Prevalensi stunting 11,04%.
capai target 89%, secara ke- empat kelurahan belum dari yang diharapkan 0,2%.
seluruhan pencapaian N/D mencapai target lebih tinggi
57,61%. dari
yang diharapkan yaitu < dari
2%
Faktor penyebab permasalahan gizi

Faktor Langsung : asupan gizi dan penyakit infeksi.

Faktor tidak langsung : pengetahuan gizi, pendidikan ibu, pendapatan keluarga,


pekerjaan ibu, pemberian MP-ASI terlalu dini.
Pencegahan stunting dan masalah gizi : mengoptimalkan pemberian gizi saat golden period.

Bayi yang berusia 0-6 bulan wajib diberikan ASI Memulai MP-ASI akan ada masa peralihan dari ASI
ekslusif tanpa adanya makanan tambahan lain. ekslusif ke makanan keluarga yang disebut dengan
masa penyapihan.

Pada bayi usia 6 bulan diberikan Makanan Pen- pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap, mu-
damping ASI (MP-ASI) namun tetap diiringi lai dari jenis, jumlah, frekuensi, tekstur, dan kon-
dengan pemberian ASI sampai usia dua tahun. sistensi sampai pemberian gizi anak terpenuhi se-
suai dengan pemberian makanan keluarga.
Place subtitle text here

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Khusus

b. mengetahui tingkat penge-


“Bagaimana tingkat penget- Tujuan Umum: tahun mengenai pengolahan
dan pemberian makanan
ahuan mengenai pengolahan untuk mengetahui gambaran
pada balita.
dan pemberian makanan tingkat pengetahuan men- c. Memberikan masukan
dalam pengolahan dan pem-
pada balita pada ibu-ibu bal- genai pengolahan dan pem-
berian makanan tambahan
ita Posyandu PKM Koto berian makanan pada ibu-ibu pada balita dalam upaya
pencegahan masalah gizi bal-
Katik?” balita.
ita.
Manfaat

Bagi Penulis Bagi Puskesmas

Kegiatan ini diharapkan dapat men- Laporan ini diharapkan dapat menjadi ba-
ingkatkan pengetahuan penulis lebih han masukan dan pertimbangan untuk
mendalam mengenai pengolahan dan pem- meningkatkan upaya pencegahan permasa-
berian makanan pada balita di posyandu lahan gizi di Posyandu wilayah Kerja PKM
kelurahan Koto Katik. Koto KAtik.
Tinjauan Pustaka
1000 Hari Pertama Kehidupan
Periode kritis dan periode emas dalam tumbuh kembang anak.

270 hari selama kehamilan + 365 hari tahun I + 365 hari tahun II.

PP No. 42 Tahun 2013 tentang Ger-


Kesehatan & kebutuhan
akan Nasional Percepatan Per-
gizi anak harus optimal
baikan Gizi
8 minggu pertama
9 minggu s/d lahir
dalamkandungan
•Janin akan mempersiapkan diri
•Bakal janin -> organ-organ untuk dpat hidup di luar kandungan ->
optimalkan tumbuh kembang organ

Setelah lahir

•Organ masih terus


berkembang, termasuk
otak
Perkembangan Fungsi Otak

Dalam Kandungan Setelah lahir s/d 2 th


Dalam Kandungan
23%
23% 70-80%

Usia 55 th
Usia th
90%
90%
Gangguan perkem-
Asupan gizi ibu ku-
bangan organ tubuh Risiko BBLR
rang
bayi

Kependekan Anak intergenerasi >> stunt-


ing
Intervensi Gizi

Intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan
yang sasarannya periode 1000 HPK dan bersifat jangka pendek,
berkontribusi 30% dalam perbaikan gizi.

intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan program pembangunan yang memberi pengaruh pada status
gizi masyarakat terutama kelompok 1000 HPK, seperti penanggulangan kemiskinan, pendidikan, gender, air
bersih, sanitasi, serta kesehatan lingkungan dan
berkontribusi 70% dalam perbaikan gizi
Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi Gizi Sensitif
Pemantauan Pertumbuhan & Perkembangan

Perkembangan: hasil interaksi kematan-


Pertumbuhan: bertambahnya ukuran &
gan SSP dengan organ yang dipen-
jumlah sel serta jaringan.
garuhinya.
Melalui antropometri -> ukur BB, PB
Motorik kasar & halus, bicara & bahasa,
atau TB, lingkar kepala.
sosialisasi & kemandirian.
Untuk melihat apakah ada gangguan atau
Dalam buku KIA ada checklist perkemban-
tidak.
gan anak sesuai kelompok umur.
Pemantauan Pertumbuhan & Perkembangan

Anak 0-24 bln dengan kenaikan BB kurang dari standar weight increment -> risiko
gagal tumbuh, evaluasi lengkap & periksa kemungkinan penyakit penyerta atau ru-
juk.

BB/PB atau BB/TB <-2 atau <-3 SD -> gizi kurang/gizi buruk, beri tatalaksana gizi
buruk atau dirujuk.

IMT/U >+1 SD -> risiko kenaikan lemak tubuh dini, beri tatalaksana gizi lebih atau
dirujuk.
Pemantauan Pertumbuhan & Perkembangan

Anak 0-24 bln dengan kenaikan PB kurang dari standar length increment -> risiko
perlambatan pertumbuhan linear, evaluasi lengkap dan periksa kemungkinan
penyakit penyerta atau rujuk.

PB/U atau TB/U <-2 SD -> perawakan pendek, tindak lanjut: tatalaksana stunting
dan dirujuk.
Pemantauan Pertumbuhan & Perkembangan

Bayi atau anak belum mampu melakukan salah satu kemampuan yang seharusnya
sesuai usianya -> anjurkan untuk dibawa ke dokter, bidan, atau perawat.

Dianjurkan bawa anak sejak usia 3 bln s/d 2 th ke faskes untuk dapat layanan
SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang) tiap 3 bulan
sekali.
Definisi Stunting

Disebut juga kerdil.

Dapat mengganggu tumbuh kembang anak, disebabkan masalah asu-


pan gizi dalam waktu lama saat 1000 HPK.

Antropometri -> bila Z-score TB/U <-2 SD (stunted) atau <-3 SD


(severely stunted).
Epidemiologi Stunting

Prevalensi stunting
Tahun 2022 : 32,6%
Tahun 2017 : 22,2% (150,8 juta)

thailand: 16 %

vietnam: 23 %

myanmar: 35 %

Tahun 2020: 35,6 %

Lebih dari 1/3 anak berusia


dibawah 5 tahun di Indonesia tingginya
dibwaha rata-rata
Prevalensi Stunting

Riskesdas

2007 2018
2013

18% 19,3%
19,2%

Sumatera Barat :
2017 : 30,6% > 2018 29,9 % > Puskesmas Koto Katik
2019 27,47% > 2020 26,71 % > 2021 : 11,04%
2021 23,3%
Etiologi & Faktor Penyebab Stunting

FAKTOR PENYEBAB

MULTIDIMENSI. Langsung:
Asupan gizi (kecukupan energi, protein,
1. Pengasuhan yang kurang baik. zink, pemberian ASI, tablet Fe), penyakit
2. Layanan kesehatan terbatas. infeksi.
3. Akses keluarga ke makanan bergizi masih
kurang. Tidak langsung:
4. Akses air bersih dan sanitasi masih kurang. BBL, PBL, usia ibu saat melahirkan, BB
ibu saat hamil, pendidikan ibu, pendap-
atan keluarga, pekerjaan ibu, ANC.
Dampak Stunting

Langsung:
• gangguan perkembangan
kognitif & motorik,
• gagal tumbuh,
• gangguan metabolisme.

Tidak langsung:
• kapasitas intelektual menurun,
• Risiko PTM meningkat.
anak stunting & kurang gizi memi-
liki IL-6 yang meningkat.

menghalangi induksi hormon per-


tumbuhan dan kerja IGF-1

risiko gangguan pertumbuhan

Patofisiologi &
STUNTING
Patogenesis Stunting
Gizi kurang yang bersifat kronis:
BB/U dan TB/U rendah sedangkan BB/TB normal -> stunting.
Metodologi Penelitian
Posyandu Anggrek bertempat
• Penelitian ini adalah
penelitian survey dengan Tempat dan di PAUD Kuntum
Desain
pendekatan cross sectional Waktu Khaira Kelurahan Koto Katik
tanggal 4 Januari 2023

ibu-ibu balita yang bertempat


tinggal kelurahan
Ibu-ibu balita kelurahan Koto Katik
Populasi Tar- Populasi ter- Koto Katik dan melakukan
get jangkau kunjungan ke Posyandu
Anggrek Kelurahan Koto
Katik
Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel Kriteria Inklusi Besar Sampel

teknik purposive sampling,


yaitu didasarkan pada suatu • Ibu-ibu yang memiliki bayi disesuaikan dengan jumlah ibu-
pertimbangan tertentu yang bawah lima tahun (balita) di ibu balita yang berkunjung
ke Posyandu Anggrek Kelura-
dibuat oleh peneliti sendiri, daerah Kel. Koto Katik han Koto Katik yang
berdasarkan ciri-ciri atau sifat- • Bersedia mengikuti memenuhi
kriteria inklusi.
sifat populasi yang sudah dike- penelitian/mengisi kuesioner
tahui sebelumnya
Definisi Operasional Instumen Penelitian
• Pengetahun ibu tentang stunting dan pengolahan makanan Instrumen Penelitian ini
balita adalah kuesioner.
Definisi : Hasil penilaian terhadap segala sesuatu
yang ibu ketahui tentang stunting dan pengolahan
makanan balita
Alat Ukur : Kuesioner Teknik Pengumpulan Data
Skala Ukur : Ordinal
Data diperoleh dari
Hasil Ukur : 1. Kurang (≤ 55 %)
pengisian kuesioner yang
2. Cukup (56-75%)
telah disiapkan oleh peneliti.
3. Baik (76-100%)
Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di posyandu Anggrek bertempat di Paud Kuntum Khaira pada
tanggal 4 Januari 2023. Posyandu dilaksanakan dengan sistem 5 meja, dimana di meja pertama
dilakukan pendaftaran, di meja kedua dilakukan penimbangan bayi dan balita, di meja ketiga
dilakukan pengisian KMS, meja ke
empat penyuluhan dan pelayanan gizi balita, dan meja ke lima pemberian
imunisasi pada balita. Ibu-ibu balita yang datang ke posyandu Anggrek dijadikan responden pada
penelitian ini. Para responden akan diminta untuk menjawab
pertanyaan pewawancara yang sudah disesuaikan dengan kuisioner yang
tersedia mengenai stunting dan pengolahan makanan pada balita.
Identitas Responden

Nama (inisial) Usia Pekerjaan Pendidikan Terakhir Usia anak

Ny. DS 29 tahun IRT D3 3 tahun 5 bulan dan 6 bulan

Ny. IF 32 tahun IRT S1 3 tahun dan 8 bulan

Ny. Y 41 tahun IRT SD 26 bulan

Ny. L 24 tahun IRT SMK 7 bulan

Ny. KW 26 tahun IRT SMK 2 bulan

Ny. MNR 33 tahun IRT SMP 3 tahun

Ny. YN 44 tahun IRT SMA 22 bulan

Ny. SR 22 tahun IRT SMP 2 tahun 2 bulan


Karakteristik Ibu Balita F (%) Umur mayoritas responden
Kategori Umur/Tahun berumur 26-35 tahun sebanyak 4 or-
17-25 tahun 2 25 ang (50%), sedangkan
untuk usia 17-25 tahun dan 36-45
26-35 tahun 4 50 tahun sebanyak 2 orang (25%).
36-45 tahun 2 25
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan responden ber-
variasi dengan mayoritas
SD 1 12,5 SMA/sederajat sebanyak 3
SMP/sederajat 2 25 orang (37,5%), lulusan SMP/sederajat
dan D3/Sarjana
SMA/sederajat 3 37,5
sebanyak 2 orang (25%) dan
D3/Sarjana 2 25 hanya 1 responden dengan
Jenis Pekerjaan tingak pendidikan SD (12,5%).
IRT 8 100
Pekerjaan responden semuanya ada-
PNS 0 0 lah IRT (100%).
Swasta 0 0
Jumlah 8 100
Distribusi Pengetahuan Ibu tentang Stunting dan Pengolahan Makanan Balita di Posy-
andu Anggrek

Kriteria F (%)

Kurang 2 25

Cukup 6 75

Baik 0 0

Jumlah 8 100

Mayoritas pengetahuan responden yaitu cukup sebanyak 6 orang (75%) dan 2 orang
pengetahuan kurang (25%).
Namun tidak ada dari responden mempunyai karakteristik
pengetahuan yang baik (0%).
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Ibu-ibu balita yang berkunjung ke posyandu Anggrek Kelurahan Koto Katik sebagian besar ber-
usia 26-35 tahun, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA/sederajat dan semua ibu ada-
lah ibu rumah tangga.

Berdasarkan hasil kuesioner tingkat pengetahun tentang stunting dan pengolahan makanan balita pada ibu-ibu
balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Koto Katik memiliki pengetahuan yang tergolong cukup dan kurang,
tidak ada ibu-ibu balita dengan pengetahuan yang tergolong baik.
Saran

Diharapkan media KIE menge- Diharapkan peran serta kader Dibutuhkan juga peran serta
nai stunting dapat diperbanyak posyandu, bidan-bidan kelura- berbagai pihak dalam memper-
seperti poster stunting, pam- han, serta bagian gizi untuk sipkan remaja-remaja yang di
phlet ataupun leaflet terutama lebih gencar memberikan in- masa depan akan menjadi ibu
di setiap posyandu, di poli KIA formasi mengenai pengolahan untuk memperhatikan kesiapan
Puskesmas dan tempat-tempat dan pemberian makanan yang gizi dalam rangka menurunkan
public lainnya. benar pada balita. angka stunting pada balita.
Lampiran
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai