Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 3


TAHUN 1 BULAN DENGAN GIZI BURUK,
SANGAT PENDEK, DAN GLOBAL DELAY
DEVELOPMENT
Oleh :
• dr. M Naufal Yumansyah DK
• dr. Winda Atika Sari
• dr. Ihda Fatahillah GR

Pembimbing :
dr. Neni Triana Ningsih

Internship Periode IV 2021


Puskesmas Kemurang Wetan
IDENTITAS
Nama : An. EA
Usia : 3 Tahun 1 Bulan
Tanggal Lahir : 11/08/2019
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kemurang Wetan
Anamnesis
KELUHAN UTAMA :
Penurunan Nafsu Makan
Riwayat Penyakit
Sekarang
Keluhan utama : Penurunan Nafsu Makan.
Keluhan tambahan : Perkembangan terhambat (berbicara dan berjalan)

Pasien atas nama anak EA dilakukan anamnesis melalui aloanamnesis dengan ibu dan
nenek pasien. Menurut ibu pasien, keluhan utama yang dirasakan pada anaknya adalah
menurunnya nafsu makan. Pasien sangat susah makan terutama setelah usia 12 bulan.
Penurunan
Pada awalnya pasien masih mau makan seperti biasa, tidak memilih makanan dan
Nafsu Makan
makan teratur sehari 3x. setelah diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sejak
usia 6 bulan, pasien tidak ada kecenderungan memilih makanan, namun ketika berusia
12 bulan, pasien mulai sulit untuk makan. Pasien hanya makan 2-3x sehari dan hanya
mau makanan yang disukai seperti ikan. Menurut ibu pasien, saat usia pasien 12 bulan
hingga 15 bulan, anaknya hanya mengalami kenaikan berat badan yang sangat sedikit,
bahkan pernah tidak naik dan pernah mengalami penurunan berat badan. Karena sulit
makan, ibu pasien merasa pertumbuhan dan perkembangan anak pasien mengalami
perbedaan dengan anak seusianya. Pasien tampak lesu dan kurang aktif.
Riwayat Penyakit
SekarangMenurut ibu pasien, anaknya baru bisa berjalan ketika berumur kurang lebih 2,5
tahun. Pada awalnya pasien hanya bisa berjalan jika dipegangi, namun perlahan kini
Gangguan sudah bisa berjalan sendiri dan berlari pelan. Pasien juga baru bisa berbicara ketika
Tumbuh dan 2 bulan setelah pasien bisa berjalan. Awalnya, pasien juga sulit diajak
Kembang berkomunikasi, namun menanggapi apabila diajak berbicara (mengangguk atau
menggeleng). Pasien dapat mengucapkan kata dasar seperti makan, minum, dll, dan
untuk kalimat lebih panjang pasien baru bisa berbicara diusia 2 tahun 8 bulan.
Pasien lahir normal di puskesmas, langsung menangis namun hanya sebentar.
Pasien saat lahir tidak menunjukkan gejala penyakit apapun
Riwayat Penyakit
Sekarang
Kondisi Saat ini

Sampai saat ini pasien sulit untuk makan protein selain ikan. Pasien hanya mau
makan ayam jika diolah menjadi sate. Pasien lebih suka mengkonsumsi makanan
ringan atau jajanan. Pasien tidak mengkonsumsi susu formula, hanya susu UHT
kotak rasa coklat saja. Pasien sudah mulai mau makan lebih banyak dan lebih aktif.
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat jantung : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat rawat inap : diakui, usia 5 bulan karena Demam dan Diare

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat Keganasan : disangkal
Riwayat TB : disangkal
Riwayat Tumbuh Perkembangan:
& Kembang Perkembangan 0 – 6 tahun, menurut denver II terdapat keterlambatan pekembangan
pada pasien.
• Tengkurap usia 8 bulan
• Merangkak usia 12 bulan
• Berjalan usia 30 bulan
• Berbicara usia 32 bulan

Pertumbuhan:
- Sejak bayi BB naik namun tidak signifikan, terkadang turun.
- Pasien usia 3 tahun 1 bulan dengan BB: 8,3 kg TB 79 cm, LILA 12,3cm, LK 45cm

KESAN PERTUMBUHAN TIDAK SESUAI USIA DAN PERKEMBANGAN SESUAI


USIA

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami keterlambatan baik motorik maupun


kognitif (Global Delay Development)
Riwayat Nutrisi

• Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk, sayur, dan buah.
• Porsi nasi lebih banyak dari lauknya, namun akhir-akhir ini nasi hanya sedikit.
• Semenjak usia 12 bulan, makan pasien menjadi berkurang dan hanya mau
mengkonsumsi makanan protein/ lauk tertentu seperti ikan atau sate ayam.
Pasien sering jajan makanan ringan yang berbahan tepung dan makanan
bermicin, serta makanan manis seperti permen  

Kesan kualitas dan kuantitas nutrisi kurang.


Riwayat Kehamilan
● Ibu pasien hamil saat usia 27 tahun
● Ibu rutin kontrol ANC ke bidan, ke SP.OG 1x, USG 1x
● Lahir secara normal (Puskesmas) di usia kehamilan cukup bulan 40 minggu
● Tidak ada penyulit kehamilan, seperti riwayat keluar discharge kekuningan (-),
darah (-).
● Kesan kehamilan normal

Riwayat Persalinan
● Pasien lahir spontan pervaginam, lahir menangis kuat (+) namun hanya
sebentar saja, bergerak cukup aktif (+), sianosis (-), ikterik (-), BBL 2000
gram, Panjang Lahir 45 cm.
● Tidak ada penyulit persalinan
● Kesan kelahiran normal
Riwayat Imunisasi
Pasien usia 3 tahun 6 bulan, Imunisasi terakhir sesuai Kemenkes 2017:
● 0 bulan  : Hep B
● 1 bulan : BCG, Polio 1
● 2 bulan : DPT-HB-HiB 1, Polio 2
● 3 bulan : DPT-HB-HiB 2, Polio 3
● 4 bulan : DPT-HB-HiB 3, Polio 4
● 9 bulan : Campak

Kesan imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal


Riwayat Sosial Ekonomi

● Ayah pasien (Tn.ER) berusia 32 tahun, suku Jawa, agama Islam,


pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai wiraswasta di luar kota
(pulang 2 bulan sekali). Ibu (Ny.EM) berusia 30 tahun, suku Jawa,
agama Islam, pendidikan terakhir SD, sebagai ibu rumah tangga.
Pembayaran pengobatan pasien menggunakan biaya sendiri (umum).
Gaji orang tua pasien berasal dari Ayah pasien yaitu kurang lebih
sebesar Rp.1.000.000 /bulan.
● Kesan : Sosial Ekonomi Kurang
Riwayat sosial dan exposure
Genogram
Fungsi Holistik Keluarga
1) Fungsi Biologis dan Klinis
• An. EA (3 tahun 1 bulan) adalah seorang anak tunggal dari sebuah keluarga yang. Ayah Tn. ER/32 tahun
dan Ibu pasien Ny. EM/30 tahun.
• Ibu pasien : pasien kurang nafsu makan dan perkembangannya tidak sesuai. Pasien hanya mau
mengkonsumsi protein atau lauk tertentu seperti ikan dan ayam yang diolah menjadi sate.
• Pasien termasuk pemalu, tidak mau berbicara, dan takut jika bertemu orang baru yang jarang diliat.
 
2) Fungsi Psikologis
• Pasien tinggal dalam extended family bersama Ayah (Tn.ER/32 tahun), Ibu (Ny. EM/30 tahun), dan Nenek
pasien (Ny.HY/66 tahun).
• Hubungan yang terjadi dalam keluarga ini baik dan harmonis tetapi sesekali ada kesalah pahaman yang
terjadi karena ayahnya jarang pulang dan anaknya jarang berbicara dengan ayahnya.
• Anggota keluarga bertemu setiap hari, kecuali ayah pasien yang berada diluar kota untuk berdagang.
Fungsi Holistik Keluarga
3). Fungsi Sosial
• Pasien An. AE menghabiskan kebanyakan waktu dirumah.
• Setelah bisa berjalan, pasien sering bermain dengan tetangga sekitar rumah pasien.

4) Fungsi Ekonomi
• Sumber perekonomian keluarga berasal dari gaji Ayah pasien dan gaji kerja serabutan nenek pasien.
• Ayahnya, Tn.ER bekerja sebagai pedagang diluar kota dengan gaji 1 juta per bulan.
Fungsi Holistik Keluarga
5.) Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
• Jika terdapat masalah dengan teman, pasien jarang mengkomunikasikannya dengan Ibu atau Neneknya.
• Pasien lebih suka bermain sendiri di dalam rumah dan jarang mengobrol dengan ibu atau nenek pasien.
Pasien merupakan seseorang yang mudah beradaptasi di suatu lingkungan sekitar.

6) Fungsi Pendidikan dan Pengetahuan


• Pasien masih berumur 3 tahun, belum bersekolah.
• Pasien belum mengikuti kegiatan TPA atau mengaji disekitar rumah.
• Pasien hanya diajari oleh Ibu dan Neneknya saja dirumah. Pasien sangat suka bermain dengan teman
sebayanya.
Kode APGAR Keluarga An.A Tn. E Ny. SM Ny. HI An. AE
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A -      

Fungsi Fisiologis P
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
-      
membahas dan membagi masalah dengan saya

Saya puas dengan cara keluarga saya menerima


G dan mendukung keinginan saya untuk melakukan -      
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
A -      
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
R -      
membagi waktu bersama-sama
  Total Nilai APGAR -      
Kesimpulan:

Fungsi fisiologis keluarga tidak bisa dinilai karena pasien masih balita sehingga tidak
bisa dinilai atau tidak valid.
Fungsi Patologis
Kode Ketika anggota keluarga saya sakit….. An. E Tn.E Ny. Ny.H
S Kami akan saling membantu anggota keluarga kami 3 3 3 3
Budaya saling membantu, peduli dan saling perhatian sangat membantu
C 3 3 3 3
keluarga kami
Anggota perkumpulan tempat ibadah (masjid) sangat membantu di
R 3 3 3 3
keluarga kami
E Tabungan keluarga kami cukup untuk memenuhi kebutuhan 3 2 2 2
Pengetahuan kami cukup untuk merawat anggota keluarga kami yang
E 2 2 2 3
sakit
M Fasilitas kesehatan tersedia di lingkungan keluarga kami 2 2 2 2
  Total Skor SCREEM 16 15 15 16

Kesimpulan:
Fungsi patologis keluarga An.AE tidak memiliki gangguan yang bermakna. Hal ini dapat dilihat dari
rata – rata skor SCREEM yang menunjukkan sumber daya keluarga menunjang dan memadai
Pemeriksaan Fisis
KU : Tampak Kurang aktif, Lesu, Kurang merespon
saat ditanya
GCS E4V5M6, Composmentis
Vital Sign
Tanda Vital
Nadi : 89x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,7°C
Pemeriksaan Fisik

● Kepala : Mesosefal
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), eksoftalmus (-/-)
● Telinga : Sekret (-/-)
● Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-)
● Mulut : Mukosa basah (+), gusi berdarah (-), sianosis (-)
● Leher : Tidak teraba massa abnormal, tidak ada pembesaran KGB
● Toraks : Simetris kanan/kiri, retraksi subkostal (-/-), iga gambang (-)
Jantung
● Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
● Palpasi : Iktus cordis tidak kuat angkat
● Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
● Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-)
Pemeriksaan Fisik

Paru
● Inspeksi : Pengembangan dinding dada simetris, retraksi subkostal
(-/-)
● Palpasi : Fremitus teraba kanan kiri sama
● Perkusi : Sonor (+/+)
● Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-), ronki (-/-)

Abdomen
● Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
● Palpasi : Bising usus (+), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
● Perkusi : Supel, nyeri tekan (-)
● Auskultasi : BU (+)

Ekstremitas
● Akral hangat (+), Edema (-), CRT <2 detik, baggy pant (-)
Status Gizi

Usia : 3 tahun

BB : 8.3 kg (BB/U<-3 SD)


TB : 79 cm
Status Gizi
TB aktual : 79 cm
Usia : 3 tahun 1 bulan

TB/U: <-3 SD

Kesan TB/U very stunted


(perawakan sangat pendek)

Height Age:
TB sesuai anak usia 1 tahun 3 bulan
Status Gizi

BB aktual: 8.3 kg
TB aktual: 79 cm
Usia: 3 tahun 1 bulan

BB/TB:
(-2 SD s.d -3) SD

Kesan BB/PB Gizi Kurang


BB ideal: 10 kg
Lingkar Kepala
Lingkar Kepala: 45 cm
Usia : 3 tahun 1 bulan
Lingkar kepala menurut kurva
Nellhaus P2 atau <-2SD
Kesan lingkar kepala mikrosefal
STATUS GIZI
BB/U : Gizi Buruk
TB/U : Perawakan Sangat Pendek
Interpretasi Status Gizi WHO
KEBUTUHAN
KALORI
BB aktual : 8,3 kg
Height Age: 1 tahun 3 bulan
BB ideal : 10 kg

Kebutuhan Cairan
Formula Darrow
= (100x 8,3)
= 830 ml/hari

Kebutuhan kalori:
BB ideal x RDA
= 10 x 102 = 1020 kkal/hari

Kebutuhan Protein:
BB ideal x RDA
= 10 x 1,23 = 12,3 g/hari
Foto Klinis
Diagnostik
Aspek Personal Aspek Klinis
Holistik
Diagnostik Kerja

An.AE, 3 tahun 1 bulan tinggal - Masalah: Penurunan Seorang anak laki-laki berusia 3
bersama Ibu, Nenek, dan nafsu makan. tahun 1 bulan dengan Gizi
Ayahnya. An.AE mengalami Buruk, very stunted, dan Global
gizi buruk, sangat pendek, dan Delay Development
gangguan tumbuh kembang
umum/ Global Delay
Development (GDD).
Diagnostik
Aspek Faktor
Aspek Faktor Ekstrinsik
Holistik Diagnostik Kerja
Intrinsik

Penyakit pasien cukup - Pasien tinggal bersama Ibu, Ayah, dan Nenek Seorang anak laki-laki
berdampak pada aktivitas, pasien dengan pendidikan yang rendah  berusia 3 tahun 1 bulan
namun tidak berdampak dampak pada faktor pemahakan penyakit dan dengan Gizi Buruk, very
pada aspek psikologis pengobatan. stunted, dan Global Delay
pasien - Lingkungan tempat tinggal pasien juga tidak Development
terawat.
- Pasien tinggal di lingkugan indoor yang
kurang pencahayaan dan lembab..
Terapi
…..
TINJAUAN
PUSTAKA

- Gizi Buruk
- Stunting
- Global Delay Development
GIZI
BURUK
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan kebutuhan energi dan
nutrien tubuh untuk tumbuh dan mempertahankan fungsinya (WHO)
• Dibagi menjadi 3:
• Overnutrition (overweight, obesitas)
• Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
• Defisiensi nutrien spesifik
• Malnutrisi energi protein (MEP):
• MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
• MEP derajat berat (gizi buruk)
• Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
• Marasmus
• Kwashiorkor
• Marasmik-kwashiorkor
Gizi Buruk
Marasmus

Karbohidrat
Wajah Tulang rusuk
Pemecahan lemak dan terlihat tua terlihat jelas
protein meningkat IGA GAMBANG

Lemak subkutan
menurun

Muscle wasting, kulit Baggy pants


keriput

Turgor kuli berkurang


Gizi Buruk Rambut kemerahan
Mudah tercabut

Protein menurun
edema

Serum albumin menurun

Tekanan osmotic koloid


serum menurun
Crazy pavement dermatosis
Kelainan kulit berupa bercak merah
Edema muda yang meluas, berubah warna
menjadi coklat gelap dan
terkelupas
Antropometri dan Asuhan pediatri
•Jadwal pelaksanaan
• O – 1 tahun : 1 x / bulan
• 3 – 6 tahun : 1 x/ 6 bulan
• >6 tahun : 1x / 12 bulan
•Asesmen Nutrisi --> plot menggunakan kurva
pertumbuhan
• < 5 tahun : kurva WHO
• > 5 tahun : kurva CDC
•Kebutuhan kalori
Tabel RDA
• Hitung kebutuhan kalori menggunakan BB ideal dari
kurva WHZ (menggunakan TB sebagai acuan)
• Tentukan usia seharusnya dari TB kronologis
• Hitung jumlah kalori dengan menyesuaikan table
RDA
Antropometri dan Asuhan pediatri
• Tentukan cara pemberian
• Oral
• Enteral (OGT/ NGT)
• Parenteral (Vena)
• Jenis nutrisi
• Fase stabilisasi : F75
• Fase transisi : F100
• Fase rehabilitasi : F100
• Monitoring :
• Akseptabilitas  mual/ muntah
• Toleransi  diare
• Efektivitas  kenaikan berat badan dan
monitoring pertumbuhan
Hipoglikemia

• GDS < 54 mg/dL


• Segera beri F-75 pertama, bila tidak dapat disediakan dengan cepat,
berikan 50 ml glukosa/ gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50
ml air) oral/NGT.
• Jika anak tidak sadar 🡪 larutan glukosa 10% IV bolus 5 ml/kg BB, atau
larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama
minimal dua hari.
Dehidrasi pada Gizi Buruk

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
• Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan
jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Infeksi pada Gizi Buruk

Anggap semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang dan segera diberi
antibiotik

PILIHAN ANTIBIOTIK SPEKTRUM LUAS


• Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata 🡪 Kotrimoksazol PO (25 mg SMZ + 5 mg
TMP/kgBB/12 jam selama 5 hari.
• Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit
berat), atau jelas ada infeksi.
• Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV/6 jam selama 2 hari), dilanjutkan Amoksisilin PO (15
mg/kgBB/8 jam selama 5 hari) ATAU Ampisilin PO (50 mg/kgBB/6 jam selama 5 hari)
sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari
selama 7 hari.
Pemberian Mikronutrien pada Gizi Buruk
• Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
• Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
• Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
• Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase
rehabilitasi)

Vitamin A pada Gizi Buruk


• Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan dosis:
<6 bulan  50.000 iu (½ kapsul biru)
6-12 bulan  100.000 iu (kapsul biru)
1-5 tahun  200.000 iu (kapsul merah)
• Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A
dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
Definisi Stunting
1 dari 3 Anak di Indonesia menderita Stunting
Dampak Stunting

Dampak Kesehatan

Perkembangan Otak Anak Perkembangan Otak


Stunting Anak Sehat

Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus)


Hambatan perkembangan kognitif dan motorik
Gangguan metabolik pada saat dewasa  risiko penyakit tidak menular (diabetes,
obesitas, stroke, jantung)
1. Pola asuh yang kurang
Faktor Risiko/
2. Kurangnya akses ke
bahan pangan yang bergizi

Penyebab 3. Terbatasnya layanan


kesehatan (ANC, PNC, dll)
Stunting
4. Kurangnya akses air
bersih dan sanitasi yang
baik

5. Kurangnya Nutrisi Pra-


Konsepsi
Nutrisi Pra Konsepsi & Pola Terbatasnya layanan kesehatan
Asuh yang kurang termasuk layanan ANC, PNC, &
pembelajaran dini berkualitas

 Kurang pengetahuan tentang  1 dari 3 anak usia 3-6 thn tidak


kesehatan & gizi masa kehamilan terdaftar di PAUD
 55% anak usia 0-6 bln tidak  2 dari 3 bumil belum mengkonsumsi
mendapat ASI eksklusif (Susenas, suplemen besi yang memadai
2015)  Menurunnya tingkat kehadiran anak di
 1 dari 3 anak usia 6-23 bln tidak Posyandu (dr 79% di 2007 menjadi 64%
menerima MP-ASI tepat di 2013)
(SDKI,2012)  Tidak mendapat akses yang memadai ke
layanan imunisasi

Kurangnya akses ke bahan


makanan bergizi Kurangnya akses ke air bersih
 1 dari 3 ibu hamil anemia dan sanitasi
 Bahan makanan mahal  1 dari 5 rumah tangga masih BAB di
ruang terbuka
 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki
akses ke air minum bersih
Penentuan Status
Stunting

Mengukur BB Mengukur PB / TB
Syarat MENGUKUR TINGGI BADAN Anak
1. Gunakan alat dengan ciri-ciri berikut :
• Kuat dan tahan lama
• Mempunyai presisi sampai 0,1 cm
• Sudah dikalibrasi

2. Pakaian yang digunakan seminimal mungkin


(Penggunaan popok basah, sepatu, jeans, topi harus dilepas
karena dapat menambah BB)

3. Hindari anak menjadi takut atau jengkel


Ketentuan khusus :
a. Anak berumur < 24 bln pengukuran dilakukan dengan terlentang

b. Anak berumur > 24 bln pengukuran dilakukan dengan berdiri tegak

c. Apabila pengukuran tdk dilakukan dgn cara yg sesuai untuk kelompok umur :

- jika anak umur < 24 bln diukur tingginya scr berdiri maka *ditambahkan 0,7 cm

untuk mengkonversi menjadi panjang badan*

- jika anak umur > 24 bln diukur panjang scr terlentang maka *dikurangi 0,7 cm

untuk mengkonversi menjadi tinggi badan*


Alat ukur panjang badan/tinggi badan
Mengukur Panjang
Pengukur Asisten

1 Orang Asisten berada di bagian kepala (memegang telinga dan posisi kepala)
1 Orang Pengukur berada di bagian kaki (memastikan posisi kaki dan membaca
hasil pengukuran)
MENGUKUR TINGGI BADAN DALAM POSISI
BERDIRI
PROGRAM KEMENKES PENANGANAN ST
Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5
Komitmen Kampanye Konvergensi, Mendorong Pemantauan
dan Nasional Koordinasi, dan Kebijakan dan
Visi Berfokus pada Konsolidasi “Nutritional Evaluasi
Pimpinan pemahaman, Program Food Security”
Tertinggi perubahan Nasional,
Negara perilaku, Daerah, dan
komitmen Masyarakat
politik dan
akuntabilitas

INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF


TUMBUH KEMBANG ANAK YANG MAKSIMAL
(dengan kemampuan emosional, sosial dan fisik siap untuk
belajar, berinovasi dan berkompetisi)

MENGURANGI
MENINGKATKAN DAYA SAING
KESENJANGAN/INEQUALITY
Intervensi Percepatan Perbaikan Gizi Multisektor
Intervensi Gizi Spesifik (Kesehatan) Intervensi Gizi Sensitif (Non-Kesehatan)

Ibu Hamil • Penyediaan • Pendidikan


Jaminan
 Suplementasi besi folat air bersih Gizi
Kesehatan
 Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dan sanitasi Masyarakat
Masyarakat
 Penanggulangan kecacingan
 Suplementasi kalsium
 Pemberian kelambu dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria • • Jaminan • Intervensi
Ketahanan
Ibu Menyusui pangan dan Persalinan untuk
 Promosi menyusui gizi Dasar Remaja
 Komunikasi perubahan perilaku untuk memperbaiki pemberian makanan Perempuan
pendamping ASI
 Bayi 0-23 Bulan • Keluarga
 Suplementasi zink • Fortifikasi • Pengentasan
Berencana
 Zink untuk manajemen diare Pangan Kemiskinan
 Suplemen vitamin A
 Pemberian garam iodium
 Pencegahan kurang gizi akut
 Pemberian obat cacing
 Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi
MP ASI
PRINSIP DASAR UMUM
PANDUAN KONSUMSI
MAKANAN SEHARI-HARI
PEDOMAN GIZI SEIMBANG
-Permenkes No 41 Tahun 2014 -
TUMPENG GIZI SEIMBANG: PANDUAN PENGERTIAN
KONSUMSI SEHARI-HARI
Adalah susunan makanan sehari-hari yang megandung
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan dan berat badan ideal.
KEBUTUHAN BUAH DAN SAYUR

MENGANJURKAN KONSUMSI

SAYUR BUAH
250 gr/hari 150 gr/hari

Setara dengan: Setara dengan:


2 ½ porsi atau 2 ½ • 3 buah pisang ambon ukuran sedang
gelas sayur setelah • 1 ½ potong pepaya ukuran sedang
dimasak dan ditiriskan • 3 buah jeruk ukuran sedang
10 PESAN GIZI SEIMBANG
1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
3. Biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein
tinggi
4. Biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
6. Biasakan sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
10.Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan BB Normal
Permenkes No.63 tahun 2015
tentang Perubahan atas Permenkes No.30 tahun 2013 tentang
Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak untuk
Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji

Pesan Kesehatan :
“Konsumsi Gula lebih dari 50 gr, Natrium
lebih dari 2000 mg, atau Lemak total lebih dari
67 gr per orang per hari berisiko Hipertensi,
Stroke, Diabetes dan Serangan Jantung”
Makanan Pokok
Lauk Pauk
Buah-buahan
Sayuran
GLOBAL DEVELOPMENTAL
DELAY
Definisi
• kecacatan perkembangan dalam arti terdapat adanya penundaan yang signifikan
pada dua/lebih domain perkembangan antara lain yaitu mengenai personal sosial,
gross motor (motorik kasar), fine motor (motorik halus), bahasa, kognitif, dan
aktivitas sehari-hari.

• Global development delay menjadi faktor utama dari sebagian besar


neurodevelopmental disorder. Pada anak dengan global development delay
umumnya terjadi pada umur dibawah 5 tahun (Van et al., 2017)
Etiologi
• Global development delay adalah manifestasi dari berbagai kelainan neurodevelopmental
(mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan neuromuscular). Penyebab yang dapat memicu
terjadinya GDD adalah faktor yang diperoleh karena suatu penyebab antara lain:

Penyabab saat Prenatal / Perinatal:


1. Terpapar teratogens atau racun Penyebab saat Postnatal:
2. Asfiksia intrapartum 1. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
3. Prematur 2. Trauma otak
4. Infeksi kongenital 3. Penyebab dari lingkungan, misalnya kurangnya
5. Kongenital hipotiroidisme nutrisi
6. Trauma saat kelahiran (Pediatric Clerkship – University of Chicago, 2012).
7. Hemoragic intracranial
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Hal yang harus disiapkan ketika melakukan skring GDD adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan data yang komprehensif tentang keseluruhan perkembangan anak dari konsepsi
hingga usia saat ini.
2. Kumpulkan riwayat keluarga terperinci dari setidaknya kerabat tingkat pertama, kedua, dan ketiga.
Konstruksi bagan silsilah sering kali membantu.
3. Siapkan narasi rinci tentang presentasi dan jalannya keterlambatan perkembangan yang relevan.
4. Periksa catatan prenatal, perinatal/kelahiran, dan postnatal jika tersedia.
5. Periksa riwayat neonatus untuk efek samping, termasuk HIE, ikterus, hipotonia, hipotiroidisme,
kelainan kongenital Bagan setiap garis perkembangan dengan mendaftar setiap tonggak
perkembangan kritis, termasuk duduk, merangkak, berjalan, berbicara, interaksi sosial, bahasa,
belajar, dll.
6. Periksa riwayat imunisasi
7. Periksa riwayat nutrisi (yaitu, kebiasaan makan dan makan).
8. Kumpulkan riwayat medis terperinci, termasuk rawat inap, operasi, kecelakaan, cedera, obat-
obatan, dll.
9. Kumpulkan data tentang kinerja sosial dan akademik di sekolah
(Marrus N. & Hall L., 2017; Vasudevan P. & Suri M., 2017)
Terdapat beberapa tanda dan gejala yang bisa membantu orang tua untuk memantau
perkembangan anak antara lain:
• Anak belum mampu duduk mandiri / tanpa bantuan saau usia 8 bulan
• Belum mampu merangkak pada usia 12 bulan
• Kemampuan sosial/interaksi yang buruk
• Umur 6 bulan belum mampu untuk berguling secara mandiri
• Memiliki masalah komunikasi
• Masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus (Shields, 2009 and IDAI, 2013).

b. Pemeriksaan fisik

 Parameter pertumbuhan, seperti lingkar oksipitofrontal, berat badan, tinggi


badan, dan BMI.
 Pemeriksaan fisik umum yang melibatkan penilaian head-to-toe.
 Pemeriksaan neurologis terperinci, termasuk evaluasi pendengaran dan
penglihatan.
 Pemeriksaan dismorfologi.
 Pemeriksaan berdasarkan kurva DENVER
(Choo YY et al., 2019)
Pemeriksaan Penunjang
1. Skrining Metabolik
2. EEG (Electroencephalography)
3. Chromosomal microarray DNA test
4. Tes lain yang berkaitan
• Tes lain yang berkaitan dengan diagnosa kelainan pada anak
yang perlu dilakukan antara lain:
• Tes sitogenik yang bertujuan untuk menentukan sindrom yang
spesifik
• Tes pendengaran dan penglihatan
• Tes untuk infeksi TORCH
• Tes sindrom fragile X
• Tes sindrom rett
Terapi
Penatalaksanaan keterlambatan perkembangan merupakan upaya tim yang
mencakup penyedia perawatan primer serta subspesialis pediatrik seperti ahli
saraf, psikiater anak dan remaja, dokter anak perkembangan dan perilaku, dan
subspesialis pediatrik lainnya sesuai indikasi. Juga, keterampilan dari disiplin lain
mungkin diperlukan, misalnya, psikologi, genetika, patologi bicara dan bahasa,
terapi okupasi, terapi fisik, ahli gizi, dll.
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai