Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri
sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri
yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen,
1995).
Bunuh diri yakni suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku-perilaku bunuh diri dapat berupa isyarat-isyarat, percobaan atau
ancaman verbal yang mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal istilah
harakiri). Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam namun biasanya didasari
oleh rasa bersalah yang sangat besar karena merasa gagal untuk mencapai suatu
harapan.
Stuart (2007) mengemukakan bunuh diri adalah setiap aktifitas yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Isaacs (2004), menyatakan bahwa bunuh diri
adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri. Sedang menurut Kaplan (1997),
bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri yang sering menyertai depresi dan
sering terjadi pada remaja. Terdapat beberapa istilah dalam bunuh diri seperti:
a) suicide idea yaitu pikiran/ide untuk menghabisi nyawanya sendiri.
b) tentamen suicidium yaitu upaya untuk menghabisi nyawa sendiri tetapi tidak
mengakibatkan kematian,
c) Suicidal behavioral yaitu perilaku yang membahayakan diri sendiri, contoh
mutilasi diri, (4) Masced suice yaitu bunuh diri tidak langsung/terselubung
2. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
1) Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), lima faktor predisposisi bunuh diri antara
lain:
 Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
 Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
 Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
 Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Lebih sering terjadi pada kembar monozygot dari pada kembar dizygot.
Disamping itu ada penurunan serotonin yang dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri. Prevalensi bunuh diri berkisar
antara 1,5-3 kali lebih besar terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat
pertama dari orang yang mengalami gangguan mood atau depresi yang pernah
melakukan upaya bunuh diri,
 Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
1) Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
2) Respon Maladaptif
Stuart dan Sundeen (1997) dalam Jannah (2010) mengemukakan bahwa jenis
kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif,
bermusuhan, putus asa, harga diri rendah dan kepribadian anti sosial. Anak akan
lebih besar melakukan upaya bunuh diri bila berasal dari keluarga yang
menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri.
Selain itu juga faktor gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme, riwayat
psikososial seperti orang tua yang bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan
atau stress multiple seperti pindah rumah, kehilangan dan penyakit kronik
merupakan factor predisposisi yang dapat membentuk koping yang maladaptif
serta dapat mencetuskan bunuh diri

3. Tanda dan Gejala


Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan
klien.
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Impulsif
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan)
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri)
9) Kesehatan mental (scara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis, dan
menyalahgunakan alkohol)
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyaki kronis atau terminal)
11) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier)
12) Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14) Pekerjaan.
15) Konflik interpersonal.
16) Latar belakang keluarga.
17) Orientasi seksual.
18) Sumber-sumber personal.
19) Sumber-sumber sosial.
20) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

4. Psikopatologi
Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori: (1) Ancaman
bunuh diri: Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian,kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan
untuk melakukan tindakan bunuh diri, (2) Upaya bunuh diri: Semua tindakan yang
diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian
jika tidak dicegah, (3) Bunuh diri: Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan
terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang
tidak langsung ingin mati, mungkin mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya (Jannah, 2010)

5. Pohon masalah (gambaran pohon masalah)

Effect                                 bunuh diri

Core problem                   risiko bunuh diri

Causa                              isolasi sosial

                                      harga diri rendah kronis


6. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri

7. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawat.
a.       Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b.      Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut :
a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang
aman.
b. Menjauhi semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang).
c. Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya, jika klien
mendapat obat.
d. Memeriksa apakah pasien benar-benar bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
2) Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan :
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien.
c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri.
d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.
3) Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
Tujuan:
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya.
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
 Tindakan keperawatan:
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang posittif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya berarti untuk orang lain.
4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien.
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah.
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik.
4) Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan anggota keluarga yang
menunjukkan isyarat bunuh diri.
Tujuan : Keluarga mampu merawat klien dengan risiko bunuh diri
Tindakan keperawatan :
a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien.
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umunya muncul pada pasien
beresiko bunuh diri.
b. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
 Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah.
 Menjauhkan barang-barang yang bisa untuk bunuh diri. Jauhkan psien
dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali,
bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya zat
yang berbahaya seperti obat nyamukatau racun serangga.
 Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda
dan gejala untuk bunuh diri.
 Menganjurkan keluarga untuk mempraktikkan cara tersebut diatas.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis.
d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien.
e. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.
f. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
g. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip 5
benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunaannya, benar waktu penggunaannya dan benar pencatatannya.
Daftar Pustaka
Dez’s (2009), Asuhan keperawatan pada klien dengan tindakan bunuh diri/merusak
diri. Diperoleh pada tanggal 12 April 2010, dari: http://dezlicious.blogspot.com/2009/
05/asuhan-keperawatan-pada-kliendengan_ 09.html.
Keliat, A. B., & Akemat (2006). Model praktik keperawatan professional jiwa.
Jakarta: EGC.
Khaidir, M. (2009). Asuhan keluarga remaja dengan percobaan bunuh diri
menggunakan pendekatan lima tugas pokok keluarga dan PES. Diperoleh pada tanggal 12
April 2010, dari: http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/06/askep-bunuhdiri- html.
Mental Health Club FIK UNPAD. (2008).Asuhan keperawatan upaya bunuh diri,
(sumber: Yosep, Iyus (2007), Keperawatan Jiwa, PT Refika aditama : Bandung ).Diperoleh
pada tanggal 12 April 2010, dari: http://nersjiwa.blogspot.com/2008/0 4/bunuh-diri_708.html.
Pri’e. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan risiko bunuh diri. Diperoleh pada
tanggal 12 April 2010, dari: http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/asuhan-
keperawatan-kliendengan- risiko.html.
Rainia. (2009). Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku
percobaan bunuh diri. Diakses pada tanggal 11 April 2010, dari:
http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporanpendahuluan- asuhan-keperawatanklien-
dengan-perilaku-percobaanbunuh-diri.
Wikipedia. (2010). Bunuh diri. Diperoleh pada tanggal 12 April 2010, dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri.
Jannah, S. R. (2010). TINJAUAN PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
PADA PASIEN DENGAN BUNUH DIRI. Idea Nursing Journal, 32-39.

Anda mungkin juga menyukai