Oleh:
Mira Candra Karuniawati
J500120067
LATAR BELAKANG
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin
Perumusan Masalah
Adakah perbedaan status gizi bayi berumur 46
bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi
berumur 46 bulan yang tidak diberikan ASI
eksklusif?
Tujuan Penelitian
Menganalisis adanya perbedaan status gizi bayi berumur 4
6 bulan pada pemberian ASI eksklusif dengan ASI non
eksklusif
Manfaat Penelitian
Teoritis : Memberikan informasi tentang adanya
perbedaan antara status gizi bayi berumur 46 bulan pada
pemberian ASI eksklusif dan ASI non eksklusif
Aplikatif : Dengan diperoleh data dan informasi mengenai
adanya perbedaan antara status gizi bayi berumur 46
bulan pada pemberian ASI eksklusif dan ASI non
eksklusif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
ibu tentang pentingnya pemberian ASI.
TINJAUAN PUSTAKA
Status Gizi
A. Definisi
Status gizi merupakan keadaan kesehatan
sekelompok individu yang ditentukan dengan
derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi
yang diperoleh dari pangan dan makanan, yang
dampak fisiknya dapat diukur secara antopometri.
(Almatsier, 2012).
Faktor langsung
Penyakit infeksi
Asupan makanan
Faktor tidak langsung
Pola pengasuhan anak
Ketahanan pangan
Tingkat sosial ekonomi
Tingkat pengetahuan ibu
Jumlah anggota keluarga
ASI Eksklusif
A.Definisi
- Lisozim
- Laktoferin
- Oligosakarida
- Musin
D. Manfaat ASI
1. Bagi bayi
- sebagai nutrisi
- meningkatkan daya tahan tubuh bayi
- ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
- Menunjang perkembangan motorik
- Insiden alergi pada bayi yang mendapat
ASI lebih rendah dibanding yang diberikan
susu formula ( Susanti, 2011).
2. Bagi ibu
- Kesuburan ibu menjadi berkurang
untuk beberapa bulan
- Mengurangi kemungkinan menderita
kanker
- Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
- Meningkatkan kasih sayang antara ibu dan
bayi
KERANGKA KONSEP
=
=
Hipotesis
Terdapat perbedaan status gizi balita 4-6
bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan
status gizi balita 4-6 bulan yang tidak
diberikan ASI eksklusif. Dimana balita usia
4-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif
status gizinya lebih baik dibandingkan
dengan balita yang diberikan ASI non
eksklusif.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian :
Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
Populasi Penelitian :
Populasi penelitian disini adalah bayi berumur 4-6 bulan
yang diberikan ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif di
Posyandu Gonilan
=
=
= 36,22 dibulatkan menjadi 36
Kriteria Restriksi
Kriteria inklusi
a. Bayi yang berusia 4-6 bulan sehat jasmani dan rohani
b. Bayi yang tinggal di wilayah sekitar Posyandu Gonilan, Pabelan
c. Ibu bersedia untuk diwawancarai secara lengkap
Kriteria eksklusi
a. Terdapat kelainan bawaan yang tidak dipengaruhi pemberian ASI
misalnya bayi mengalami intoleransi laktosa sejak lahir, bibir
sumbing, dan megakolon kongenital
b. Bayi yang tidak rutin dinilai status gizinya
c. Alamat yang tidak lengkap
d. Bayi dengan berat badan lahir < 2,5kg - > 4kg
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
3. Variabel perancu
Definisi Operasional
No
Variabel
Independent:
1
2.
Perilaku ibu
dalam
Pemberian ASI
memberikan ASI
Eksklusif dan
kepada anaknya
ASI Non
Eksklusif
Dependent:
Status gizi
bayi usia 4-6
bulan
Hasil Ukur
Keadaan status
Infantomete Status gizi baik
gizi balita dengan r dan dacin dan status gizi
ukuran
tidak baik
perbandingan
berat badan/umur
dan panjang
badan/umur
Skala
Ukur
Nominal
Ordinal
Rancangan Penelitian
Jadwal Penelitian
HASIL
Distribusi frekuensi pemberian ASI Eksklusif & status
gizi
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif
sehingga dalam penelitian ini diambil proporsi berpasangan 50% untuk bayi yang
diberikan ASI eksklusif dan 50% untuk bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif. Ibu di
Posyandu Gonilan, Pabelan mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang gizi,
karena sebagian bayi usia 4-6 bulan ketika bayi umur 0 sampai 6 bulan hanya diberikan
ASI eksklusif, umur 6 sampai 9 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI
berbentuk lumat halus, umur 9 sampai 12 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan
makanan lembek yaitu berupa nasi tim atau bubur saring dengan frekuensi dua kali
sehari.
Hasil penelitian ditemukan bayi berstatus gizi baik walaupun tidak tidak diberikan ASI
eksklusif. Hal ini menurut Coulibaly, et al., (2013) dimungkinkan pada bayi yang
orangtuanya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan gizi sang bayi
tetapi tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan ASI eksklusif karena alasan
bekerja. Ibu-ibu dari kelompok ini, biasanya akan menambah asupan gizi bagi bayi
dengan makanan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan
Dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa responden ditemukan sebagian
besar bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif disebabkan 60% ibunya yang bekerja
sehingga tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya setiap hari. ASI eksklusif atau
lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
tim. Faktor lain belum diterapkannya pemberian ASI eksklusif disebabkan ketidaktahuan ibu
Secara umum status gizi bayi usia 4 bulan - 6 bulandi Posyandu Gonilan, Pabelan
berstatus gizi baik, yaitu sebanyak 54 bayi dari 80 bayi yang diamati. Status gizi lebih
ditemukan lebih banyak pada bayi usia 4- 6 bulan yang tidak diberikan ASI eksklusif.
Hasil ini sesuai dengan temuan Khasanah (2011) yang menyimpulkan pada umumnya
bayi usia 4-6 bulan yang mendapat susu formula mengalami kenaikan berat badan yang
lebih cepat dibanding dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Kelebihan berat badan pada
bayi yang mendapat susu formula karena kelebihan kandungan air dan komposisi lemak.
Pada beberapa susu formula sumber protein dan emaknya berasal dari susu sapi.
ASI merupakan makanan yang ideal secara fisiologis dan biologis bagi bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi pada usia 4-6 bulan pertama.Pemberian MP ASI sebelum
bayi berusia 4 bulan mengakibatakan kenaikan berat badan yang lebih rendah dan kurang
gizi dibandingkan dengan bayi yang tetap diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
Masih dijumpai kebiasaan yang salah dalam pemberian ASI dan MP ASI. MP ASI yang
diberikan terlalu dini dapat berdampak pada status gizi (Haileslassie, et al., 2013).
Hasil analisis statistik diketahui ada perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi bayi usia 4-6 bulandi Posyandu Gonilan, Pabelan (p<0,05). Hal ini sesuai
dengan temuan Khasanah (2011) yang menyimpulkan pada bayi usia 0-6 bulan zat gizi
yang dibutuhkan oleh bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI secara eksklusif
Hasil penelitian ini didukung temuan Aziezah dan Adriani (2013), yang menyatakan dari
hasil status gizi bayi, dapat diketahui bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
seluruhnya memiliki status gizi baik yaitu sebesar 100% sedangkan bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif memiliki status gizi baik hanya 58,80%. Hal ini dikarenakan
jumlah kandungan kalori yang ada pada ASI eksklusif berbeda dengan kandungan susu
formula. Air susu ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan
bayi. Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein.
Di dalam ASI sendiri lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh
usus bayi sedangkan casein cenderung lebih sukar dicerna oleh usus bayi dan kandungan
casein lebih banyak terdapat pada susu sapi. Selain itu ASI juga mengandung nutrien
yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi yang diperlukan untuk pertumbuhan
yang tidak pernah ditemukan pada susu formula. Sehingga semua zat gizi yang
dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan pada usia 6 bulan pertama dapat terpenuhi dengan
ASI (Wulandari dan Mauliyah, 2013).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional), semua
variabel diukur pada saat yang sama, sehingga tidak dapat memastikan
hubungan temporal antara status gizi bayi usia 4-6 bulan dan pemberian
ASI eksklusif dengan ASI non eksklusif sebagai akibat.
Penelitian ini juga hanya meneliti beberapa faktor saja dari sekian banyak
faktor yang mempengaruhi status gizi pada bayi usia 4-6 bulan yaitu faktor
infeksi, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya bisa diperhatikan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada bayi usia 4-6 tahun
seperti pengetahuan ibu, usia, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi
dan tingkat pendapatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Jakarta:
Rineka Cipta.
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). 2011. Alasan Medis Untuk Tidak Menggunakan
Pengganti ASI. http://aimi-asi.org/alasan-medis-pengganti-asi/ 27 Agustus 2014
Aldy, O.S., Lubis, B.M., Sianturi P., Azlin E., Tjipta G.D ., 2009. Dampak Proteksi Air Susu
Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri. 11:167-3.
Adriani, M., dan Wirjatmadi, B., 2014. Gizi dan Kesehatan Balita. Ed. 1. Jakarta: Kencana
Prenamedia Group, pp. 111-168.
Almatsier, Sunita., 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Aziezah, N., Adriani, M., 2013. Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Antara Bayi
dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Media Gizi Indonesia. Vol.9
No.1 hlm:78-83.
Beck, M.E., 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Jakarta: Andi.
Coutsoudis, A., Bentley J., 2009. Pemberian Makanan Bayi. Dalam: Gibney MJ., Margetts
B.M eds. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC pp. 32547.
Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.
Kementrian Kesehatan RI., 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI., 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 20152019. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Khasanah, N. 2011. ASI atau Susu Formula Ya ?. Panduan Lengkap Seputar ASI dan Susu
Formula . Yogyakarta: Flashbook
Lissauer, T., Fansroff, A. 2009. At a Glance Neurofisiologi. Jakarta: Erlangga
Lestari, P., & Kartini, A. (2014). Hubungan Praktik Pemberian Susu Formula Dengan Status
Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2(6), 339-348. Asi lestari 6420-12208-1-SM.pdf.
http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/6420/6198 (diunduh
15 Juni 2015)
Marnoto, B. W. 2013. Panduan Menggunakan Susu Formula pada Bayi. Jakarta: IDAI
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-barulahir.html (Diakses 20 Agustus 2015)
Muslihatun, N.W. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitrimaya
Nasar, 2005. Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama pp. 14-15
Nadesul, H. 2008. Membesarkan Bayi Jadi Pintar. Jakarta: Kompas Media Nusantara pp. 3538.
Nirwana, A. b. 2014. ASI dan Susu Formula. Yogyakarta: Nuha Medika
Nugroho, T. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika pp. 29-31, 36-40, 99102, 23-5, 103-4.
Notoadmojo, S., 2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurmiati. Pengaruh Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Bayi di Indonesia. Jurnal
Makara Kesehatan 2010; 12(2): 47-52. (diunduh 15 Juni 2015) Tersedia dari: URL:
HYPERLINK https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=htt
p%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle
%2F123456789%2F3588%2F6%2520Artikel%252097103%2520Mesry%2520Mery.dcx
%3Fsequence
%3D8&ei=MNQVbKgJoTLmAWs44uwDA&usgAFQjCNG2cdOFqCno8qU17Vokxufig
BTeOQ&bvm=bv.96783405,d.dGY
Ogra P. L., Fishaut M., 2008. Human Breast Milk. Dalam: Remingtone J. S., Klein J. O., eds
Infection Diseases of the Fetus and Newborn Infant. Philadelphia: W.B. Saunders
Company Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif
Perinasia (Perkumpulan Perinatologi Indonesia). 2013. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi
Cetakan ke-7. Jakarta: Perinasia pp 3-1 :13
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI., 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif
2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Roesli, U., 2012. Panduan Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Rosita, S. 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Cetakan 1. Yogyakarta: Ayyana
Santjaka, A., 2011. Biostatistik Untuk Praktisi Kesehatan Dan Mahasiswa Kedokteran,
Kesehatan Lingkungan, Keperawatan, Kebidanan, Gizi, Kesehatan Masyarakat.
Purwokerto: Global Internusa.
Sastroasmoro, 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung
Seto
Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
Sugiarti E., Zulaekah S., & Puspowati D.S., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Jurnal
Kesehatan, ISSN 1997-7621, Vol 4, No. 2, Desember 2011: 195-206
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., dan Fajar, B., 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Susanti N., 2011. Peran Ibu Menyusui yang Bekerja dalam Pemberian ASI Eksklusif bagi
Bayinya. Egalita Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender. 6: 165-7
Susanty, Mery., dkk. 2012. Hubungan Pola Pemberian Asi dan Mp Asi Dengan Gizi Buruk
Pada Anak 6-24 Bulan Di Kelurahan Pannampu Makassar. Jurnal Media Gizi
Masyarakat Indonesia 2012; 2(1): 97-103. (diunduh 22 Juni 2015). Tersedia dari: URL:
HYPERLINK http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/view/427
UNICEF. 2009. Alasan Medis yang Dapat Diterima Sebagai Dasar Penggunaan Pengganti
ASI. Peru: World Health Organization (WHO).
Wargina, R., Aaini, L., Rahmawati, L. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan
Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten
Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol. 1 (1). Universitas Jember
Waryono, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.
WHO, 2011. WHO calls support for apropiate infant and young child feeding in the current
emergency in Lebanon, and caution about unnecessary use of milk products.
http://www.who.int/hac/crises/international/middle_is/Libanon_apropriate_infant_and_y
oung_child_feeding.pdf3 Diakses pada tanggal 5 Agustus 2015.