Kelompok 2
Rika Rohani I4051191007
Modesta Ferawati I4051191008
Febby Hardianti I4051191009
Ericha Rizki Ridhowati I4051191010
Agung Nurasyid I4051091011
Zakiah Amar I4051191012
Agus Mulyadi I4052191002
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
KASUS TIC
Tn. R berusia 43 tahun datang ke RS Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 10 januari
2020 dengan membawa surat rujukan dari DKT dengan keluhan hemoroid interna, demam (-),
nual (-), muntah (-). Saat dilakukan pengkajian tanggal 13 sampai tanggal 15 didapatkan BAB
berdarah riwayat operasi hemoroid 2x di DKT pada hari senin tanggal 6 januari 2020 dan pada
jumat tanggal 10 januari 2020 namun setelah operasi masih terdapat perdarahan sehingga di
lakukan Cito di RS abdul aziz singkawang oleh dr. Zainul Sp. Bd. Klien mengatakan dipuasakan
sejak tanggal 10 januari 2020 hingga tanggal 15 januari 2020 hanya minum air satu sendok 1
hari. Klien mengatakan perutnya kembung dan tidak mampu berjalan. Klien mengatakan terjadi
penurunan berat badan dari 52 kg menjadi 44 kg dalam rentan waktu kurang dari 6 bulan. Klien
terdiagnosa POH-4 Anal Recontruction a/i post hemoroidectomy anal necrosis. Pada saat
pemeriksaan fisik ditemukan: Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran Compos Mentis
E4V5M6. Klien mengeluh nyeri P: Proses Penyakit Q : seperti tertusuk tusuk R: epigastrium S:
Skala 6 T: Hilang datang. Klien terpasang NGT dan Infus Asering : Aminofluid : Kabivent
(1:1:1). Vital sign TD : 130/70 mmHg, Nadi 98 RR 22x/mnt dan Suhu 36,8 C .Klien tidak
memiliki riwayat kecelakaan, alegi obat maupun makanan. Tampak klien hanya mampu miring
kiri dan kanan dan dibantu dalam berpakaian, Klien mengatakan tidurnya nyaman hanya saja
sering terbangun tengah malam, udem (+), reflex batuk (-), sesak (-), ronchi (-), bunyi jantung
murni regular, s1s2 normal, CRT <2 dtk, Klien dapat bicara jelas, ekspresi datar. Pupil (+), bulat
isokor. Kekuatan otot: 4/4/4/4. Tidak ada muntah, BAB cair 2 kali sehari, bising usus 16x/mnt.
Bibir tampak kering, kulit tampak kering akral dingin, Klien terpasang NGT. Terdapat distensi
abdomen dan Meteorismus pada abdomen. Status dermatologi pada cruris dekstra sinistra
ditemukan erosi multiple ukuran plakat dan hasil konsul dokter kulit ditemukan adanya xerosis
kutis. Klien mendapatkan tranfusi albumin pada tanggal 11 januari 2020.
Hasil Laboratorium Hematologi dan Hemostasis 11 Januari 2020
NO Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 9,5 g/dl L: 13,2 – 17,3
P :11,7- 15,5
2. Jumlah Leukosit 15,520 /Ul L : 3.800- 10.600
P : 3.600- 11.000
3. Jumlah Trombosit 245,000 /Ul 150.000- 440.000
4. Hematokrit 27,4 % L : 40-52
P : 35-47
5. Jumlah Eritrosit 3,68 106 /Ul L : 4,4-5,9
P : 3,8- 5,2
Hasil Lab
11 januari 2020
Albumin 1,10 g/dl
12 Januari 2020
Albumin 1,11 g/dl
13 Januari 2020
Albumin 1,5 g/dl
Terapi Farmakologi
Infus Asering : Aminofluid : Kanbivent (
1:1:1)
Inj. Meropenem 3x1 g
Inj. Metronidazole 3 x 500 mg
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Inj. Kalnex 3 x 500 mg
Drip Deksketoprofen 3x50 mg
Drip Tramadol 3 x 100 gr
Inj. Ondansentron 2x4 mg
STEP 1 (identifikasi kata-kata sulit)
1. Hemoroid interna
2. Anal Recontruction
3. Hemoroidectomy
4. Meteorismus
5. Cruris
6. Erosi multiple
7. Xerosis kutis.
STEP 3
PERTANYAAN KRITIS
1. Apa yang dimaksud dengan Hemoroid?
2. Apasaja klasifikasi Hemoroid?
3. Apa saja penyebab Hemoroid?
4. Apa saja faktor resiko yang dapat menimbulkan terjadinya Hemoroid?
5. Apa saja tanda dan gejala yang dapat terjadi pada kasus ini?
6. Bagaimana proses perjalanan penyakit Hemoroid ?
7. Apa penatalaksanaan yang tepat pada Hemoroid?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada Hemoroid?
10. Mengapa bisa terjadi Hemoroid berulang ?
11. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada kasus ini?
STEP 4
SKEMA
Etiologi
Hemoroid
Patofisiologi
Askep
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Definisi Hemoroid
2. Klasifikasi Hemoroid
3. Penyebab Hemoroid
4. faktor resiko terjadinya Hemoroid
5. tanda dan gejala Hemoroid
6. Patofisiologi penyakit Hemoroid
7. penatalaksanaan Hemoroid
8. pemeriksaan penunjang Hemoroid
9. komplikasi pada Hemoroid
10. diagnosa keperawatan Hemoroid
STEP 6
DISCOVERY LEARNING
1. Definisi
Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti
pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus
hemorrhoidalis yang ada di daerah anus.
Hemorrhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa
pelebaran pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi
di daerah anus sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut venecsia atau
varises daerah anus dan perianus. Pelebaran tersebut disebabkan oleh
bendungan darah dalam susunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh
vena di daerah anus sering disebut wasir, ambeien atau hemorrhoid.
Hemorrhoid dapat dibagi atas hemorrhoid interna dan hemorrhoid
eksterna. Hemorrhoid dapat disebabkan karena bendungan sentral seperti
bendungan susunan portal pada sirosis hepatic, herediter atau penyakit
jantung koroner, serta pembesaran kelenjar prostate pada pria tua, atau
tumor pada rectum (Patologi F.K.UI, 1999 dalam Suprijono, 2009).
Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus
vena hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya hemorrhoid belum
diketahui secara jelas. Hemorrhoid berhubungan dengan konstipasi kronis
disertai penarikan feces. Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada
rongga submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya
dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna, tetapi kedua rongga
berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada
jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter
hemorrhoidalis. Hemorrhoid sangat umum dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan hidrostatik pada system porta,
seperti selama kehamilan, mengejan waktu berdefekasi, atau dengan
sirosis hepatis (Isselbacher, 2000). Pada sirosis hepatic terjadi anatomosis
normal antara system vena sistemik dan portal pada daerah anus
mengalami pelebaran. Kejadian ini biasa terjadi pada hipertensi portal.
Hipertensi portal menyebabkan peningkatan tekanan darah (>7 mmHg)
dalam vena portal hepatica, dengan peningkatan darah tersebut berakibat
terjadinya pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus (Underwood,
1999)
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Irawati, 2008 dalam Halik, 2017 faktor- faktor resiko terjadinya
hemoroid adalah
a. Kurangnya konsumsi makanan berserat
Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi
apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap
hari. Konsumsi cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam
tubuh.Suatu studi meta-analisis di Barcelona menyimpulkan bahwa
kebiasaan mengonsumsi serat akan menurunkan gejala dan perdarahan
pada hemorrhoid.
b. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar
yang disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon
descenden yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan.
Pada konstipasi diperlukan waktu mengejan yang lebih
lama.Tekanan yang keras saat mengejan dapat mengakibatkan
trauma berlebihan pada plexushemorrhoidalis sehingga
menyebabkan hemorrhoid.
1) Beberapa penyebab konstipasi antara lain :
Peningkatan stress psikologis Emosi yang kuat diperkirakan
menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik
usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress
juga dapat menyebabkan usus spastik(spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon).
2) Ketidaksesuaian diet Makanan yang lunak akan menghasilkan
suatu produk yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi.Makan makanan yang rendah serat seperti; beras,
telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak
lebih lambat di saluran cerna.Namun dengan meningkatkan
intake cairan dapat mempercepat pergerakan makanan tersebut di
saluran cerna.(Irawati D.2008)
3) Penggunaan obat-obatan Obat-obatan seperti ; morfin, codein,
obat-obatan adrenergik dan antikolinergik lain dapat
memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem
syaraf pusat sehingga dapat menyebabkan
konstipasi.(Irawati D.2008)
4) Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot
sphincter pun juga menjadi tipis.Karena sphincternya lemahmaka
dapat timbul prolaps.Selain itu pada usia tua juga sering terjadi
sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang berlebihan pada
saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja
menjadi keras. Sehinggaterjadi penekanan berlebihan pada
plexus hemorrhoidalis yang dipicu oeh proses mengejan untuk
mengeluarkan tinja.Pada tahun 2009, sebuah penelitian pada
pasien hemorrhoid usia 16-80 tahun di Park Klinik Berlin
mengambil kesimpulan bahwa faktor usia diatas 46 tahun
memiliki risiko tinggi terhadap kejadian hemorrhoid(Mubarak
H.2010).
c. Genetik
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat
sejak lahir akan memudahkan terjadinya hemorrhoid setelah
mendapat paparan tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau
terlalu lama, konstipasidan lain-lain. Dalam suatu penelitian dengan
subjek pria dan wanita usia>40 tahun di Semarangtahun 2007
menunjukkan bahwa riwayat hemorrhoid dalam keluarga merupakan
faktor risiko hemorrhoid. (Irawati D.2008)
d. Posisi Duduk dan Lama Duduk
Kebiasaan duduk yang terlalu lama dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya hemorrhoid, karena dengan duduk yang terlalu
lama tanpa merubah posisi akan mengakibatkan tekanan intra vena
di anus meningkat. Sehingga dapat terjadi pelebaran pada vena
hemoroidalisbahkan penonjolan dan perdarahan
e. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian
hemorrhoid adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium,
tumor rektal, dan lain-lain.Tumor ini dapat menekan vena sehingga
alirannya terganggu dan menyebabkan penekananplexus
hemorrhoidalis (Irawati D.2008).
f. Pola buang air besar yang salah
Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi
hemorrhoid. Menurut dr. Eka Ginanjar,dengan pemakaian jamban yang
duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak.Sehingga
akanmenyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum
dan anus. Berbeda halnya pada penggunaan jamban
jongkok. Posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya
konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya
hemorrhoid.Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok,valvula
ilicaecal yang terletak antara usus kecil dan caecum dapatmenutup
secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup untuk
mengeluarkan feses.Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda
ke jamban ketika sudah dirasa ingin buang air besar juga dapat
menurunkan kejadian konstipasi.(Yanuardani MT.2007)
g. Kurang intake cairan
Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian
hemorrhoid.Hal tersebut dikarenakan,kurangnya intake cairan dapat
menyebabkan tinja menjadi keras sehingga seseorangakan cenderung
mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut. Sementara itu proses
mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada plexus
hemorrhoidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya dapat
membantu melunakkan tinja dan membersihkan
usus. Sehingga tidak perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja.Menurut
seorang dokter penyakit dalam RS.Cipto Mangunkusumo setiap orang
membutuhkan air kurang lebih 30 mililiter perkilogram berat badan
setiap hari(Irawati D.2008).
h. Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi
untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan
hemorrhoid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti
berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat
melemaskan dan mengurangi ketegangan dari
otot. Namun dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti
mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian
hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan
musculussphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita
mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.Penelitian
pada pasien hemorrhoid di RS Bagatelle Cedex tahun
2005 mengambil kesimpulan bahwa aktivitas fisik yang berat
merupakan factor risiko dari hemorrhoid (Nugroho S.2014)
i. Kehamilan
Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil
akanmengakibatkan peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-
ototnya berelaksasi. Sehingga akan mengakibatkan konstipasi yang
akan memperberat sistem vena. Pelebaran vena pada wanita hamil juga
dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga
abdomen.Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan
hemorrhoid karena adanya penekanan yang berlebihan pada plexus
hemorrhoidalis.Sebuahpenelitian di Hospital for Sick Children Toronto
dari 88 orang ibu hamil didapatkan 99% dari responden tersebut
mengalami hemorrhoid(Vohra S.2009).
3. Klasifikasi
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan
anoskopi. Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan
menggunakan sebuah spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak
dari hemorrhoid tersebut. Secara anoskopi, berdasarkan letaknya
hemorrhoid terbagi atas :
a. Hemorrhoid eksterna
6. Manifestasi Klinis
9. Komplikasi
Dalam tindakan operatif pada kasus hemorrhoid terdapat beberapa
komplikasi yang sering terjadi:
1. Refleks Vasovagal
2. Perdarahan Jaringan pada tindakan eksisi dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan sekunder. Hal ini sangat jarang terjadi, namun
bila terjadi harus diwaspadai. Perdarahan ini umumnya dapat berhenti
secara spontan. Pemberian fraksi kecil flavonoid dari Diosmin dan
Hesperidin (Daflon) dapat mengurangi perdarahan secara signifikan
3. Infeksi Sepsis merupakan komplikasi yang tidak umum terjadi.Sepsis
umumnya terjadi pada pasien dengan defisiensi imun (Alonso P.2006
dalam Halik, 2017).
Pengkajian Keperawatan
I.IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. R
No. Rekam medis : 5041XX
Usia : 43 tahun
Tanggal Masuk Rumah sakit : 10 Januari 2020
Tanggal Pengkajan : 13 Januari 2020
Alamat/Telpon : DSN Perigi 015/008 Matang Danau Sambas Kecamatan
Paloh
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Sumber Informasi : Klien
II. KELUHAN UTAMA
Saat Pengkajian :
Data subjektif ; Klien mengatakan datang ke RS Abdul Aziz Singkawang pada
tanggal 10 januari 2020 dengan membawa surat rujukan dari DKT dengan
keluhan hemoroid interna, demam (-), mual (-), muntah (-). Saat dilakukan
pengkajian tanggal 13-15 januari 2020 didapatkan BAB berdarah riwayat operasi
hemoroid 2x di DKT pada hari senin tanggal 6 januari 2020 dan pada jumat
tanggal 10 januari 2020 namun setelah operasi masih terdapat perdarahan
sehingga di lakukan Cito di RS abdul aziz singkawang oleh dr. Zainul Sp. Bd.
Klien mengatakan dipuasakan sejak tanggal 10 januari 2020 hingga tanggal 15
januari 2020 hanya minum air satu sendok 1 hari. . Klien mengeluh nyeri P:
Proses Penyakit Q : seperti tertusuk tusuk R: epigastrium S: Skala 6 T: Hilang
datang.
Data Objektif; Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran klien compos
mentis dengan nilai GCS 15 ( E: 4, V: 5, M: 6), klien juga terpasang selang
NGT dan selang kateter urine. Klien tampak meringis. Hasil TTV saat dikaji
pada tanggal 13 Januari 2020
TD : 130/70 mmHg , Nadi : 98 x/menit, RR ; 22x/ menit T: 36,8oC
III.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan datang ke RS Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 10
januari 2020 dengan membawa surat rujukan dari DKT dengan keluhan
hemoroid interna, demam (-), nual (-), muntah (-). Bab berdarah riwayat
operasi hemoroid 2x di DKT pada hari senin tanggal 6 januari 2020 dan pada
jumat tanggal 10 januari 2020 namun setelah operasi masih terdapat
perdarahan sehingga di lakukan Cito di RS abdul aziz singkawang oleh dr.
Zainul Sp. Bd. Klien mengatakan dipuasakan sejak tanggal 10 januari 2020
hingga tanggal 15 januari 2020 hanya minum air satu sendok 1 hari. Klien
mengatakan perutnya kembung dan tidak mampu berjalan. Klien mengatakan
terjadi penurunan berat badan dari 52 kg menjadi 44 kg dalam rentan waktu
kurang dari 6 bulan. Klien terdiagnosa POH-4 Anal Recontruction a/i post
hemoroidectomy anal necrosis. Pada saat pemeriksaan fisik ditemukan:
Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran Compos Mentis E4V5M6.
Klien mengeluh nyeri P: Proses Penyakit Q : seperti tertusuk tusuk R:
epigastrium S: Skala 6 T: Hilang datang. Klien terpasang NGT dan Infus
Asering : Aminofluid : Kabivent (1:1:1). Vital sign TD : 130/70 mmHg, Nadi
98 RR 22x/mnt dan Suhu 36,8 C .Klien tidak memiliki riwayat kecelakaan,
alegi obat maupun makanan. Tampak klien hanya mampu miring kiri dan
kanan dan dibantu dalam berpakaian
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penyakit yang pernah dialami ;
Klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit terdahulu seperti DM, hipertensi
dll
RIWAYAT :
Data Subjektif : Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat
kecelakaan, memiliki riwayat operasi, tidak memiliki alergi obat, tidak memiliki
alergi makanan dan klien tidak mengkonsumsi alkohol, kopi dan tidak merokok.
VI. POLA AKTIVITAS-LATIHAN
NO AKTIVITAS SKOR SEBELUM MASUK SKOR MASUK
RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT
1 Makan/minum 0 2
2 Mandi 0 2
3 Berpakaian/berdandan 0 2
4 Toileting 0 2
5 Berpindah 0 2
6 Berjalan 0 2
7 Naik tangga 0 2
Tidak ada gangguan pada ketajaman mata (visus) dan lapang pandang
normal
Inspeksi : Bentuk kedua mata simetris, konjungtiva anemis, tidak ada
ikterik pada sclera, tidak ada edema dan lesi pada palpebra,
tidak ada perdarahan, pupil bereaksi terhadap cahaya dan
isokor serta tidak ada tanda peradangan. Fungsi penglihatan
baik dan tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan.
c. HIDUNG
Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Palpasi : Tidak ada kekakuan, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
nyeri tekan.
3.2.3 DADA/ THORAX
Inspeksi : Bentuk dada normal, warna kulit dada normal, ekspansi dinding
dada simetris, tidak ada tanda peradangan, menggunakan otot bantu nafas.
Palpasi : Tidak ada massa abnormal, tidak terjadi krepitasi, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada edema, teraba ictus cordis pada ICS 5 midklavikula sinistra
Auskultasi :
Jantung : Terdengar bunyi S1 dan S2, tidak ada suara tambahan.
Paru : Terdengar suara bronkovesikular mulai dari ICS 2 sampai ICS 12,
tidak terdapat suara wheezing, rhonci, rales, dan crackles.
Perkusi:
Jantung : Terdengar suara dullness, batas jantung normal
Paru : Terdengar suara resonance
3.2.5 ABDOMEN
Inspeksi : Bentuk abdomen seperti kembung, tidak ada bayangan vena
abnormal (caput medussae), kondisi kulit normal.
Palpasi : Tidak ada penegangan dinding abdomen, tidak ada edema, ada
nyeri tekan epigastrium, tidak ada massa abnormal
Auskultasi : Bising usus 12 kali/menit
Perkusi : Terdengar suara timpani
3.2.6 GENETALIA
Orificium urethra normal. Terpasang selang kateter urine
3.2.7 REKTUM & ANUS
Ada luka post anal reconstruction
3.2.8 EKSTREMITAS
Tidak ada edema, tidak ada deformitas, tidak ada kontraktur, tidak ada nyeri
tekan
Klien tampak sulit menggerakkan anggota tubuh
Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4
P : Intervensi lanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Halik, S.T. 2017. Hubungan Diet Dan Kebiasaan Duduk Dengan Hemorrhoid
Eksterna. SKRIPSI S1. Makasar : Fakultas Kedokteran Universitas
HASANUDDIN
Sudarsono, 2017. DIAGNOSIS DAN PENANGANAN HEMOROID. J
MAJORITY | Volume 4 Nomor 6.
Damayanti, 2017. Gambaran pasien hemoroid di instalasi rawat inap departemen
bedah rumah sakit umum pusat dr. Mohammad Hoesin Palembang. JKK,
Volume 4, No 1, Januari 2017: 15-21p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411
Ulima, 2012. FAKTOR RISIKO KEJADIAN HEMORRHOID PADA USIA 21-
30 TAHUN. Semarang : Universitas Diponegoro
Hernawan, dkk. 2015. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso Pontianak.
Suprijono. 2009. HEMORRHOID. Sultan Agung Vol Xliv No. 118 J
Corman, M.L. (1980). Anal Sphincter Reconstruction. Surgical Clinics Of North
America
Gafur, A. H. (2016). Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan
Tinea Kruris. Jurnal Medula Unila.
Partogi, D. (2008). Kulit Kering. Universitas Sumatera Utara.
Rilianti, D Dan Oktarlina, R,Z. (2017). Radiografi Abdomen 3 Posisi Pada Kasus
Neonatus Dengan Meteorismus. Jurnal Kedokteran Unila.
Suprijono, M. A. (2009). Hemorrhoid. Jurnal Kesehatan