Anda di halaman 1dari 39

02.150.

00/FRM-03/AKD-SPMI

LAPORAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Sebuah Proyek Promosi dan Preventif Kesehatan Berbasis Kolaborasi Antar Profesi

JUDUL KEGIATAN:
.................................................................................................................................
TIM DOSEN
Hj. Sri Mulyani Rahayu, S.Kp., M.Kes/ 0405067303 (Ketua)
Nama Lengkap + Gelar / NIDN (Anggota)

TIM MAHASISWA
Aliefia Syera Dinna / 221FF04019 / Farmasi Rais Muhammad A.Y / 221FF01026 / Farmasi
Apriyanti / 221FK05004 / Keperawatan Risti Nurhayati / 221FF04018 / Farmasi
Indri Yuliyanti / 221FK05001 / Keperawatan Septia Endidto S / 221FF04017 / Farmasi
Khairul El Aswadi / 221FF04021 / Farmasi Siti Rohmah / 221FF04018 / Farmasi
Leni Handayani / 201FK03009 / Keperawatan Thiara Agnis Cahyani / 211FI01011 / Kebidanan
Nazri Nursyahbani F / 221FF04037 / Farmasi Widia Pangestika / 201FI03049 / Anestesiologi
Riska Devianti / 201FI03027 / Anestesiologi
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Universitas Bhakti Kencana


Januari 2024
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INTERPROFESSIONAL EDUCATION

1. Judul : Proyek Promosi dan Preventif Kesehatan Berbasis Kolaborasi Antar


Profesi di Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung
2. Bidang Pengabdian :

3. Ketua Tim Dosen :

a. Nama Lengkap : Hj. Sri Mulyani Rahayu, S.Kp., M.Kes

b. NIK/NIDN : 0405067303

c. Disiplin Ilmu : Keperawatan

d. Pangkat / Golongan :
e. Jabatan Akademik :
f. Fakultas / Prodi :
4. Jumlah Anggota Dosen : 2
5. Ketua Tim Mahasiswa :
a. Nama Lengkap : Riska Devianti
b. NPM : 201FI03027
c. Fakultas / Prodi : Anestesiologi
6. Jumlah Anggota Mahasiswa : 13
7. Lokasi Kegiatan : Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 2 bulan

Bandung, 22 Januari 2024

Ketua Tim Dosen, Ketua Tim Mahasiswa,

............................................ …………………………………………
Hj. Sri Mulyani Rahayu, S.Kp., M.Kes Riskia Devianti
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

(NIDN : 0405067303) (201FI03027)

Menyetujui,
Ketua LPPM UBK,

Dr. apt. Fauzan Zein M, M.Si


(0424117601)

RINGKASAN
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenan nya dalam laporan pengabdian kepada
masyarakat dengan Judul “Proyek Promosi dan Preventif Kesehatan Berbasis Kolaborasi
Antar Profesi di Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung” dapat dirampungkan.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan sebagai
tahap akhir dalam menuntaskan mata kuliah Interprofessional Education Universitas
Bhakti Kencana Bandung dengan melibatkan sejumlah mahasiswa dari berbagai prodi.
Dalam kesempatan ini, pelaksana pengabdian kepada masyarakat tak lupa mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan, baik dari
unsur internal Universitas Bhakti Kencana Bandung maupun pihak eksternal. Tanpa
bantuan yang diberikan, akan terasa sulit kegiatan dapat dilakukan secara baik.
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Semoga kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan dapat


bermanfaat, baik secara akademis maupun terkait silaturahmi sivitas akademik
Universitas Bhakti Kencana Bandung dengan masyarakat khususnya kepada salah satu
keluarga dari Kecamatan Panyileukan, Kota bandung.
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
(Jika ada)
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

DAFTAR GAMBAR
(Jika ada)
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

DAFTAR LAMPIRAN
(Jika ada)
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang dialami oleh seseorang dengan kondisi tekanan
darah sistole (Systolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah
diastole (Diastolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 90 mmHg sesuai kriteria Who atau
seseorang dengan riwayat penyakit hipertensi(Bhadoria, Kasar, dan Toppo, 2014). Hipertensi
ditandai dengan gejala sakit kepala dan jantung berdebar, apabila hipertensi tidak diperiksa
dengan segera atau dikontrol dengan benar maka terdapat kemungkinan timbul komplikasi lain.
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Berdasarkan World Health Organization (WHO) menunjukkan prevalensi penderita hipertensi


yang telah terdiagnosa di 32 negara yaitu laki-laki 36,7% dan perempuan 50,8%; penderita
hipertensi yang sedang menjalani pengobatan yaitu pada kali-laki 19,1% dan perempuan 33,4%;
dilanjutkan dengan hipertensi terkontrol yaitu laki-laki 5,5% dan perempuan 11,7% (WHO,
2021). Sedangkan pada prevalensi di Indonesia Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter atau minum obat hipertensi pada penduduk usia >18 tahun sebanyak 658.201
orang, prevalensi kasus hipertensi di Jawa Barat sebesar 39,6% (Kemenkes RI, 2019).
Banyak faktor buruk yang mempengaruhi penyakit hipertensi, diantaranya yaitu gaya hidup,
seperti merokok, konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, tidak rutin berolahraga dan faktor
lainnya. Selain itu, faktor umur juga menjadi salah satu penyebab hipertensi. Diketahui bahwa
sistem pembuluh darah, atau yang dikenal sebagai sistem vaskular akan berubah seiring
bertambahnya usia. Arteri dapat menjadi kaku sehingga menyebabkan tekanan darah naik.
Hipertensi merupakan penyakit kronis dengan pengobatan yang dilakukan seumur hidup.
Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi merupakan
penyakit yang harus selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat
berujung pada kematian. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan antihipertensi menjadi salah satu
penyebab kurangnya pengendalian tekanan darah (Kawulusan et al., 2019).
Kepatuhan obat yang dianjurkan oleh dokter pada penderita hipertensi menjadi salah satu faktor
keberhasilan terapi.Kurangnya pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sebagai bentuk dukungan
pada penderita hipertensi akan menimbulkan tekanan darah tetap tidak terkontrol pada penderita
hipertensi(Putri, 2016).
Maka berdasarkan hal tersebut kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan kepada salah satu
keluarga di Kecamatan Panyileukan, kota bandung. Selain banyaknya dampak negatif yang
timbul kepada pasien hipertensi, pemilihan keluarga tersebut salah satunya dikarenakan lokasi
yang cukup dekat sehingga kami dapat memberikan edukasi secara menyeluruh terhadap
keluarga tersebut. Kami selanjutnya memberikan edukasi terkait penyakit hipertensi, kami
bersama antar profesi juga memberikan edukasi terhadap beberapa topik besar tentang kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan Interprofessional Education pada mitra keluarga berdasarkan
pedoman IPE Universitas Bhakti Kencana Bandung?
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk melaksanakan Interprofessional Education pada mitra keluarga berdasarkan
pedoman IPE Universitas Bhakti Kencana bandung
1.4 Manfaat Penelitian
Untuk Peneliti
1. Agar dapat berkontribusi bersama antar profesi tenaga kesehatan
2. Agar dapat mengetahui pentingnya Interprofessional Education sebagai tenaga kesehatan
Untuk Masyarakat
1. Memberikan informasi tentang Interprofessional Education berupa edukasi kesehatan
2. Meningkatkan pemahaman tentang Interprofessional Education berupa edukasi
kesehatan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi merupakan penyakit umum yang secara sederhana didefinisikan sebagai
tekanan darah yang meningkat secara terus menerus. Walaupun selama awal dan
pertengahan tahun 1900-an tekanan darah dianggap penting untuk perfusi yang memadai
dari organ-organ vital, namun selama beberapa dekade telah diakui sebagai salah satu
faktor risiko yang paling penting untuk penyakit kardiovaskular (Dipiro Joseph T., 2020).
Hipertensi juga dapat diartikan sebagai peningkatan tekanan darah sistol (>140 mmHg)
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

dan peningkatan tekanan darah diastol (>90 mmHg) yang diukur dalam keadaan tenang
dan cukup (Rina et al., 2021). Menurut buku dipiro klasifikasi tekanan darah dibagi
menjadi 5 kategori (Tabel 2.1). Klasifikasi tekanan darah ini berfungsi untuk membuat
diagnosis.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi
120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi
stage 1 140 - 159 atau 90 – 99

Hipertensi
stage 2 160 atau 100

Hipertensi
Krisis 180 atau 120

Sumber : (Dipiro Joseph T., 2020)

Data World Health Organization (WHO) tahun 2018 menunjukkan sekitar 1,13
Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan
setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO,
2021). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia >18 tahun di Indonesia
didapatkan

658.201 penderita terdiagnosa hipertensi (Kemenkes RI, 2018).


02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

2.1.2 Patofisiologi

Patofisiologi Hipertensi Hipertensi adalah proses degeneratif sistem sirkulasi yang


dimulai dengan aterosklerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer
yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah / arteri. Kekakuan pembuluh darah
disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat
gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan
beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi. Dengan demikian, proses patologis hipertensi ditandai dengan peningkatan
perifer yang berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk
hipertensi (Irwan, 2016 dalam Anyelir Putri, 2019).

2.1.3 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologi hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial (primer) dan


hipertensi sekunder. Hipertensi esensial adalah 90% kasus hipertensi yang belum
diketahui penyebabnya. Faktor yang berpengaruh dalam hipertensi esensial adalah faktor
genetik, stress, faktor lingkungan dan diet. Sedangkan hipertensi sekunder

merupakan 10% kasus hipertensi yang diketahui penyebabnya. Faktor hipertensi


sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin dan penyakit jantung
(Putri Dafriani, 2019)

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi penderita hipertensi stadium I apabila tekanan


sistoliknya 140- 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg. Diklasifikasikan
menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan
diastoliknya lebih dari 100 mmHg, sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg
(Sidabutar & Simbolon, 2020).

2.1.5 Faktor Risiko


02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Hipertensi Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin
dan genetic (Widiyanto et al., 2020) :

a. Usia

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan bertambahnya umur, risiko


terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia
lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun.
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan sistolik.
Menurut WHO memakai tekanan diastolic sebagai bagian tekanan yang lebih tepat
dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahaan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih
kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik. (Kemenkes.RI, 2014).
b. Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak
yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Setelah usia 65
tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat
pada wanita (Kemenkes.RI, 2014).

c. Keturunan (Genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi
risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor
genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan
seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu
orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
Faktor risiko yang dapat diubah: faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi alkohol,
hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam berlebih sangat
berhubungan berat dengan hipertensi (Triyanto, 2014).

d. Kegemukan (Obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam


Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan
kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara 18 kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan
darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (over weight). IMT
merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

e. Psikososial dan Stress

Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu
dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya
perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang
ada pada diri seseorang. Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan,
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kulit puti disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit
hitam pada nasib mereka.

f. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri
yang mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya aterosklerosis pada
seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Menurut
Kemenkes.RI, (2014), telah dibuktikan dalam penelitian bahwa dalam satu batang rokok
terkandung 4000 racun kimia berbahaya termasuk 43 senyawa. Bahan utama rokok
terdiri dari 3 10 zat, yaitu 1) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat perangsang yang
dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dengan adanya penyempitan pembuluh darah,
peningkatan denyut jantung, pengerasan pembuluh darah dan penggumpalan darah. 2)
Tar, dapat mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan menyebabkan kanker. 3) Karbon
Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat menghasilkan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen.

g. Olahraga

Aktivitas Fisik Gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa
dari tubuh. Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus simpatis,
meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi pembuluh darah,
meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) dan menurunkan LDL (Low Density
Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien.
Frekuensi denyut nadi 21 berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan
kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak badan dan berat
badan serta menurunkan tekanan darah (Ismanto, 2013). Olahraga yang teratur dapat
membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.
Pada orang tertentu dengan melakukan olahraga aerobic yang teratur dapat menurunkan
tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan turun.

h. Konsumsi alkohol berlebih


02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme


peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan
kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alcohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan darah
baru terlihat apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap
harinya. Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh
asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya. Akibatnya, kebiasaan
meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di usia ini. Konsumsi alkohol
seharusnya kurang dari dua kali per hari pada laki-laki untuk pencegahan peningkatan
tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang memiliki berat badan berlebih,
direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per hari.

i. Konsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel
agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata
lebih tinggi (Pitria, 2020), Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstra seluler.
Pengaturan keseimbangan natrium dalam darah diatur oleh ginjal. Sumber utama natrium
adalah garam dapur atau NaCl, selain itu garam lainnya bisa dalam bentuk soda kue
(NaHCO3), 12 baking powder, natrium benzoate dan vetsin (monosodium glutamate).
Kelebihan natrium akan menyebabkan keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan
edema dan hipertensi. WHO menganjurkan bahwa konsumsi garam yang dianjurkan
tidak lebih 6 gram/hari setara 110 mmol natrium.

j. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia

Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol
total, trigliserida, kolesterol LDL atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.
Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah


meningkat.

2.1.6 Komplikasi

Hipertensi merupakan komplikasi yang terdiri dari stroke, infark miokard, gagal
ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy included hypertension (PIH)
(Nuraini, 2015 dalam (Widiyanto et al., 2020) :

a. Stroke

Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam
yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah. Stroke dengan deficit neurologic yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan
oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi 24 fokal
pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak
yang mengalami oklusi. Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di botak
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami 13 hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Nuraini, 2015). b. Infark
Miokardium Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang artero sklerotik
tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
dapat menimbulkan perubahan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan bekuan
(Nuraini, 2015). c. Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian
25 yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal
kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosterone
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

(RAA) (Mitasari, 2019). Hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal
ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi d. Ensefalopati
( Kerusakan Otak) Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat).Tekanan yang sangat tinggi pada 14 kelainan
ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang
interstitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron–neuron di sekitarnya kolaps yang
dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
mendadak. Keterkaitan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi
berisiko 4 kali dengan orang yang tidak menderita hipertensi (Nuraini,2015).
2.1.7 Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi

Pencegahan hipertensi bisa dilakukan dengan menjaga pola makan dengan makan
makanan yang sehat, kelola stress dengan baik, tidak mengkonsumsi alkohol dan berhenti
merokok (Setiawan et al., 2018). Pencegahan hipertensi juga ditekankan pada “CERDIK”
yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet
seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola stress (Sijabat et al., 2020).
Sedangkan cara mengontrol hipertensi bisa dilakukan dengan “PATUH” yaitu
Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi hipertensi dengan minum
obat secara teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang (kurangi garam dan MSG),
Upayakan aktivitas fisik dengan aman (olahraga sesuai kemampuan), Hindari asap rokok
dan alkohol (Sijabat et al., 2020).

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.2.1 Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan orientasi hidup
sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat, yang bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun social (PHBS Penguatan Kapabilitas Anak dan Keluarga Kemensos RI,
2020). PHBS bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi,
informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, serta perilaku sehingga
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
(Karuniawati, 2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah upaya untuk
memperkuat budaya seseorang, kelompok, dan masyarakat agar peduli dan
mengutamakan kesehatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas (Inayah
et al., 2018) . PHBS merupakan perilaku yang harus dipraktikkan secara terus menerus
agar menjadi suatu pola kebiasaan bagi masyarakat (Noffiyanti & Mauliddia, 2021).
Melalui PHBS diharapkan masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalah sendiri
dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya (Notoadmodjo S, 2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI, 2011). Menurut
Proverawati dan Rahmawati (2012 :1), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga
kesehatan seluruh anggota keluarga.
2.2.2 Manfaat PHBS di rumah tangga
Menurut Penguatan Kapabilitas Anak dan Keluarga Kemensos RI, (2020), manfaat
PHBS secara umum adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau dan
mampu menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut menjadi penting untuk
dilakukan agar masyarakat sadar dan dapat mencegah serta mengantisipasi atau
menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang mungkin muncul. Selain itu, dengan
mempraktekkan dan menerapkan PHBS diharapkan masyarakat mampu menciptakan
lingkungan yang sehat sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup. Dalam
implementasinya, kebermanfaatan PHBS ini dapat diterapkan di berbagai area, seperti
sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan masyarakat.
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu
meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap
anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit,
rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

manfaat PHBS rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk
menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
2.2.3 Tatanan PHBS Rumah Tangga
Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan
memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menjalankan
perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di
tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah
tercapainya rumah tangga yang sehat.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan
acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :
a. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan
ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan
juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi
keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
b. Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian
penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat
rumah tangga.
c. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat
dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat
menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
d. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah
pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari
kuman.
e. Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

f. Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan
kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
g. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk
tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
h. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang
dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan
gerakan dan keluarnya tenaga.
j. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi
perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat
menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

2.3 Penyakit menular dan tidak menular


2.3.1 Penyakit Menular Tuberculosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis), yang masih keluarga besar genus mycobacterium.
Diantara lebih dari anggota keluarga Mycobacterium yang diperkirakan lebih dari 30
buah, hanya tiga yang dikenal bermasalah dengan kesehatan masyarakat. Mereka adalah
Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae dan Mycobacterium tuberculosis. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya dan
yang paling sering terkena adalah organ paru (90%). Penularan penyakit TBC adalah
melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang
dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak
umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri
ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak
(terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening
sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran
cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ
paru. Selain itu terdapat gejala-gejala yang menunjukkan penyakit TB Paru adalah :
a. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
b. Gejala tambahan
Gejala tambahan yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan
demam meriang lebih dari sebulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TB. Oleh sebab itu
setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut
diatas, harus dianggap “suspek tuberculosis” atau tersangka penderita TB dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2.3.2 Penyakit Tidak Menular Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM adalah penyakit
gangguan metabolik yang terjad’i secara kronis atau menahun karena tubuh tidak
mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormon
insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014).
Mufeed Jalil Ewadh (2014) menyebutkan bahwa DM adalah penyakit gangguan
metabolik dengan ciri ditemukan konsentrasi glukosa yang tinggi di dalam darah
(hiperglikemia). World Health Organization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa
penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu polyphagia, polidipsia dan
poliuria serta sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan penyakit
kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan beberapa komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal pembuluh darah, saraf
dan jantung.
2.4 Pencegahan dan pengendalian hipertensi dan Diabetes Mellitus
a. Pengertian Diabetes Melitus
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Menurut (Nugroho 2017) Diabetes mellitus (DM) atau penyakit gula atau kencing
manis adalah penyakit menahun yang ditandai kadar gula dalam darah melebihi nilai
normal, yaitu hasil pemeriksaan gula darah vena sewaktu (GDS) >126 mg/dl. Diabetes
mellitus merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi
yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin didalam tubuh.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus (DM)
Menurut Budiyanto 2001 dalam (Suyono 2018), faktor risiko DM dibagi menjadi : 1)
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
Di negara berkembang penderita diabetes mellitus berumur antara 45-64 tahun dimana
usia tergolong masih sangat produktif. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan. mengungkapkan pada aspek psikologis dan mental taraf
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Menjelaskan bahwa makin tua umur
seseorang maka proses perkembangannya mental bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun.
b. Riwayat keluarga dengan DM (anak penyandang DM)
Riwayat keluarga atau faktor keturunan merupakan unit informasi pembawa sifat yang
berada di dalam kromosom sehingga mempengaruhi perilaku. Adanya kemiripan tentang
penyakit DM yang diderita keluarga dan kecenderungan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan adalah contoh pengaruh genetic. Riwayat melahirkan bayi
dengan berat lahir bayi > 4000 gram atau pernah menderita DM saat hamil (DM
Gestasional) Pengaruh tidak langsung dimana pengaruh emosi dianggap penting karena
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan pengobatan. Aturan diit, pengobatan dan
pemeriksaan sehingga sulit dalam mengontrol kadarbula darahnya dapat mempengaruhi
emosi penderita (Nugroho, 2017) 2) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi menurut
(Nugroho 2017)
a. Overweight
berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23 kg/m2 ) Salah satu cara untuk mengetahui
kriteria berat badan adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Berdasarkan dari BMI atau kita kenal dengan Body Mass Index diatas, maka jika berada
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

di antara 25-30, maka sudah kelebihan berat badan dan jika berada diatas 30 sudah
termasuk obesitas
b. Aktivitas fisik
kegiatan fisik dan olahraga secara teratur sangat bermanfaat bagi setiap orang karena
dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi
jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus dilakukan
secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan dan kondisi kesehatan. Jika pekerjaan sehari-hari seseorang kurang
memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan
lain yang setara. Kurang gerak atau hidup santai merupakan faktor pencetus diabetes
melitus
c. Merokok
Penyakit dan tingginya angka kematian. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
antara merokok dengan kejadian DM tipe (p = 0,000). Hal ini sejalan dengan penelitian
oleh Houston yang juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih
tinggi terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang. Dalam asap rokok terdapat 4.000 zat
kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif
dan yang bersifat karsinogenik
d. Hipertensi
Jika tekanan darah tinggi, maka jantung akan bekerja lebih keras dan resiko untuk
penyakit jantung dan diabetes pun lebih tinggi. Seseorang dikatakan memiliki tekanan
darah tinggi apabila berada dalam kisaran > 140/90 mmHg. Karena tekanan darah tinggi
sering kali tidak disadari, sebaiknya selalu memeriksakan tekanan darah setiap kali
melakukan pemeriksaan rutin
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

BAB III. HASIL PENILAIAN KESEHATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian Keluarga


Data Umum
1. Nama KK : Tn. R (53 tahun)
2. Alamat : Jl. AH. Nasution No.306
3. Komposisi Anggota Keluarga

Tabel 3.1 Komposisi Anggota Keluarga

No Nama L/P Hubungan Usia Pendidikan Keadaan umum


02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Keluarga

1. Tn. R L Kepala 53 tahun SMA kurang baik


keluarga

2. Ny. I P Istri 49 tahun Sarjana kurang baik

3. Sdr. S L Anak kandung 23 tahun SMA baik

4. Sdr. A P Anak kandung 17 tahun SMA baik

Genogram

Keterangan :
Ny. I merupakan penderita hipertensi namun teratur dalam meminum obat (sesuai anjuran
dokter), sedangkan Tn. R memiliki gangguan kecemasan, dan tidak bisa tidur sehingga berefek
pada kesehatan salah satunya hipertensi.
4. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. R adalah immediate family yang terdiri dari istri dan anak.
5. Kewarganegaraan/Suku bangsa
kewarganegaraan adalah Sunda/Indonesia. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah
sunda dan indonesia.
6. Status Sosial Ekonomi
Keluarga tidak menyebutkan penghasilan perbulan, namun Tn. R merupakan pensiunan
dan bekerja ringan sebagai gojek sedangkan Ny. I bekerja di salah satu TK sebagai guru
TK.
3.2 Pengkajian Penyakit
1. Dilakukan wawancara sederhana
Tabel 3.2 Wawancara Sederhana

Penyakit yang diderita pada Tn R, Ny. I, Sdr. 1. Tn R, memiliki gangguan kecemasan,


02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

S, dan Sdr A dan tidak bisa tidur sehingga berefek


pada kesehatan salah satunya
hipertensi
2. Ny. I memiliki riwayat hipertensi (7
tahun), dan pernah sekali terjadi
stroke. Tekanan darah pada tgl
14/12/2023 adalah 160/80
3. Sdr. S tidak memiliki
4. Sdr. A tidak memiliki

Pemahaman tentang preventif dan rehabilitatif Ny. I memahami betul tentang kesehatan diri
sendiri, suami dan anaknya.
pada preventif dan rehabilitatif : selain
pengobatan rutin, Ny. I memahami
pencegahan peningkatan tekanan darah,
seperti rutin berolahraga di pagi hari,
mengurangi konsumsi garam. Namun
terkadang Ny. I mengkonsumsi makanan
seperti bakso

Pengobatan yang dilakukan 1. Tn R, konsultasi dokter dan diberikan


beberapa obat antidepresi dan
antihipertensi.
2. Ny I, rutin kontrol ke dokter dengan
beberapa obat yang diberikan :
- asam asetilsalisilat(aspirin)
sebagai antiplatelet dalam
pencegahan stroke
- captopril 25 mg sebagai
antihipertensi
dengan obat tambahan :
- eperisone HCL sebagai
relaksan otot
- lansoprazole sebagai obat
maag/tukak lambung
interaksi obat :
- interaksi serius pada aspirin+captopril
maka perlu pemantauan ketat.
Berdasarkan etiket, tertera jelas bahwa
obat diberikan jeda minum obat.

Pemahaman tentang kepatuhan minum obat dilakukan wawancara menggunakan MMAS-


8

2. wawancara dengan media MMAS-8


02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

wawancara dilakukan kepada Ny. I untuk mengetahui bahwa salah satu anggota keluarga
memahami tentang kepatuhan minum obat

Tabel 3.2 Wawancara dengan media MMAS-8

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda kadang lupa minum obat


untuk penyakit hipertensi?

2. orang terkadang tidak sempat minum


obat bukan karena lupa. selama 2 pekan
terakhir, apakah anda pernah tidak
meminum obat?

3. pernahkah anda mengurangi atau


berhenti minum obat tanpa memberitahu
dokter anda karena kondisi anda
bertambah parah ketika meminum obat
tersebut?

4. ketika anda bepergian atau


meninggalkan rumah, apakah anda
terkadang lupa membawa obat?

5. apakah kemarin anda minum obat?

6. ketika ada merasa sehat, apakah anda


juga terkadang berhenti minum obat?

7. apakah anda merasa terganggu dengan


kewajiban anda terhadap pengobatan
yang harus dijalani?

8. seberapa sering anda mengalami


kesulitan dalam minum obat?
a. tidak pernah
b. kadang/sering/selalu
ket : ya (jika memilih b, tidak jika
memilih a)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dilakukan pemilihan 4 topik yang berkaitan

Tabel 3.2 Pemilihan 4 Topik Edukasi


02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Pemilihan topik alasan

Topik 1 : PHBS topik ini diambil karena pada umumnya


pasien dengan riwayat hipertensi kurang
menjaga pola hidup, sehingga topik PHBS
diangkat untuk mengedukasi pentingnya pola
hidup sehat

Topik 2 : Penyakit menular : TBC, kusta dan topik ini penyakit menular TBC dan kusta
tidak menular : DM, hipertensi diambil karena merupakan penyakit endemik
di Indonesia (kasus masih tinggi) maka
dilakukan edukasi dalam upaya pencegahan
sedangkan topik tidak menular hipertensi dan
DM diambil karena hipertensi merupakan
salah satu riwayat penyakit anggota mitra
keluarga, dan DM dapat terjadi jika hipertensi
tidak ditangani dengan baik (komplikasi)

Topik 3 : Pencegahan dan pengendalian topik ini diambil karena berdasarkan riwayat
hipertensi dan DM penyakit hipertensi dari mitra keluarga.

Topik 4 : Diet hipertensi topik diet hipertensi diambil berdasarkan data


wawancara sebelumnya, dimana salah satu
anggota keluarga terkadang makan makanan
tinggi garam,kolesterol dan lemak. Diet
hipertensi yang kaya akan nutrisi dan serat
diketahui terbukti mampu menurunkan
tekanan darah dalam beberapa minggu (jika
dilakukan dengan benar dan rutin).

BAB IV. PELAKSANAAN PROYEK


4.1 Media edukasi
Media edukasi yang digunakan dalam tiap topik adalah sebagai berikut :
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Gambar 1. Topik 1 PHBS Gambar 2. Topik 3 Pencegahan dan


pengendalian hipertensi dan DM

Gambar 3. Topik 2 Penyakit tidak menular Gambar 4. Topik 4 Penyakit Menular dan Tidak
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

gambar 5. Topik 4 Diet Hipertensi

Media edukasi yang digunakan yaitu berupa leaflet, powerpoint dan video edukasi, berikut tabel
pelaksanaan proyek :
Tabel 4.1 Edukasi Berdasarkan Pemilihan Topik Kesehatan

Topik Media edukasi Keterangan

Topik 1 : PHBS media edukasi yang Edukasi dilakukan via zoom


digunakan adalah leaflet melalui media leaflet. Isi
leaflet berupa pengertian, dan
apa saja yang perlu dilakukan
dalam PHBS

Topik 2 : Penyakit menular media edukasi yang Edukasi dilakukan via zoom
dan tidak menular digunakan adalah leaflet melalui media leaflet yang
kemudian dijelaskan. Isi
leaflet berupa pengertian dari
masing-masing penyakit, dan
cara untuk mencegahnya.

Topik 3 : Pencegahan dan media edukasi yang Edukasi dilakukan di tempat


pengendalian hipertensi dan digunakan adalah powerpoint kerja dari salah satu anggota
DM keluarga mitra, yang
kemudian diberikan
pengarahan melalui media
PowerPoint. Isi dari
PowerPoint berupa
pengertian, pencegahan dan
pengendalian penyakit
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Topik 4 : Diet hipertensi media edukasi yang Edukasi dilakukan di tempat


digunakan adalah video kerja dari salah satu anggota
edukasi keluarga mitra, yang
kemudian diberikan
pengarahan melalui media
video edukasi.

BAB V. DOKUMENTASI
5.1 Dokumentasi dan Kegiatan
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

Kegiatan Gambar Keterangan

kegiatan 1 - Dilakukan perkenalan


14/12/2023 pendek antara kami sebagai
mahasiswa tenaga
kesehatan dengan mitra
keluarga

- Dilakukan wawancara
pendek mengenai penyakit
yang diderita oleh mitra
keluarga

kegiatan 2 dan - Dilakukan penilaian


kegiatan 3 kesehatan keluarga berupa
21/12/23 wawancara menggunakan
instrumen (APGAR,
Family Genogram, dan
MMAS-8)

-anggota mitra keluarga


kemudian di cek tekanan
darahnya

-Dilakukan wawancara
pendek tentang
pengetahuan preventif dan
rehabilitatif terhadap
hipertensi, dan kesehatan
keluarga

kegiatan 4 - Dilakukan edukasi via


10/01/2024 zoom berdasarkan topik 1
dan 2 yang telah dipilih
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

kegiatan 5 dan - Dilakukan edukasi topik 3


kegiatan 6 dan 4 dan penyerahan
17/01/2024 bingkisan
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, A.P. (2018). Khasiat Tanaman Obat untuk Hipertensi. Jakarta: Sarana Pustaka
Prima. Dipiro Joseph T. (2020). PHARMACOTHERAPY (Elevent). McGraw Hill.

Kemenkes.RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.

Notoadmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Permadi, Adi. (2008). Ramuan Herbal Penumpas Hipertensi. Jakarta: Pustaka Bunda.
Pratiwi, A. (2020). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi. Masker Medika, 8(2), 263–267.
https://doi.org/10.52523/maskermedika. v8i2.414
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

LAMPIRAN
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

a. Surat pernyataan bersedia menjadi mitra dalam Pengabdian Kepada Masyarakat


(Interprofessional Education)

b. Surat keterangan telah menyelesaikan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat


(Interprofessional Education) dari mitra
c. Berita Acara Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (Interprofessional Education)
d. Logbook per kelompok
02.150.00/FRM-03/AKD-SPMI

e. Daftar hadir mahasiswa di setiap kegiatan (total 8 kegiatan)

kegiatan 1 kegiatan 2 dan kegiatan 4 kegiatan 5 dan 6


Nama NPM prodi (14/12/23) 3 (21/12/23) (10/01/24) (17/01/2024)
Aliefia Syera 221FF0
Dinna 4019 Farmasi hadir hadir hadir hadir
221FK0
Apriyanti 5004 Keperawatan hadir hadir hadir hadir
L221FK
Indri Yuliyanti 05001 Keperawatan hadir hadir hadir hadir
Khairul El 221FF0
Aswadi 4021 Farmasi - - - hadir
201FK0
Leni Handayani 3009 Keperawatan hadir hadir hadir hadir
Nazri 221FF0
Nursyahbani F 4037 Farmasi - - hadir hadir
201FI03
Riskia Devianti 027 Anestesiologi hadir hadir hadir hadir
Rais 221FF0
Muhammad A.Y 1026 Farmasi - - - -
221FF0
Risti Nurhayati 4040 Farmasi - - hadir hadir
221FF0
Septia Endidto S 4017 Farmasi hadir hadir hadir hadir
221FF0
Siti Rohmah 4018 Farmasi hadir hadir hadir hadir
Thiara Agnis 211FI01
Cahyani 011 Kebidanan - - - -
Widia 20FI030
Pangestika 49 Anestesiologi - - hadir -

Anda mungkin juga menyukai