Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

STASE ILMU PENYAKIT PARU

BRONKITIS AKUT

Oleh :
Mira Candra Karuniawati J510165010

Pembimbing : dr. Riana Sari, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU


BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT PARU

BRONKITIS AKUT
Diajukan oleh :
Mira Candra Karuniawati J510165010

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada

Pembimbing :
dr. Riana Sari, Sp.P (..........................)

Dipresentasikan di hadapan :
dr. Riana Sari, Sp.P (..........................)

Disyahkan Ka. Program Profesi :


dr. Dewi Nirlawati (..........................)

2
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama pasien : Ny. R
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngadirejo
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 22 Maret 2017
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Batuk disertai dahak berwarna putih kental
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli BBKPM Surakarta tanggal 22 Maret 2017
dengan keluhan batuk. Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yang lalu.
Keluhan dirasakan memberat saat malam hari dan dalam keadaan dingin dan
jika dingin sampai menggigil. Pasien mengatakan batuk terjadi terus
menerus sampai ngikil. Pasien mengaku batuk berdahak. Dahak berwarna
putih dan kental. Saat batuk disertai dengan sesak. Pasien bercerita ini baru
pertama kalinya keluhan dirasakan. Pasien belum pergi ke dokter untuk
mengobati keluhannya.
Pasien tidak disertai demam.Pasien tidak merasakan penurunan berat
badan yang drastis.Keringat malam hari saat istirahat disangkal. Pilek(-),
nyeri kepala (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam
batas normal.

3
C. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat TB dan pengobatan dengan OAT : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
 Riwayat asam urat tinggi : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat sakit ginjal dan liver : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat operasi : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit serupa : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat TB dan pengobatan dengan OAT : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat sakit ginjal dan liver : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
E. Riwayat Pribadi
 Merokok : disangkal
 Minum-minumanberalkohol : disangkal

4
F. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien tinggal di rumah bersama suami dan anaknya.Pada suami tidak
didapatkan keluhan serupa.Di lingkungan pasien tidak terdapat warga yang
pernah batuk lama. Pasien bekerja sebagai seorang wiraswasta.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : cukup
Kesadaran : kompos mentis (E4V5M6)
Berat badan : 48 kg
Vital Sign :
Tekanan darah : 92/56 mmHg
Nadi : 71 x/menit
Respiratory rate : 22x/menit
B. Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Normocephal, Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik
(-/-), Sianosis (-)
Leher : Leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea
(-), massa (-), JVP (-), Pembesaran Kelenjar Limfe (-)
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : kelainan bentuk dada (-),gerak dada tertinggal (-), tidak
ditemukan retraksi intercostae, spider nervi (-), pelebaran vena superficial (-
), benjolan/massa (-)
Palpasi :
Gerakan dada

5
Belakang Depan

N N N N

N N N N

N N N N

Fremitus :
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N

Perkusi :

Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi :
SDV depan SDV belakang
+ + + +
+ + + +

+ + + +

Suara tambahan :
 Wheezing : (-/-)
 Ronkhi : (-/-)

6
Jantung :
Jantung Hasil pemeriksaan
Inspeksi Dinding dada pada daerah pada daerah pericordium
tidak cembung/cekung, tidak ada memar maupun
sianosis, ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
^ Atas : SIC II di linea sternalis sinistra.
^ Bawah : SIC V1 cm ke medial linea midclavicula
sinistra.
Batas Kanan Jantung
^ Atas : SIC II lineasternalis dextra
^ Bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Auskultasi BJ I/II murni reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen :
Abdomen Hasil pemeriksaan
Inspeksi Perut tidak buncit, Ascites (-), Distended (-), sikatriks (-)
Auskultasi Suara peristaltik (normal), suara tambahan (-)
Palpasi Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
ginjal tidak teraba, defans muskular (-)
Perkusi Suara timpani (+), nyeri ketok costovertebrae (-)
Extremitas :clubbing finger (-), edema ekstremitas (-)

7
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan foto thorak
Tanggal 22 Maret 2017

Cor = dalam batas normal


Pulmo = corakan vaskuler kasar,infiltrat (-); diafragma dan sinus
normal
Kesan = Bronchitis

8
V. DIAGNOSIS KERJA
Bronkitis akut

VI. Terapi
 Azithromycin 500mg 1x1
 Ambroxol 2x1
 Salbutamol tab 0,8mg
Aminophyline
Cetirizin
m.f.la pulv da in caps 3x1

9
BAB II
BRONKITIS AKUT
A. PENDAHULUAN
Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai
inflamasi dari pembuluh bronkus.Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamasi.
Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta
cabang – cabangnya.Bronkitis akut kerap disertai dengan gejala batuk dengan
atau tanpa sputum yang dapat berlangsung sampai 2 minggu.Bronkitis akut yang
berulang dapat memicu terjadinya bronkitis kronis.Bronkitis pada anak mungkin
tidak dijumpai sebagai wujud klinis tersendiri dan dapat merupakan akibat dari
beberapa keadaan pada saluran respiratori atas dan bawah yang lain.
B. ETIOLOGI
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :
a. Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytial
virus (RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
b. Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis,
Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik
(Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella)
c. Jamur
d. Non-infeksius : polusi udara, rokok, dan lain-lain.
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni
sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10%.
C. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, menurut National Center for Health Statistics, kira-kira
ada 14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang menderita

10
bronkitis akut pada tahun 1994 atausama dengan 5% populasi Amerika Serikat
pada saat itu. Karena angka kejadiannya yang tinggi, bronkitis telah menjadi
masalah kesehatan dunia. Bronkitis akut dialami oleh 44 dari 1000 orang dewasa
per tahun, dan 82% episode terjadi pada musim gugur atau musimdingin.
Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi rendah
danpada kawasan industri.Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki
dibanding wanita.Data epidemiologis di Indonesia sangat minim. Meskipun
ditemukan pada semua kelompok usia,bronkitis akut yang paling sering
didiagnosis pada anak-anak dari usia 5 tahun, sedangkan bronkitis kronis lebih
umum pada orang tua dari 50 tahun.
D. PATOGENESIS
Penyebab dari bronkitis akut adalah virus, adapun beberapa virus yang telah
diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut adalah virus – virus yang banyak
terdapat di saluran pernapasan bawah yakni influenza B, influenza A,
parainfluenza dan respiratory syncytial virus (RSV). RSV biasanya menyerang
orang – orang tua yang terutama mendiami panti jompo, pada anak kecil yang
mendiami rumah yang sempit bersama keluarganya dan pada tempat penitipan
anak. Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut akibat
infeksi RSV.Virus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas
seperti rhinovirus, adenovirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut.
Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut, antara lain,
Bordatella pertusis, Bordatella parapertusis, Chlamydia pneumoniae dan
Mycoplasma pneumoniae.Pada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik,
terdapat bukti klinis bahwa bakteri – bakteri seperti Streptococcus pneumoniae,
Moraxella catarrhalis dan Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam
timbulnya gejala batuk dan produksi sputum. Namun begitu, kasus eksaserbasi
akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut,
karena ketiga bakteri tersebut dapat mendiami saluran pernapasan atas dan

11
keberadaan mereka dalam sputum dapat berupa suatu koloni bakteri dan ini
bukan merupakan tanda infeksi akut.
Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai
penyebab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada
keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary
defense, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari.
Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defense paru-paru
mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi
timbul, akan terjadi pengeluaran mediator inflamasi yang mengakibatkan
kelenjar mukus menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah
bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan
dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan
normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding
bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas
terutama selama ekspirasi.Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.. Pasien mengalami kekurangan
O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi
penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai
PCO2,sehingga pasien terlihat sianosis.Pada bronkitis akut akibat infeksi virus,
pasien dapat mengalami reduksi nilai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
(FEV1) yang reversibel. Sedangkan pada infeksi akibat bakteri M. pneumoniae
atau C. Pneumoniae biasanya mempunyai nilai reduksi FEV1 yang lebih rendah
serta nilai reversibilitas yang rendah pula.
E. GEJALA KLINIS
Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:
1. Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).
2. Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada.

12
3. Sesak napas, rasa berat bernapas,
4. Kadang batuk darah.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesis pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba – tiba dengan atau tanpa sputum dan
tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut,
eksaserbasi akut bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan
adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring
hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada
auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau
tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan
terdengar ronki basah.
1) Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thorax
Foto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau
tampak corakan bronkial meningkat.

b. Uji faal paru


Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji
fungsi paru.

13
c. Laboratorium
Pada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.Dalam
suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan
pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum
yang dicurigai menderita bronkitis akut, yang antara lain bila tidak
ditemukan keadaan sebagai berikut:
1) Denyut jantung > 100 kali per menit
2) Frekuensi napas > 24 kali per menit
3) Suhu > 38°C
4) Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan
peningkatan suara napas.
Bila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat
disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax .
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk
diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis
harus ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada
bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena
sebagian besar penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis biasanya
normal atau tampak corakan bronkial meningkat. Pada beberapa penderita
menunjukkan adanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak
perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat.
G. PENATALAKSANAAN
Suatu studi penelitian menyebutkan bahwa beberapa pasien dengan
bronkitis akut sering mendapatkan terapi yang tidak tepat dan gejala batuk yang
mereka derita seringkali berasal dari asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik
atau common cold. Beberapa penelitian menyebutkan terapi untuk bronkitis akut
hanya untuk meringankan gejala klinis saja dan tidak perlu pemberian antibiotik
dikarenakan penyakit ini disebabkan oleh virus.
1. Pemberian antibiotik

14
Beberapa studi menyebutkan, bahwa sekitar 65 – 80 % pasien dengan
bronkitis akut menerima terapi antibiotik meskipun seperti telah diketahui
bahwa pemberian antibiotik sendiri tidak efektif.Pasien dengan usia tua paling
sering menerima antibiotik dan sekitar sebagian dari mereka menerima terapi
antibiotik dengan spektrum luas.
Pada pasien bronkitis akut yang mempunyai kebiasaan merokok, sekitar
90% menerima antibiotik, sampai saat ini belum ada bukti klinis yang
menunjukkan bahwa pasien bronkitis akut yang merokok dan tidak
mempunyai riwayat PPOK lebih perlu diberikan antibiotik dibandingkan
dengan pasien dengan bronkitis akut yang tidak merokok.
Kesimpulan dari beberapa penelitian itu adalah pemberian antibiotik
sebenarnya tidak bermanfaat pada bronkitis akut karena penyakit ini
disebabkan oleh virus. Dalam praktek dokter di klinik, banyak pasien dengan
bronkitis akut yang minta diberikan antibiotik dan sebaiknya hal ini ditangani
dengan memberikan penjelasan mengenai tidak perlunya penggunaan obat
tersebut dan justru pemberian antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan
kekebalan kuman (resistensi) terhadap antibiotik.
Namun begitu, penggunaan antibiotik diperlukan pada pasien bronkitis
akut yang dicurigai atau telah dipastikan diakibatkan oleh infeksi bakteri
pertusis atau seiring masa perjalanan penyakit terdapat perubahan warna
sputum. Pengobatan dengan eritromisin (atau dengan
trimetroprim/sulfametoksazol bila makrolid tidak dapat diberikan) dalam hal
ini diperbolehkan. Pasien juga dianjurkan untuk dirawat dalam ruang isolasi
selama 5 hari.

15
Tabel 1. Agen Antibiotik.
2. Bronkodilator
Dalam suatu studi penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator
tidak direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi.
Ringkasan statistik dari penelitian Cochrane tidak menegaskan adanya
keuntungan dari penggunaan β-agonists oral maupun dalam mengurangi
gejala batuk pada pasien dengan bronkhitis akut.
Namun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis
akut dengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing,
penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Efek samping
dari penggunaan β-agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan
gemetar.Penggunaan antikolinergik oral untuk meringankan gejala batuk pada
bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti dan oleh karena itu tidak
dianjurkan.
3. Antitusif
Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi
batuk dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum
diteliti secara sistematis. Dikarenakan pada penelitian sebelumnya,
penggunaan kedua obat tersebut terbukti efektif untuk mengurangi gejala

16
batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik, maka penggunaan pada bronkitis
akut diperkirakan memiliki nilai kegunaan. Suatu penelitian mengenai
penggunaan kedua obat tersebut untuk mengurangi gejala batuk pada common
cold dan penyakit saluran napas akibat virus, menunjukkan hasil yang
beragam dan tidak direkomendasikan untuk sering digunakan dalam praktek
keseharian.
Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kedua obat ini juga efektif
dalam menurunkan frekuensi batuk per harinya. Dalam suatu penelitian,
sebanyak 710 orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala
batuk, secara acak diberikan dosis tunggal 30 mg Dekstromethorpan
hydrobromide atau placebo dan gejala batuk kemudian di analisa secara
objektif menggunakan rekaman batuk secara berkelanjutan. Hasilnya
menunjukkan bahwa batuk berkurang dalam periode 4 jam pengamatan.
Dikarenakan pada penelitian ini disebutkan bahwa gejala batuk lebih
banyak berasal dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapi
empiris untuk batuk pada bronkitis akut dapat digunakan.

Tabel 2. Agen Antitusif.


4. Agen mukokinetik
Penggunaan ekspektoran dan mukolitik belum memilki bukti klinis yang
menguntungkan dalam pengobatan batuk pada bronkitis akut di beberapa
penelitian, meskipun terbukti bahwa efek samping obat minimal.
5. Lain – lain

17
Analgesik & antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. Pada penderita,
diperlukan istirahat dan asupan makanan yang cukup, kelembaban udara yang
cukup serta masukan cairan ditingkatkan.

Obat Inhaler (µg) Larutan Oral Vial Durasi

Nebulizer injeksi (jam)

(mg/ml) (mg)

Adrenergik (β2-agonis)

Fenoterol 100-200 (MDI) 1 0,5% (sirup) 4-6

Salbutamol 100, 200 MDI&DPI 5 5mg (pil), 0,1 ; 0,5 4-6

0,24% (sirup)

Terbutaline 400,500 (DPI) 2,5 ; 5 (pil) 0,2; 0,25 4-6

Formoterol 4,5-12 MDI&DPI 12+

Salmeterol 25-50 MDI&DPI 12+

Antikolinergik

Ipatropium bromide 20,40(MDI) 0,25-0,5 6-8

Oxitropium bromide 100 (MDI) 1,5 7-9

Tiotropium 18(DPI) 24+

Methylxanthines

Aminophylline 200-600mg (pil) 240mg 24

Theophylline 100-600mg (pil) 24

Kombinasi adrenergik & antikolinergik

Fenoterol/Ipatropium 200/80 (MDI) 1,25/0,5 6-8

Salbutamol/Ipatropium 75/15 (MDI) 0,75/4,5 6-8

18
Inhalasi Glukortikosteroid

Beclomethasone 50-400(MDI&DPI) 0,2-0,4

Budenosid 100,200,400(DPI) 0,20, 0,25, 0,5

Futicason 50-500(MDI &DPI)

Triamcinolone 100(MDI) 40 40

Kombinasi β2 kerja panjang plus glukortikosteroid dalam satu inhaler

Formoterol/Budenoside 4,5/160; 9/320 (DPI)

50/100,250,500(DPI)
Salmoterol/Fluticasone
25/50,125,250(MDI)

Sistemik Glukortikosteroid

Prednisone 5-60 mg(Pil)

Methy-Prednisone 4, 8 , 16 mg (Pil)

Tabel 3.Obat-obatan lain yang digunakan.

19
BAB III
KESIMPULAN

Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang
disebabkan sebagian besar oleh virus dan mengakibatkan terjadinya edema dan
pembentukan mukus. Gejala yang paling menonjol adalah batuk dengan atau tanpa
sputum, berlangsung tidak lebih dari 2 minggu. Untuk menegakkan diagnosis dari
penyakit ini harus disingkirkan kemungkinan adanya penyakit pernapasan lainnya
seperti pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik dan
PPOK. Pada penatalaksanaan bronkitis akut, antibiotik diperbolehkan bila dicurigai
penyebabnya adalah bakteri. Pemberian bronkodilator diperbolehkan bila gejala batuk
berbarengan dengan asma. Pemberian agen mukolitik tidak direkomendasikan dan
pemberian antitusif dengan dekstrometorphan Hbr terbukti dapat menekan gejala
batuk.

20

Anda mungkin juga menyukai