LAPORAN KASUS
Sindrom Koroner Akut
Oleh:
dr. I Nyoman Kurniawan Agratama
Pembimbing
dr. Agusawan
dr. Made Suarjaya
2021
3
ii
Daftar Isi
1.2 Anamnesis
1.2.1 Keluhan Utama
Nyeri dada
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasein datang dengan keluhan nyeri pada dada disertai rasa berat seperti
ditindih sejak sore ini, nyeri menjalar hingga ke punggung dan tidak bisa
ditunjuk, Riw nyeri dada sebelumnya (+), mual muntah (-). Riw demam,
batuk, pilek anosmia disangkal. BAB (+) BAK (+)
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien rutin kontrol ke dr. R, SpPD-SpJP dengan gangguan jantung dan
Hipertensi. Riw DM (-), Riw CKD gr V
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Dari riwayat keluarga tidak didapatkan keluarga yang memiliki riwayat
penyakit yang sama.
2
a. Kepala
1) Bentuk : oval, simetris, normocephal
2) Rambut : hitam beruban, lurus, tebal
3) Mata : konjungtiva anemis : +/+
sklera ikterus : -/-
eksoftalmus : -/-
refleks cahaya : +/+
mata berkunang : -/-
4) Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-),
perdarahan (-)
5) Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
6) Mulut : mukosa bibir sianosis (-), bau (-), luka (-)
b. Leher
1) KGB : tidak ada pembesaran
2) Tiroid : tidak ada pembesaran
3) JVP : tidak meningkat
c. Dada
1) Jantung
a) Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
b) Palpasi : iktus kordis teraba di ICS VI MCL S
c) Perkusi : redup di ICS II PSL D s/d ICS II MCL S serta
redup di ICS IV PSL D s/d ICS V - VI MCL S
d) Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, suara tambahan (-)
1) Paru :
Ventral Dorsal
Inspeksi: Inspeksi:
Simetris Simetris
Retraksi -/- Retraksi -/-
Ketinggalan gerak -/- Ketinggalan gerak -/-
4
Palpasi: P: Palpasi:
Fremitus raba Fremitus raba
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi : Perkusi :
S S S S
S S S S
S S S S
R S S R R S S R
R R R R
Ventral Dorsal
Auskultasi : Auskultasi :
V V
V V
V V
V V V V
↓ V V ↓
V V
↓ ↓
↓ V V ↓
↓ ↓ Rhon
ki
Rhon - -
ki - -
- - - -
- - - - - -
- - - -
- - - -
- - Wheez
ing
Wheez - -
ing - -
- - - -
- - - - - -
- - - -
- - - -
- -
a. Perut
5
1) Inspeksi : datar
2) Auskultasi : bising usus (+), 16 x/menit
3) Palpasi : soepel, hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri
tekan abdomen (-)
4) Perkusi : timpani
b. Anggota Gerak
1) Superior : akral hangat +/+, edema -/-
2) Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
1.4.3 EKG
Tanggal 21 Desember 2020
Kesan : Irama sinus, HR 68x/menit reguler, T inversi di I, AVL, V5-V6
7
1.5 Resume
1.5.1 Temporary Problem List
1) Anamnesis
a. Laki-laki usia 53 tahun
b. Nyeri dada
1) Pemeriksaan Fisik
a. Anemis +/+
b. COR dalam batas normal
2) Pemeriksaan Penunjang
a. HB 9,2
b. Foto Thorax kalsifikasi arcus aorta
c. EKG Irama sinus, T Inversi lite I, aVL, V5-V6
1.5.2 Permanent Problem List
1) T-Inversi
1.7 Tatalaksana
1.7.1 Planning Diagnostik
1) Pemeriksaan foto thorax
2) Elektrokardiogram (EKG)
3) Pemeriksaan biomarker jantung (LDH dan CK-MB)
1.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
9
1.9 Follow Up
Kondisi
21/12/2020 22/12/2020 23/12/2020
Psien
Nyeri dada kiri
Keluhan Nyeri dada kiri Tidak ada keluhan
berkurang
Tekanan
140/80 mmHg 160/90 mmHg 150/90 mmHg
Darah
Nadi 92 x/ menit 82 x/ menit 88 x/ menit
Respiratory
22 x/menit 19 x/menit 20 x/menit
Rate
Suhu
36,5°C 36,8°C 36,8°C
Tubuh
Kepala dan
a/i/c/d : +/-/-/- a/i/c/d : +/-/-/- a/i/c/d : +/-/-/-
Leher
Ictus cordis Ictus cordis tidak Ictus cordis tidak
Cor I
tidak tampak tampak tampak
Ictus cordis
Ictus cordis teraba Ictus cordis teraba
teraba
P di ICS VI MCL di ICS VI MCL
di ICS VI MCL
sinistra sinistra
sinistra
P Redup Redup Redup
A S1 S2 tunggal S1 S2 tunggal S1 S2 tunggal
Pulmo I Simetris Simetris Simetris
Fremitus raba
P Fremitus raba +/+ Fremitus raba +/+
+/+
P Sonor +/+ Sonor +/+ Sonor +/+
Vesikuler +/+ Vesikuler +/+ Vesikuler +/+
A Rhonki -/- Rhonki -/- Rhonki -/-
Wheezing -/- Wheezing -/- Wheezing -/-
Abd I Flat Flat Flat
Bising usus Bising usus
A Bising usus normal
normal normal
P Tymphani Tymphani Tymphani
Soepel, nyeri Soepel, nyeri Soepel, nyeri tekan
P tekan (-) tekan (-) (-)
BAB 2. Pembahasan
Frekuensi SKA sangat tinggi yakni lebih dari 2,6 juta penderita dengan
kondisi ini dirawat di rumah sakit setiap tahunnya. Dalam satu tahun pertama
setelah kejadian infark miokard (IM), 19% laki-laki dan 26% perempuan akan
meninggal. Meskipun statistik ini menakutkan, namun mortalitas SKA pada
dekade terakhir terus mengalami penurunan secara bermakna yang merupakan
dampak dari terapi utama dan prevensi yang semakin berkembang.1
SKA dihubungkan dengan terbentuknya plak aterosklerosis yang
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah maupun lepasnya plak
aterosklerotik yang akan mengakibatkan obstruksi sehingga terjadi gangguan
pengangkutan oksigen serta hasil metabolisme ke miokard. Spektrum SKA dapat
berupa angina pectoris tak stabil (Unstabel Angina Pectoris/UAP), IMA tanpa
elevasi ST (NSTEMI), dan IMA dengan elevasi ST (STEMI). STEMI merupakan
indikator terjadinya oklusi total pada pembuluh darah arteri coroner. Anatomi
arteri koroner dapat dilihat pada gambar berikut.1,2
2.1.1 Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembulu
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus
ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun
parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih
distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi
sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti
selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis
(infark miokard).2
Lebih dari 90% SKA terjadi akibat ruptur plak aterosklerotik yang diikuti
agregasi platelet dan formasi trombus intrakoroner. Trombus intrakoronenr
tersebut mengakibatkan obstruksi berat hingga oklusi total intrakoroner. Bentuk
manifestasi SKA seperti gangguan aliran darah tergantung dari beratnya obstruksi
koroner yang terjadi. Lihat tabel di bawah.1
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard).
Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan
13
Infark miokard akut jarang sekali terjadi akibat formasi trombus (Dapat
dilihat pada gambar di bawah). Penyebab SKA lain, selain formasi trombus harus
dicurigai SKA pada pasien muda atau seseorang tanpa faktor risiko penyakit
jantung. Penyebab nonaterosklerotik ini merupakan penyebab IM akut yang relatif
jarang.1
14
2.1.3 Diagnosis
Anamnesis
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang
tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal
berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung
intermitten (beberapa menit) atau persisten (>20 menit menit). Keluhan angina
tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti diaforesis (keringat dingin),
mual/muntah, nyeri abdominal, sesak napas, dan sinkop. Hilangnya keluhan
angina setelah terapi nitrat sublingual tidak prediktif terhadap diagnosis SKA.2
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien
dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Pria
b. Diketahui mempunyai aterosklerosis non-koroner (penyakit arteri
perifer/karotis)
c. Diketahui mempunya PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard, bedah
pintas koroner, atau IKP.
16
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus
iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan diagnosis
banding. Regurgitasi katup mitral akut, suara jatung 3 (S3), ronkhi basah halus,
dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa untuk mengidentifikasi komplikasi
iskemia. Ditemukannya tanda-tanda regurgitasi katup mitral akut, hipotensi,
diaforesis, ronkhi basah halus, atau edema paru menigkatkan kecurigaan terhadap
SKA. Pericardial friction rub karena perikarditis, kekuatan nadi tidak semibang,
dan regurgitasi katup aorta akibat diseksi aorta, pneumotoraks, nyeri pleuritik
disertai saliran napas yang tidak seimbang perlu dipertimbangkan dalam
memikirkan diagnosis banding SKA.2
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah
kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin
sesampainya di ruang gawat darurat. Sedapat mungkin rekaman EKG dibuat
dalam 10 menit sejak kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan
EKG sebaiknya diulang setiap keluhan angina timbul. Dapat dilihat pada tabel
berikut.2
17
- Gelombang Q patologis
Ditandai dengan gelombang Q yang lebarnya >0.04 detik dan dalamnya
melebihi sepertiga dari tinggi gelombang R pada komples QRS yang sama
atau amplitudonya >0.1mV.
19
Pemeriksaan Biomarker
Penggunaan biomarker berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya
kerusakan otot jantung berdasarkan reaksi kimianya. Biomarker yang umumnya
digunakan adalah CKMB, troponin I, dan troponin T. Peningkatan kadar marker
menandakan adanya kerusakan miokard. Troponin I dan Troponin T adalah
20
2.1.4 Tatalaksana
Terapi awal yang dimaksud adalah (MONACO) morfin, oksigen, nitrat,
aspirin, dan clopidogrel yang tidak harus diberikan semua atau bersamaan.
1. Oksigenasi 2-4 lpm
2. Aspirin 160mg – 320mg diberikan segera kepada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin.
3. Ticagrelor dianjurkan dengan dosis awal 180mg dengan dosis
pemeliharaan 2x90mg/hari. Dapat juga diberikan clopidogrel bagi pasien
yang tidak bisa menggunakan ticagrelor, dengan dosis awal 300mg dan
22
Hubungan penyakit pasien saat ini dengan riwayat stroke iskemik yang
pernah dialami pada Januari 2020 (11 bulan yang lalu) yakni:
IMA dapat menjadi komplikasi Stroke Iskemik Akut (AIS), mungkin karena:
- Perkembanganoklusi trombotik pembuluh darah koroner secara insidental
- Eksaserbasi uderlying CAD atau interval development of stress-induced
myocardial injury atau stunning miokard akibat deregulasi otonom dan
konjakan katekolamin terkait AIS.
25
DAFTAR PUSTAKA