OLEH :
Hari :
Tanggal :
Tahun :
Mengetahui,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia,
Taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal ini dengan Judul
DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2018”. Dapat terselesaikan. Proposal ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S.I
dengan hati yang tulus kepada ibu Fitri Rhomadonika, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing 1
dan Ibu Haryani, SST.,M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberi masukan dan
motivasi selama penulisan proposal. Tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. H. Zulkahfi, S.Kep., Ners., M.Kes., Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Yarsi Mataram yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya untuk
2. Irwan Hadi, S.Kep., Ners., M.Kep., Selaku Ketua Program Studi Keperawatan Jenjang
(S.1) STIKES Yarsi Mataram yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada
3. Bapak dan Ibu Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yarsi Mataram yang
4. Kedua orang tua atas do’a dan semangatnya serta saudara-saudaraku yang telah memberikan
dorongan, semangat, dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal ini tepat
pada waktunya.
5. Sahabat, Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan proposal ini. Kami sadari bahwa proposal ini jauh
dari sempurna, tetapi kami berharap proposal ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 6
1.5 Keaslian Penelitian........................................................................ 7
PENDAHULUAN
Dunia mencapai 18-34 juta. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam, di hampir
semua daerah endemik, insidensi hipertermi banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun
(Suriadi, 2013). Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar
19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita hipertermi (Alves & Almeida, 2013).
Penelitian yang dilakukan di Kuwait (Jalil, Jumah, & Al-Baghli, 2008) menunjukkan
bahwa sebagian besar anak 3 bulan sampai 36 bulan mengalami serangan hipertermi rata-rata
6 kali per tahun. Apabila hipertermi tidak segera diatasi maka dapat terjadi komplikasi antara
lain kemungkinan dehidrasi, kekurangan oksigen, demam diatas 42ºC dan kejang demam
bahkan kematian. Untuk itu agar tidak terjadi komplikasi yang fatal demam harus segera
Profil kesehatan Indonesia tahun 2013, mengungkapkan bahwa pada tahun 2013
jumlah penderita hipertermi yang disebabkan oleh infeksi dilaporkan sebanyak 112.511
kasus dengan jumlah kematian 871 orang. Hal ini terjadi peningkatan jumlah kasus
hipertermi yang disebabkan oleh infeksi tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 dengan
angka 90.245 kasus hipertermi infeksi pada anak di Indonesia (Sekretariat Jendral
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien. Saat ini pengobatan hipertermi dilakukan dengan
yang tipis, dan tepid sponge dengan air hangat. Telah dikenal dua macam cara kompres kulit,
yaitu tepid sponge dan kompres hangat. Namun kompres hangat telah dikenal secara luas
Perawat berperan penting untuk mengatasi hipertermi melalui peran mandiri maupun
kolaborasi. Untuk peran mandiri dalam mengatasi hipertermi bias dengan melakukan
kompres (Setiawati,2009). Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh bila anak mengalami hipertermi. Selain itu, kompres alcohol juga dikenal sebagai
bahan untuk mengompres. Namun kompres menggunakan es sudah tidak dianjurkan karena
pada kenyataan demam tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis,
menggigil, dan kebiruan. Tindakan dengan memberikan es/air es ini dapat menyebabkan
Metode kompres yang lebih baik adalah kompres Tepid Sponge (Kolcaba,2010).
Penelitian yang di lakukan oleh Eka Adimayanti dengan judul “Pengaruh Tepid
Sponge Terhadap Penurunan Suhu tubuh Pada Anak Pra Sekolah Yang Mengalami Demam
DI RSUD Unggaran”, hasil penelitian menunjukkan suhu sebelum dilakukan tepid sponge
sebagian besar (73,34%) berada pada suhu 38-39°C. Suhu tubuh setelah dilakukan tepid
sponge sebagian besar (63%) berada pada suhu 37-38°C. Perbedaan suhu tubuh anak pada uji
Pemberian kompres water tepid sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh (Jurnal
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang berbeda bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan dalam mengatasi
demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
anak terganggu. Demam dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan
cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang dan penurunan
kesadaran (Maharani, 2011). Demam yang mencapai suhu 41°C angka kematiannya
mencapai 17%, dan pada suhu 43°C akan koma dengan kematian 70%, dan pada suhu 45°C
memberikan obat antipiretik. Sedangkan tindakan non farmakologis yaitu tindakan tambahan
dalam menurunkan panas setelah pemberian obat antipiretik. Tindakan non farmakologis
terhadap penurunan panas seperti memberikan minuman yang banyak, ditempatkan dalam
ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal, dan memberikan kompres
(Kania, 2007).
Berdasarkan data yang di peroleh oleh peneliti dari hasil dokumentasi Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram, jumlah pasien yang mengalami hipertermi pada anak tahun
2016 sebanyak 157 pasien yang terdiri dari laki-laki sebanyak 116 pasien, dan perempuan
sebanyak 41 pasien. Pada tahun 2017 jumlah pasien yang mengalami hipertermi pada anak
adalah sebanyak 168 pasien, yang terdiri dari 121 laki-laki, dan 47 perempuan. Jumlah pasien
anak yang mengalami hipertermi dalam 3 bulan terakhir (bulan juni-agustus) yaitu sebanyak
kepada perawat yang berada di ruang irna IIIB didapatkan bahwa terapi yang digunakan
dalam menangani demam pada anak diruangan tersebut yaitu menggunakan terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yang digunakan yaitu obat
antipiretik sedangkan terapi non farmakologis yang sering digunakan diruang tersebut yaitu
hanya kompres hangat. Namun belum pernah dilakukan penelitian terkait tehnik tepid
sponge.
Bardasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut: “Apakah Tindakan Teknik Tepid Sponge Efektif Untuk Menurunkan Suhu Tubuh
Pada Anak Yang Mengalami Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Tahun 2018”?
Mengetahui Efektifitas Tindakan Teknik Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh
Pada Anak Yang Mengalami Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Tahun 2018.
a. Mengidentifikasi suhu tubuh pada anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh sebelum
b. Mengidentifikasi suhu tubuh pada anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh setelah
c. Menganalisis efektifitas tindakan teknik tepid sponge pada anak yang mengalami
keperawatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan bahan
pertimbangan bagi rumah sakit agar dapat memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
hipertermi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan bagi profesi dalam
Sebagai bahan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih kompleks.
1.5 Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1Pengertian
yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertermia terjadi karena pelepasan pirogen
dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
Menurut Potter & Perry (2010) hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang
mengurangi produksi panas. Suhu rektal >38°C (100,4 F). Suhu inti (rektal) lebih dapat
diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi, sekresi
hormon thyroid berlebihan, olah raga berat, sampai lesi system syaraf pusat atau infeksi
oleh mikroorganisme atau ada penjamu proses non infeksi seperti radang atau pelepasan
bahan-bahan tertentu seperti leukemia. Demam di asosiasikan sebagai bahan dari respon
fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalanan patologis dari suatu penyakit yang
keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu
untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normal suhu tubuh
2.1.2 Penyebab
hipotalamus yang disebabkan oleh meningkatnya produksi panas endogen (olah raga berat,
kehilangan panas (memakai selimut berlapis-lapis, keracunan atropine), atau terpajan lama
pada lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas). Ada juga yang menyebutkan bahwa
hipertermia atau demam pada anak terjadi karena reaksi transfusi, tumor, imunisasi,
Menurut Sari Pediatri (2008) tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu
virus sangat jarang menjadi penyebab demam berkepanjangan, tetapi 20% penyebab adalah
infeksi virus. Sebagian besar penyebab demam pada anak terjadi akibat perubahan titik
pengaturan hipotalamus yang disebabkan adanya pirogen seperti bakteri atau virus yang
dapat meningkatkan suhu tubuh. Terkadang demam juga disebabkan oleh adanya bentuk
disebabkan karena adanya faktor endogen, pengurangan kehilangan panas, akibat terpajan
lama lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas), ada juga yang menyebutkan bahwa
hipertermia atau demam pada anak terjadi karena reaksi transfusi, imunisasi, dehidrasi,
adanya penyakit, adanya pirogen seperti bakteri atau virus dan juga karena adanya
pengaruh obat.
2.1.3 Batasan Karakteristik
a. Konvulsi
b. Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi kontraksi dan peregangan
dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang tidak terkendali seperti
kejang.
c. Kulit kemerah-merahan
f. Hal ini berhubungan dengan adanya produksi panas yang berlebih, kehilangan panas
berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi antara
keduanya.
g. Kejang
Kejang terjadi karena adanya peningkatan temperatur yang tinggi sehingga otot tubuh
h. Takikardia
i. Takikardia merupakan tanda-tanda dini dari gangguan atau ancaman syok, pernapasan
j. Takipnea
k. Takipnea merupakan tanda-tanda dini dari gangguan atau ancaman syok, pernapasan
m. Fase dingin pada hipertermia akan hilang jika titik pengaturan hipotalamus baru telah
tercapai. Dan selama fase plateau, dingin akan hilang dan anak akan merasa hangat.
Hal ini juga terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah sehingga kulit menjadi
hangat.
Menurut NANDA (2012) faktor yang berhubungan atau penyebab dari hipertermia
meliputi :
a. Anestesia
b. Setiap tanda-tanda vital di evaluasi dalam kaitannya dengan efek samping anestesi
dan tanda-tanda ancaman syok, pernapasan yang memburuk, ataunyeri karena anestesi
c. Penurunan perspirasi
d. Penguapan yang tidak dapat keluar akan mengganggu sirkulasi dalam tubuh sehingga
e. Dehidrasi
f. Tubuh kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 –900 cc air
tiap harinya menguap dari kulit dan paru-paru sehingga terjadi kehilangan air dan
panas. Kehilangan panas air ini yang menyebabkan dehidrasi pada hipertermia.
i. Penyakit
j. Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang
l. Pakaian yang tidak tebal akan memaksimalkan kehilangan panas. Peningkatan laju
metabolism Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme, yaitu
reaksi kimia dalam seluruh sel tubuh. Aktivitas yang membutuhkan reaksi kimia
tambahan akan meningkatkan laju metabolik, yang juga akan menambah produksi
hipertermia.
m. Medikasi
o. Trauma
p. Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang
q. Aktivitas berlebihan
Gerakan volunter seperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan energy tambahan.
Laju metabolik meningkat saat aktivitas berlebih dan hal ini menyebabkan
mempertahankan suhu tubuh pada angka sekitar set point (37°C). Suhu tubuh diatur dengan
yang berada di pusat dan perifer. Jika terjadi perubahan suhu, reseptor-reseptor ini
menurunkan produksi panas untuk mempertahankan suhu set point yang konstan. Akan
tetapi, selama infeksi substansi pirogenik menyebabkan peningkatan set point normal
meningkatkan produksi panas sampai suhu inti (internal) mencapai set point yang baru.
yang disuplai oleh suatu jaringan kaya vaskuler dan sangat permeabel. Jaringan vaskuler
yang khusus ini disebut organum vasculorum laminae terminalis (OVLT). Sel-sel endotel
OVLT ini melepaskan metabolit asam arkidonat ketika terpapar pirogen endogen dari
2.1.6 Penatalaksanaan
atau menurunkan suhu ini mencakup intervensi farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk
terapi farmakologi obat antipiretik yang digunakan untuk mengatasi demam antara lain
merupakan obat pilihan, aspirin tidak diberikan pada anak-anak karena terdapat hubungan
antara penggunaan aspirin pada anak-anak dengan virus influenza atau cacar air dan
sindroma Reye. Penggunaan ibu profen disetujui untuk menurunkan demam pada anak
yang berusia minimal 6 bulan. Strategi non farmakologis terdiri dari mempertahankan
intake cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi. Intake cairan pada anak yang
mengalami demam di tingkatkan sedikitnya 30–50 ml cairan per jam (misalnya air putih,
jus buah, dan cairan tanpa kafein lainnya). Intervensi lainnya adalah memakai pakaian yang
berwarna cerah, melepas jaket atau tidak menggunakan baju yang tebal, dan mengatur suhu
antipiretik. Namun selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan para ibu saat
anaknya demam. Selain itu, kompres alkohol juga dikenal sebagai bahan untuk
kenyataan demam tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis,
menggigil, dan kebiruan. Metode kompres yang lebih baik adalah kompres tepid sponge
(Kolcaba,2007).
Kompres tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini
menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja, melainkan langsung
dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar. Selain itu masih ada perlakuan
tambahan yaitu dengan memberikan seka dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang
diterapkan terhadap klien ini akan semakin komplek dan rumit dibandingkan dengan teknik
yang lain. Namun dengan kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi
penyampaian sinyal ke hipotalamus lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan
mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi perpindahan panas dari
tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga,
2010).
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang di produksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Adapun tempat pengukuran suhu
tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani,
esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral.
Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor
dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor
ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat. Dengan pengukuran
waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feedback) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun
Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan dialami oleh
orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan kalau ia keluar dari
air dan masuk kembali maka ia akan merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena
suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini
terjadi pada uhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila
suhu berada di atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17°C.
Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit,
kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap rangsangan suhu. Pada
suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa dingin rendah.
Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa dingin meningkat.
daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.
Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin dan panas
terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah
dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan
dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu.
tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
a. BMR (Basal Metabolisme Rate), terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
b. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
Hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan panas ini ialah
brownfat. Pada bayi baru lahir, brownfat ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal.
Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak
mitokondria, banyak dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi
saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brownfat,
Hasil dari fosforilasioksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa
dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brownfat. Brown fat ini
berlangsung secara fisika. Cara yang digunakan oleh tubuh untuk memindahkan panas
permukaan. Yang dimaksud dengan hantaran ialah pengangkutan Panas melalui satu
proses pendalaman karena proses perpindahan panas ini hanya terjadi dari daerah
dengan titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Pada perpindahan panas secara
2) Konveksi (Convection), Perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida dalam hal ini
adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan bergantung pada aliran udara yang
effect) yaitu lapisan udara panas akan terdorong naik oleh lapisan udara dingin.
manusia mendapat panas dari pancaran panas yang lebih tinggi dan tubuh manusia
dapat akan memancarkan panasnya secara radiasi ke setiap objek yang mempunyai
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu,
ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
a. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam
b. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
c. Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan
1) Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
2) Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar.
Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat
impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh
rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang
tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap
lingkungan.
sekresi tiroksin.
disebut efektor. Reseptor saraf yang paling sederhana hanya berupa ujung dendrit dari
suatu sel syaraf (neuron), tidak meliputi selubung / selaput myelin dan dapat di temukan
Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah suatu
kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu: Preoptic area. Area ini
menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor dari kulit dan membran mukosa serta
dalam hipotalamus. Neuron-neuron pada area peroptic membangkitkan impuls syaraf pada
frekwensi tinggi ketika suhu darah meningkat dan frekwensi berkurang jika suhu tubuh
menurun. Impuls-impuls syaraf dari area preoptic menyebar menjadi 2 bagian dari
hipotalamus diketahui sebagai pusat hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana
ketika distimulasi oleh area preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon operasional
koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan
Pusat suhu pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika
hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan terganggu dan
mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme pengaturan suhu tubuh manusia erat
kaitannya antara kerja sama system syaraf baik otonom, somatic dan endokrin. Sehingga
ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh system persyarafan maka tidak lepas
pula kaitannya dengan kerja system endokrin terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh
Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat
a. Exercise
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet
b. Hormon
Hormon lain adalah testosteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan
c. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom
d. Suhu tubuh
e. Asupan makanan
protein.
f. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas
akannormal setelah anak mencapai pubertas. Lansia sensitif terhadap suhu yang
metabolisme.
g. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dan
karbohidrat.
h. Kadar Hormon
i. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan.
j. Lingkungan
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun terjadi
perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis yang dapat
dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati suhu
tubuh inti yaitu sekitar 37°C. suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 –
0,7°C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang
k. Demam ( peradangan ).
a. Demam
sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat
melawan virus). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan
penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan
panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang lebih
c. Hipertermia
mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-
d. Heatstroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko
termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang
berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk
gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital
menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak
mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya terhadap
keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil
tidak reaktif. Terjadi kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan
e. Hipotermia
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami
hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak
mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan,
dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan
serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka
mekanisme feedback negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal
(Tortora, 2000).
preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neuro sekretory
a. Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke
panas.
c. Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan
memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang
yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat
d. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon
meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas. Impuls
syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit
menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan
konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih
hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate
berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar
keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpati shipotalamik. Saat air menguap melalui
permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil
panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Skema mekanisme
Tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik
kompres blok pada pembuluh darah besar superficial dengan teknik seka. Telah di uji di
berbagai negara dimana di setiap publikasi riset menghasilkan kesimpulan yang bervariasi.
penurunan suhu anak dengan demam pada satu jam pertama dibandingkan dengan anak
kemerahan, dan nyeri kepala. Pemilihan tepid sponge sebagai terapi dapat menurunkan
suhu dan mengurangi ansietas yang diakibatkan oleh penyakitnya (Janis, 2010).
tubuh. Akan tetapi selama tepid sponge, terjadi penurunan suhu tubuh yang menginduksi
vasokonstriksi periferal, menggigil, produksi panas metabolik dan ketidaknyamanan secara
Tepid sponge sebagai salah satu cara untuk menurunkan demam masih menjadi
topik kontroversial dikalangan tenaga kesehatan di Brazil. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Alves, Almeida, dan Almeida (2008) menjelaskan bahwa setelah 15 menit dilakukan
tepid sponge plus dipyrone, suhu badan per aksila pada anak usia 6 bulan – 5 tahun
jam pemberian dipyrone saja, demam akan turun. Akan tetapi pada kelompok anak yang
memperoleh tepid sponge plus dipyrone, anak cenderung cengeng dan gelisah
dengan jumlah partisipan sebanyak 75 anak, usia 6 bulan – 5 tahun. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa 60 menit setelah dilakukan tepid sponge plus parasetamol,
terjadi penurunan suhu yang lebih cepat pada kelompok intervensi sebesar 0,5°C (38°C)
sedangkan pada anak yang di berikan tepid sponge saja setelah di berikan intervensi selama
15-20 menit, rata-rata selama 45-60 menit akan mengalami penurunan suhu tubuh sebesar
0,5°C (38°C). Pada anak-anak yang mendapat tindakan tepid sponge, selama tepid sponge
Tujuan utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh pada anak yang
Menurut Janis (2010) manfaat dari pemberian tepid sponge adalah menurunkan suhu
tubuh yang sedang mengalami hipertermi, memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri
dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari hipertermi. Tepid sponge juga
sangat bermanfaat pada anak yang memiliki riwayat kejang demam dan penyakit liver.
Pada dasarnya, mekanisme kerja dari tepid sponge sama dengan kompres hangat
pada umumnya, namun dengan teknik yang sedikit dimodifikasi. Ketika pasien diberikan
kompres hangat, maka akan ada penyaluran sinyal ke hypothalamus yang memulai keringat
dan vasodilatasi perifer. Karena itulah blocking dilakukan pada titik-titik yang secara
peningkatan pembuangan panas dari kulit (Potter, Patricia A., Perry, Anne G; 2010).
Teknik yang digunakan dalam tepid sponge dibagi menjadi dua yaitu persiapan
dan pelaksanaan. Tahap persiapan adalah tahap dimana peneliti mempersiapkan alat dan
bahan yang diperlukan dalam tahap pelaksanaan (Rosdahl & Kowalski, 2008) meliputi:
a. Tahap persiapan
1) Handuk/saputangan
2) Selimut
4) Perlak
5) Handschoen
6) Thermometer
7) Mangkuk atau bak berisi air hangat.
b. Pelaksanaan
4) Mencuci tangan
13) Mengusap bagian ekstremitas klien selama lima menit. Kemudian bagian punggung
15) Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
16) Mengganti sprei (bila memungkinkan) dan memindahkan perlak dan alat-alat yang
dipakai
17) Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman klien sebelum dan setelah prosedur.
Secara umum berdasarkan teori perkembangan periode anak dimulai dari sejak lahir dan
berahir hingga remaja akhir (0-21 tahun). Pengklasifikasian anak dalam konsep
keperawatan di gambarkan oleh Wong ke dalam empat tahapan pertumbuhan yang dimulai
dari periode bayi, periode masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak pertengahan, dan
masa kanak-kanak akhir. Kemudian wong membagi tiap periode tersebut ke dalam
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang unik yang masih
dalam proses tumbuh kembang. Perlindungan anak adalah segala kegiatan yang menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan hak anak adalah
bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran
tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan
tetapi laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda.
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan
berjalan, berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin kompleks
(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry, 2005; Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009; Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2011).
memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan,
Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut sebagai masa anak-anak
pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif
untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak-anak
usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan merasakan evaluasi teman-temannya.
Dapat disimpulkan sebagai sebuah penghargaan diri menjadi masalah sentral bagi anak usia
Indoneisa (2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun (Depkes,
2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak
menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry Eaton, Wilson, Winkelstein, &
Schwartz, 2009).
Menurut Wong (2009), anak usia sekolah atau anak yang sudah sekolah akan
menjadi pengalaman inti anak. Periode ini anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab
atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan
orang lain.
Periode pra-remaja atau pra-pubertas terjadi pada tahap perkembangan usia sekolah,
periode pra-remaja atau pra-pubertas menandakan berakhirnya periode usia sekolah dengan
usia kurang lebih 12 tahun, ditandai dengan awitan pubertas (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2011).
a. Pertumbuhan Fisik
b. Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6 cm atau 2,5 inchi pertahunnya.
Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini, menandakan pertumbuhan
otak yang melambat karena proses mielinisasi sudah sempurna pada usia 7 tahun
(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Habitus tubuh (endomorfi, mesomorfi atau
ektomorfi) cenderung secara relatif tetap stabil selama masa anak pertengahan.
Pertumbuhan wajah bagian tengah dan bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi
desi dua (bayi) merupakan tanda maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6
tahun setelah tumbuhnya gigi-gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi dewasa
terjadi pada kecepatan sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul tonsil
c. Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-menerus.
bola, atau bermain alat musik. Kemampuan perintah motorik yang lebih tinggi adalah
keanekaragaman yang luas dalam bakat, minat dan kesempatan bawaan sejak lahir.
Organ-organ seksual secara fisik belum matang, namun minat pada jenis kelamin yang
berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif pada anak-anak dan meningkat secara
d. Perkembangangan Kognitif
e. Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berpikir
dengan cara logis tentang disini dan saat ini, bukan tentang hal yang bersifat abstraksi.
Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominiasi oleh persepsinya dan sekaligus
f. Perkembangan Moral
1) Fase Preconventional
2) Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai dasar
dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap satu didasari
oleh adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa yang saya
mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang kebaikan, dan
mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu orientasi hukuman dan ketaatan dan
ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu konsekuensi dan tindakan. Tahap
selanjutnya, yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu
sendiri, oleh karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan orangtua
tidak memberikan sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa tindakannya
3) Fase Conventional
4) Pada tahap ini, anak berorientasi pada mutualitas hubungan interpersonal dengan
serta mengadopsi norma-norma yang ada dalam kelompok selain norma dalam
ketika perilaku anak menyebabkan mereka diterima oleh keluarga atau teman
norma tersebut dalam mengambil keputusannya, oleh karena itu penting sekali
adanya contoh karakter yang baik, seperti jujur, setia, murah hati, baik dari keluarga
6) Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada prinsip yang
sebagai suatu kebaikan. Ada dua fase pada tahapan ini, yaitu orientasi pada hukum
Pada fase pertama, anak menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang
tepat yang menguntungkan bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik. Mereka
Tidak ada yang dapat mereka terima dari lingkungan tanpa membayarnya dan
pencapaian kelompok.
Fase kedua dikatakan sebagai tingkat moral tertinggi, yaitu dapat menilai perilaku
baik dan buruk dari dirinya sendiri. Kebaikan di persepsikan ketika mereka dapat
berdasarkan standard moral yang ada, seperti menaati aturan dan hukum yang
berlaku di masyarakat.
d. Perkembangan Spiritual
e. Menurut Fowler, anak usia sekolah berada pada tahap 2 perkembangan spiritual, yaitu
kenyataan. Kenyataan (fakta) spiritual adalah keyakinan yang diterima oleh suatu
terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua dan tokoh agama membantu anak membedakan
antara kenyataan dan khayalan. Orangtua dan tokoh agama lebih memiliki pengaruh
dari pada teman sebaya dalam hal spiritual (Fowler, J. W., 1981; Kozier, Erb, Berman,
e. Perkembangan Psikoseksual
f. Freud menggambarkan anak-anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun) masuk dalam
tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah pada aktivitas fisik dan
intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah ditekan (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2011).
g. Perkembangan Psikososial
h. Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai krisis
Industry versus inferiority (6-12 tahun) Anak akan belajar untuk bekerjasama dengan
bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan, baik dalam kegiatan
Otonomi mulai berkembang pada anak di fase ini, terutama awal usia 6 tahun dengan
dukungan keluarga terdekat. Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi
mempengaruhi gambaran anak terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial lebih
luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau
semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak dengan
dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang mempunyai tujuan.
Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman dilingkungannya
adekuat dan rasa inferiority atau rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu
mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya. Harga
diri yang kurang pada fase ini akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan
dewasa. Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa
terhadap prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan
Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar sekolah. Anak belajar di
sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah.
dan identifikasi. Anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangan,
yaitu:
g. Mengembangkan hati nurani, nilai moral, tata dan tingkatan nilai sosial.
a. Kekuatan alami
mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh, dan beberapa keunikan psikologis yang lebih
mendalam.
dilahirkan dan termasuk tipe perilaku mudah, lambat sampai hangat, dan sulit. Hal
b. Kekuatan eksternal
1) Keluarga
Fungsi keluarga meliputi keinginan untuk bertahan hidup, rasa aman, bantuan
adat istiadat, dan pola spesifik dari interaksi dan komunikasi. Posisi ordinal dan
Kelompok teman sebaya memberi pola dan struktur yang berbeda dalam hal
kesuksesan dan kegagalan, untuk memvalidasi dan menantang pikiran, perasaan dan
konsep.
5) Pengalaman hidup
dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada kebutuhan yang perlu
dipelajari.
7) Kesehatan lingkungan
9) Kesehatan prenatal
10) Faktor prekonsepsi (misal faktor genetik dan kromosom, umur maternal, kesehatan)
dan pasca konsepsi (misal nutrisi, peningkatan berat badan, pemakaian tembakau
11) Nutrisi
12) Pertumbuhan diatur oleh faktor makanan. Nutrisi yang adekuat mempengaruhi apa
psikologis.
16) Sakit atau luka berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan. Sifat dan
psikologis, sosial, spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan dasar anak
perawatan kesehatan dasar (antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi
secara teratur dan periodik, pengobatan sederhana); papa (pemukiman layak) hygiene,
b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, ikatan
erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin
suatu proses tumbuh kembang yang selaras, baik fisik mental maupun psikososial.
Peran dan kehadiran ibu sedini dan sepermanen mungkin menjalin rasa aman pada
bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisis (kulit/ mata) dan psikis sedini mungkin
(antara lain mendekapkan bayi pada ibunya sesegera mungkin setelah lahir).
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah) yang merupakan cikal bakal proses
pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Harus dimulai sedini mungkin,
terutama pada 4 tahun pertama kehidupan. Stimulasi mental ini mengembangkan aspek
Hipertermi
Antipiretik
1. Efektif
2. Tidak Efektif
Gambar 2.1 kerangka teori efektivitas tindakan teknik Tepid Sponge untuk menurunkan suhu
tubuh pada anak yang mengalami hipertermi (Notoatmodjo, 2012).
BAB 3
DEFINISI OPERASIONAL
hubungan yang berkaitan atau di anggap perlu antar satu konsep dengan konsep yang
lainnya, atau variabel satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi
atau hal yang sedang atau akan di teliti (Notoatmodjo,2010). Kerangka konsep
menyususn teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang penting untuk
masalah.
Variabel perancu
1. Anestesia
2. Penurunan perspirasi
3. Dehidrasi
4. Pemajanan lingkungan
yang panas
5. Penyakit
6. Pemakaian pakaian yang
tidak sesuai dengan
suhu lingkungan
7. Medikasi
8. Trauma
9.Aktivitas berlebihan
Keterangan :
: Yang di teliti
: Tidak di teliti
Gambar 3.1 kerangka konsep (Notoatmodjo,2010)
variable lain (Nursalam, 2013). Variable independen dalam penelitian ini adalah teknik
tepid sponge.
Variable Dependen adalah yang di pengaruhi nilainya di tentukan oleh variable lain.
3.3 Hipotesis
pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan di teliti dan hubungan antara
variabel tersebut serta mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan desain penelitian,
tehnik menentukan sampel pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2011).
Hipotesa pada umumnya di nyatakan dalam bentuk hipotesa alternatif (Ha) dan
hipotesa nol (H0). H0 di artikan sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan antara
variabel yang diteliti, sedangkan Ha di artikan dengan adanya hubungan atau perbedaan
antara variabel yang di teliti. Sesuai dengan tujuan dari penelitian, dapat di rumuskan
Mengalami Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Tahun 2018.
a. Teknik Tepid Sponge Efektif Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak Yang
Mengalami Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Tahun 2018.
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan di
gunakan dalam penelitian. Definisi operasional ini bertujuan untuk membuat variabel
menjadi lebih konkrit dan dapat di ukur. Dalam mendefinisikan suatu variabel harus di
jelaskan tentang apa yang harus di ukur, bagaimana mengukurnya, apa saja kriteria
(Dharma,2011).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
rancangan one group pra-post test design ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan suatu kelompok subjek. Kelompok subjek
(Nursalam,2013).
01 X 02
Penilitian ini akan di lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
4.3.1 Populasi
Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya
(sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien
anak yang mengalami hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah obyek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh populasi
pasien anak yang mengalami hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
a. Kriteria Inklusi :
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
b. Kriteria Eksklusi :
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).
cara penentuan sampel, maka penelitian ini menggunakan tehnik Non Probability
berdasarkan acak, daerah atau strata, dan juga di lakukan berdasarkan tujuan yang
tertentu..
Menurut Nursalam (2011), tujuan etika dalam penelitian adalah untuk menjamin agar
tidak ada seorangpun yang di rugikan atau mendapat dampak negatif dari kegiatan
meliputi :
agar responden mengetahui maksud dari tujuan penelitian. Jika responden bersedia
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak
lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data, identitas
Peneliti akan menjamin secara informasi responden yang telah di kumpulkan, hanya
(Notoatmodjo,2010). Jenis instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah SOP
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
(Arikunto,2010).
a. Tahap Persiapan
Kota Mataram.
5) Meminta data tentang Rumah Sakit yang di pilih sebagai objek penelitian
b. Tahap pelaksanaan
observasi penurunan suhu tubuh pada pasien hipertermi dan pengumpulan data ini
1) Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data pada variabel yang di
peroleh. Peneliti pada tahap ini akan memeriksa lembar observasi yang telah di isi
apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam memasukkan data yang ada.
dan di lakukan dengan cara memberi tanda atau kode pada masing-masing kategori.
a. Di katakan efektif (1) teknik tepid sponge jika suhu tubuh menurun.
b. Di katakan tidak efektif (2) teknik tepid sponge jika suhu tubuh tidak menurun.
3) Tabulating, data yang telah di beri kode kemudian di kelompokkan lalu di hitung dan
1. Mengajukan surat ijin penelitian untuk di sampaikan kepada direktur Rumah Sakit
hipertermi.
5. Melakukan teknik tepid sponge selama 15-20 menit untuk menurunkan suhu tubuh
6. Melakukan observasi 45-60 menit setelah di lakukan teknik tepid sponge dengan
9. Kemudian memasukkan data yang ada dan melakukan data uji Chi Square
Dalam penelitian ini untuk menganalisa efektifitas tindakan teknik tepid sponge untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermi dengan menggunakan
analisis bivariat. Analisis bivariat adalah salah satu bentuk analisis kuantitatif yang
paling sederhana. Ini melibatkan analisis dua variable, untuk tujuan menentukan
program efektivitas tindakan teknik tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh, di
gunakan uji Chi Square, uji Chi Square merupakan salah satu jenis uji komparatif non
parametris yang di lakukan pada dua variable, dimana skala data kedua variable
adalah nominal.
DAFTAR PUSTAKA
Alves, J.G.B., & Almeida, C.D.C.M. 2008. Tepid Sponge Plus Dipyrone Versus Dipyrone Alone
For Reducing Body Temperature In Febrile Children. Sao Paulo: medical journal,
http://www.scieolo.br di unduh tanggal 21 Agustus 2018.
Ashshafa, Rana. (2017). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Anak
Usia Pra Sekolah Dan Sekolah Yang Mengalami Demam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Bartolomeus, 2012. Pengaruh Tepid Sponge Trhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur
1-10 Tahun Dengan Hipertermia. http://portalgaruda.ac.id.
Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, Di Akses Dari
www.Depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN
_2016.pdf
Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metode Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta: Trans Info Medika.
Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto.
Jakarta : EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: EGC.
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus Vol.7, No.1
Maret 2018. htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id.
Kania, nia. (2007). Penatalaksanaan demam pada anak,di unduh tanggal 5 september 2018,
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/penatalaksana_demam_pada_anak
.pdf
Kolcaba, K. (2010). http://www.thecomfortline.com/posies.jpg/ di unduh tanggal 20 Agustus
2018.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A. & Snyder,S. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1. (Devi Yulianti, Pamilih Eko Karyuni, Wilda
Eka, Yuyun Yuningsih, & Ana Lusiana, Penerjemah). Jakarta: Egc.
NANDA, 2012-2014. Panduan Diagnose Keperawatan NANDA 2012-2014 Definisi Dan
Klasifikasi. Philadhepia.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Asdi Mahasatya: Jakarta.
Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Panduan Praktis: Pengolahan Data Statistic dengan SPSS 15.0, edisi 1. Wahana Komputer:
Semarang.
Patricia A.potter & perry. (2010). Fundamentalsof Nursing Fundamental Keperawatan. Edisi7.
Volume 2, Penerjemah Ester, Dkk Penerbit Salemba Medika EGC, Jakarta, Hal 382-433.
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik. Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, Dkk. Jakarta: EGC.
Reiga, Celso Garcia De La. 2010 Espanol. Kessinger Publishing.
Profil Kesehatan Republic Indonesia 2011. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh Tepid Sponge. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wong, L.D. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol. 2, Edisi 6. Jakarta: EGC. 2008.
World Health Organization.. Performance of The Health Sector Strategic Plan III 2009–2015.
2013.
Lampiran 1
Dengan Hormat,
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Efektivitas Tindakan Teknik Tepid
Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak Yang Mengalami Hipertermi. Untuk itu
saya mohon kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan kerahasiaan sebagai
responden akan saya jamin. Jika bersedia menjadi responden, mohon untuk menandatangani
lembar persetujuan yang telah di sediakan .
Demikian informasi penelitian ini kami buat, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian dengan judul “Efektivitas Tindakan
Teknik Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak Yang Mengalami Hipertermi
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Tahun 2018” yang di teliti oleh :
NIM : 163STYC17
Demikian secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya berperan serta
dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani lembar persetujuan ini.
Responden
( )
Lampiran 3
N Tindakan Ya Tidak
o
1. Alat dan Bahan :
a. Thermometer air raksa suhu tubuh,
b. Baskom untuk tempat air hangat 1 buah,
c. Wash lap,
d. Selimut mandi 1 buah,
e. Handuk mandi 1 buah,
f. Perlak besar 1 buah.
2. Prosedur Kerja :
A. Tahap persiapan
1) Menyiapkan alat dan bahan meliputi thermometer air raksa suhu
tubuh, baskom untuk tempat air hangat (35°C), wash lap, selimut
mandi 1 buah, handuk mandi 1 buah, dan perlak besar 1 buah,
2) Mencuci tangan,
3) Membawa alat di dekat klien.
B. Tahap orientasi
1) Memberi salam dan menyapa nama klien,
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tepid sponge kepada klien dan
keluarga,
3) Menanyakan kesediaan dan kesiapan klien.
C. Tahap kerja
1) Memasang sampiran atau menjaga privacy,
2) Memberi kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan
tindakan tepid sponge,
3) Memakai sarung tangan,
4) Ukur suhu tubuh klien dan catat
5) Buka seluruh pakaian klien dan alasi klien dengan perlak,
6) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan
wash lap. Letakkan wash lap di dahi, aksila, dan lipatan paha. Lap
ekstermitas, punggung, bokong, dan seluruh tubuh klien. Melap
tubuh klien dilakukan selama 15-20 menit .
7) Pertahankan suhu air 35°C,
8) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan
air hangat lalu ulangi tindakan seperti di atas,
9) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau
segera setelah suhu tubuh klien mendekati normal. Selimuti klien
dengan selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis
dan mudah menyerap keringat,
10) Catat suhu tubuh klien sebelum dan sesudah tindakan tepid
sponge kemudian lakukan pengukuran kembali suhu tubuh klien 15
menit dan 30 menit sesudah dilakukan tindakan tepid sponge,
11) Merapikan alat-alat dan buang sampah sisa tindakan,
12) Melepas sarung tangan,
13) Merapikan klien.
D. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan,
2) Berpamitan dengan klien,
3) Mencuci tangan,
4) Mencatat kegiatan.
Lampiran 4
Sponge.
Untuk tindakan Tepid Sponge dalam baskom dan biarkan sampai suhu air
4. Membaca skala suhu yang tertera pada Thermometer jangan sampai menyentuh bagian
Thermometer pada saat pembacaan karena dapat menyebabkan perubahan suhu air.
LEMBAR OBSERVASI
Efektifitas Tindakan Teknik Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak Yang
Mengalami Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Tahun 2018
Nama : An. “ “
Umur : …………Th
: Perempuan