Anda di halaman 1dari 40

TUTIORIAL IN CLINIC

DI RUANG BANGSAL BEDAH


RSUD dr. ABDUL AZIZ SINGKAWANG

Kelompok 2
Rika Rohani I4051191007
Modesta Ferawati I4051191008
Febby Hardianti I4051191009
Ericha Rizki Ridhowati I4051191010
Agung Nurasyid I4051091011
Zakiah Amar I4051191012
Agus Mulyadi I4052191002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
KASUS TIC
Tn. R berusia 43 tahun datang ke RS Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 10 januari
2020 dengan membawa surat rujukan dari DKT dengan keluhan hemoroid interna, demam (-),
nual (-), muntah (-). Saat dilakukan pengkajian tanggal 13 sampai tanggal 15 didapatkan BAB
berdarah riwayat operasi hemoroid 2x di DKT pada hari senin tanggal 6 januari 2020 dan pada
jumat tanggal 10 januari 2020 namun setelah operasi masih terdapat perdarahan sehingga di
lakukan Cito di RS abdul aziz singkawang oleh dr. Zainul Sp. Bd. Klien mengatakan dipuasakan
sejak tanggal 10 januari 2020 hingga tanggal 15 januari 2020 hanya minum air satu sendok 1
hari. Klien mengatakan perutnya kembung dan tidak mampu berjalan. Klien mengatakan terjadi
penurunan berat badan dari 52 kg menjadi 44 kg dalam rentan waktu kurang dari 6 bulan. Klien
terdiagnosa POH-4 Anal Recontruction a/i post hemoroidectomy anal necrosis. Pada saat
pemeriksaan fisik ditemukan: Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran Compos Mentis
E4V5M6. Klien mengeluh nyeri P: Proses Penyakit Q : seperti tertusuk tusuk R: epigastrium S:
Skala 6 T: Hilang datang. Klien terpasang NGT dan Infus Asering : Aminofluid : Kabivent
(1:1:1). Vital sign TD : 130/70 mmHg, Nadi 98 RR 22x/mnt dan Suhu 36,8 C .Klien tidak
memiliki riwayat kecelakaan, alegi obat maupun makanan. Tampak klien hanya mampu miring
kiri dan kanan dan dibantu dalam berpakaian, Klien mengatakan tidurnya nyaman hanya saja
sering terbangun tengah malam, udem (+), reflex batuk (-), sesak (-), ronchi (-), bunyi jantung
murni regular, s1s2 normal, CRT <2 dtk, Klien dapat bicara jelas, ekspresi datar. Pupil (+), bulat
isokor. Kekuatan otot: 4/4/4/4. Tidak ada muntah, BAB cair 2 kali sehari, bising usus 16x/mnt.
Bibir tampak kering, kulit tampak kering akral dingin, Klien terpasang NGT. Terdapat distensi
abdomen dan Meteorismus pada abdomen. Status dermatologi pada cruris dekstra sinistra
ditemukan erosi multiple ukuran plakat dan hasil konsul dokter kulit ditemukan adanya xerosis
kutis. Klien mendapatkan tranfusi albumin pada tanggal 11 januari 2020.
Hasil Laboratorium Hematologi dan Hemostasis 11 Januari 2020
NO Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 9,5 g/dl L: 13,2 – 17,3
P :11,7- 15,5
2. Jumlah Leukosit 15,520 /Ul L : 3.800- 10.600
P : 3.600- 11.000
3. Jumlah Trombosit 245,000 /Ul 150.000- 440.000
4. Hematokrit 27,4 % L : 40-52
P : 35-47
5. Jumlah Eritrosit 3,68 106 /Ul L : 4,4-5,9
P : 3,8- 5,2

Hasil Lab
11 januari 2020
Albumin 1,10 g/dl
12 Januari 2020
Albumin 1,11 g/dl
13 Januari 2020
Albumin 1,5 g/dl

Terapi Farmakologi
 Infus Asering : Aminofluid : Kanbivent (
1:1:1)
 Inj. Meropenem 3x1 g
 Inj. Metronidazole 3 x 500 mg
 Inj. Ketorolac 3x30 mg
 Inj. Kalnex 3 x 500 mg
 Drip Deksketoprofen 3x50 mg
 Drip Tramadol 3 x 100 gr
 Inj. Ondansentron 2x4 mg
STEP 1 (identifikasi kata-kata sulit)
1. Hemoroid interna
2. Anal Recontruction
3. Hemoroidectomy
4. Meteorismus
5. Cruris
6. Erosi multiple
7. Xerosis kutis.

STEP 2 (jawaban step 1)


1. Hemoroid interna
Hemorrhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa
pelebaran pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi
di daerah anus sering terjadi. Pelebaran tersebut disebabkan oleh
bendungan darah dalam susunan pembuluh vena. Hemorrhoid interna
adalah pleksus vena hemorrhoidalis superior di atas mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan bantalan
vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah.
Hemorrhoid interna sering terletak di kanan depan, kanan belakang dan
kiri lateral (Suprijono, 2009).
2. Anal Recontruction
Cidera mekanisme yang disebabkan oleh trauma dapat diperbaiki jika
operasi dilakukan tanpa penundaan yang lama. Rekonstruksi bedah yang
berhasil membutuhkan evaluasi pra operasi menyeluruh, persiapan pra
operasi yang teliti, teknik bedah yang teliti, dan manajemen pasca operasi
yang kuat. Ketika operasi ditunda atau jaringan yang cukup besar telah
hilang atau jika pasien berusia lanjut dan memiliki riwayat sembelit atau
penyalahgunaan pencahar, perbaikan langsung seringkali tidak berhasil
(Corman, 1980)
3. Hemoroidectomy
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkata pleksus
hemoroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada
jaringan yang benar-benar berlebih. Hemoroidektomi adalah operasi
pengangkatan wasir. Biasanya dilakukan dengan bius umum. Pasien akan
dibuat tidak sadar sehingga tidak merasa kesakitan saat operasi
pengangkatan wasir dilakukan. (Suprijono, 2009).
4. Meteorismus
Meteorismus atau kembung terjadi karena adanya volume udara
yang berlebih pada saluran cerna dan dapat disebabkan oleh aerofagi,
sindrom malabsorpsi, ileus paralitik, ileus obstruktif dan enterokolitis
nekrotikans. (Rilianti dan Oktarlina, 2017)
5. Cruris
Cruris adalah infeksi jamur pada kulit di pangkal paha, area
genital, paha bagian dalam atas atau bokong dan menyebabkan ruam
bentuk cincin di daerah yang terinfeksi. Penyakit ini paling sering terjadi
di tempat yang panas, kondisi lembab (Gafur, 2016).
6. Erosi multiple
Pada dermatologi, erosi disebabkan oleh hilangnya
permukaan lesi kulit, yang merupakan lesi kulit lembab atau dangkal
(Kamus Kesehatan).
7. Xerosis kutis.
Merupakan keadaan dimana kulit kehilangan kelembaban dan
kering (Partogi, 2008).

STEP 3
PERTANYAAN KRITIS
1. Apa yang dimaksud dengan Hemoroid?
2. Apasaja klasifikasi Hemoroid?
3. Apa saja penyebab Hemoroid?
4. Apa saja faktor resiko yang dapat menimbulkan terjadinya Hemoroid?
5. Apa saja tanda dan gejala yang dapat terjadi pada kasus ini?
6. Bagaimana proses perjalanan penyakit Hemoroid ?
7. Apa penatalaksanaan yang tepat pada Hemoroid?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada Hemoroid?
10. Mengapa bisa terjadi Hemoroid berulang ?
11. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada kasus ini?

STEP 4
SKEMA

Etiologi

Hemoroid

Patofisiologi

PemeriksaanPenunjang ManifestasiKlinis Penatalaksanaan

Askep
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Definisi Hemoroid
2. Klasifikasi Hemoroid
3. Penyebab Hemoroid
4. faktor resiko terjadinya Hemoroid
5. tanda dan gejala Hemoroid
6. Patofisiologi penyakit Hemoroid
7. penatalaksanaan Hemoroid
8. pemeriksaan penunjang Hemoroid
9. komplikasi pada Hemoroid
10. diagnosa keperawatan Hemoroid
STEP 6
DISCOVERY LEARNING
1. Definisi
Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti
pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus
hemorrhoidalis yang ada di daerah anus.
Hemorrhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa
pelebaran pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi
di daerah anus sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut venecsia atau
varises daerah anus dan perianus. Pelebaran tersebut disebabkan oleh
bendungan darah dalam susunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh
vena di daerah anus sering disebut wasir, ambeien atau hemorrhoid.
Hemorrhoid dapat dibagi atas hemorrhoid interna dan hemorrhoid
eksterna. Hemorrhoid dapat disebabkan karena bendungan sentral seperti
bendungan susunan portal pada sirosis hepatic, herediter atau penyakit
jantung koroner, serta pembesaran kelenjar prostate pada pria tua, atau
tumor pada rectum (Patologi F.K.UI, 1999 dalam Suprijono, 2009).
Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus
vena hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya hemorrhoid belum
diketahui secara jelas. Hemorrhoid berhubungan dengan konstipasi kronis
disertai penarikan feces. Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada
rongga submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya
dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna, tetapi kedua rongga
berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada
jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter
hemorrhoidalis. Hemorrhoid sangat umum dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan hidrostatik pada system porta,
seperti selama kehamilan, mengejan waktu berdefekasi, atau dengan
sirosis hepatis (Isselbacher, 2000). Pada sirosis hepatic terjadi anatomosis
normal antara system vena sistemik dan portal pada daerah anus
mengalami pelebaran. Kejadian ini biasa terjadi pada hipertensi portal.
Hipertensi portal menyebabkan peningkatan tekanan darah (>7 mmHg)
dalam vena portal hepatica, dengan peningkatan darah tersebut berakibat
terjadinya pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus (Underwood,
1999)
2. Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Irawati, 2008 dalam Halik, 2017 faktor- faktor resiko terjadinya
hemoroid adalah
a. Kurangnya konsumsi makanan berserat
Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi
apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap
hari. Konsumsi cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam
tubuh.Suatu studi meta-analisis di Barcelona menyimpulkan bahwa
kebiasaan mengonsumsi serat akan menurunkan gejala dan perdarahan
pada hemorrhoid.
b. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar
yang disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon
descenden yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan.
Pada konstipasi diperlukan waktu mengejan yang lebih
lama.Tekanan yang keras saat mengejan dapat mengakibatkan
trauma berlebihan pada plexushemorrhoidalis sehingga
menyebabkan hemorrhoid.
1) Beberapa penyebab konstipasi antara lain :
Peningkatan stress psikologis Emosi yang kuat diperkirakan
menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik
usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress
juga dapat menyebabkan usus spastik(spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon).
2) Ketidaksesuaian diet Makanan yang lunak akan menghasilkan
suatu produk yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi.Makan makanan yang rendah serat seperti; beras,
telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak
lebih lambat di saluran cerna.Namun dengan meningkatkan
intake cairan dapat mempercepat pergerakan makanan tersebut di
saluran cerna.(Irawati D.2008)
3) Penggunaan obat-obatan Obat-obatan seperti ; morfin, codein,
obat-obatan adrenergik dan antikolinergik lain dapat
memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem
syaraf pusat sehingga dapat menyebabkan
konstipasi.(Irawati D.2008)
4) Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot
sphincter pun juga menjadi tipis.Karena sphincternya lemahmaka
dapat timbul prolaps.Selain itu pada usia tua juga sering terjadi
sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang berlebihan pada
saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja
menjadi keras. Sehinggaterjadi penekanan berlebihan pada
plexus hemorrhoidalis yang dipicu oeh proses mengejan untuk
mengeluarkan tinja.Pada tahun 2009, sebuah penelitian pada
pasien hemorrhoid usia 16-80 tahun di Park Klinik Berlin
mengambil kesimpulan bahwa faktor usia diatas 46 tahun
memiliki risiko tinggi terhadap kejadian hemorrhoid(Mubarak
H.2010).

c. Genetik
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat
sejak lahir akan memudahkan terjadinya hemorrhoid setelah
mendapat paparan tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau
terlalu lama, konstipasidan lain-lain. Dalam suatu penelitian dengan
subjek pria dan wanita usia>40 tahun di Semarangtahun 2007
menunjukkan bahwa riwayat hemorrhoid dalam keluarga merupakan
faktor risiko hemorrhoid. (Irawati D.2008)
d. Posisi Duduk dan Lama Duduk
Kebiasaan duduk yang terlalu lama dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya hemorrhoid, karena dengan duduk yang terlalu
lama tanpa merubah posisi akan mengakibatkan tekanan intra vena
di anus meningkat. Sehingga dapat terjadi pelebaran pada vena
hemoroidalisbahkan penonjolan dan perdarahan
e. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian
hemorrhoid adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium,
tumor rektal, dan lain-lain.Tumor ini dapat menekan vena sehingga
alirannya terganggu dan menyebabkan penekananplexus
hemorrhoidalis (Irawati D.2008).
f. Pola buang air besar yang salah
Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi
hemorrhoid. Menurut dr. Eka Ginanjar,dengan pemakaian jamban yang
duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak.Sehingga
akanmenyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum
dan anus. Berbeda halnya pada penggunaan jamban
jongkok. Posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya
konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya
hemorrhoid.Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok,valvula
ilicaecal yang terletak antara usus kecil dan caecum dapatmenutup
secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup untuk
mengeluarkan feses.Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda
ke jamban ketika sudah dirasa ingin buang air besar juga dapat
menurunkan kejadian konstipasi.(Yanuardani MT.2007)
g. Kurang intake cairan
Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian
hemorrhoid.Hal tersebut dikarenakan,kurangnya intake cairan dapat
menyebabkan tinja menjadi keras sehingga seseorangakan cenderung
mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut. Sementara itu proses
mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada plexus
hemorrhoidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya dapat
membantu melunakkan tinja dan membersihkan
usus. Sehingga tidak perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja.Menurut
seorang dokter penyakit dalam RS.Cipto Mangunkusumo setiap orang
membutuhkan air kurang lebih 30 mililiter perkilogram berat badan
setiap hari(Irawati D.2008).
h. Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi
untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan
hemorrhoid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti
berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat
melemaskan dan mengurangi ketegangan dari
otot. Namun dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti
mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian
hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan
musculussphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita
mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.Penelitian
pada pasien hemorrhoid di RS Bagatelle Cedex tahun
2005 mengambil kesimpulan bahwa aktivitas fisik yang berat
merupakan factor risiko dari hemorrhoid (Nugroho S.2014)
i. Kehamilan
Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil
akanmengakibatkan peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-
ototnya berelaksasi. Sehingga akan mengakibatkan konstipasi yang
akan memperberat sistem vena. Pelebaran vena pada wanita hamil juga
dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga
abdomen.Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan
hemorrhoid karena adanya penekanan yang berlebihan pada plexus
hemorrhoidalis.Sebuahpenelitian di Hospital for Sick Children Toronto
dari 88 orang ibu hamil didapatkan 99% dari responden tersebut
mengalami hemorrhoid(Vohra S.2009).
3. Klasifikasi
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan
anoskopi. Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan
menggunakan sebuah spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak
dari hemorrhoid tersebut. Secara anoskopi, berdasarkan letaknya
hemorrhoid terbagi atas :
a. Hemorrhoid eksterna

Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior


yang timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
b. Hemorrhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis
superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus
sphincterani.
Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan
kronis. Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus yang merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering
terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis atau skin tag
biasanya merupakan sequele dari hematoma akut. Hemoroid interna
dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:
1. Derajat I : Bila terjadi pembesaran hemorrhoidyang tidak prolaps
keluar kanal anus.Hanya dapat dilihat dengan anorktoskop.
2. Derajat II :Pembesaranhemorrhoidyang prolaps dan menghilang dan
masuk sendiri kedalam anus secara spontan.
3. Derajat III :Pembesaran hemorrhoid yang prolaps yang masuk lagi
kedalam anus dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat IV :Prolaps hemorrhoid yang permanen, rentan, dan cenderung
mengalami trombosis dan infark.Hemorrhoid eksterna
dikelompokkan bentuk akut dan kronis.Bentuk akut berupa
pembengkakan kebiruan pada pinggir anus dan merupakan sebuah
hematom.Bentuk kronis atau dikenal dengan skintag biasanya
merupakan sekwele dari hematom akut(Gebbenslaben O.2005)
4. Patofisiologi
Hemoroid dianggap terjadi akibat kongesti dan pembesaran
“fibrovasculer cushion” (bantalanfibrovaskuler) sepanjang mukosa anus.
Dalam keadaan normal, bantalan fibrovaskuler ini berfungsi
mempertahankan mekakanisme kokontintinens defekasi. Pada saat tekanan
intrarektal meningkat. Apabila seseorang batuk, bersin, mengedan,
kelompok fibrovaskuler ini mengalami kongesti dan membesar, untuk
turut menahan muncratnya feses bersama mekanisme sfingter. Bantalan
fibrovaskuler ini juga perlu dalam menerima sensasi massa rektal yang
melewatinya, apakah cair, solid, atau gas .Telah disepakati bahwa
keseringan mengedan /chronic straining akibat konstipasi ,diare,
merupakan penyebab patologis hemoroid. Akibat keseringan mengedan
yang kronik, daya lekat bantalan fibrovaskuler tersebut dengan dinding
anorektal dibawahnya sehingga terjadi prolaps jaringan hemoroid interna
melalui kanalis ani. Nutrisi rendah serat, konstipasi, pregnansi dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen dan tekanan haemorrhoidial,
mengakibatkan distensi vena haemorrhoidal. Ketika rectal ampulla
membentuk tonjolan, abstruksi vena terjadi. Sebagai akibat dari
terulangnya dan terjadi dalam waktu lama peningkatan tekanan dan
obtruksi, dilatasi permanen vena haemorrhoidal terjadi. Akibat dari
distensi itu, trombosis dan perdarahan terjadi. Komplikasi utama adalah
perdarahan trombosis is dan stragulasi haemorrhoid. Perdarahan hebat dari
trauma pada vena selama defekasi dapat menyebabkan volume darah
menurun dan dapat menimbulkan reresisiko kekurangan cairan dan dari
penddarahan terjadi resiko injuri yang mengakibatkan resiko infeksi.
Trombosis is dapat at terterjadi sewaktu-waktu dimanifestasikan oleh
intensitas nyeri, dapat menimbulkan takut untuk BAB yang menyebabkan
feses mengeras dan terjadi resiko konstipasi. Strangulasi haemorrhoid,
prolap haemorrhoid dalam penyedian darah merupakan bagian dari
spingter anal yang dapat menjadi trombosis yang ketika darah dalam
hemoroid membeku. Sementara itu, kongesti hemoroid juga .menyebabkan
penipisan/perapuhan mukosa di atasnya sehingga vaskularisasi meningkat.
Secara anatomis, koneksi arteriovenosa, adalah normal tejadi di bantalan
hemoroid tersebut. Dengan semakin menipisnya mukosa di atas bantalan
fibrovaskuler disertai kongesti, jaringan vaskuler pecah dan menimbulkan
perdarahan yang segar (hematoskesia). Pada saat defekasi yang disertai
feses keras/mengedan.
5. Pathway

6. Manifestasi Klinis

Gejala hemorrhoid dibedakan berdasarkan sumber interna dan


ekterna. Hemorrhoid internal tidak akan menyebabkan nyeri kutaneus
sebab tidak dipersarafi oleh serat saraf kutan. Nyeri yang sangat hebat
jarang timbul dan hanya timbul pada hemorrhoid eksternal yang
mengalami trombosis. Gejala yang mungkin timbul antara lain perdarahan,
prolaps, gatal, dan iritasi. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama
hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras(Sudoyo Aru.2006).
Darah yang keluar meskipun dari vena,berwarna merah segar karena
banyak mengandung zat asam.Perdarahan dapat sedikit ataupun menetes
yang disertai perasaan tidak nyaman disekitar anus.Perasaan tidak nyaman
bertambah jika hemoroid semakin besar atau mengalami prolaps.Prolaps
sering disertai udem dan spasme sfingter. Jika dibiarkan prolaps biasanya
menjadi kronik dan menetap. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada
pakaian dalam merupakan ciri-ciri hemorid yang mengalami prolaps
menetap. Hemorrhoid yang prolapse dapat terjadi thrombosis (Sudoyo
Aru.2006 dalam Halik, 2017)
7. Pemeriksaan Penunjang
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroi. Side-viewing pada anoskopi
merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi
hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Damayanti, 2017
menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel,
anoskopi mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah
anorektal. Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada
anal canal dengan derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi,
anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa
banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura
anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan
menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada
pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan
menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid .
8. Penatalaksanaan

The American Society of Colon and Rectal Surgeons dalam


Sudarsono, 2015 merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan fisik
dengan anoskopi, menelusuririwayat penyakit dan evaluasi endoskopi
lebih lanjut jika ada kekhawatiran untuk penyakitradang usus atau kanker.
Evaluasi lengkap dari usus besar diperlukan pada kelompok berikut:
a. Pasien berusia 50 tahun atau lebih dan belum pernah melakukan
pemeriksaan lengkap dari usus besar dalam 10 tahun terakhir.
b. Pasien yang berusia 40 tahun atau lebih dan belum pernah melakukan
pemeriksaan lengkap dari usus besar dalam 10 tahun terakhir, dan yang
didagnosis kanker rectal atau adenoma pada usia 60 tahun atau lebih muda
c. Pasien dengan anemia defisiensi besi
d. Pasien yang memiliki tes darah tinja okultisme positif.
Penatalaksanaan hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya hidup,
perbaikan pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi. Diet
seperti minum 30–40 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-30 g/hari.
Perbaikan pola defekasi dapat dilakukan dengan berubah ke jongkok pada
saat defekasi. Penanganan lain seperti melakukan warm sits baths
denganmerendam area rektal pada air hangat selama 10- 15 menit 2-3 kali
sehari. Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid adalah:
a. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laksatif
memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhanrasa gatal dan nyeri.
Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk
hemoroid eksterna.
c. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan
hesperidin.
d. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi topikal
dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk
menghilangkan rasa sakit daripada lidokain (Xylocaine).Pada pasien
hemoroid eksternal berat, pengobatan dengan eksisi atau insisi
dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72jam dari onset gejala lebih
efektif daripada pengobatan konservatif.

Penatalaksanaan invasif dilakukan bila manajemen konservatif


mengalami kegagalan, antara lain:
a. Rubber band ligation merupakan prosedur dengan menempatkan
karet pengikat di sekitar jaringan hemoroid interna
sehinggamengurangi aliran darah ke jaringan tersebut
menyebabkan hemoroid nekrosis, degenerasi, dan ablasi.
b. Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan laser atau
sinar inframerah atau panas untuk menghancurkan hemoroid
interna.
c. Penatalaksanaan bedah dengan tindakan hemoroidektomi

9. Komplikasi
Dalam tindakan operatif pada kasus hemorrhoid terdapat beberapa
komplikasi yang sering terjadi:
1. Refleks Vasovagal
2. Perdarahan Jaringan pada tindakan eksisi dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan sekunder. Hal ini sangat jarang terjadi, namun
bila terjadi harus diwaspadai. Perdarahan ini umumnya dapat berhenti
secara spontan. Pemberian fraksi kecil flavonoid dari Diosmin dan
Hesperidin (Daflon) dapat mengurangi perdarahan secara signifikan
3. Infeksi Sepsis merupakan komplikasi yang tidak umum terjadi.Sepsis
umumnya terjadi pada pasien dengan defisiensi imun (Alonso P.2006
dalam Halik, 2017).
Pengkajian Keperawatan
I.IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. R
No. Rekam medis : 5041XX
Usia : 43 tahun
Tanggal Masuk Rumah sakit : 10 Januari 2020
Tanggal Pengkajan : 13 Januari 2020
Alamat/Telpon : DSN Perigi 015/008 Matang Danau Sambas Kecamatan
Paloh
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Sumber Informasi : Klien
II. KELUHAN UTAMA
Saat Pengkajian :
Data subjektif ; Klien mengatakan datang ke RS Abdul Aziz Singkawang pada
tanggal 10 januari 2020 dengan membawa surat rujukan dari DKT dengan
keluhan hemoroid interna, demam (-), mual (-), muntah (-). Saat dilakukan
pengkajian tanggal 13-15 januari 2020 didapatkan BAB berdarah riwayat operasi
hemoroid 2x di DKT pada hari senin tanggal 6 januari 2020 dan pada jumat
tanggal 10 januari 2020 namun setelah operasi masih terdapat perdarahan
sehingga di lakukan Cito di RS abdul aziz singkawang oleh dr. Zainul Sp. Bd.
Klien mengatakan dipuasakan sejak tanggal 10 januari 2020 hingga tanggal 15
januari 2020 hanya minum air satu sendok 1 hari. . Klien mengeluh nyeri P:
Proses Penyakit Q : seperti tertusuk tusuk R: epigastrium S: Skala 6 T: Hilang
datang.
 Data Objektif; Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran klien compos
mentis dengan nilai GCS 15 ( E: 4, V: 5, M: 6), klien juga terpasang selang
NGT dan selang kateter urine. Klien tampak meringis. Hasil TTV saat dikaji
pada tanggal 13 Januari 2020
TD : 130/70 mmHg , Nadi : 98 x/menit, RR ; 22x/ menit T: 36,8oC
III.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan datang ke RS Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 10
januari 2020 dengan membawa surat rujukan dari DKT dengan keluhan
hemoroid interna, demam (-), nual (-), muntah (-). Bab berdarah riwayat
operasi hemoroid 2x di DKT pada hari senin tanggal 6 januari 2020 dan pada
jumat tanggal 10 januari 2020 namun setelah operasi masih terdapat
perdarahan sehingga di lakukan Cito di RS abdul aziz singkawang oleh dr.
Zainul Sp. Bd. Klien mengatakan dipuasakan sejak tanggal 10 januari 2020
hingga tanggal 15 januari 2020 hanya minum air satu sendok 1 hari. Klien
mengatakan perutnya kembung dan tidak mampu berjalan. Klien mengatakan
terjadi penurunan berat badan dari 52 kg menjadi 44 kg dalam rentan waktu
kurang dari 6 bulan. Klien terdiagnosa POH-4 Anal Recontruction a/i post
hemoroidectomy anal necrosis. Pada saat pemeriksaan fisik ditemukan:
Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran Compos Mentis E4V5M6.
Klien mengeluh nyeri P: Proses Penyakit Q : seperti tertusuk tusuk R:
epigastrium S: Skala 6 T: Hilang datang. Klien terpasang NGT dan Infus
Asering : Aminofluid : Kabivent (1:1:1). Vital sign TD : 130/70 mmHg, Nadi
98 RR 22x/mnt dan Suhu 36,8 C .Klien tidak memiliki riwayat kecelakaan,
alegi obat maupun makanan. Tampak klien hanya mampu miring kiri dan
kanan dan dibantu dalam berpakaian
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penyakit yang pernah dialami ;
Klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit terdahulu seperti DM, hipertensi
dll
RIWAYAT :
Data Subjektif : Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat
kecelakaan, memiliki riwayat operasi, tidak memiliki alergi obat, tidak memiliki
alergi makanan dan klien tidak mengkonsumsi alkohol, kopi dan tidak merokok.
VI. POLA AKTIVITAS-LATIHAN
NO AKTIVITAS SKOR SEBELUM MASUK SKOR MASUK
RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT
1 Makan/minum 0 2
2 Mandi 0 2
3 Berpakaian/berdandan 0 2
4 Toileting 0 2
5 Berpindah 0 2
6 Berjalan 0 2
7 Naik tangga 0 2

VII. POLA NUTRISI-METABOLIK


No. Saat Masuk Rumah Sakit Masuk Rumah Sakit
1 Jenis makanan/ diet Nasi, telur, ayam, sayur dan Klien berpuasa
buah
2 Frekuensi Tidak teratur Klien berpuasa
3 Porsi yang dihabiskan Setengah porsi Klien berpuasa
4 Komposisi menu Karbohidrat, protein, mineral Diit TKTP
dan vitamin
5 Pantangan Ada, garam dan makanan Ada, gula dan garam
berlemak tinggi serta yang berlemak
6 Nafsu makan Turun Turun
7 Fluktuasi BB 6 bulan Berat Badan : 52 Berat Badan : 44
terakhir Tinggi badan : 159 Tinggi badan : 159
8 Sukar menelan Tidak Tidak
9 Riwayat Penyembuhan Lambat Lambat
luka

VIII. POLA ELIMINASI


No SMRS MRS
Buang Air Besar (BAB)
1 Frekuensi 2 x seminggu 1x sehari
2 Konsistensi feces Keras Cair
3 Warna Kuning Kuning
4 Bau Ya Ya
5 Kesulitan BAB Ya Tidak
6 Upaya Mengatasi -
Buang Air Kecil (BAK)
1 Frekuensi 5 x sehari Terpasang kateter
2 Jumlah 1000cc/24 Jam 1200 cc/ 24 Jam
3 Warna Kuning Kuning
4 Bau Ya Ya
5 Kesulitan BAK Tidak Tidak
6 Upaya Mengatasi - Klien terpasang selang
kateter urine

IX. POLA TIDUR-ISTIRAHAT


No SMRS MRS
1 Tidur siang Jam 13.00 s/d 14.00 Tidak tentu, sering tidur
Data subjektif: Setelah Data subjektif: Setelah tidur
tidur klien merasa klien merasa nyaman
nyaman
2 Tidur malam Jam 22.00 s/d 05.00 Jam 20.00 s/d 04.00
Data subjektif: setelah Data subjektif: setelah tidur
tidur klien merasa klien merasa nyaman
nyaman
Kebiasaan Tidak Ada. Tidak ada
sebelum tidur Data subjektif: - Data subjektif: -
4 Kesulitan tidur Tidak ada. Tidak ada.
Data Subjektif: - Data Subjektif:-
5 Upaya - -
mengatasi

X. POLA KEBERSIHAN DIRI


No SMRS MRS
1 Mandi 2 x sehari. Klien diseka 1 kali sehari
Data Subjektif: Klien Data Subjektif: Keluarga
mandi mandiri klien mengatakan mandi 1
kali sehari hanya diseka.
2 Handuk Ya, milik pribadi Ya, milik pribadi
3 Keramas 2 kali seminggu dengan Data Subjektif: keluarga
shampoo klien mengatakan sejak
masuk rumah sakit klien
tidak pernah keramas.
Gosok gigi 2 kali sehari dengan 2 kali sehari dengan pasta
pasta gigi dan sikat gigi gigi dan sikat gigi milik
milik pribadi pribadi ditempat tidur
dibantu keluarga
5 Kesulitan Tidak ada Ya
6 Upaya - -
mengatasi

Penghasilan keluarga : Rp. 1 juta – 2 juta


XV. POLA NILAI & KEPERCAYAAN
Data Subjektif : keluarga klien mengatakan selama sakit klien tidak sholat.
XVI. PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
3.2.1 KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E: 4 V: 5 M: 6
Tanda-tanda Vital:
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR ; 22x/ menit
T: 36,8oC

3.2.2 KEPALA & LEHER


a. KEPALA

Inspeksi : Bentuk kepala simetris, distribusi rambut rata, warna kulit


kepala sawo matang kecoklatan, kulit kepala tidak bau dan
berketombe.
Palpasi : Tidak terdapat massa abnormal dan tidak ada nyeri tekan
b. MATA

Tidak ada gangguan pada ketajaman mata (visus) dan lapang pandang
normal
Inspeksi : Bentuk kedua mata simetris, konjungtiva anemis, tidak ada
ikterik pada sclera, tidak ada edema dan lesi pada palpebra,
tidak ada perdarahan, pupil bereaksi terhadap cahaya dan
isokor serta tidak ada tanda peradangan. Fungsi penglihatan
baik dan tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan.
c. HIDUNG

Inspeksi : Bentuk simetris, bewarna normal, tidak ada perdarahan


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. MULUT & TENGGOROKAN

Inspeksi : Warna bibir pucat, mukosa bibir kering, mukosa dalam


normal, gigi utuh dan kotor, gusi normal,lidah kotor. Warna
lidah merah muda, tidak ada pembengkakan pada tonsil,
merasakan sakit tenggorokan.
e. TELINGA

Inspeksi : Bentuk simetris, warna cokelat, posisi sejajar dengan sudut


mata, tidak mengalami perdarahan, tidak memiliki massa di
telinga. Tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada gangguan pendengaran
f. LEHER

Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Palpasi : Tidak ada kekakuan, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
nyeri tekan.
3.2.3 DADA/ THORAX
Inspeksi : Bentuk dada normal, warna kulit dada normal, ekspansi dinding
dada simetris, tidak ada tanda peradangan, menggunakan otot bantu nafas.
Palpasi : Tidak ada massa abnormal, tidak terjadi krepitasi, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada edema, teraba ictus cordis pada ICS 5 midklavikula sinistra
Auskultasi :
Jantung : Terdengar bunyi S1 dan S2, tidak ada suara tambahan.
Paru : Terdengar suara bronkovesikular mulai dari ICS 2 sampai ICS 12,
tidak terdapat suara wheezing, rhonci, rales, dan crackles.
Perkusi:
Jantung : Terdengar suara dullness, batas jantung normal
Paru : Terdengar suara resonance
3.2.5 ABDOMEN
Inspeksi : Bentuk abdomen seperti kembung, tidak ada bayangan vena
abnormal (caput medussae), kondisi kulit normal.
Palpasi : Tidak ada penegangan dinding abdomen, tidak ada edema, ada
nyeri tekan epigastrium, tidak ada massa abnormal
Auskultasi : Bising usus 12 kali/menit
Perkusi : Terdengar suara timpani
3.2.6 GENETALIA
Orificium urethra normal. Terpasang selang kateter urine
3.2.7 REKTUM & ANUS
Ada luka post anal reconstruction
3.2.8 EKSTREMITAS
Tidak ada edema, tidak ada deformitas, tidak ada kontraktur, tidak ada nyeri
tekan
Klien tampak sulit menggerakkan anggota tubuh
Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4

3.2.9 KULIT & KUKU


Kulit : Warna kulit normal, tekstur kasar, ada jaringan parut, terdapat cruris
dekstra sinistra,turgor kulit kering, akral teraba hangat.
Kuku : CRT < 2 detik, bentuk kuku normal.
XVII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik
Glukosa Darah
Periksaan Radiologi
HbsAg (CHR) Non Reaktif
Anti HIV (CHR) Non reaktif
Tanggal 11 Januari 2020
Haemoglobin 9,5 g /dl
Leukosit 15.520 /ul
Trombosit 243/000
Hematokrit 27,4%
Eritrosit 3,68

Hasil pemeriksaan CT Scan tanggal 5 Januari 2020 terdpat infark di lobus


temporal dekstra
XVIII. DIAGNOSA MEDIS
Hemoroid interna
XIX. TERAPI/PEGOBATAN
Nama Obat Jalur pemberian Dosis
IVFD Asering : Intravena 20 tpm
amirofluid
Meropenem Injeksi intravena 3 x 500 mg
Metrodinazole Oral 3 x mg
ketorolak Intravena 3x 30 mg
Kalnex Intravena 3x 500 mg
Nexustobrosin intramuskular 3x 50 g
Tramadol intravena X1000
Meropenem intravena 2x 1 gr
Ondansentron intravena eckex 5 gr
XX. PERSEPSI KLIEN TENTANG PENYAKITNYA
Data Subjektif : Keluarga klien mengatakan ingin klien cepat sembuh dan perlu
banyak perawatan kesehatan
XXI. PERENCAAAN PULANG
Klien belum direncanakan pulang
ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Agen cidera biologis Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri
sejak 2 bulan yang lalu
P : Nyeri pada saat bergerak
Q : nyeri seperti di tusuk
tusuk
R : nyeri di daerah
epigastrium
S : skala nyeri 7
T : nyeri timbul sering
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- TTV
TD : 135 / 98
N : 88
R : 28
T : 37,5
2 DS : Kurangnya intake Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan klien nutrisi nutrisi kurang dari
berpuasa sejak 5 hari kebutuhan tubuh
yang lalu
- Klien mengatakan hanya
meminum susu
- Klien mengatakan terjadi
penurunan berat badan
dari 52 menjadi 44
DO :
- Mukosa tampak kering
dan kulit pucat
- Terjadi penurunan berat
badan dari 52 menjadi
44
- Klien tampak kurus
- IMT 17.55
- Klien terpasang NGT
- Nilai albumin
11 januari 2020
Albumin 1,10 g/dl
12 Januari 2020
Albumin 1,11 g/dl
13 Januari 2020
Albumin 1,5 g/dl
3 DS : kelemahan Gangguan mobilitas
- Klien mengatakan fisik
aktivitas selalu dilakukan
di tempat tidur
- Klien mengatakan nyeri
pada saat bergerak
- Klien mengatakan ADL
selalu di bantu keluarga
DO :
- Klien tampak lemah dan
lemas
- Klien terpasang kateter
untuk kencing
- Tampak ada luka tekan di
bokong klien
- TTV
TD : 135 / 98
N : 88
R : 28
- T : 37,4
RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


Nyeri akut b.d. agen cidera Setelah dilakukan intervensi 3 x 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum
biologis 24 jam diharapkan nyeri 2. Lakukan pengkajian secara klien
berkurang dengan kriteria hasil : komprehensif 2. Menetahui karakteristik
- Mampu mengontrol nyeri 3. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri 4. Kontrol lingkungan yang 3. Mengetahui respon tubuh
berkurang dapat menyebabkan nyeri ketika nyeri
- Mampu mengenali nyeri 5. Tingkatkan istirahat 4. Untuk menenangkan klien
- Mengatakan rasa nyaman 6. Ajarkan teknik relaksasi 5. Untuk membuat klien
setelah nyeri berkurang napas dalam tenang
7. Kolaborasi pemberian 6. Untuk mengataasi
analgesik kecemasan dan ketegangan
klien
7. Untuk mengatasi nyeri
secara optimal
Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan intervensi 3 x 1. Monitor turgor kulit 1. Mengetahui tanda dehidrasi
kurang dari kebutuha tubuh b.d. 24 jam diharapkan kebutuhan 2. Monitor kulit kering dan 2. Mengetahui tanda dehidrasi
kurangnya intake nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria mukosa bibir 3. Mengetahui output cairan
hasil : 3. Monitor mual dan muntah 4. Memenuhi kebutuh gizi
- Adanya peningkatan BB 4. Berikan susu lewat NGT klien
- Mengidentifikasikan 5. Berikan informasi tentang 5. Memberikan informasi
kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi mengenai makanan apa saja
- Turgor kulit normal 6. Kolaborasi dengan ahli gizi yang bisa dikonsumsi klien
- Mukosa bibir lembab dan dalam memberikan 6. Menentukan kebutuhan
kulit tidak pucat makanan yang terpilih klien secara opimal
Gangguan mobilitas fisik b.d. Setelah dilakukan intervensi 3 x 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum
kelemahan 24 jam diharapkan klien dapat 2. Kaji kemampuan klien klien
meningkatkan kapasitas dalam mobilisasi 2. Mengetahui perkembangn
pergerakan untuk memenuhi 3. Dampingi dan bantu pasien pergerakan klien
ADL dengan kriteria hasil : saat mobilisasi dan bantu 3. Membanu klien dalam
- Klien meningkat dalam penuhi kebutuhan ADL memenuhi adl nya
aktivitas fisik pasien 4. Untuk mencegah dekubitus
- Memverbalisasi perasaaan 4. Ajarkan pasien dan 5. Untuk menentukan terapi
dalam meningkatkan keluarga dalam melakukan yang tepat
kekuatan dan kemampuan perubahan posisi miring
berpindah kanan dan kiri
- Mengerti tujuan dan 5. Konsultasi dengan terapi
peningkatan mobilitas fisik tentang rencana
ambulasi sesuai kebutuhan
IMPLEMENTASI
TANGGA DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
L KEPERAWATAN
13-01- Nyeri akut 09.00 1. Mengobservasi TTV Jam 11.30 KELOMPOK
2020 TD : 140 / 98 mmHg S:
N : 93 x/menit - Klien mengatakan nyeri sejak 2 bulan yang
R : 28 x/menit lalu
T : 37,5 oC P : Nyeri pada saat bergerak
09.03 Q : nyeri seperti di tusuk tusuk
2. Melakukan pengkajian R : nyeri di daerah anus
nyeri secara komprehensif S : skala nyeri 6
P : Nyeri pada saat T : nyeri timbul sering
bergerak O:
Q : nyeri seperti di tusuk - Klien tampak meringis
tusuk - Klien tampak gelisah
R : nyeri di daerah anus - TTV
09.05 S : skala nyeri 7 TD : 135 / 98
T : nyeri timbul sering N : 88
R : 28 x/menit
09.06 3. Mengobservasi reaksi T : 37,5 oC
nonverbal A : Nyeri akut
- Klien tampak meringis P:
09.07 - Klien tampak gelisah 1. Mengobservasi reaksi nonverbal
4. Mengkontrol lingkungan 2. Mengkontrol lingkungan yang dapat
09.08 yang dapat menyebabkan menyebabkan nyeri
nyeri 3. Meningkatkan istirahat
- Menaikkan suhu AC 4. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
09.09
5. Meningkatkan istirahat 5. Mengkolaborasi pemberian analgesik
-Klien tampak terbaring
diatas tempat tidur
6. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
- Klien mengikuti
instruksi
7. Mengkolaborasi pemberian
analgesic
Klien diberikan Ketorolac
30mg, tramadol 1000 mg
13-01- Ketidakseimbang 10.01 1. Monitor turgor kulit Jam 11.35 KELOMPOK
2020 an nutrisi kurang 10.02 -kulit klien tampak pucat S:
dari kebutuhan 2. Monitor kulit kering dan - Klien mengatakan tidak nafsu makan
tubuh 10.03 mukosa bibir - Klien mengatakan mual dan muntah ketika
- Mukosa tampak kering makan
10.04 3. Monitor mual dan muntah O:
10.05 - Klien mengatakan mual - Mukosa tampak kering dan kulit pucat
dan muntah ketika makan - Terjadi penurunan berat badan dari 52
4. Berikan susu lewat NGT menjadi 49
- Klien terpasang NGT - Klien tampak kurus
10.06 5. Berikan informasi tentang - IMT 19.55
kebutuhan nutrisi - Klien terpasang NGT
- Klien tampak mulai A:
memahami kebutuhan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
nutrisinya kebutuhan tubuh
6. Kolaborasi dengan ahli gizi P:
dalam memberikan 1. Monitor turgor kulit
makanan yang terpilih 2. Monitor kulit kering dan mukosa bibir
- 3. Monitor mual dan muntah
4. Berikan susu lewat NGT
5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
memberikan makanan yang terpilih
13-01- Gangguan 11.15 1. Observasi TTV Jam 11.40 KELOMPOK
2020 mobilitas fisik TD : 135 / 98 S:
N : 88 - Klien mengatakan aktivitas selalu dilakukan
R : 28 di tempat tidur
11.16 T : 37,4 - Klien mengatakan nyeri pada saat bergerak
2. Kaji kemampuan klien - Klien mengatakan ADL selalu di bantu
dalam mobilisasi keluarga
11.17 - Klien tampak lemah dan O:
lemas - Klien tampak lemah dan lemas
6. Dampingi dan bantu - Klien terpasang kateter untuk kencing
pasien saat mobilisasi dan - Tampak ada luka tekan di bokong klien
bantu penuhi kebutuhan - TTV
11.18 ADL pasien
- Klien terpasang kateter TD : 135 / 98
untuk kencing N : 88
7. Ajarkan pasien dan R : 28
keluarga dalam melakukan - T : 37,4
11.19 perubahan posisi miring A : Gangguan mobilitas fisik
kanan dan kiri
-Klien dan keluarga P:
tampak telah memahami 1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
penjelasan 2. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
8. Konsultasi dengan terapi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien
fisik tentang rencana 3. Ajarkan pasien dan keluarga dalam
ambulasi sesuai kebutuhan melakukan perubahan posisi miring kanan
dan kiri
4. Konsultasi dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai kebutuhan
14-01- Nyeri akut 08.20 1. Mengkaji nyeri secara Jam 12.10 KELOMPOK
2020 komprehensif S:
P : Nyeri pada saat bergerak - Klien mengatakan nyeri sejak 2 bulan yang
Q : nyeri seperti di tusuk lalu
tusuk P : Nyeri pada saat bergerak
R : nyeri di daerah anus Q : nyeri seperti di tusuk tusuk
S : skala nyeri 7 R : nyeri di daerah anus
08.21 T : nyeri timbul sering S : skala nyeri 7
2. Mengobservasi reaksi T : nyeri timbul sering
nonverbal O:
08.22 - Klien tampak meringis - Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah - Klien tampak gelisah
3. Mengkontrol lingkungan - TTV
yang dapat menyebabkan TD : 135 / 98
nyeri N : 88
08.23 -menghindari kebisingan, R : 28
08.24 dan suhu yang terlalu panas T : 37,5
08.43 ataupun dingin A : Nyeri akut
4. Meningkatkan istirahat P:
- Klien tampak gelisah 1. Meningkatkan istirahat
5. Mengajarkan teknik 2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
relaksasi napas dalam 3. Mengkolaborasi pemberian analgesik
- Klien mengikuti instruksi
6. Mengkolaborasi
pemberian analgesic
- Klien diberi ketorolac
30 mg
14-01- Ketidakseimbang 09.00 1. Monitor turgor kulit Jam 12.15 KELOMPOK
2020 an nutrisi kurang 09.01 - Turgor kulit baik S:
dari kebutuhan 2. Monitor kulit kering dan - Klien mengatakan tidak nafsu makan
tubuh mukosa bibir - Klien mengatakan mual dan muntah ketika
09.02 - Mukosa tampak kering dan makan
kulit pucat O:
09.03 3. Monitor mual dan muntah - Mukosa tampak kering dan kulit pucat
09.04 - Klien mengatakan mual - Terjadi penurunan berat badan dari 52
dan muntah ketika makan menjadi 49
4. Berikan susu lewat NGT - Klien tampak kurus
- Klien terpasang NGT - IMT 19.55
09.05 5. Berikan informasi tentang - Klien terpasang NGT
kebutuhan nutrisi A:
- Klien mengatakan telah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
memahami informasi yang kebutuhan tubuh
telah diberikan P:
6. Kolaborasi dengan ahli 1. Berikan susu lewat NGT
gizi dalam memberikan 2. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
makanan yang terpilih 3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
- Klien diberi makan sesuai memberikan makanan yang terpilih
kebutuhan gizinya
14-01- Gangguan 09.30 1. Kaji kemampuan klien Jam 12.20 KELOMPOK
2020 mobilitas fisik dalam mobilisasi S:
- Klien mengatakan - Klien mengatakan aktivitas selalu dilakukan
aktivitas selalu dilakukan di tempat tidur
di tempat tidur - Klien mengatakan nyeri pada saat bergerak
- Klien mengatakan nyeri - Klien mengatakan ADL selalu di bantu
pada saat bergerak keluarga
- Klien mengatakan ADL O:
selalu di bantu keluarga - Klien tampak lemah dan lemas
09.32 2. Dampingi dan bantu - Klien terpasang kateter untuk kencing
pasien saat mobilisasi dan - Tampak ada luka tekan di bokong klien
bantu penuhi kebutuhan - TTV
ADL pasien
- Membantu klien TD : 135 / 98
untuk mobilisasi N : 88
miring kanan R : 28
09.33 3. Ajarkan pasien dan - T : 37,4
keluarga dalam A : Gangguan mobilitas fisik
melakukan perubahan
posisi miring kanan dan P:
kiri 1. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
- Membantu klien dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien
untuk mobilisasi 2. Ajarkan pasien dan keluarga dalam
miring kanan dan melakukan perubahan posisi miring kanan
miring kiri dan kiri
09.34 4. Konsultasi dengan terapi 3. Konsultasi dengan terapi fisik tentang
fisik tentang rencana rencana ambulasi sesuai kebutuhan
ambulasi sesuai
kebutuhan
15-01- Nyeri akut 12.00 1. Meningkatkan istirahat Jam 13.15 KELOMPOK
2020 - Klien mengatakan S:
akan mengikuti saran - Klien mengatakan nyeri sejak 2 bulan yang
yang disampaikan lalu
perawat P : Nyeri pada saat bergerak
12.03 2. Mengajarkan teknik Q : nyeri seperti di tusuk tusuk
relaksasi napas dalam R : nyeri di daerah anus
- Klien melakukan S : skala nyeri 7
T : nyeri timbul sering
teknik relaksasi nafas
dalam O:
13.00 3. Mengkolaborasi - Klien tampak meringis
pemberian analgesic - Klien tampak gelisah
- Klien mendapat - TTV
ketorolac 30mg/ iv TD : 135 / 98
dan tramadol N : 88
1000mg/iv R : 28
T : 37,5
A : Nyeri akut
P : Intervensi lanjutkan
15-01- Ketidakseimbang 12. 15 1. Berikan susu lewat NGT Jam 12.30 KELOMPOK
2020 an nutrisi kurang - Klien diberikan susu S:
dari kebutuhan lewat selang NGT - Klien mengatakan tidak nafsu makan
tubuh 2. Berikan informasi tentang - Klien mengatakan mual dan muntah ketika
12.20 kebutuhan nutrisi makan
- Klien mengatakan O:
akan mengikuti saran - Mukosa tampak kering dan kulit pucat
perawat untuk makan - Terjadi penurunan berat badan dari 52
sedikit tapi sering
12.23 3. Kolaborasi dengan ahli menjadi 49
gizi dalam memberikan - Klien tampak kurus
makanan yang terpilih - IMT 19.55
- Klien terpasang NGT
A:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P : Intervensi lanjutkan
15-01- Gangguan 15.00 1. Dampingi dan bantu Jam 15.30 KELOMPOK
2020 mobilitas fisik pasien saat mobilisasi dan S:
bantu penuhi kebutuhan - Klien mengatakan aktivitas selalu dilakukan
ADL pasien di tempat tidur
- Klien mengatakan - Klien mengatakan nyeri pada saat bergerak
masih nyeri pada saat - Klien mengatakan ADL selalu di bantu
bergerak keluarga
2. Ajarkan pasien dan O:
15.10 keluarga dalam - Klien tampak lemah dan lemas
melakukan perubahan - Klien terpasang kateter untuk kencing
posisi miring kanan dan - Tampak ada luka tekan di bokong klien
kiri - TTV
- Klien dibantu untuk
melakukan miring kiri TD : 135 / 98
15.20 3. Konsultasi dengan terapi N : 88
fisik tentang rencana R : 28
ambulasi sesuai - T : 37,4
kebutuhan A : Gangguan mobilitas fisik

P : Intervensi lanjutkan
Daftar Pustaka
Halik, S.T. 2017. Hubungan Diet Dan Kebiasaan Duduk Dengan Hemorrhoid
Eksterna. SKRIPSI S1. Makasar : Fakultas Kedokteran Universitas
HASANUDDIN
Sudarsono, 2017. DIAGNOSIS DAN PENANGANAN HEMOROID. J
MAJORITY | Volume 4 Nomor 6.
Damayanti, 2017. Gambaran pasien hemoroid di instalasi rawat inap departemen
bedah rumah sakit umum pusat dr. Mohammad Hoesin Palembang. JKK,
Volume 4, No 1, Januari 2017: 15-21p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411
Ulima, 2012. FAKTOR RISIKO KEJADIAN HEMORRHOID PADA USIA 21-
30 TAHUN. Semarang : Universitas Diponegoro
Hernawan, dkk. 2015. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso Pontianak.
Suprijono. 2009. HEMORRHOID. Sultan Agung Vol Xliv No. 118 J
Corman, M.L. (1980). Anal Sphincter Reconstruction. Surgical Clinics Of North
America
Gafur, A. H. (2016). Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan
Tinea Kruris. Jurnal Medula Unila.
Partogi, D. (2008). Kulit Kering. Universitas Sumatera Utara.
Rilianti, D Dan Oktarlina, R,Z. (2017). Radiografi Abdomen 3 Posisi Pada Kasus
Neonatus Dengan Meteorismus. Jurnal Kedokteran Unila.
Suprijono, M. A. (2009). Hemorrhoid. Jurnal Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai