Hemoptisis et causa
Tuberkulosis Paru
Oleh :
dr. Dewi Anggini
Pembimbing:
dr. Muhammad Rudiannor, Sp.P
03
Etiologi sangat beragam : infeksi dan kelainan
paru, neoplasma, kelainan kardiovaskular, kelainan
hematologi ataupun penyakit sistemik
Batuk darah sejak 1 Batuk darah warna merah segar Sesak napas (+) sejak
minggu SMRS, berupa bercampur bekuan darah, volume 1 hari SMRS, muncul
dahak bercampur sekitar seperempat gelas. Saat di perlahan dan semakin
darah, 1 hari SMRS IGD batuk darah mencapai hampir memberat
batuk darah memberat, 1 gayung mandi
setiap batuk keluar
darah tanpa dahak
Abdomen Mata
Nyeri tekan epigastrium (+) Konjungtiva anemis (+/+)
Leher
Ekstremitas
pembesaran kelenjar getah
Akral hangat (+/+)
bening (+/-), teraba padat
dan kenyal, ukuran 3x1 cm,
mobile, nyeri (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (29/12/19)
Pemeriksaan Hasil
LIMFOSIT 10,3%
MONOSIT 6,6%
EOSINOFIL 0,3%
BASOFIL 0,3%
NEUTROFIL 82,5%
LED 54 mm/jam
Foto Rontgen Thorax
(29/12/19)
Terdapat gambaran infiltrate di apek pulmo
dextra, perihilar sinistra, dan basal pulmo
sinistra
Diagnosis
Tatalaksana
IVFD RL + adona 1 amp tiap 12 jam
Inj. Vicilin 2x1 vial
Inj. Lansoprazole 2x1
Follow up
Abdomen: nyeri Cor: S1>S2 Abdomen: nyeri
Subjective Batuk darah (+), Batuk darah (+), Batuk darah tekan epigastrium Abdomen: nyeri tekan epigastrium
dahak bercampur dahak masih berkurang, sesak (+) tekan (+)
dengan bercak darah bercampur dengan napas (-), mual (+), Ektremitas: akral epigastrium (+) Ektremitas: akral
warna merah segar, bercak darah warna muntah (-), makan
hangat (+/+) Ektremitas: akral hangat (+/+)
sesak napas merah segar, sesak sedikit
berkurang, mual (+), napas berkurang,
hangat (+/+)
muntah (-), sulit mual (+), muntah (-), Asessment Hemoptisis et causa Hemoptisis et causa Hemoptisis et causa
BAB makan (+) sedikit TB Paru TB Paru TB Paru
Objective TD = 110/60 TD = 120/70 TD = 110/70 Planning IVFD RL + adona 1 IVFD RL + adona 1 IVFD RL + adona 1
mmHg mmHg mmHg amp tiap 12 jam 12 amp tiap 12 jam 12 amp tiap 12 jam 12
N = 85 x/menit N = 82 x/menit N = 84 x/menit tpm tpm tpm
RR = 22x/menit RR = 22x/menit RR = 20x/menit Inj. Vicilin 2x1 Inj. Vicilin 2x1 Inj. Vicilin 2x1
T = 360C T = 36,40C T = 360C Inj. Lansoprazole Inj. Lansoprazole Inj. Lansoprazole 2x1
SpO2 = 93% SpO2 = 94% SpO2 = 94% 2x1 2x1 Inj. Vitamin C 2x1
Inj. Vitamin C 2x1 Inj. Vitamin C 2x1 Inj. Vitamin K 1x1
Px fisik: Px fisik: Px fisik: Inj. Vitamin K 1x1 Inj. Vitamin K 1x1 Inj. Asam
Mata: Mata: Mata: Inj. Asam Inj. Asam traneksamat 3x500mg
Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva traneksamat traneksamat HRZE
anemis (+/+) anemis (+/+) anemis (+/+) 3x500mg 3x500mg 300/300/500/500 1x1
Leher : Leher : Leher :
limfadenopati (+) limfadenopati limfadenopati (+)
Pulmo : Wh(-/-), (+) Pulmo : Wh(-/-),
Rh(-/-) Pulmo : Wh(-/-), Rh(-/-)
Cor: S1>S2 Rh(-/-) Cor: S1>S2
Abdomen: nyeri Cor: S1>S2 Abdomen: nyeri
tekan epigastrium Abdomen: nyeri tekan epigastrium
(+) tekan (+)
Ektremitas: akral epigastrium (+) Ektremitas: akral
hangat (+/+) Ektremitas: akral hangat (+/+)
hangat (+/+)
limfadenopati (+) limfadenopati limfadenopati (+)
Follow 6 Januari 2020 7 januari 2020 8 januari 2020 Pulmo : Wh(-/-), (+) Pulmo : Wh(-/-),
Follow Up
Up Rh(-/-) Pulmo : Wh(-/-), Rh(-/-)
Subjective Batuk darah Batuk darah Batuk darah Cor: S1>S2 Rh(-/-) Cor: S1>S2
berkurang, sesak (-), berkurang, sesak (-), berkurang, sesak Abdomen: nyeri Cor: S1>S2 Abdomen: nyeri
nafsu makan Makan (+) sedikit, napas (-), mual tekan epigastrium Abdomen: nyeri tekan epigastrium
(+) tekan (-)
menurun, mual (+), mual (+), muntah (-) berkurang, muntah
Ektremitas: akral epigastrium (+) Ektremitas: akral
muntah (-), pusing (+) 3x, makan sedikit hangat (+/+) Ektremitas: akral hangat (+/+)
dan lemas hangat (+/+)
Objective TD = 100/60 TD = 120/70 TD = 120/70 Asessment Hemoptisis et causa Hemoptisis et causa Hemoptisis et causa
mmHg mmHg mmHg TB Paru TB Paru TB Paru
N = 88 x/menit N = 82 x/menit N = 88 x/menit Planning IVFD RL + adona 1 IVFD RL + adona 1 IVFD RL + adona 1
RR = 22x/menit RR = 22x/menit RR = 20x/menit amp tiap 12 jam 12 amp tiap 12 jam 12 amp tiap 12 jam 12
T = 36,10C T = 36,20C T = 360C tpm tpm tpm
SpO2 = 95% SpO2 = 95% SpO2 = 95% Inj. Vicilin 2x1 Inj. Vicilin 2x1 Inj. Vicilin 2x1
Inj. Lansoprazole Inj. Lansoprazole Inj. Lansoprazole 2x1
2x1 2x1 Inj. Vitamin C 2x1
Px fisik: Px fisik: Px fisik: Inj. Vitamin C 2x1 Inj. Vitamin C 2x1 Inj. Vitamin K 1x1
Inj. Vitamin K 1x1 Inj. Vitamin K 1x1 Inj. Asam
Mata: Mata: Mata: Inj. Asam Inj. Asam traneksamat 3x500mg
Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva traneksamat traneksamat Inj. Ondancentrone
anemis (+/+) anemis (+/+) anemis (+/+) 3x500mg 3x500mg 3x8mg
Leher : Leher : Leher : HRZE HRZE HRZE
limfadenopati (+) limfadenopati limfadenopati (+) 300/300/500/500 1x1 300/300/500/500 300/300/500/500 1x1
Pulmo : Wh(-/-), (+) Pulmo : Wh(-/-),
Rh(-/-) Pulmo : Wh(-/-), Rh(-/-)
Cor: S1>S2 Rh(-/-) Cor: S1>S2
Abdomen: nyeri Cor: S1>S2 Abdomen: nyeri
tekan epigastrium Abdomen: nyeri tekan epigastrium
(+) tekan (-)
Ektremitas: akral epigastrium (+) Ektremitas: akral
hangat (+/+) Ektremitas: akral hangat (+/+)
hangat (+/+)
(+/+) (+/+)
Leher : limfadenopati (+) Leher : limfadenopati (+)
INDONESIA
• Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei
2018).
• jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali
lebih tinggi dibandingkan pada perempuan
EPIDEMIOLOGI
Penyebaran TB Paru
Faktor penyebaran
• Daya tahan tubuh seseorang rendah
• Infectiousness (tingkat penularan)
• Lingkungan
• Kontak
PATOGENESIS TUBERKULOSIS PARU
Bakteri yang mampu melewati sistem mukosiliar dan mencapai alveoli dengan cepat ditelan oleh
makrofag alveolar. Garis pertahanan berikutnya adalah sistem kekebalan tubuh bawaan, dan
memberikan kesempatan bagi tubuh untuk menghancurkan mikobakteri yang menyerang dan
mencegah infeksi.
Banyak mekanisme dan reseptor makrofag terlibat dalam pengambilan mikobakteri. Sistem
komplemen memainkan peran kunci dalam fagositosis bakteri. Protein komplemen C3 berikatan
dengan dinding sel dan meningkatkan pengenalan mikobakteri oleh makrofag.
PATOGENESIS TUBERKULOSIS PARU
produksi enzim proteolitik dan sitokin oleh makrofag untuk mencoba mendegradasi
bakteri. Sitokin yang dilepaskan menarik limfosit T; Sel T sekarang memimpin imunitas
yang dimediasi sel.
mikroorganisme terus tumbuh sampai mencapai jumlah yang memadai untuk sepenuhnya
memprovokasi respon imun yang dimediasi sel, yang dapat dideteksi dengan tes kulit
yang disebut Tuberculin purified protein derivative (PPD).
PATOGENESIS TUBERKULOSIS PARU
Hal ini menghancurkan makrofag dan menghasilkan nekrosis di pusat lesi, namun bakteri
dapat bertahan hidup karena M. tuberculosis dapat mengubah ekspresi fenotipiknya untuk
meningkatkan kelangsungan hidup.
Pada 2 hingga 3 minggu, lingkungan nekrotik menyerupai keju lunak, sering disebut sebagai
nekrosis caseous. Kondisi untuk nekrosis ini termasuk pH rendah dan nutrisi terbatas.
Kondisi ini membatasi pertumbuhan lebih lanjut dan lesi mengalami fibrosis dan kalsifikasi,
berhasil mengendalikan infeksi dan menyebabkan bakteri memasuki bentuk dorman.
Diagnosis
Anamnesis
Gejala utama:
batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih