TERAPI MEDIKAMENTOSA
BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing : dr. Budi Yuwono, Sp. B
Oleh :
Mira Candra Karuniawati, S. Ked
J510165010
BAB I
PENDAHULUAN
Hiperplasia
prostat
(Prostatic
Hyperplasia)
didefinisikan
sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PROSTAT HIPERPLASIA
A. Definisi
Prostat Hiperplasi merupakan penyakit pembesaran prostat yang
disebabkan oleh proses penuaan, yang biasa dialami oleh pria berusia 50
tahun keatas, yang mengakibatkan obstruksi leher kandung kemih, dapat
menghambat pengosongan kandung kemih dan menyebabkan gangguan
perkemihan.1
B. Epidemiologi
Di dunia, diperkirakan jumlah penderita BPH sebesar 30 juta pada pria.
Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 6070 tahun mengalami gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90 %
mengalamai gejala BPH. Sedangkan di Singapura laki-laki mengalami gejala
BPH berkisar sekitar 14% dan 59% di Filiphina. Di indonesia, Frekuensi
kejadian BPH meningkat secara progresif seiring usia mulai dari umur 41-50
tahun (20%), 51-60 tahun (50%), hingga mencapai 90% pada usia 80 tahun
ke atas. BPH menjadi urutan kedua stelah penyakit batu saluran kemih dan
secara umum diperkirakan hampir 50% pria di Indonesia yang berusia diatas
50 tahun ditemukan menderita BPH sebanyak 2,5juta pria. 2,8
C. Anatomi
Kelenjar prostat terletak dibawah kandung kemih, mengelilingi uretra
posterior dan disebelah proksimalnya berhubungan dengan buli-buli,
sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma
urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul.
Prostat dibungkus oleh capsula fibrosa dan bagian lebih luar oleh fascia
prostatica yang tebal. Diantara fascia prostatica dan capsula fibrosa terdapat
bagian yang berisi anyaman vena yang disebut plexus prostaticus. Fascia
prostatica berasal dari fascia pelvic yang melanjutkan diri ke fascia superior
diaphragmatic urogenital, dan melekat pada os pubis dengandiperkuat oleh
ligamentum puboprostaticum. Bagian posterior fascia prostatica membentuk
3
lapisan lebar dan tebal yang disebut fascia Denonvilliers. Fascia ini sudah
dilepas dari fascia rectalis dibelakangnya. Hal ini penting bagi tindakan
operasi prostat.
Dihirotestosteron
5 reduktase
akan
menstimulasi
faktor
pertumbuhan
sehingga
mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri dan sel epitel. Stimulasi itu
menyebabkan
proliferasi
sel-sel
stroma
maupun
epitel
yang
urin
yang
berkembang
secara
perlahan-lahan
dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin
yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi
maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi).
Gejala iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya
mengalami iritasi dari urin yang tertahan-tahan didalamnya sehingga merasa
bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang
mengakibatkan interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan
frekuensi), dengan adanya gejala iritasi pasien mengalami perasaan ingin
berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria.
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi,
akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluk
vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan
ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus
mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu
endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi
dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluk akan mengakibatkan pielonefritis.
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari BPH yaitu:2
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung
kemih sehingga urin tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi),
pancaran miksi lemah, Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi
tidak puas (menetes setelah miksi).
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin
miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
2. Keluhan pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan dipinggang
(merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda
infeksi atau urosepsis.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi buli-buli:
ada/tidak penonjolan
perut
di
daerah
suprapubik
(buli-buli
penuh/kosong).
b. Palpasi Buli-buli:
tekanan di daerah suprapubik menimbulkan rangsangan ingin kencing
bila buli- buli berisi/penuh.
c. Perkusi:
buli-buli penuh berisi urine memberi suara redup3
2. Colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE)
Untuk menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat
dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras.
9
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium3,5
a. Pemeriksaan PSA
PSA digunakan untuk mendeteksi adanya kanker prostat. PSA
disintesis oleh sel epitel prostat, serum PSA dapat dipakai untuk
memprediksi perjalanan dari BPH, dalam hal ini jika kadar PSA tinggi
berarti pertumbuhan volume prostat lebih cepat, laju pancaran urine
lebih buruk, dan lebih mudah terjadinya retensi urine akut. Kadar PSA
di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada peradangan, pada
retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang
makin tua. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan
usia adalah:
o 40-49 tahun
o 50-59 tahun
o 60-69 tahun
o 70-79 tahun
: 0-2,5 ng/ml
:0-3,5 ng/ml
:0-4,5 ng/ml
: 0-6,5 ng/ml
10
berarti resiko kanker prostat adalah 7,1%. Jika kadar PSA meningkat
hingga 2,0-3,9 ng/ml, resikonya meningkat sampai 18,7%. PSA
sebesar 4,0-5,9 ng / ml memiliki nilai resiko sebesar 21,3%.
Sementara pada tingkatan 6,0 7,9% nilai resikonya berada di kisaran
28,6%. Pada kisaran 8,0 9,9 ng / ml, resikonya sebesar 31,7% dan
untuk tingkatan di atas 10,0 ng/ml, resikonya adalah 56,5%.
Kenaikan kadar PSA dapat disebabkan oleh gangguan pada
struktur kelenjar prostat. Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, termasuk kanker. Kadar PSA juga dapat meningkat karena
manipulasi pada kelenjar prostat, yang biasanya terjadi saat
pemeriksaan kelenjar prostat, pemasangan kateter, biopsi kelenjar
prostat, atau retensi urin, sia juga dapat menjadi faktor.
b. Urinalisis
Kultur urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses
infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urin
berguna untuk dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi.
Untuk itu pada kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu
dilakukan pemeriksaan kultur urin. Pada pasien BPH yang sudah
mengalami retensi urine dan telah memakai kateter, pemeriksaan
urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada
leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.
2. Pencitraan3,5
a. Foto polos
Berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala menunjukan bayangan
buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda suatu retensi
urine.
b. Pemeriksaan ultrasonografi Trans Rektal atau Trans Rectal Ultra
Sound (TRUS)
Adalah tes USG melalui rectum. Dalam prosedur ini, probe
dimasukkan ke dalam rektum mengarahkan gelombang suara di
prostat. Gema pola gelombang suara merupakan gambar dari kelenjar
11
trans
abdominal
mampu
pula
mendeteksi
adanya
12
e. Sistografi buli
- Gambaran Elevasi Dasar Buli yang mengindikasikan Benigna
Prostat Hiperplasia
J. Diagnosis
1. Anamnesis
Diagnosa BPH diperoleh dari anamnesis pasien menggunakan
kuisioner The International of Prostate Symptom Score (IPSS) yang
terdiri dari tujuh pertanyaan tentang gejala berkemih dan terdapat satu
pertanyaan mengenai kualitas hidup yang menanyakan seberapa
terganggunya pasien oleh gejala berkemih tersebut. Analisis gejala ini
masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35.
Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan diharapkan pasien mengisi
sendiri tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien BPH dapat digolongkan
berdasarkan skor yang diperoleh.
o Skor 0-7: bergejala ringan
o Skor 8-19: bergejala sedang
o Skor 20-35: bergejala berat
- Skor Internasional Gejala Prostat atau IPSS
13
Dalam
bulan
terakhir
Tidak
< 1x
<
Kadang-
>
Hampir
Skor
pernah
dala
setenga
kadang
setenga
selalu
pasie
m 5x
1
h
2
(50%)
3
n
4
Tidak
1x
2x
3x
4x
5x
Campura
Sgt tdk
Tdk
Buruk
n puas &
puas
bahagi
sekali
tidak
setelah
kencing
Frekuensi
Seberapa srg anda
kencing (setiap 2
jam)
Intermitten
Seberapa srg miksi
terhenti dan mulai
lagi miksi
Urgency
Seberapa srg anda
tidak
dapat
menahan kencing
Pancaran lemah
Seberapa srg anda
merasakan pancaran
lemah
Mengejan
Seberapa srg anda
mengejan
ketika
memulai kencing
Nokturia
Seberapa srg anda
terbangun
pernah
malam
kencing
Sgt
Sgt
senan
puas
puas
g
Dg
keluhan
bagaiman
ini,
tdk puas
3
a
4
anda
menikmati hidup
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
K. Different Diagnosis
1. Prostatitis
Peradangan pada prostat akibat infeksi yang sering menyertai hipertropi
prostat jinak
14
Kurang mampu ereksi dan terkadang nyeri pada saat atau setelah
ejakulasi.
2. Keganasan prostat
Suatu tumor ganas yang tumbuh didalam kelenjar prostat.
Penyebabnya belum diketahui, tetapi beberapa penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar
hormon testoteron.
Klinis:
Nyeri ketika berkemih
Nyeri ketika ejakulasi
Nyeri punggung bagian bawah
Nyeri ketika buang air besar
Nokturia
Hematuria
Penurunan berat badan
3. Striktur Uretra
Striktur uretra adalah penyempitan uretra akibat dari adanya
pembentukan jaringan fibrotik pada uretra.
Etiologi : traumatik, infeksi, kongenital
Klinis:
Pancaran urin yang kecil dan bercabang
Disuria
Retensi urin
4. Terapi
1. Watchful waiting (Skor IPSS < 7)
15
nokturia,
menghindari
obat-obat
dekongestan
(parasimpatolitik).
Mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol
hidrokloride
adalah
generasi
ketiga
dari
16
kardiovaskular
dan
resiko
pusing
lebih
rendah
Berdasarkan
guideline
AUA,
perbandingan
17
Finasteride
Finasteride adalah kelompok obat 5-reductase inhibitor, obat ini
berfungsi mengatasi pembengkakan kelenjar prostat pada pria. Dosis
awal finasteride yang diberikan adalah satu tablet 5mg per hari. Obat
ini bekerja dengan menurunkan level DHT prostat sebesar 70-90%.
Keefektifan obat ini bisa muncul dalam jangka pendek, tapi obat ini
setidaknya akan diresepkan selama enam bulan. Beberapa efek
samping yang umumnya terjadi adalah gairah seksual menurun,
impotensi, gangguan ejakulasi, dada terasa sakit saat disentuh. Nama
dagang dari finasteride yaitu proscar.
Efek maksimum finasteride dapat terlihat setelah 6 bulan. Terapi
selama enam bulan dibutuhkan untuk melihat efek maksimum pada
ukuran prostat (reduksi 20%)serta gejala. Pada penelitian yang
dilakukan oleh McConnell et al (1998) tentang efek finasteride
terhadap pasien BPH bergejala, didapatkan bahwa pemberian
finasteride 5 mg per hari selama 4 tahun ternyata mampu menurunkan
volume prostat, meningkatkan pancaran urine, menurunkan kejadian
retensi urine akut, dan menekan kemungkinan tindakan pembedahan
hingga 50%.8
Dutasteride
Tidak
seperti
finasteride,
dutasteride
adalah
non-selektif
18
19
20
threeway.
Irigasi
dilaksanakan
kandung
untuk
kemih
mencegah
secara
terus
menerus
pembekuan
darah.
Manfaat
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 2010. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar
Ilmu Bedah, EGC : Jakarta.
2. Fitriana, N., Zuhirman., Suyanto. 2014. Hubungan Benign Prostate
Hypertrophy Dengan Disfungsi Ereksi Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau.
FK Univ Riau. Vol. 1 No. 2
3. Daryanto, B., dkk. 2010. Pedoman Diagnosis & Terapi (Urologi RSU Dr.
Saiful Anwar). Malang: FK Univ Brawijaya
4. Kapoor, A. 2 0 1 2 . Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Management In
The
22
REFERAT
Oleh:
Mira Candra Karuniawati, S.Ked
J510165010
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Kesehatan Bedah
Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Pembimbing :
dr. Budi Yuwono, SpB
(..)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Budi Yuwono, SpB
(.................................)
(....)
23