Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Nivia irmaya utami
2. Yuyun erika
3. Baiq Yulia Azhari
4. Efi sukmawati
5. Dewi restiana popo
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyusun dan menyajikan makalah yang berisi
tentang “ mekanisme maturase limfosit t, aktivasi dan mekanisme efektotya ” Sebagai salah
satu tugas kuliah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
selaku dosen mata kuliah, yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam proses
penyusunan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam
menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan
pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud
penulis.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui lebih
mendalam tentang peran limfosit T dalam sistem imun tubuh manusia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di
timbulkan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme
pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. imunitas atau Sistem imun tubuh
manusia terdiri terdiri dari imunitas alami atau system imunnon spesifik dan imunitas
adaptif atau system imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara
terdepan dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia,
kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel limfosit yang dimana limfosit merupakan
sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata. Ada dua kategori besar
limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit
memiliki peranan penting dan terpadu dalam sistem pertahanan tubuh. Sel limfosit tersebut
meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel T helper, sel T
sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk
mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi
yang baik dan seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi
secara humoral, seluler dan sitokin dalam mekanisme humoral, seluler dan sitokin dalam
mekanisme yang kompleks dan rumit.
6
B. Sel Limfosit T
1. Pengertian Sel T (limfosit T)
Sel T (limfosit T) adalah kelompok sel darah putih yang memainkan peran
yang utama pada kekebalan seluler. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan
kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh
terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T
memori dengan kemampuan untuk berprol memori dengan kemampuan untuk
berproliferasi dengan iferasi dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang
kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika
perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem imun
adaptif.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor
sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida yang terikat pada MHC pada
permukaan sel penyaji antigen (APC). Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan
pengiriman sinyal antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan
seluruh isi seluler, dikirimkan oleh sel target ke antar muka sebagai MHC untuk dipindai
oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T
memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit
atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon imun adaptif
terhadap berbagai macam penyakit dapat diterapkan. Sel T memiliki prekursor berupa sel
punca hematopoietik yang bermigrasi dari sumsum tulang menuju kelenjar timus, tempat
sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada rantai-beta reseptornya. "T" pada kata
sel T adalah singkatan dari kata timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh
dan menjadi matang. Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi
yang berbeda-beda.
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai
limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu membedakan
jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan
setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi
menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk
melawan infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat
infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi,
aksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan.
7
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor
sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada permukaan sel
sehingga menimbulkan antar muka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh
molekul coreceptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan
pengiriman sinyal antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan
seluruh isi selular, dikirimkan oleh sel target ke antar muka sebagai MHC untuk dipindai
oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T
memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit
atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan tiruan
terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.
8
3. Cara Kerja Limfosit T
Limfosit T dalam Sistem Imun Sel-sel imunokompeten agar dapat mengenali
antigen maka pada permukaan sel T dan sel B dilengkapi dengan reseptor molekul.
Reseptor antigen pada permukaan limfosit T berbentuk heterodimer dengan molekul CD3,
sedangkan pada permukaan limfosit B terdapat sebagai molekul imunoglobulin.
Dalam proses pengenalan antigen bakteri atau parasit limfosit B dapat
melaksanakan sendiri tanpa bantuan sel yang lain. Sebaliknya limfosit T tidak dapat
mengenali secara langsung. Proses pengenalan antigen tersebut memerlukan jenis sel lain
yang dinamakan sel pelengkap (Accessory cell) yang berfungsi untuk memproses secara
kimia terlebih dahulu agar antigen dapat disajikan kepada limfosit T bersama-sama dengan
molekul Major Histocompatibility Complez (MHC).
Limposit T hanya dapat menanggapi antigen apabila disajikan oleh sel
pelengkap. Sel pelengkap pertama yang diketahui sebagai penyaji antigen (APC) adalah
sel makrofag. Sel penyaji akan memproses antigen dahulu sebelum disajikan sebagai
molekul yang dikenali oleh limfosit T. Cara memproses dan penyajian antigen“eksogen“
pada umumnya dapat menyebabkan aktivasi limfosit dari sub populasi tertentu sehingga
membantu aktivasi limfosit B dalam memproduksi antibodi. Limfosit T yang berperan
dalam peristiwa ini adalah limfosit T helper (CD 4).
Tidak semua antigen yang dikenal oleh limfosit T berasal dari luar sel penyaji.
Antigen “endogen“ diperoleh oleh sel penyaji sebagai akibat infeksi virus dalam sel atau
dari sel yang telah berubah menjadi ganas. Sel-sel tersebut mengekspresikan antigen khas
virus tumor pada permukaannya. Secara teoritis semua sel dalam tubuh inang mempunyai
kemampuan sebgai sel penyaji antigen “endogen“ yang khas tersebut, terhadap limfosit T
dari sub populasi yang tergolong sel sitotoksik. Sel sitotoksik dapat menanggapi
antigen“endogen“ dengan cara membunuh sel-sel yang menyajikannya.
Ada beberapa hipotesis mengenai cara limfosit T berinteraksi dengan antigen
yang terikat pada MHC. Hipotesis pertama menyatakan bahwa interaksi itu dilakukan
melalui dua reseptor pada permukaan sel T, dimana satu reseptor berinteraksi dengan
antigen sedangkan reseptor yang lainnya berinteraksi dengan MHC. Sedangkan hipotesis
kedua mengemukakan bahwa reseptor pada limfosit T berbentuk reseptor tunggal yang
secara spesifik mengenal dua antigen asing dan antigen MHC secara bersama-sama.
Belakangan ini orang lebih cenderung setuju dengan teori yang kedua. Teori reseptor
9
tunggal tersebut menjelaskan bahwa antigen yang akan diproses dan antigen MHC harus
merupakan suatu kesatuan kompleks yang harus cocok dengan reseptor pengenal tunggal
dari limfosit T. Dengan demikian molekul MHC pada mulanya bertindak sebagai sebagai
reseptor primer untuk antigen yang telah diproses dan selanjutnya sebagai kompleks
molekul baru yang akan berikatan secara tepat dengan reseptor sekunder pada limfosit T
agar terjadi respon imun.
Untuk membangkitkan suatu respon imun, agar antigen dapat ditangkap oleh
limfosit T, maka adanya kesesuaian antara molekul MHC yang berbeda pada setiap
individu dengan antigen yang telah diproses oleh sel inang merupakan tahap pertama yang
sangat menentukan.
(1.) Antigen (bentuk segitiga pada gambar di kiri) yang tertelan.
(2.) Sebagian dicerna.
(3.) Dan kemudian dipresentasikan kepada sel T helper oleh sel khusus yang disebut
makrofag.
(4.) Proses ini mengaktifkan sel T helper untuk melepaskan hormon (limfokin) yang
membantu sel B berkembang.
(5.) Hormon-hormon ini, bersama dengan rekognisi (tanggap) antigen lebih lanjut.
(6.) Mengubah sel B menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi.
(7.) Antibodi (bentuk Y) yang dihasilkan dapat menjadi salah satu dari beberapa jenis
(IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD).
(8.) Antibodi bersesuaian (“cocok”) antigen seperti kunci dan lobang kuncinya. Antigen
demikian tidak berbahaya. Sel T helper juga membantu dalam perkembangan sel-sel T
sitotoksik.
(9.) Yang dapat membunuh antigen secara langsung, memori sel T yang diproduksi.
(10.) Sehingga paparan ulang dari antigen yang sama akan memberikan respon yang lebih
cepat dan efektif.
Limfokin
Dalam perkembangbiakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang
mempunyai efek biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas sel T yang
disensitisasi. Beberapa jenis limfokin yaitu: interleukin, interferon, factor supresor, factor
penolong , dan sebagainya.
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Hartawan, Jerry, 2011, Hubungan Jumlah Limfosit Total dan Limfosit T CD4+
Dengan Ganggungan Fungsi Kognitif Pada Pasien HIV-AIDS, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Widodo, winarso, 2013, Propolis dan Sistem Kekebalan Tubuh,
http://www.kdpbiz.com/?p=2982, http://www.kdpbiz.com/?p=2982, diakses pada tanggal
diakses pada tanggal 15 Oktober 2017. 15 Oktober 2017.
Gina. 2010. Sistem Imun ( Online : http :// ginaangreani 10 wordpress. Com/2010
/06/04 sis 6/04/sistemimun/, diakses pada tanggal 15 Oktober 2017) diakses pada tanggal 15
Oktober 2017).
Ramdany, Fitria. 2012. Mekanisme Sistem Imun Dalam Tubuh. (Online:
http://blog.ub.ac.id/cdrhfitria/2012/09/19/mekanisme-sistem-imun-dalam-tubuh/, e-sistem-
imun-dalam-tubuh/, diakses diakses pada tanggal 14 Oktober 2017)
Wikipedia. Mannan-binding lectin. (Online:
(Online:http://en.wikipedia.org/wiki/Mannan- http://en. Wikipedia. Org/wiki /Mannan-
binding_lectin, diakses pada tanggal 16 Oktober 20 diakses pada tanggal 16 Oktober 2017).
13