Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI


Nama : Friska Situmorang

NPM : 19340274
Kelas : Reguler B

PENDALAMAN TENTANG KODE ETIK APOTEKER


Butir Kode Etik Apoteker:
1. Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah/Janji Apoteker
• Contoh penerapan di lapangan:
1. Melaksanakan asuhan kefarmasin
2. Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik profesi yaitu ilmu, hukum dan etik
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
1. Tidak melaksanakan asuhan kefarmasia. Sanksi pencabutan keanggotaan sementara, atau pencabutan keanggotaan tetap
2. Menyalah gunakan pengetahuan/ilmu untuk berbuat kejahatan. Misalnya, membuat obat-obatan terlarang. Sanksi pencabutan keanggotaan tetap
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Edukasi dan pembinaan khusus untuk peringatan
2. Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
• Contoh penerapan di lapangan:
1. Apoteker harus adil, jujur, dan bertanggung jawab.
2. Memberikan obat sesuai dengan kondisi ekonomi pasien, menjamin keamanan dan khasiat obat baik obat racik di apotek, atau apoteker di industri
yang menjamin keamanan dan khasiat dari obat yang dibuatnya
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker tidak adil, tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Sanksi pencabutan keanggotaan tetap
- Tidak memberikan obat sesuai dengan kondisi ekonomi pasien, menjamin keamanan dan khasiat obat baik obat racik di apotek, atau apoteker di
industri tidak menjamin keamanan dan khasiat dari obat yang dibuatnya. Sanksi pencabutan keanggotaan tetap
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Edukasi dan pembinaan khusus untuk peringatan. Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
3. Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker harus mengerti meghayati dan mengamalkan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi apoteker Indonesia. Kompetensi yang
dimaksud adalah keterampilan dan attitude yang berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik. Pada kompetensi pada ilmu, apoteker mengikuti ujian
kompetensi setiap 5 tahun untuk membuktikan dirinya berkompetensi dalam melaksanakan praktik kefarmasian.
- Jika apoteker mendapatkan pasien kurang mampu, ditawarkan obat yang generic dengan khasiat yang sama dan tidak memaksa pasien untuk
membeli obat patennya
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan kompetesinya. Sanksi pencabutan keanggotaan unruk sementara
- Apoteker memaksa pasien untuk membeli obat paten. Sanksi pencabutan keanggotaan untuk sementara atau bisa juga tetap
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Edukasi dan pembinaan khusus untuk peringatan. Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
4. Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan bidang farmasi pada khususnya
• Contoh penerapan di lapangan:
- Mencari jurnal dan literatur yang terbaru dan up to date mengenai ilmu kefarmasian dan ilmu kesehatan
- Mengikuti seminar-seminar yang membahas mengenai topik kesehatan dan topik kefarmasian
- Mengikuti pelatihan-pelatihan di bidang kesehatan dan bidang kefarmasian
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker tidak mencari jurnal dan literature terbaru, sehingga tidak mengetahui obat-obat terbaru atau obat yang sudah tidak digunakan lagi
- Apoteker menghadiri seminar dengan terpaksa hanya untuk mendapatkan SKP dan tidak memperhatikan dengan serius sehingga tidak
mendapatkan ilmu
- Apoteker tidak sungguh-sungguh dalam melakukan pelatihan sehingga tidak bisa mengimplementasikan ke dalam dunia kerja
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Edukasi dan pembinaan khusus untuk peringatan. Sanksi pencabutan keanggotaan untuk sementara atau bisa juga tetap Pengaturan pemberian sanksi
ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO) 5
5. Di dalam menjalankan tugasnya, seorang apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker memberikan obat yang sesuai dengan kemampuan ekonomi dan kebutuhan pasien.
- Apoteker menentukan harga jual obat sesuai dengan harga yang ditetapkan (tidak melebihi HET)
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
1. Berbohong kepada pasien bahwa obat generic sudah habis, sehingga mengganti dengan obat paten untuk mendapatkan keuntungan besar. Sanksi
pencabutan isin praktek sementara
2. Menjual obat jauh dari harga eceran tertinggi sehingga keuntungan lebih besar. Sanksi pencabutan isin praktek untuk sementara
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Edukasi dan pembinaan khusus untuk peringatan. Sanksi pencabutan keanggotaan untuk sementara atau bisa juga tetap Pengaturan pemberian sanksi
ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker mampu menjaga kerahasian informasi terkait pasien mengenai penyakit dan riwayat pengobatannya
- Apoteker memberikan informasi mengenai pengobatan secara jujur dan tepat tanpa menyesatkan atau membingungkan terkait pengobatan atau
harga obat yang dijual
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker membocorkan penyakit dan riwayat pengobatan pasien kepada pihak lain yang tidak berkepentingan baik itu karena kelalaian atau
disengaja
- Apoteker memaksakan pembelian obat A kepada pasien padahal dokter meresepkan obat B, karena apoteker merasa lebih pintar dari dokter
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Edukasi dan pembinaan khusus untuk peringatan. Sanksi pencabutan keanggotaan untuk sementara atau bisa juga tetap Pengaturan pemberian sanksi
ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
7. Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker menjelaskan mengenai informasi obat kepada pasien dengan bahasa yang mudah dan dapat dipahami orang awam, dengan sopan dan
tidak berbelit-belit,. Contohnya saat menjelaskan mengenai obat untuk dislipidemia, dijelaskan dengan “obat ini digunakan untuk menurunkan
kolesterol”, bukan “obat ini diindikasikan untuk menurunkan kadar LDL”. Informasi yang disampaikan juga harus lengkap untuk memastikan
keberhasilan terapi
- Untuk dapat memberikan informasi pada saat konseling, apoteker juga harus menanyakan terlebih dahulu kepada pasien tentang “Three prime
question” untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman pasien berdasarkan informasi dari dokter atau pembuat resep sehingga
apoteker dapat memberikan informasi yang benar dan dibutuhkan oleh pasien untuk melengkapi informasi yang telah diketahui sebelumnya
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker tidak memberikan informasi obat kepada pasien dengan lengkap dan jelas, menggunakan bahasa yang sulit dipahami
- Apoteker tidak memastikan pemahaman dan pengetahuan pasien pada saat memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan dapat
berbeda atau tumpang tindih dengan yang diberikan dokter sehingga pasien menjadi bingung atau tidak percaya terhadap informasi dari apoteker
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
- Pemberian peringatan tertulis.
- Rekomendasi pembekuan dan pencabutan STRA atau SIPA.
- Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker
8. Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker harus selalu memperbaharui informasi mengenai peraturan perundang-undangan, baik perundang-undangan tentang kesehatan pada
umumnya, mengenai profesi kesehatan lain untuk mempermudah kolaborasi antar profesi, dan mengenai praktik kefarmasian melalui media
cetak, situs bpom, atau melalui organisasi profesi.
- Apoteker pada fasilitas pelayanan kesehatan maupun industri harus menyediakan SPO untuk memastikan pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh
pihak yang berwenang untuk melakukannya, dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan sehingga menjamin validitas,
kebenaran, mutu dan kualitas pekerjaan kefarmasian yang dilakukan, serta menjamin keselamatan praktisi/operator yang melakukan.
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker tidak memperbaharui pengetahuannya mengenai peraturan terbaru sehingga tidak mengetahui adanya aspek-aspek yang sudah tidak
berlaku (contoh: sudah tidak ada SIK pada peraturan perundangan terbaru), salah melakukan prosedur perizinan (contoh: sudah ada peraturan
terbaru mengenai perizinan apotek), serta kemungkinan melakukan Kemungkinan Pelanggaran dalam pekerjaan kefarmasian karena sudah tidak
sesuai dengan peraturan terbaru
- Apoteker tidak membuat SPO pada fasilitas pelayanan kefarmasian sehingga pekerjaan kefarmasian dilakukan dengan pihak yang tidak
berwenang untuk itu, pekerjaan tidak valid, tidak dapat dipastikan dan dijamin mutunya, kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar, serta
tidak dapat menjamin keselamatan operator/praktisi yang melakukan
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
- Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian sesuai dengan kebutuhan pasien/sesuai indikasi secara maksimal dengan memastikan rasionalitas,
mutu, serta kualitas pelayanan yang diberikan dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan pasien, serta efek samping atau reaksi
yang tidak diinginkan yang mungkin muncul
- Apoteker dapat melakukan pelayanan swamedikasi kepada pasien yang membutuhkan rekomendasi obat untuk keluhan yang dirasakan,
dilengkapi dengan infromasi terkait atau dapat juga dilakukan konseling jika dibutuhkan
9. Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker tidak melayani pasien secara maksimal sesuai dengan kebutuhan pasien, pengobatan yang diberikan tidak rasional, tidak terjamin
mutunya (contoh: sediaan sudah rusak), dan pengobatan yang diberikan tidak dapat menjamin keselamatan dan keamanan pasien (contoh:
banyaknya drug related problem)
- Apoteker tidak memberikan pelayanan swamedikasi kepada pasien yang ingin secara mandiri melakukan terapi pengobatan, pengobatan
swamedikasi yang diberikan tidak tepat, serta informasi yang harus diberikan tidak lengkap sehingga terjadi kesalahan pada swamedikasi pasien
yang dapat membahayakan keselamatan pasien (contoh: risiko efek samping kantuk pada pasien yang akan mengemudi tidak diberikan).
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker tidak memperbaharui pengetahuannya mengenai peraturan terbaru sehingga tidak mengetahui adanya aspek-aspek yang sudah tidak
berlaku (contoh: sudah tidak ada SIK pada peraturan perundangan terbaru), salah melakukan prosedur perizinan (contoh: sudah ada peraturan
terbaru mengenai perizinan apotek), serta kemungkinan melakukan Kemungkinan Pelanggaran dalam pekerjaan kefarmasian karena sudah tidak
sesuai dengan peraturan terbaru
- Apoteker tidak membuat SPO pada fasilitas pelayanan kefarmasian sehingga pekerjaan kefarmasian dilakukan dengan pihak yang tidak
berwenang untuk itu, pekerjaan tidak valid, tidak dapat dipastikan dan dijamin mutunya, kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar, serta
tidak dapat menjamin keselamatan operator/praktisi yang melakukan
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
- Pemberian peringatan tertulis dan pembinaan dari IAI
- Rekomendasi pembekuan dan pencabutan STRA atau SIPA.
- Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker
10. Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker tidak membuka apotek yang bersebelahan dengan apotek yang sudah ada.
- Apoteker melakukan komunikasi dengan baik dan efektif pada teman sejawatnya
- Apoteker tidak mengambil alih pekerjaan teman sejawat tanpa seizin apoteker yang bersangkutan.
- Apoteker dan tenaga kesehatan lainnya berbagi pengetahuan dan pengalaman.
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker membuka apotek bersebelahan dengan apotek yang sudah ada.
- Apoteker melakukan kesalahan saat skrining resep dokter
- Apoteker berkomunikasi secara tidak sopan dan tidak santun kepada teman sejawat.
- Apoteker tidak berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada teman sejawatnya.
- Apoteker membicarakan kekurangan apotek lain di lingkungan sekitar
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Mendapat teguran dan pembinaan dari IAI. Apabila masih melanggar, dapat dilaporkan kepada majelis etik untuk dilakukan sidang
11. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker mengingatkan dan menasehati sejawat apoteker lain apabila menjual obat narkotika, psikotropika dan obat keras bukan di daftar DOWA
tanpa menggunakan resep dokter.
- Apoteker mengingatkan dan menasehati rekan sejawatnya untuk memberikan opsi memilih obat generik atau paten bagi pasien.
- Apoteker mengingatkan sejawat apoteker lain untuk membeli obat di PBF resmi yang memiliki izin
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Terdapat apoteker yang obat narkotika, psikotropika dan obat keras bukan di daftar DOWA tanpa menggunakan resep dokter.
- Terdapat Apoteker yang tidak jujur kepada pasien.
- Terdapat apoteker yang membeli dan menjual kembali pbat-obat yang berasal dari PBF yang tidak memiliki surat izin resmi.
- Terdapat apoteker yang tidak memberikan opsi memilih obat generik atau paten bagi pasien
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Pembinaan, surat peringatan, dan pencabutan anggota sementara maupun tetap.
12. Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama apoteker didalam memelihara
keluhuran martabat, jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker lulusan instansi A dipasangkan dengan apoteker alumni instansi B saling bekerja sama dengan baik untuk memberikan pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat.
- Apoteker senior di IFRS X memberi informasi penting dan bertukar pengetahuan kepada Apoteker junior di IFRS X sehingga timbul rasa hormat
dan saling percaya untuk bekerja sama
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Persaingan antar apoteker di instalasi pelayanan kefarmasian yang tidak sehat.
- Apoteker senior mengintimidasi apoteker junior.
- Antar apoteker di suatu instalasi farmasi saling tidak percaya
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Pembinaan, surat peringatan, dan pencabutan anggota sementara maupun tetap.
13. Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai, dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker menjalin hubungan baik dengan Tenaga teknis kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, menjalankan pekerjaan sesuai
dengan pembagian tugas yang telah diatur dalam struktur organisasi.
- Bertanggung jawab atas pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh TTK ataupun apoteker itu sendiri.
- Menghargai keputusan dokter dalam meresepkan obat untuk pasien dan mengonfirmasi pemilihan obat oleh dokter dengan sikap yang baik dan
tidak menyalahkan
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker melimpahkan seluruh pekerjaan kepada TTK, sehingga apoteker tidak melakukan tugasnya dan beban kerja TTK menjadi tinggi serta
tidak sesuai dengan kompetensi TTK
- Apoteker penanggung jawab tidak menyediakan ruang kerja yang nyaman untuk TTK atau apoteker lainnya yang bekerja di sarana pelayanan
kefarmasian atau tempat kerja lainnya.
- Apoteker mengubah isi resep atau tidak mengomunikasikan kebenaran isi resep kepada dokter
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.
14. Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.
• Contoh penerapan di lapangan:
- Mengomunikasikan dengan baik pemilihan obat atau regimen dosis obat yang tertulis pada resep kepada dokter penulis resep apabila ditemukan
adanya interaksi obat atau regimen dosis yang tidak tepat, serta merekomendasikan pemilihan obat atau regimen dosis yang tepat.
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker menyebarkan kejelekan dokter kepada pasien sehingga menimbulkan keengganan pada pasien untuk berobat kembali ke dokter yang
bersangkutan. Misalnya mengatakan bahwa dokternya masih muda sehingga sering salah meresepkan obat untuk pasien
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.
15. Seorang Apoteker bersungguh – sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas
kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/ organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Contoh penerapan di lapangan:
- Apoteker mengakui, bertanggung jawab, dan menerima sanksi dari IAI apabila melakukan kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja
yang tidak sesuai dengan kode etik apoteker Indonesia.
• Contoh kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi:
- Apoteker tidak mengakui kesalahan yang diperbuatnya dan tidak mau bertanggung jawab, serta menyalahkan orang lain atas kesalahan yang
diperbuatnya. Apoteker menghindar dari pengkajian yang dilakukan oleh MPEAD.
• Upaya untuk penigkatan kepatuhan:
Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.
PENDALAMAN TENTANG PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER

No. Butir Pedoman Disiplin Contoh Penerapan di Lapangan Kemungkinan terjadinya pelanggaran dan
sanksi
1 Melakukan praktik kefarmasian dengan Berkewajiban untuk mengikuti pendidikan Melakukan kesalahan dalam menghitung dosis,
tidak kompeten berkelanjutan yang terkait dengan kesalahan pemilihan obat serta pemberian informsai yang
yang diperbuat. Mengulangi belajar di perguruan kurang lengkap kurang dan jelas.
tinggi. Sanksi :
Teguran lisan dan diadakan simulasi yang
disaksikan oleh saksi ahli
2 Membiarkan berlangsungnya praktik Kegiatan di apotek tetap berlangsung Asisten apoteker melayani resep narkotika di
kefarmasian yang menjadi meskipun Apoteker penangung jawab tidak apotek, resep ini seharusnya dilayani oleh apoteker.
tanggungjawabnya, tanpa kehadirannya, berada di di tempat dan tidak tidak menunjuk Sanksi:
ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ Apoteker pengganti/pendamping pada waktu Surat peringatan dan pelaporan ke MEDAI
atau Apoteker pendamping yang sah. Apoteker Pengelelola Apotek (APA) atau
apoteker penanggung jawab tidak bisa bisa hadir
pada jam buka apotek.
3 Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga Apoteker meminta tenaga teknis kefarmasian Mendelegasikan perhitungan dosis infus kepada
kesehatan tertentu dan/ atau tenaga-tenaga menyerahkan OWA (Obat Wajib Apoteker) dan perawat
yang tidak memiliki kompetensi untuk melakukan konseling terhadap obat keras Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena
melaksanakan pekerjaan tersebut padahal apoteker berada di tempat dan sedang Sanksi :
tidak melakukan apapun. berupa teguran dan pembinaan dari Ikatan
Apotker Indonesia (IAI). Jika terjadi
kerugian/kematian pada pihak pasien, apoteker
dapat dituntut yang berakibat pada pencabutan izin
praktik.

4 Membuat keputusan profesional yang tidak Apoteker di apotek menjelaskan kepada pasien Membuat keputusan terapi sepihak : mengganti
berpihak kepada kepentingan bahwa terdapat obat dagang dan obat generik. obat yang diresepkan dokter dengan obat lain yang
pasien/masyarakat Apoteker menjelaskan bahwa obat dagang komposisinya sama tanpa adanya persetujuan
dengan obat generik memberikan khasiat yang pasien.
sama saja, perbedaannya hanya terletak pada Adanya apoteker yang bekerja sebagai Medical
merk sehingga obat dagang dapat memiliki Representative yang lebih mengutamakan
harga yang lebih mahal dibandingkan dengan keuntunganpenjualan produk.
obat generik, walaupun kandungan zat aktif dan Pemilihan obat dagang untuk pengobatan
khasiatnya sama.Apoteker harus menyetujui masyarakat padahal tersedia obat generik dengan
permintaan pasien apabila pasien lebih memilih indikasi dan manfaat sama dengan harga yang lebih
untuk membeli obat generik dengan harga dapat dijangkau oleh masyarakat.
yang lebih mudah dijangkau oleh pasien. Tidak menjaga kerahasiaan penyakit pasien.
Apoteker tidak boleh semata-mata hanya Sanksi :
mementingkan keuntungan pribadi saja Teguran antar sejawat
5 Tidak memberikan informasi yang sesuai, Apoteker selalu memperbaharui Melakukan pelayanan konseling menggunakan
relevan, dan up to date dengan cara yang pengetahuannya dengan cara mengikuti bahasa medis yang tidak dimengerti pasien
mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat pelatihan, seminar, dan sebagainya Sanksi: pemberian peringatan tertulis
sehingga berpotensi menimbulkan Apoteker memberikan informasimengenai obat-
kerusakan dan/ atau kerugian pasien obat khusus yangmungkin jarang digunakan
oleh pasien.Contoh: suppositoria,
inhaler, insulin, dll
6 Tidak membuat dan/atau tidak Berdasarkan standar prosedur operasional Pada contoh diatas, apoteker yang mendapat resep
melaksanakan Standar Prosedur bagian percikan obat menjadi kapsul(pada berisi aspirin enteric coated , yang seharusnya
Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi pedoman praktik apoteker bagian D halaman tidak boleh digerus justru digerusoleh apoteker
seluruh personil disarana 75). Pada poin 2 tertulis untukobat-obat yang tersebut. Dan mortir dan stamper yang digunakan
pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai tidak dapat digerus seperti lepas lambat, obat untuk menggerus tidak dicuci terlebih dahulu
dengan kewenangannya. salut, dan lain-laintidak bisa digerus. Apabila dan membagiserbuk ke dalamkapsul tidak sama
banyak.
digerus harusdilakukan konfirmasi.
Tidak ada lemari khusus narkotika atau lemari
Tidak ada SOP penerimaan dan peracikanresep.
narkotika diletakkan di dekat etalase obat sehingga
•Tidak ada SOP penanganan narkotika. terlihat oleh pasien dan pelanggan apotek sehingga
•Tidak membuat SOP pengoperasian alat. resiko tinggi terjadi penyalahgunaan narkotika.
•Tidak memusnahkan resep yang telah Sanksi :
disimpan 5 tahun 1. Peringatan tertulis dari MEDAI .
2. Jika setelah diberi peringatan tetap melakukan
pelanggaran, maka ia mendapat rekomendasi
pembekuan dan/ atau pencabutan STRA atau
SIPA.

7 Memberikan sediaan farmasi yang tidak Seorang nenek usia 62 tahun menderita crohn Bentuk Pelanggaran Disiplin
terjamin mutu, keamanan, dan khasiat disease yang seharusnya menerima resep obat 1.Tidak memberikan sediaan farmasi yang sesuai
obat/manfaat kepada pasien prednisolon, namun pasien menerima obat dengan resepsehingga tidak memberikan efek
glikazid. Pasien tidak sadarkan diri dan terapi yang diinginkan hinggamenyebabkan
meninggal akibat hipoglikemia setelah kerugian/kematian pasien.
konsumsi glikazid
2.Suatu bentuk pelanggaran atas undang-undang
perlindungankonsumen, dan pekerjaan/pelayan
kefarmasian.
Sanksi Disiplin
1.Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau SuratIzin Kerja Apoteker.
8 Melakukan Pengadaan (termasuk produksi 1. Apoteker A di apotek B memesan obat C Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
dan distribusi) obat dan/ bahan baku obat, yang berupa sediaan blister kepada PBF X 1. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan
tanpa prosedur yang berlaku, sehingga sebanyak 2 dus @12. Ketika barang datang 1 distribusi) obat dan atau bahan baku obat, tanpa
berpotensi menimbulkan tidak terjaminnya minggu kemudian asisten apoteker mengecek prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi
mutu, khasiat obat. kelengkapan faktur, surat pesanan dan menimbulkan tidak terjaminnya mutu, khasiat
kondisi fisik obat serta kelengkapan lainnya. obat.
Ternyata ditemukan kondisi kardus dalam 2. Tidak aktif (malas) mencari informasi terkait
keadaan basah dan blister obat rusak. peraturan perundang-undangan.
Apoteker A mengkonfirmasi kerusakan 3. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian,
tersebut pada Apoteker penanggung jawab melakukan yang seharusnya tidak dilakukan
(APA) di apotek tersebut dan APA meretur atau tidak melakukan yang seharusnya
obat tersebut. dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab
2. Seharusnya distribusi ini menjadi tanggung profesionalnya tanpa alasan pembenar yang sah,
jawab apoteker di distributor. Dimana sehingga dapat membahayakan pasien.
apoteker di bagian distributor harus dapat Sanksi Disiplin
memastikan distribusi obat berlangsung Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI
aman. Dikhawatirkan dengan kerusakan berdasarkan Peraturan per-UU-an yang berlaku :
kemasan dapat mempengaruhi kerusakan zat 1. Pemberian peringatan tertulis;
aktif obat pada saat pengiriman. 2. Rekomendasi pembekuan dan/ atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat
Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja
Apoteker; dan/ atau
3. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan
di Institusi Pendidikan Apoteker;
4. Peringatan dan pembinaan dari organisasi
keprofesian.
9 Tidak menghitung dengan benar dosis obat, 1. Dalam produksi sediaanobat, apoteker Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
sehingga dapat menimbulkan kerusakan Kesalahan dalam regimen dosis.
memastikan bahwa sediaan yang diproduksi
atau kerugian kepada pasien. tepat kadar melalui QC dan QA. Sanksi Disiplin
2. Apoteker melakukan perhitungan dosis Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI
berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku
dengan benar untuk pasien kondisi khusus,
pediatric, gagal ginjal, dll. yaitu:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/ atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat
Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja
Apoteker; dan/ atau
3. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau
pelatihan di Institusi Pendidikan Apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi
atau Surat Izin Praktik yang dimaksud dapat
berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda
Registrasi atau Surat Izin Praktik sementara
selama-lamanya 1 tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda
Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap atau
selamanya;
3. Kewajiban mengikuti Pendidikan apoteker
yang dimaksud dapat berupa : Pendidikan
formal; atau pelatihan dalam pegetahuan dan/
atau keterampilan, magang di Institusi
Pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan
jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan
yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 bulan dan
paling lama 1 tahun.
10 Melakukan penataan, penyimpanan obat Apoteker menyusun dan menyimpan obat- Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
tidak sesuai standar, sehingga berpotensi obatan sesuai dengan standar ketentuan Menyimpan sediaan farmasi dengan penyimpanan
menimbulkan penurunan kualitas obat. penyimpanan yang berlaku. khusus tidak pada tempatnya. Contohnya : sediaan
insulin yang seharusnya disimpan dalam lemari
pendingin, disimpan dalam lemari biasa.
Sanksi Disiplin
Mendapat peringatan tertulis dari MEDAI (Majelis
Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia) dan/atau
kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
Institusi Pendidikan Apoteker.
11 Menjalankan praktik kefarmasian dalam Apoteker yang baru saja menjalani operasi Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun sehingga perlu istirahat, berhenti sejenak dari Apoteker melayani pelayanan swamedikasi
mental yang sedang terganggu sehingga pekerjaannya di Apotek dan mencari Apoteker terhadap penyakit berat seperti penyakit jantung.
merugikan kualitas pelayanan profesi. pendamping/ pengganti untuk menggantikannya Sanksi Disiplin
sementara hingga kesehatan membaik kembali. Diberikan peringatan dan pembinaan.
12 Dalam penatalaksanaan praktik Apoteker tidak melayani pelayanan swa- Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kefarmasian, melakukan yang seharusnya medikasi diluar kewenangan yang seharusnya. 1. Apoteker melayani antibiotik tanpa resep
tidak dilakukan atau tidak melakukan yang dokter;
seharusnya dilakukan, sesuai dengan 2. Apoteker mengganti obat generik dengan obat
tanggung jawab profesionalnya, tanpa paten dengan harga mahal tanpa konfirmasi
alasan pembenar yang sah, sehingga dapat kepada pasien
membahayakan pasien. 3. Saat melakukan pelayanan swamedikasi,
Apoteker lupa menginformasikan pada pasien
bahwa penggunaan sediaan suppositoria bukan
penggunaan oral/ tetapi digunakan melalui
anus
Sanksi Disiplin
Dilakukan peringatan berupa teguran diikuti
dengan pembinaan khusus.
13 Melakukan pemeriksaan atau pengobatan Menurut WHO dalam hal ini swa-medikasi Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
dalam pelaksanaan praktik swa-medikasi Apoteker berperan sebagai komunikator, Apoteker mendiagnosis pasien dengn keluhan nyeri
(self medication) yang tidak sesuai dengan penyedia obat, sebagai pengajar dan pengawas, perut setelah makan dan nyeri uluhati sebagai
kaidah pelayanan kefarmasian. sebagai kolaborator dan sebagai promotor penyakit tukak peptic yang disebabkan infeksi
kesehatan. bakteri H. pylori dan memberikan terapi antibiotik
dan obat golongan Proton Pump Inhibitor.
Seharusnya penegakan diagnosis dilakukan atas
pemeriksaan dokter dan pemeriksaan laboratorium.
Sanksi Disiplin
Kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan di
Institut Pendidikan Apoteker.
14 Memberikan penjelasan yang tidak jujur, Apoteker dalam melaksanakan PIO kepada Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
dan/ atau tidak etis, dan/tidak objektif pasien, tema sejawat, dan Nakes lain juga ketika Apoteker tidak menjelaskan efek samping serius
kepada yang membutuhkan. melakukan konseling dengan pasien atau obat yang diterima pasien dengan jujur, etis dan
keluarga pasien harus memberikan penjelasan objektif kepada pasien karena takut pasien akan
yang benar, jujur, etis dan objektif mengenai menolak menggunakan obat-obatan tersebut dan
obat atau jenis pengobatan yang diberikan. tidak jadi membeli obat.
Pemilihan obat bias melalui memeberikan Sanksi Disiplin
kebebasan kepada pasien terkait menggunakan Pemberian Peringatan Tertulis.
obat paten/ generic, pilihan harga obat, terkait
resiko efek samping dari pengobatan dan
perhatian serta peringatan yang harus diketahui
oleh pasien.
15 Menolak atau menghentikan pelayanan Pada saat pelayanan resep di apotik, apoteker Contoh Pelanggaran:
kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan melakukan pelayanan kefarmasian pada semua Tidak melayani resep yang ingin ditebus oleh
yang layak dan sah. kalangan pasien. pasien, padahal stok obatnya ada karena memiliki
masalah pribadi dengan pasien.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis; dan atau
rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
16 Membuka rahasia kefarmasian kepada Menjaga kerahasiaan data penting misalnya Contoh Pelanggaran:
yang tidak berhak. rekam medik dan resep oba pasien dengan tidak Memberikan resep yang telah ditebus pasien,
menyebarkannya. kepada dokter lain yang bukan dokter penulis resep.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis; dan atau
rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
17 Menyalahgunakan kompetensi Melakukan kegiatan penjualan obat ke pasien Contoh pelanggaran :
Apotekernya. berdasarkan aturan yang ditetapkan dan SOP Menjual obat golongan narkotik kepada kenalan
pelayanan resep. dengan harga yang kebih tinggi, tanpa adanya resep
dokter.
Sanksi:
Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
18 Membuat catatan dan/atau pelaporan Setiap terjadi transaksi sediaan farmasi harus Contoh Pelanggaran:
sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak dilakukan pencatatan pada kartu stok. Seorang Apoteker yang bekerja di Apotek tidak
benar. membuat kartu stock obat dan/atau kartu stock
tidak selalu diisi walaupun ada pembelian obat.
Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis
19 Berpraktik dengan menggunakan Surat Tidak melakukan kegiatan praktik apoteker jika Contoh Pelanggaran:
Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau apoteker belum memiliki STR, SIPA dan Seorang Apoteker memalsukan SIPA dengan cara
Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Sertifikat komptensi yang legal. meng-scan SIPA orang lain, kemudian mengubah
Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat nama, alamat serta identitas lainnya sesuai dengan
kompetensi yang tidak sah. datanya.
Sanksi:
Pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda
Registrasi Apoteker, atau Surat Izin Praktik
Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
20 Tidak memberikan informasi, dokumen Menyerahkan bukti dan menyampaikan Contoh pelanggaran :
dan alat bukti lainnya yang diperlukan informasi tertentu mengenai suatu pengaduan Menyembunyikan/menghilangkan alat bukti berupa
MEDAI untuk pemeriksaan atas kepada MEDAI secara detail dan lengkap. resep asli yang memiliki kekeliruan, untuk
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin melindungi dokter yang salah dalam penulisan obat
sehingga berakibat fatal bagi pasien.
Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis
21 Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau Mempromosikan/mengiklankan pelayanan Contoh Pelanggaran:
kelebihan kemampuan/pelayanan yang kefarmasian terkait obat sesuai dengan Apoteker menawari obat paten ke pasien dengan
kebenarannya. alasan lebih efektif/manjur dibandingkan obat
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang generik, tetapi harganya yang lebih mahal tidak
tidak benar atau menyesatkan. disampaikan.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis
22 Membuat keterangan farmasi yang tidak Membuat laporan mengenai monitoring kegiatan Contoh Pelanggaran:
didasarkan kepada hasil pekerjaan yang tertentu yang dilakukan sesuai dengan aturan Apoteker melaporkan MESO penggunaan
diketahuinya secara benar dan patut. yang ditetapkan antibiotik pada pasien sepsis di RS X, tetapi
monitoringnya tidak dilakukan setiap hari.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis dan mengikuti
pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.

Anda mungkin juga menyukai