0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan13 halaman
Berdasarkan analisis korelasi antara lama merokok dan jumlah rokok dengan kejadian ISPA pada 100 responden di Puskesmas Medan Johor, didapatkan bahwa:
1. Lama merokok memiliki korelasi yang signifikan terhadap kejadian ISPA dibandingkan jumlah rokok.
2. Korelasi antara lama merokok dan ISPA bersifat negatif, artinya semakin lama merokok maka risiko ISPA semakin besar.
3. Pengaruh
Berdasarkan analisis korelasi antara lama merokok dan jumlah rokok dengan kejadian ISPA pada 100 responden di Puskesmas Medan Johor, didapatkan bahwa:
1. Lama merokok memiliki korelasi yang signifikan terhadap kejadian ISPA dibandingkan jumlah rokok.
2. Korelasi antara lama merokok dan ISPA bersifat negatif, artinya semakin lama merokok maka risiko ISPA semakin besar.
3. Pengaruh
Berdasarkan analisis korelasi antara lama merokok dan jumlah rokok dengan kejadian ISPA pada 100 responden di Puskesmas Medan Johor, didapatkan bahwa:
1. Lama merokok memiliki korelasi yang signifikan terhadap kejadian ISPA dibandingkan jumlah rokok.
2. Korelasi antara lama merokok dan ISPA bersifat negatif, artinya semakin lama merokok maka risiko ISPA semakin besar.
3. Pengaruh
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
• 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
• Penelitian ini dilaksanakan di PUSKESMAS MEDAN JOHOR terletak di jalan Karya Jaya No.29B, Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor. 4.1.2 Korelasi lama merokok dengan kejadian ISPA • Dari hasil analisis terdapat signifikansi / terdapat korelasi antara Lama merokok dengan kejadian ISPA yang kuat dengan nilai signifikansi 0,00 (<0,05). Sedangkan untuk koefisien korelasi ditemukan sebesar-,182 sehingga dapat dinilai jenis hubungan antara Lama merokok dengan kejadian ISPA bersifat hubungan negatif yang berarti arah hubungan terbalik. Lanjutan...
• Berdasarkan pembahasan pada ketiga
interpretasi tersebut, dapat disimpulkan “Korelasi Antara Lama Merokok dengan kejadian ISPA” yaitu, signifikan,korelasi negatif,dan berbanding terbalik. Tabel 4.1 Korelasi lama merokok dengan kejadian ISPA Correlations
Jumlah Lama merokok
rokok (bulan) ISPA ** * Kendall's tau_b Jumlah rokok Correlation Coefficient 1,000 ,219 -,182 Sig. (2-tailed) . ,002 ,031 N 100 100 100 ** ** Lama merokok (bulan) Correlation Coefficient ,219 1,000 -,520 Sig. (2-tailed) ,002 . ,000 N 100 100 100 * ** ISPA Correlation Coefficient -,182 -,520 1,000 Sig. (2-tailed) ,031 ,000 . N 100 100 100 ** * Spearman's rho Jumlah rokok Correlation Coefficient 1,000 ,296 -,217 Sig. (2-tailed) . ,003 ,030 N 100 100 100 ** ** Lama Correlation Coefficient ,296 1,000 -,626 merokok Sig. (2-tailed) ,003 . ,000 (bulan) N 100 100 100 * ** ISPA Correlation Coefficient -,217 -,626 1,000 Sig. (2-tailed) ,030 ,000 . N 100 100 100 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 4.1.2 Korelasi Jumlah Rokok dengan kejadian ISPA
• Dari hasil analisis tidak terdapat signifikansi /
korelasi antara Jumlah rokok dengan Kejadian Ispa dengan nilai signifikansi 0,031 (>0,05 ). Sedangkan untuk koefisien korelasi ditemukan sebesar -,520 sehingga dapat dinilai jenis hubungan antara Lama merokok dengan kejadian ISPA bersifat hubungan negatif yang berarti arah hubungan terbalik. Lanjutan... • Berdasarkan pembahasan pada ketiga interpretasi tersebut, dapat disimpulkan “Korelasi Antara Lama Merokok dengan kejadian ISPA” yaitu, tidak signifikan, korelasi negatif,dan berbanding terbalik. Correlations
N 100 100 100 ** ** Lama merokok (bulan) Correlation Coefficient ,219 1,000 -,520 Sig. (2-tailed) ,002 . ,000 N 100 100 100 * ** ISPA Correlation Coefficient -,182 -,520 1,000 Sig. (2-tailed) ,031 ,000 . N 100 100 100 ** Spearman's rho Jumlah rokok Correlation Coefficient 1,000 ,296 -,217* Sig. (2-tailed) . ,003 ,030
N 100 100 100
** ** Lama Correlation Coefficient ,296 1,000 -,626 merokok Sig. (2-tailed) ,003 . ,000 (bulan) N 100 100 100 ISPA Correlation Coefficient -,217* -,626** 1,000
Sig. (2-tailed) ,030 ,000 .
N 100 100 100 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 4.2 Pembahasan • Penelitian tentang Korelasi Lama merokok dan Jumlah rokok dengan kejadian ISPA dilakukan terhadap 100 orang responden yang ada di Puskesmas Medan Johor. Dari hasil analisis Korelasi Lama merokok dan jumlah merokok dengan kejadian ISPA dapat disimpulkan Lama merokok lebih memiliki korelasi yang signifikan terhadap kejadian ISPA dibandingkan dengan jumlah merokok. • Sebagian besar orang tua telah merokok lebih dari 10 tahun, bahkan sebelum mereka menikah. Lamanya merokok ini disebabkan salah satunya oleh zat nikotin yang terdapat dalam rokok menyebabkan timbulnya efek ketagihan. Efek ketagihan dari nikotin berasal dari fungsinya dalam merangsang pembentukan dopamine yaitu senyawa kimia dalam otak yang menimbulkan perasaan senang. • Menurut Sugito pada tahun 2007 menyebutkan penelitian terkini menunjukkan bahwa pemakaian nikotin dalam waktu lama akan menurunkan kemampuan otak untuk mengenali perasaan senang yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, para perokok biasanya menambah jumlah batang rokok yang dikonsumsi setiap harinya untuk memperoleh kenikmatan yang sama seperti saat pertama kali merokok dan cenderung sulit untuk menghentikan konsumsi rokok tersebut sehingga semakin lama kebiasaan merokok dilakukan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi cenderung semakin banyak pula. • Pada perokok berat, kejadian ISPA lebih besar 11,7% yaitu sebesar 92,6% dan pada golongan ini dijumpai kejadian ISPA anak tergolong tinggi sebesar 4,4%, sedangkan pada non perokok tidak dijumpai. Hasil ini didukung oleh Candra pada tahun 2014 yang menemukan hasil bahwa ayah perokok menyebabkan anak mudah terserang infeksi. • Asap rokok mengandung gas-gas beracun yang dapat membuat rambut silia dalam sistem pernafasan rusak sehingga menyebabkan organisme patogen lebih mudah memasuki saluran nafas dan menimbulkan infeksi. Walaupun ISPA secara biologis disebabkan oleh patogen, namun perilaku merokok juga menjadi faktor risiko yang menyebabkan seseorang lebih mudah terkena ISPA.