Oleh :
Pemeriksaan Penunjang
DATA PENUNJANG ( Laboratorium, Radiologi, Biopsi, dll)
1. Hematologi (20-01-2020)
No. Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
1. Leukosit 16,12 x 103 4,5 – 11
2. Eritrosit 3,72 x 103 4,6 – 6,0
3. Hemoglobin 11,8 14 – 18
4. Hematokrit 34,0 36 – 54
5. MCV 91,4 82 – 92
6. MCH 31,7 27,0 – 31,0
7. MCHC 34,7 32,0 – 37,0
8. Trombosit 604 x 103 150 – 440
9. RDW-CV 14,0 11,5 – 14,5
10. RDW-SD 44,6 35 – 47
11. PDW 11,8 9,0 – 13,0
12. MPV 10,4 7,2 – 11,1
13. P-LCR 27,0 15,0 – 25,0
B. STEP 2
1. Jawab : keadaan terjadinya hipoksia otak yang dapat menyebabkn kerusakan otak
secara permanen pada neonatus
2. Jawab : Subdural hygroma adalah penumpukan cairan di luar otak. Tidak seperti
hidrosefalus yang terjadi di dalam sistem ventrikel (rongga cairan otak), subdural
hygroma ini terjadi di antara selaput tipis dan selaput tebal otak.
3. jawab : Jenis stroke lakunar ini menyumbat pembuluh yang memasok baik
thalamus maupun posterior internal capsule yang berdekatan. Karena sensorik dan
area motorik otak keduanya dipengaruhi oleh jenis stroke, gejalanya mencakup
gangguan sensorik (kerusakan thalamus) dan hemiparesis orhemiplegia
(kerusakan kapsul internal). Kelainan sensorik dan motorik keduanya dirasakan
pada sisi yang sama dari tubuh.
C. STEP 3
1. Apa penyebab HIE ?
2. Apakah ada hubungan antara kejadian HIE dan pneumonia dengan riwayat
kehamilan ibu ?
3. Mengapa bisa muncul masalah pneumonia pada kasus HIE?
4. Apa saja masalah/ gangguan yang terdapat pada klien dengan HIE ?
5. Apa yang menyebabkan adanya penumpukan cairan di dalam otak?
6. Mengapa bisa terjadi kaku otot pada ekstremitas klien ?
7. Prognosis terburuk apa yang dapat terjadi pada kasus HIE + Pneumonia jika tidak
ditangani segera?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada kasus HIE + Pneumonia ?
9. Apa saja diagnosa yang dapat diangkat pada kasus ?
D. STEP 4
1. HIE dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen pada saat di dalam
kandungan (tali pusat pendek, ibu yang mengalami eklampsi) ataupun pasca
melahirkan
2. Ada, karena pada saat melahirkan ibu sempat mengalami kejang, dan
memungkinkan pada saat kejang suplai oksigen melalui plasenta tidak adekuat
sehingga mempengaruhi kondisi otak janin
3. Salah satu penyebab pneumonia pada neonatus yaitu ketuban pecah dini sehingga
dapat membuat air ketuban dan mekonium masuk ke saluran pernapasan dan
menyebabkan infeksi pada paru/ pneumonia
4. Gangguan motorik seperti kaku otot, penurunan kesadaran, kerusakan otak, cacat
5. Belum terjawab
6. Karena pada hasil CT Scan kepala terdapat infark pada area thalamus kiri dan
kanan sehingga menyebabkan kekakuan/kelemahan otot pada ekstremitas
7. Kematian dan keruakan otak permanen serta gagal napas
8. Belum terjawab
9. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoksia bayi; Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan paru-paru bayi; Gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan suplai darah, O2 dan nutrisi kejaringan perifer menurun;
Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan suplai darah, O2 dan
nutrisi kejaringan cerebral menurun; Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan bayi kekurangan nutrisi semenjak dalam uterus
E. STEP 5
HIE + PENUMONIA
PATOFISIOLOGI
ASUHAN
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
F. STEP 6
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi dan pathway
4. Manifestasi klinis
5. Prognosis
6. Pemeriksaan penunjang
7. Penatalaksanaan
8. Asuhan keperawatan
1. Definisi
Hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE) adalah kerusakan neurologis non
progresif di otak yang disebabkan oleh asfiksia intrauterine atau pascanatal yang
mengakibatkan hipoksemia dan atau iskemia serebral (Wong, 2011).
Hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE) merupakan suatu sindroma yang
ditandai dengan adanya kelainan klinis dan laboratorium yang timbul karena adanya
cedera pada otak yang akut yang disebabkan karena asfiksia (Smeltzer & Bare,
2013).
Hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE) merupakan konsekuensi fisiologis
utama yang terjadi akibat keadaan asfiksia neonatorum sebelumnya, akan tetapi
kelainan ini tidak dapat diketahui dengan segera (Hidayat, 2010).
2. Etiologi
a. Oksigenase yang tidak adekuat dari darah maternal yang disebabkan hipoventilasi
selama proses pembiusan, gagal nafas, keracunan CO2.
b. Tekanan darah ibu yang rendah karena hipotensi akibat dari anestesi spinal atau
tekanan uterus pada vena cava dan aorta.
c. Relaksasi uterus kurang karena pemberian oksitosin berlebihan akan
menyebabkan tetani.
d. Plasenta terlepas dini.
e. Penekanan pada tali pusat atau lilitan tali pusat.
f. Vasokonstriksi pembuluh darah uterus karena kokain.
g. Insufisiensi plasenta karena toksemia dan post date.
(Smeltzer & Bare, 2013)
Voltage rendah
yang berubah Burst suppression
EEG Normal dengan kejang to isoelektrik
24 jam – 14 hari
Beberapa hari
Durasi <24 jam hingga minggu
Bervariasi
Kematian,
Hasil akhir Baik kecacatan berat
(Sumber: Kliegman et al, 2016)
5. Prognosis
Penderita yang mengalami HIE prognosisnya bervariasi, ada yang sembuh total,
cacat atau meninggal dunia. Di Amerika Serikat angka kematian bayi secara
keseluruhan pada bayi dengan HIE ringan sampai berat adalah 12,5%, di RS Dr.
Soetomo angka kematian 18,85%. Pada stadium ringan pada umumnya sembuh total,
pada stadium sedang 80% normal, sisanya timbul kelainan bila gejalanya tetap ada
lebih dari 5-7 hari (Kliegman et al, 2016).
Ada beberapa faktor atau keadaan yang dapat dipakai untuk menilai prognosis.
Prognosisnya jelek apabila: (Kliegman et al, 2016)
a. Asfiksia berat yang berkepanjangan (Apgar score = 3 pada umur 20 menit).
b. HIE stadium berat 50% meninggal dunia, sisanya timbul gejala sisa yang berat.
c. Kejang yang sulit diatasi muncul sebelum 12 jam yang disertai dengan kelainan
multiorgan.
d. Adanya kelainan neurologi yang persisten pada 1-2 minggu saat dipulangkan,
50% akan timbul epilepsy.
e. Adanya oliguri persisten (produksi urine <1 ml/kgBB/jam selama 36 jam).
f. Mikrosefali pada 3 bulan pertama setelah lahir.
g. Adanya kelainan EEG yang sedang sampai berat.
h. Adanya kelainan CT scan yang berupa pendarahan yang berat, periventrikuler
leukomalasi (PVL) atau nekrosis.
i. Kelainan MRI yang timbul pada 24-72 jam pertama setelah lahir.
6. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis HIE :
1. EEG
Dapat memprediksi keadaan klinis termasuk kemungkinan untuk hidup dan
sekuele neurologis jangka panjang, seperti kuadriplegia spastik atau diplegia.
2. USG
Penggunaan USG (ultrasonography) menguntungkan karena nyaman, tidak
invasif, murah, dan tanpa paparan radiasi pada neonatus yang hemodinamis
tidak stabil. Selain itu, USG Doppler kranial dapat menilai resistive index (RI),
yang memberikan informasi perfusi otak. Peningkatan nilai RI menunjukkan
prognosis buruk.
3. CT-Scan
CT-scan merupakan modalitas yang paling kurang sensitif untuk menilai HIE
karena tingginya kandungan air pada otak neonates dan tingginya kandungan
protein cairan serebrospinal mengakibatkan buruknya resolusi kontras parenkim.
Selain itu, paparan radiasinya tinggi. Namun, CT-scan dapat menscreen
perdarahan pada neonatus sakit tanpa sedasi.
4. MRI
Merupakan pencitraan yang paling sensitive dan spesifik untuk bayi yang diduga
cedera otak hipoksik-iskemik.7 Lokasi, distribusi, dan derajat keparahan lesi
hipoksik-iskemik dapat dideteksi oleh MRI (magnetic resonance imaging) dan
berhubungan dengan hasil akhir.10 MRI pada hari-hari pertama kehidupan juga
dapat berguna untuk prognosis dan membantu pengambilan keputusan seperti
terminasi kehidupan.10 MRI juga dapat menyingkirkan penyebab ensefalopati
lain, seperti perdarahan, infark serebral, neoplasma, dan malformasi kongenital.
(Cerio et all, 2013 ; Newell et all, 2013)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Secara umum, efek farmakologi yang diharapkan adalah efek
antioksidan,antiinflamasi, dan antiapoptosis. Efek antioksidan diharapkan
dapat mengurangi radikal bebas yang toksik dan menghambat masuknya
kalsium yang berlebih ke dalam sel saraf (Cerio, Celador, Alvarez &
Hilario, 2013). Allopurinol memiliki efek antioksidan dan diketahui dapat
mengurangi pembentukan radikal bebas yang merusak jaringan dan dapat
menjaga sawar darah otak. Penelitian pada manusia menggunakan 500 mg
allopurinol intravena sesaat sebelum persalinan pada bayi yang dicurigai
asfiksia janin. Dalam beberapa tahun terakhir, cannabinoid diketahui
memiliki fungsi neuroprotektor karena dapat memodulasi respons neuronal
dan glial. Selain itu, cannabinoid juga memiliki fungsi sel endotelial,
antieksitotoksik, antiinflamasi, efek vasodilator, dan mengatur homeostasis
kalsium (Cerio, Celador, Alvarez & Hilario, 2013). Makin banyak bukti
klinis dan eksperimental bahwa recombinant human erythropoietin (rhEPO)
memiliki efek neuroprotektif dengan mengikat reseptor EPO di neuron dan
glia. Dosis rendah rhEPO (300 atau 500 U/kg)berhubungan dengan
penurunan risiko
b. Penatalaksanaan keperawatan
Prinsip manajemen bayi baru lahir yang mengalami cedera hipoksik-
iskemik dan berisiko cedera sekunder adalah
1) Identifikasi awal bayi dengan risiko tinggi Tanda yang mungkin didapat
adalah denyut jantung janin abnormal, bayi depresi berat (skor APGAR
rendah dan berkepanjangan), perlu resusitasi (intubasi, kompresi dada,
pemberian epinefrin), asidosis berat (pH umbilikal <7,0 dengan atau
base deficit ≥16 mEq/L), diikuti hasil pemeriksaan neurologis awal
abnormal atau hasil EEG abnormal.
2) Perawatan suportif intensif Untuk memfasilitasi perfusi dan nutrisi otak
yang adekuat, dibutuhkan perawatan suportif seperti koreksi gangguan
hemodinamis (hipotensi, asidosis metabolik), ventilasi adekuat, koreksi
gangguan metabolik seperti kadar glukosa, kalsium, magnesium, dan
elektrolit lainnya, penanganan kejang, serta monitor kegagalan fungsi
organ-organ lain (Perlman, 2006 ; Lai & Yang, 2011). Salah satu faktor
utama perawatan intensif adalah menjaga ventilasi dan perfusi adekuat.
Kekurangan oksigen akan menyebabkan gangguan autoregulasi
serebrovaskuler dengan konsekuensi bertambahnya cedera sel-sel otak.
Sedangkan hiperoksia berat pada awal masa kehidupan akan
menyebabkan peningkatan stres oksidatif yang pada akhirnya
memperburuk status neurologis jangka panjang.
3) Pertimbangan intervensi untuk memperbaiki proses cedera otak yang
sedang terjadi (Perlman, 2006). Intervensi terapi neuroprotektif dapat
dipilah menjadi intervensi farmakologi dan non-farmakologi. Meskipun
banyak terapi neuroprotektif telah diteliti, hingga saat ini tidak ada agen
neuroprotektif yang aman dan efektif mengobati sekuele neurologis
setelah kejadian HIE pada neonatus (Cerio, Celador, Alvarez & Hilario,
2013). Tujuan terapi neuroprotektif adalah untuk mengurangi kerusakan
serebral dengan cara mengurangi pembentukan radikal bebas yang
toksik, menghambat masuknya kalsium berlebihan ke dalam neuron,
dan mengurangi edema serebral.
(Cerio et all, 2013 ; Anggriawan, 2016)
8. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata. Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2) Keluhan Utama. Pada klien yang sering tampak adalah sesak nafas
3) Riwayat kehamilan dan persalinan. Bagaimana proses persalinan, apakah
spontan, premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang
4) Kebutuhan dasar
a) Pola Nutrisi. Pada neonatus membatasi intake oral, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
b) Pola Eliminasi. Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena
organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna
c) Kebersihan diri. Perawat dan keluarga klien harus menjaga kebersihan
klien, terutama saat BAB dan BAK, saat klien BAB dan BAK harus
diganti popoknya
d) Pola tidur. Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum. Pada umumnya pasien dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium
pertama.
2) Tanda-tanda Vital. Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
3) Kulit. Pada kulit biasanya terdapat sianosis
4) Kepala.
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
5) Mata. Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
6) Hidung. Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya
pernafasan cuping hidung.
7) Dada. Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat
8) Neurology / reflek.
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
9) Gejala dan tanda
a) Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b) Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c) Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda :
ketidakefektifan termoregulasi
c. Test Diagnostik
1) Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan disesuaikan dengan stadium STARNAT,
jadi ada pemeriksaan tingkat kesadaran, tonus otot, reflex-refleks (moro,
tendo, mioklonus), pupil, denyut jantung.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) serum elektrolit, seperti, sodium, potassium, klorida menurun indikasi
kerusakan akut pada tubulus ginjal
b) serum kreatinin, kreatinin klirens, BUN untuk deteksi fungsi renal
c) prothrotombin time, partial thrombhoplastin time, kadar fibrinogen
untuk evaluasi system koagulasi
d) gas darah untuk monitoring status asam basa, dan untuk menghindari
hyperoksia/hypoxia
3) Pemeriksaan Penunjang
a) MRI untuk mengetahui status mielinisasi, prognosis, follow up dan
perkembangan defect yang ada di otak, biasanya memberikan
gambaran:
(1) Loss of cerebral gray and white matter differentiation
(2) Cortical highlighting (particularly in the parasagittal perirolandic
cortex)
(3) Basal ganglia or thalamus injury
(4) Parasagittal cerebral injury
(5) Decreased signal in the posterior limb of the internal capsule
(PLIC)
b) Cranial USG dapat mengetahui apakah trejadi pendarahan intracerebral
atau intraventricular.
c) EEG untuk menentukan staging dari HIE
d. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoksia bayi
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : By. Ny. Hayati
Usia : 1 bulan 11 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Madura
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat asal : Sungai Ambawang Desa Durian
No. RM : 00124818
Tanggal Masuk : 28 Januari 2020
Tanggal Pengkajian : 25 Januari 2020
Diagnosa Medik : HIE + Pneumonia
Golongan Darah :
Penanggung Jawab & Biaya : Ayah Pasien
Keterangan :
: Laki laki : klie
: Perempuan : Meninggal
: garis keturunan : tinggal serumah
: garis perkawinan
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : klien tampak pucat dan membran mukosa kering
2. Kesadaran : Composmentis GCS -> E: 4 V: 6 M:
5
3. Tanda-tanda vital : TD mmHg, N 140 x/menit, S 36.5 ˚C, RR 48
x/menit, SPO2 100 %
4. BB dan TB : 2.700 gr, 49 cm
5. Sistem Pernapasan
Dada, Thorax, & Paru-paru
Inspeksi : Adanya retraksi dinding dada, sesak dypneu dan batuk
Palpasi : Fremitus dada meningkat
Perkusi : terdengar dullnes di semua lapang paru
Auskultasi : terdapat suara ronki di semua lapang paru
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Jantung
Inspeksi : bentuk dada normal, ictus cordis nampak
Palpasi : fremitus dada meningkat
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung irreguler
7. Sistem Persarafan
a. Sensasi Nyeri : klien menanis jika diransang nyeri
b. Reflek (Fisiologis & Patologis) :
Refleks fisiologis tidak dilakukan
Refleks patologis : refleks babinski negatif terjadi gerakan
mencengkram jari kaki
c. Pemeriksaan rangsang meningeal (jika ada) :
(kaku kuduk, brudzinski I-II, Lasegue, Kernig
-
d. Nervus I-XII :
Nervus III : reaksi pupil mengecil terkena cahaya dan membesar ketika
dijauhkan
e. Kekuatan otot & Tonus otot :
4 4
4 4
Enternal
Asi 8 x 40 cc
Ka-en 4 B 10 cc/jam
9. Sistem Perkemihan
a. Pola Eliminasi (BAK)
Tanggal Jumlah
25/02/2020 360 cc
26/02/2020 515 cc
27/02/2020 456 cc
b. Genitalia
Klien berjenis kelamin laki-laki, terdapat scrotum, dan tidak ada edema
c. Penggunaan alat bantu berkemih
Klien tidak terpasang kateter
b. Aktivitas/ kegiatan
Klien hanya bisa terbaring di inkubator
H. DATA SOSIAL
1. Hubungan Sosial
Hubungan klien dengan ibu bapaknya baik dan orang tua klien memiliki
hubungan yang baik dengan anggota keluarga
2. Faktor Sosio-kultural
Keluarga klien memiliki suku madura
3. Gaya Hidup
Klien bellum bisa menjaga pola makan ketika hamil
L. MEDIKASI/ PENGOBATAN
Meropenem 3 x125 mg
Gentamycin 1 x 13 mg
Fluconazole 3 x 0,3 mg
Amenophylin 3 x 6,2 mg
Ventolin 3 x ½ respul
Dexametaxone 0,3 mg
Aminofilin 3 x 6,2 mg
ANALISA DATA
DATA Etiologi Masalah
DS: Penumpukan Sekret Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
-
DO:
- Tampak secret yang
menumpuk pada area
hidung dan mulut klien
- N 140 x/menit
- S 36,2 ˚C
- RR 68 x/menit
- SPO2 100%
DO :
- Tampak adanya retraksi
dada setiap kali klien
bernafas
- N 140 x/menit
- S 36,2 ˚C
- RR 68 x/menit
SPO2 100%
DS : Pneumonia Ketidakefektifan
neonatorum Termoregulasi
-
DO :
- Suhu tubuh klien
mengalami fluktuasi
25-2-2020 (12.00)
CM : 126
CK + IWL = 80 + 27 = 107
BC :+19cc/6 Jam
25-2-2020 (18.00)
CM : 252
CK + IWL = 240 + 54 =
294
BC :-42cc/12 Jam
26-2-2020 (06.00)
CM : 504
CK + IWL = 540 + 108 =
648
BC :-144cc/24 Jam
- N 140 x/menit
- S 36,2 ˚C
- RR 68 x/menit
- SPO2 100%
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Outcomes Intervensi
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pastikan kebutuhan
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan oral/tracheal
selama 3 x 24 jam di suctioning
harapkan bersihan
jalan nafas klien 2. Auskultasi suara
membaik dengan nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
kriteria hasil :
- Menunjukkan 3. Monitor status
jalan nafas yang oksigen klien
paten (klien tidak
4. Monitor TTV klien
merasa tercekik,
irama nafas, 5. Lakukan fisioterapi
frekuensi dada jika perlu
pernafasan
membaik, suara 6. Kolaborasi
nafas abnormal pemberian mukolitik
atau bronkodilator
berkurang)
5. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik
5. Kolaborasi pemberian
antipiretik
5. Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
A:Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas
-
6. Memberikan cairan
sesuai kebutuhan dan
BB klien
4. Resiko Selasa/ Selasa, 25-02-2020, Perawat
Ketidakseimbangan Jam 14.00 Dinas
Volume Cairan b.d 25-2- Pagi
Intake dan Output 2020
1. Menimbang
Cairan yang Tak 08.15 popok/pembalut S:
Seimbang jika diperlukan
O:
2. Mempertahankan - CM : 126
08.20 catatan intake dan CK + IWL = 80+
output yang akurat 27 = 107
BC :+99cc/6Jam
3. Memonitor status - Mukosa bibir
hidrasi (kelembaban tampak kering
08.25 membran mukosa, - Hasil TTV:
nadi adekuat, RR: 48 x/menit
tekanan darah
ortostatik ), jika S: 0 C
diperlukan N: x/ menit
09.00
4. Memonitor vital SPO2 99%
sign
- Ubun-ubun
12.30 5. Memonitor tampak cekung
masukan makanan /
cairan dan hitung
12.00 intake kalori harian A:
Resiko
6. Berkolaborasikan Ketidakseimbangan
pemberian cairan IV
Volume Cairan
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor
ketidakseimbangan
volume cairan
5. Ketidakefektifan Rabu, Rabu, 26-02-2020, Perawat
Bersihan Jalan Nafas 26-02- Dinas
b.d Penumpukan 2020 Jam 20.10 Sore
Sekret 1. Memastikan
11.10 kebutuhan S:
oral/tracheal
-
suctioning
O:
2. Memonitor TTV - Klien di berikan
12.00 klien terapi cairan ASI
45 cc Via NGT
3. Melakukan - Terdapat suara
fisioterapi dada jika ronchi ketika di
11.15 perlu auskultasi dan
- klien masih
4. Berkolaborasi mengeluarkan
pemberian sekret
12.20
mukolitik atau - Klien sudah
bronkodilator
(Ventolin 3 x ½ dilakukan
rspl) fisioterapi dada
- Hasil TTV:
RR: 47 x/menit
S: 37,6 0 C
N: 122 x/ menit
SPO2 99%
- Terpasang O2
nassal kanul 1 lpm
A:Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas
A: Ketidakefektifan
Pola Nafas
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen
ketidakefektifan
Pola Nafas
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor
Termoregulasi
S: 36,5 0 C
N: 150x/ menit
SPO2 100%
- Terpasang O2
nassal kanul 1 lpm
A:Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
P: Intervensi di
hentikan
1. Memberikan klien
S:-
posisi yang
08.18
memperluas O: -
ekspansi dada - Kulit klien warna
kemerahan dan
08.20 2. Memberikan O2 terasa hangat
dengan
08.25
menggunakan nasal - Diberikan terapi
untuk memfasilitasi cairan ASI 45cc
suction nasotrakeal via NGT
S: 36,5 0 C
08.00
N: 150 x/ menit
SPO2 100%
A: Ketidakefektifan
Pola Nafas
P: Intervensi di
hentikan
A: Ketidakefektifan
Termoregulasi
P:Intervensi
dihentikan
5. Berkolaborasikan
pemberian cairan IV A:
12.10
Resiko
Ketidakseimbangan
Volume Cairan
P:Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA