PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Dikalangan petugas kesehatan, cuci tangan sangatlah penting dilakukan, dan jika tidak
dilakukan akan beresiko untuk menyebarkan infeksi baik dari petugas ke pasien ataupun sesama
petugas kesehatan lainnya (Sri Purwantiningsih, 2015). Tetapi hal ini tidak jarang dianggap sepele,
walau seluruh petugas telah mendapatkan pelatihan yang baik dan update terkait masalah cuci
tangan tetapi kadang masih ada beberapa oknum yang kurang disiplin untuk menerapkan cuci
tangan sesuai prosedur yang telah ada (Vic Sahai, 2016).
Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan atau sering disebut dengan istilah
Health-care Associated Infection (HAIs) merupakan masalah penting di seluruh dunia (Sri
Purwantiningsih, 2015). Kejadian infeksi belum diimbangi dengan pemahaman tentang bagaimana
mencegah infeksi dan implementasi secara baik. Kondisi ini memungkinkan angka kejadian infeksi
di rumah sakit cenderung meningkat. Maka dari itu sangat penting halnya pengetahuan petugas
kesehatan tentang mencuci tangan untuk menerapkan perilaku Five moment for Hand Hygiene
sebagai salah satu metode Patient Safety untuk mengurangi angka kejadian infeksi nosokomial
(Departement of Health and Human Services,U.S, 2016).
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan Global Patient Safety Challenge dengan Clean Care is
Safe Care, merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan
My Five Moments For Hand Hygiene yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan
pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah
bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Health-care Associated Infections atau Hospital-Acquired Infection (HAIs) adalah infeksi
yang terjadi pada pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak ditemukan pada
saat pasien masuk, infeksi ini didapat dari rumah sakit namun bermanifestasi setelah pasien keluar.
Selain pada pasien, HAIs dapat terjadi pada tenaga kesehatan, staf, dan pengunjung rumah sakit
(WHO,2014).
Negara-negara seperti Amerika dan Sub-Sahara Afrika memiliki tingkat infeksi yang tinggi,
hingga mencapai lebih dari 40%. Menurut WHO angka kejadian infeksi di rumah sakit di negara-
negara Asia sekitar 3-21% dengan rata- rata 9 % (Sri Purwantiningsih, 2015). Di Indonesia rata-
rata prevalensi infeksi adalah sekitar 9,1% dengan variasi kejadian infeksi sebesar 6,1 % - 16,0 %
(Sri Purwantiningsih, 2015). Infeksi nosokomial di RS terjadi akibat kurangnya kepatuhan petugas
untuk melakukan cuci tangan. Rata - rata kepatuhan petugas untuk mencuci tangan di Indonesia
hanya 20% - 40%" (Depkes RI, 2015).
Infeksi layanan kesehatan merupakan salah satu isu penting dalam aspek keselamatan pasien
yang perlu mendapat perhatian karena menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka
morbiditas pasien yang dirawat di layanan kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan yang
dikemukakan oleh Setiowati (2013), di mana ketidakpedulian akan keselamatan pasien
menyebabkan kerugian bagi pasien dan pihak rumah sakit yang berdampak pada mutu layanan
kesehatan. Dampak tersebut dapat berupa biaya yang harus ditanggung pasien menjadi lebih besar,
pasien semakin lama dirawat di rumah sakit, dan terjadinya resistensi obat. Maka dari itu, infeksi
layanan kesehatan sebagai bagian dari aspek keselamatan pasien dan petugas kesehatan merupakan
salah satu isu yang penting untuk diperhatikan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
berinovasi untuk melakukan penelitian dengan judul "Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Five Moment For Hand Hygiene di Puskesmas
Tanggul".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah terdapat
hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan petugas kesehatan dengan perilaku Five Moment
for Hand Hygiene di Puskesmas Tanggul.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
dan pengetahuan petugas kesehatan dengan perilaku Five Moment for Hand Hygiene di
Puskesmas Tanggul.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tingkat pendidikan tenaga kesehatan Puskesmas Tanggul
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang hand hygiene tenaga kesehatan
Puskesmas Tanggul
3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan tenaga kesehatan Puskesmas
Tanggul terhadap pengetahuan hand hygiene.
4. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan tenaga kesehatan terhadap
perilaku Five Moment for Hand Hygiene di Puskesmas Tanggul.
5. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan hand hygiene terhadap perilaku Five
Moment for Hand Hygiene
D. Manfaat Penelitian
a. Instansi
Dapat memberikan gamaran pengaturan dan perilaku Hand Hygiene para petugas kesehatan
yang ada di puskesmas Tanggul.
b. Penulis
Dapat menambah pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama masa internship
dan mengembagkan penelitian berikutnya di masa pandemi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris, khususnya mata dan
telinga, terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior), di mana perilaku yang didasari oleh pengetahuan
umumnya akan bersifat langgeng (Sunaryo, 2004). Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012)
adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan meliputi pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab dalam bekerja, memiliki
pengetahuan di bidang yang berhubungan dengan peraturan, prosedur dan keahlian teknis, dapat
menggunakan informasi, material, peralatan dan teknik dengan tepat dan benar, serta mampu
mengikuti perkembangan peraturan, prosedur dan teknik terbaru dalam keperawatan
(Pancaningrum, 2011).
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2012)
1) Tahu (know): mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur tahu dapat melalui proses menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
menyatakan.
2) Memahami (comprehension): kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui. Orang yang telah paham terhadap objek harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan.
3) Aplikasi (application): kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi/kondisi riil (sebenarnya).
4) Analisis (analysis): kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, misal dapat
membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.
5) Sintesis (synthesis): kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misal dapat menyusun,
merencanakan, meringkaskan, dan menyesuaikan.
1. Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat kotor atau
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya, atau setelah
menggunakan toilet.
2. Apabila terbukti atau dicurigai kuat memiliki kontak dengan patogen yang
kemungkinan membentuk spora.
3. Penggunaan hand rub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptic tangan rutin
pada semua situasi dan bila tangan tidak terlihat kotor.
4. Dilakukan kebersihan tangan pada kondisi berikut: sebelum dan sesudah
menyentuh pasien; sebelum melakukan tindakan invasif untuk perawatan
pasien, tidak peduli apakah menggunakan sarung tangan atau tidak; setelah
kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak
intak, atau merawat luka; apabila berpindah dari area tubuh yang
terkontaminasi ke area tubuh lain selama perawatan pada pasien yang sama;
setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk peralatan
medis; setelah melepas sarung tangan steril.
5. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan.
Keefektifan kegiatan cuci tangan ini juga harus didukung dengan sarana cuci
tangan yang memadai. Sarana tersebut yaitu: (Kemenkes RI, 2011)
1. Air mengalir
Air mengalir merupakan sarana utama untuk cuci tangan disertai dengan saluran
pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Air mengalir dapat melepaskan
mikroorganisme dari tangan karena gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci tangan.
Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan
gayung, namun cara mengguyur dengan gayung tidak dianjurkan karena memiliki
risiko kontaminasi yang cukup besar, baik melalui gagang gayung maupun dari
percikan air bekas cucian yang dapat kembali ke bak penampungan air bersih.
2. Sabun
Sabun yang digunakan dalam proses mencuci tangan tidak dapat membunuh
mikroorganisme tetapi hanya menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme
dengan jalan mengurangi tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas
dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Namun, meskipun jumlah
mikroorganisme dapat berkurang, cuci tangan dalam frekuensi yang sering dapat
membuat lapisan lemak kulit menghilang dan membuat kulit menjadi kering dan
pecah-pecah.
3. Larutan antiseptic
Larutan antiseptik atau antimikroba topikal digunakan untuk menghambat aktivitas
atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Tingkat efektivitas, aktivitas, akibat
dan rasa pada kulit setelah pemakaian antiseptik tergantung oleh keragaman jenis
antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu.
Pemilihan antiseptik yang digunakan perlu mempertimbangkan beberapa kriteria, di
antaranya:
a. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas
(gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan tuberculosis, fungi,
endospora).
b. Efektivitas, kecepatan aktivitas awal, dan efek residu, aksi yang lama setelah
pemakaian untuk meredam pertumbuhan.
c. Tidak mengakibatkan iritasi kulit dan alergi.
d. Dapat diterima secara visual maupun estetik.
e. Lap tangan yang bersih dan kering
Jika tidak terdapat fasilitas air mengalir untuk mencuci tangan, maka dapat
dipertimbangkan untuk menggunakan larutan berbasis alkohol tanpa air (hand rub
antiseptic). Penggunaan hand rub ini akan lebih efektif dalam penurunan jumlah flora
tangan awal pada tangan yang bersih, dapat melindungi dan melembutkan kulit karena
berisi emolien seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol.
Teknik untuk menggosok tangan dengan hand rub antiseptic dengan menggunakan
enam langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :
1. Tuang cairan hand rub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian