Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

KODE ETIK DAN PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER

Disusun Oleh:

Nama : Jati Resti Marwati


Nim : 2004016178
Kelas : A 35 (Pagi)

Dosen : Drs. apt. Fauzi Kasim, M.Si.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA
2021
A. Kode Etik Apoteker

Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah/Janji
Apoteker

Contoh Penerapan di Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi


Lapangan

1. Membantu masyarakat 1. Membuat obat-obatan yang terlarang


dalam memberikan
2. Menceritakan riwayat pengobatan pasien ke orang lain yang
informasi terkait obat,
bakti sosial. tidak berhak mengetahui
2.Merahasiakan kondisi
3. Mendahulukan pasien yang kaya dibangingkan dengan yang
pasien, resep dan
kurang berada
medication record pasien
4. Tidak bertanggung jawab ketika salah memberikan obat
kecuali untuk proses
5. Tidak menunjuk apoteker pengganti, atau mendelegasikan
hukum.
kepada tenaga kesehatan yang tidak kompeten ketika tidak
3.Tidak memanfaatkan
berada di tempat praktek kefarmasian yang menjadi
pengetahuan kefarmasian
tanggungjawabnya
untuk tujuan yang tidak
6. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang
membuat kerusakan,
seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
kerugian, ataupun
seharusnya yang dilakukan, sesuai tanggung jawab
kejahatan. Misalnya,
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membuat obat-obatan
membahayakan pasien
terlarang.
7. Tidak menghitung dengan benar dosis obat
4.Bekerja dengan
Sanksi : Sanksi dari organisasi berupa pembinaan, peringatan,
bersungguh-sungguh,
pencabutan keanggotaan sementara, atau pencabutan
jujur, dan bertanggung
keanggotaan tetap. Pelanggaran etik tersebut diselesaikan atau
jawab, menjaga nama baik
disidang oleh Ikatan Apoteker Indonesia
profesi dimanapun bekerja.
Misalnya memberikan
informasi obat dengan
jelas dan benar, dan
bertanggung jawab
memberikan solusi jika
terdapat kesalahan.
5.Harus adil dalam
memberikan pelayanan
pada semua orang, tanpa
melihat latar belakang
orang tersebut.
6.Selalu mengingat dan
berkomitmen terhadap
sumpah yang telah
diikrarkan di bawah kitab
suci serta mengamalkan
dalam kehidupan sehari-
hari.

Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia

Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi

1. Apoteker harus adil, jujur, dan 1. Membuat apotek di samping apotek atau yang sangat dekat
bertanggung jawab. Apoteker dengan apotek lainnya
juga harus selalu mengikuti 2. Menjelek-jelekkan apotek lain
perkembangan di bidang 3. Menjelek-jelekkan profesi lain
kesehatan dan farmasi untuk 4. Pindah alamat apotek tanpa izin, karena pada saat
meningkatkan kompetensinya, pengajuan apotek telah dicantumkan denah dan lokasi
terus memperbarui apotek.
pengetahuan di bidang 5. Menjual obat palsu
farmasi, dan mengikuti 6. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau
perkembangan kebijakan belum dimusnahkan.
pemerintah di bidang Sanksi : Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam
kesehatan. peraturan organisasi (PO)
2. Memberikan obat sesuai
dengan kondisi ekonomi
pasien, menjamin keamanan
dan khasiat obat baik obat
racik di apotek, atau apoteker
di industri yang menjamin
keamanan dan khasiat dari
obat yang dibuatnya
3. Apoteker berlaku sesuatu
kepada teman sejawat
sebagaimana ingin di
berlakukan oleh teman
sejawat. Misalkan apoteker
tidak dengan sengaja
mendirikan apotek di sebelah
apotek lainnya, atau menjelek-
jelekkan apotek lainnya
4. Jujur, menjalin hubungan
yang baik, menghormati, dan
jika ada masalah selesaikan
masalah dengan komunikasi
yang baik.

Pasal 3
Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya.

Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi

1. Apoteker harus mengerti 1. Apoteker tidak memberikan informasi obat dan konseling
meghayati dan mengamalkan kepada pasien.
kompetensi sesuai dengan 2. Melakukan produksi, distribusi dan pengadaan obat/bahan
standar kompetensi apoteker baku obat tanpa prosedur yang berlaku sehingga berpotensi
Indonesia. Kompetensi yang menimbulkan tidak terjaminnya mutu dan khasiat obat.
dimaksud adalah keterampilan 3. Memberi informasi terkait pasien terhadap orang yang
dan attitude yang berdasarkan tidak berhak mengetahuinya
pada ilmu, hukum, dan etik. 4. Apoteker memaksa pasien untuk membeli obat paten
Pada kompetensi pada ilmu, 5. Menjual obat daftar G (daftar obat keras) kepada yang tidak
apoteker mengikuti ujian berhak.
kompetensi setiap 5 tahun Sanksi : Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam
untuk membuktikan dirinya peraturan organisasi (PO)
berkompetensi dalam
melaksanakan praktik
kefarmasian.
2. Apoteker tidak menjual obat
palsu walaupun diiming-
imingi keuntungan besar.
Apoteker tidak membeda-
bedakan dalam melayani
pasien
3. Apoteker merahasiakan resep
obat dan data riwayat
kesehatan dan pengobatan
pasien
4. Jika apoteker mendapatkan
pasien kurang mampu,
ditawarkan obat yang generik,
tidak memaksa pasien untuk
membeli obat patennya
5. Apoteker melakukan
konseling dengan pasien
dalam menentukan pemilihan
obat dan memberikan
informasi yang tepat kepada
pasien dengan
mempertimbangkan kondisi
pasien.
6. Memberikan obat yang paling
aman dan berkhasiat dan tepat
indikasi saat dibutuhkan
PASAL 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan bidang farmasi pada khususnya
Contoh Penerapan di Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
Lapangan
1. Mencari jurnal dan literatur 1. Apoteker tidak mencari jurnal dan literature terbaru,
yang terbaru dan up to date sehingga tidak mengetahui obat-obat terbaru atau obat yang
mengenai ilmu kefarmasian sudah tidak digunakan lagi
dan ilmu kesehatan 2. Apoteker menghadiri seminar dengan terpaksa hanya untuk
2. Mengikuti seminar-seminar mendapatkan SKP dan tidak memperhatikan dengan serius
yang membahas mengenai sehingga tidak mendapatkan ilmu
topik kesehatan dan topik 3. Apoteker tidak sungguh-sungguh dalam melakukan
kefarmasian pelatihan sehingga tidak bisa mengimplementasikan ke
3. Mengikuti pelatihan-pelatihan dalam dunia kerja
di bidang kesehatan dan Sanksi : teguran dan pembinaan dari IAI, jika nilai SKP tidak
bidang kefarmasian cukup, tidak dapat memperpanjang STRA, jika terjadi kerugian
pada pihak pasien maka apoteker dapat dituntut dan berakibat
pencabutan ijin praktik
PASAL 5
Di dalam menjalankan tugasnya, seorang apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian
Contoh Penerapan di Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
Lapangan
1. Apoteker memberikan obat 1. Berbohong kepada pasien bahwa obat generic sudah habis,
yang sesuai dengan sehingga mengganti dengan obat paten untuk mendapatkan
kemampuan ekonomi dan keuntungan besar
kebutuhan pasien. 2. Menjual obat jauh dari harga eceran tertinggi sehingga
2. Apoteker menentukan harga keuntungan lebih besar
jual obat sesuai dengan harga 3. Mau memberikan pelayanan kepada masyarakat jika gaji
yang ditetapkan (tidak atau keuntungan yang diberikan tinggi
melebihi HET) 4. Apoteker tidak memberikan pilihan untuk mengganti obat
3. Mendahulukan pelayanan generic dengan obat paten
kepada pasien tanpa 5. Apoteker menaikkan harga jasa pelayanan konsultasi
memikirkan jumlah imbalan Sanksi : peringatan dari IAI, sanksi administratif, sanksi
yang akan terima dari pasien organisasi
4. Apoteker harus menyediakan
saran kepada individu untuk
membantu mereka membuat
pilihan obat yang tepat (antara
obat generik dan obat
bermerk)
5. Besarnya jasa pelayanan
apoteker ditetapkan oleh IAI
PASAL 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain
Contoh Penerapan di Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
Lapangan
1. Apoteker mampu menjaga 1. Apoteker membocorkan penyakit dan riwayat pengobatan
kerahasian informasi terkait pasien kepada pihak lain yang tidak berkepentingan baik itu
pasien mengenai penyakit dan karena kelalaian atau disengaja
riwayat pengobatannya 2. Apoteker memaksakan pembelian obat A kepada pasien
2. Apoteker memberikan padahal dokter meresepkan obat B, karena apoteker merasa
informasi mengenai lebih pintar dari dokter
pengobatan secara jujur dan 3. Apoteker bersikap kasar dan jutek saat melayani pasien dan
tepat tanpa menyesatkan atau tidak memberikan informasi obat
membingungkan terkait 4. Apoteker melakukan pelanggaran hukum sehingga nama
pengobatan atau harga obat baiknya tercemar
yang dijual Sanksi : sanksi administraf, teguran dan pembinaan dari IAI,
3. Apoteker harus bisa bersikap jika terjadi kerugian/kematian pada pihak pasien, apoteker
baik, sopan serta ramah saat dapat dituntut yang berakibat pada pencabutan izin praktik.
memberikan pelayanan
kepada pasien
4. Apoteker harus bisa
berperilaku baik sehingga
nama baiknya tetap terjaga

PASAL 7
Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
1. Apoteker menjelaskan 1. Apoteker tidak memberikan informasi obat kepada pasien
mengenai informasi obat dengan lengkap dan jelas, menggunakan bahasa yang sulit
kepada pasien dengan bahasa dipahami
yang mudah dan dapat 2. Apoteker tidak memastikan pemahaman dan pengetahuan
dipahami orang awam, dengan pasien pada saat memberikan informasi sehingga informasi
sopan dan tidak berbelit-belit,. yang diberikan dapat berbeda atau tumpang tindih dengan
Contohnya saat menjelaskan yang diberikan dokter sehingga pasien menjadi bingung
mengenai obat untuk atau tidak percaya terhadap informasi dari apoteker
dislipidemia, dijelaskan
3. Apoteker tidak mengikuti perkembangan ilmu kefarmasian
dengan “obat ini digunakan
terbaru yang dapat menyebabkan kesalahan pada
untuk menurunkan kolesterol”,
rekomendasi obat dan juga informasi obat yang diberikan
bukan “obat ini diindikasikan
untuk menurunkan kadar
4. Apoteker tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan
LDL”. Informasi yang
terkait obat yang dimiliki kepada tenaga kesehatan lainnya
disampaikan juga harus
yang dapat berakibat pada risiko terapi yang tidak rasional,
lengkap untuk memastikan
medication error, dll
keberhasilan terapi
Sanksi:
2. Untuk dapat memberikan •Pemberian peringatan tertulis.
informasi pada saat konseling, •Rekomendasi pembekuan dan pencabutan STRA atau SIPA.
apoteker juga harus •Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
menanyakan terlebih dahulu pendidikan apoteker.
kepada pasien tentang “Three
prime question” untuk
mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan pemahaman
pasien berdasarkan informasi
dari dokter atau pembuat resep
sehingga apoteker dapat
memberikan informasi yang
benar dan dibutuhkan oleh
pasien untuk melengkapi
informasi yang telah diketahui
sebelumnya
3. Apoteker harus senantiasa
belajar, membaca jurnal ilmiah
terbaru, mengikuti seminar
atau workshop, dan mengikuti
pelatihan berkelanjutan untuk
memperbaharui
pengetahuannya sesuai dengan
perkembangan yang ada.

4. Apoteker berperan secara aktif


dalam melakukan pelayanan
kefarmasian di fasilitas
pelayanan seperti klinik
pratama dan rumah sakit dan
dapat berkolaborasi dengan
teman sejawat dan profesi
kesehatan lain, serta
mengkomunikasikan
pengetahuan yang dimiliki
terkait obat dan terapi terhadap
tenaga kesehatan lainnya
dengan baik dan efektif demi
memaksimalkan pelayanan
kesehatan
PASAL 8
Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi

1. Apoteker harus selalu 1. Apoteker tidak memperbaharui pengetahuannya mengenai


memperbaharui informasi peraturan terbaru sehingga tidak mengetahui adanya aspek-
mengenai peraturan aspek yang sudah tidak berlaku (contoh: sudah tidak ada
perundang-undangan, baik SIK pada peraturan perundangan terbaru), salah melakukan
perundang-undangan tentang prosedur perizinan (contoh: sudah ada peraturan terbaru
kesehatan pada umumnya, mengenai perizinan apotek), serta kemungkinan melakukan
mengenai profesi kesehatan pelanggaran dalam pekerjaan kefarmasian karena sudah
lain untuk mempermudah tidak sesuai dengan peraturan terbaru
kolaborasi antar profesi, dan
mengenai praktik kefarmasian 2. Apoteker tidak membuat SPO pada fasilitas pelayanan
melalui media cetak, situs kefarmasian sehingga pekerjaan kefarmasian dilakukan
bpom, atau melalui organisasi dengan pihak yang tidak berwenang untuk itu, pekerjaan
profesi. tidak valid, tidak dapat dipastikan dan dijamin mutunya,
kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar, serta tidak
2. Apoteker pada fasilitas dapat menjamin keselamatan operator/praktisi yang
pelayanan kesehatan maupun melakukan
industri harus menyediakan
Sanksi:
SPO untuk memastikan
 Peringatan dan pembinaan dari organisasi keprofesian
pekerjaan kefarmasian
(IAI).
dilakukan oleh pihak yang
berwenang untuk  Jika masih ringan , masih dapat diberikan peringatan, tetapi

melakukannya, dilakukan jika apoteker sudah tidak melakukan pelayanan

sesuai dengan standar dan kefarmasian sesuai peraturan perundangan sehingga

prosedur yang telah ditetapkan menyebabkan pasien celaka atau rugi, bahkan kematian

sehingga menjamin validitas, maka, akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang

kebenaran, mutu dan kualitas dilanggar.

pekerjaan kefarmasian yang


dilakukan, serta menjamin
keselamatan praktisi/operator
yang melakukan.

PASAL 9
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani
Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi

1. Apoteker memberikan 1. Apoteker tidak melayani pasien secara maksimal sesuai


pelayanan kefarmasian sesuai dengan kebutuhan pasien, pengobatan yang diberikan tidak
dengan kebutuhan rasional, tidak terjamin mutunya (contoh: sediaan sudah
pasien/sesuai indikasi secara rusak), dan pengobatan yang diberikan tidak dapat
maksimal dengan memastikan menjamin keselamatan dan keamanan pasien (contoh:
rasionalitas, mutu, serta banyaknya drug related problem)
kualitas pelayanan yang 2. Apoteker tidak memberikan pelayanan swamedikasi kepada
diberikan dengan pasien yang ingin secara mandiri melakukan terapi
mempertimbangkan pengobatan, pengobatan swamedikasi yang diberikan tidak
keselamatan dan keamanan tepat, serta informasi yang harus diberikan tidak lengkap
pasien, serta efek samping sehingga terjadi kesalahan pada swamedikasi pasien yang
atau reaksi yang tidak dapat membahayakan keselamatan pasien (contoh: risiko
diinginkan yang mungkin efek samping kantuk pada pasien yang akan mengemudi
muncul tidak diberikan)
2. Apoteker dapat melakukan 3. Apoteker memiliki kerjasama dengan medical
pelayanan swamedikasi representative dari industri farmasi tertentu untuk
kepada pasien yang meresepkan obat tertentu dengan maksud keuntungan
membutuhkan rekomendasi pribadi yang bersifat komersial.
obat untuk keluhan yang 4. Apoteker tidak memberikan perhatian khusus kepada pasien
dirasakan, dilengkapi dengan yang membutuhkannya seperti geriatri dan pediatri.
infromasi terkait atau dapat 5. Apoteker memberitahukan penyakit yang diderita oleh
juga dilakukan konseling jika pasien kepada orang lain atau teman sejawat tanpa seizin
dibutuhkan pasien.
3. Apoteker tidak mementingkan 6. Apoteker tidak mengkonfirmasi dan melakukan
aspek komersial/bisnis dalam rekomendasi penyesuaian resep kepada dokter walau
mengambil keputusan menemukan ketidakrasionalan dalam peresepan yang dapat
profesional yang dapat membahayakan pasien
merugikan kepentingan
pasien. Apoteker harus dapat Sanksi:
melihat kemampuan pasien  Pemberian peringatan tertulis dan pembinaan dari IAI
dalam membeli obat dan  Rekomendasi pembekuan dan pencabutan STRA atau
memberikan rekomendasi SIPA.
terbaik  Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
4. Apoteker memberikan pendidikan apoteker
alternatif rekomendasi
pengobatan/pilihan
pengobatan dengan
menjelaskan segala perbedaan
yang terdapat diantara kedua
baik dari segi farmakologis
(potensi, efek samping)
maupun ekonomis (harga)
sehingga pasien dapat
mengambil keputusan dalam
pengobatannya.
5. Apoteker memberikan
pelayanan home care
pharmacy kepada pasien
rentan atau dengan keadaan
khusus (geriatri dan pediatri).
6. Apoteker menyimpan rekam
medik pasien dan resep pasien
pada tempat yang aman dan
dijaga kerahasiaannya.
7. Apoteker dapat melakukan
konfirmasi serta diskusi
rekomendasi kepada dokter
untuk melakukan penyesuaian
resep apabila menemukan
ketidakrasiolan dalam upaya
pengobatan pasien
PASAL 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
1. Apoteker tidak membuka 1. Apoteker membuka apotek bersebelahan dengan apotek
apotek yang bersebelahan yang sudah ada.
dengan apotek yang sudah 2. Apoteker melakukan kesalahan saat skrining resep dokter
ada. 3. Apoteker berkomunikasi secara tidak sopan dan tidak
2. Apoteker melakukan santun kepada teman sejawat.
komunikasi dengan baik dan 4. Apoteker tidak berbagi pengetahuan dan pengalaman
efektif pada teman kepada teman sejawatnya.
sejawatnya 5. Apoteker membicarakan kekurangan apotek lain di
3. Apoteker tidak mengambil lingkungan sekitar.
alih pekerjaan teman sejawat
tanpa seizin apoteker yang Sanksi:
bersangkutan. Mendapat teguran dan pembinaan dari IAI. Apabila masih
4. Apoteker dan tenaga melanggar, dapat dilaporkan kepada majelis etik untuk
kesehatan lainnya berbagi dilakukan sidang.
pengetahuan dan pengalaman.
PASAL 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi
ketentuan-ketentuan kode etik

Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi


1. Apoteker mengingatkan dan 1. Terdapat apoteker yang obat narkotika, psikotropika dan
menasehati sejawat apoteker obat keras bukan di daftar DOWA tanpa menggunakan
lain apabila menjual obat resep dokter.
2. Terdapat Apoteker yang tidak jujur kepada pasien.
narkotika, psikotropika dan
3. Terdapat apoteker yang membeli dan menjual kembali pbat-
obat keras bukan di daftar obat yang berasal dari PBF yang tidak memiliki surat izin
DOWA tanpa menggunakan resmi.
resep dokter. 4. Terdapat apoteker yang tidak memberikan opsi memilih
2. Apoteker mengingatkan dan obat generik atau paten bagi pasien.
menasehati rekan sejawatnya
untuk memberikan opsi Sanksi:
Pembinaan, surat peringatan, dan pencabutan anggota
memilih obat generik atau
sementara maupun tetap.
paten bagi pasien.
3. Apoteker mengingatkan
sejawat apoteker lain untuk
membeli obat di PBF resmi
yang memiliki izin.
PASAL 12
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama yang
baik sesama apoteker didalam memelihara keluhuran martabat, jabatan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya
Contoh Penerapan di Lapangan Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
1. Apoteker lulusan instansi A 1. Persaingan antar apoteker di instalasi pelayanan
dipasangkan dengan apoteker kefarmasian yang tidak sehat.
alumni instansi B saling 2. Apoteker senior mengintimidasi apoteker junior.
bekerja sama dengan baik 3. Antar apoteker di suatu instalasi farmasi saling tidak
untuk memberikan pelayanan percaya.
kefarmasian kepada
masyarakat. Sanksi:
2. Apoteker senior di IFRS X Dikenakan sanksi etik.
memberi informasi penting
dan bertukar pengetahuan
kepada Apoteker junior di
IFRS X sehingga timbul rasa
hormat dan saling percaya
untuk bekerja sama.
PASAL 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai, dan menghormati
sejawat petugas kesehatan lain.
Contoh Penerapan di Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
Lapangan
1. Apoteker menjalin 1. Apoteker melimpahkan seluruh pekerjaan kepada TTK,
hubungan baik dengan sehingga apoteker tidak melakukan tugasnya dan beban
Tenaga teknis kerja TTK menjadi tinggi serta tidak sesuai dengan
kefarmasian dalam kompetensi TTK
melakukan pekerjaan 2. Apoteker penanggung jawab tidak menyediakan ruang
kefarmasian, menjalankan kerja yang nyaman untuk TTK atau apoteker lainnya
pekerjaan sesuai dengan yang bekerja di sarana pelayanan kefarmasian atau
pembagian tugas yang tempat kerja lainnya.
telah diatur dalam struktur 3. Apoteker mengubah isi resep atau tidak
organisasi. mengomunikasikan kebenaran isi resep kepada dokter
2. Bertanggung jawab atas Sanksi:
pekerjaan kefarmasian Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan, peringatan,
yang dilakukan oleh TTK pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan
ataupun apoteker itu keanggotaan tetap.
sendiri.
3. Menghargai keputusan
dokter dalam meresepkan
obat untuk pasien dan
mengonfirmasi pemilihan
obat oleh dokter dengan
sikap yang baik dan tidak
menyalahkan.
PASAL 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan lain.
Contoh Penerapan di Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
Lapangan
1. Mengomunikasikan 1. Apoteker menyebarkan kejelekan dokter kepada pasien
dengan baik pemilihan sehingga menimbulkan keengganan pada pasien untuk
obat atau regimen dosis berobat kembali ke dokter yang bersangkutan. Misalnya
obat yang tertulis pada mengatakan bahwa dokternya masih muda sehingga
resep kepada dokter sering salah meresepkan obat untuk pasien.
penulis resep apabila Sanksi:
ditemukan adanya Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan, peringatan,
interaksi obat atau pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan
regimen dosis yang tidak keanggotaan tetap.
tepat, serta
merekomendasikan
pemilihan obat atau
regimen dosis yang tepat.

BAB V
PENUTUP
PASAL 15
Seorang Apoteker bersungguh – sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi
dari pemerintah, ikatan/ organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Penerapan di Contoh Kemungkinan Terjadinya Pelanggaran dan Sanksi
Lapangan
Apoteker mengakui, bertanggung Apoteker tidak mengakui kesalahan yang diperbuatnya dan
jawab, dan menerima sanksi dari tidak mau bertanggung jawab, serta menyalahkan orang lain
IAI apabila melakukan kesalahan atas kesalahan yang diperbuatnya. Apoteker menghindar dari
yang disengaja ataupun tidak
pengkajian yang dilakukan oleh MPEAD.
disengaja yang tidak sesuai
dengan kode etik apoteker
Indonesia

B. Pedoman Disiplin Apoteker


N BUTIR PEDOMAN PENERAPAN KEMUNGKINAN TERJADINYA
O DISIPLIN DILAPANGAN PELANGGARAN & SANKSI
1 Melakukan praktik Berkewajiban untuk mengikuti Melakukan kesalahan dalam
kefarmasian dengan tidak pendidikan berkelanjutan yang menghitung dosis, pemilihan obat
kompeten terkit dengan kesalahan yang serta pemberian informsai yang
diperbuat. Mengulangi belajar kurang lengkap kurang dan jelas.
di perguruan tinggi. Sanksi :
Teguran lisan dan diadakan simulasi
yang disaksikan oleh saksi ahli
2 Membiarkan berlangsungnya Diteruskan ke MEDAI Asisten apoteker melayani resep
praktik kefarmasian yang narkotika di apotek, resep ini
menjadi tanggungjawabnya, seharusnya dilayani oleh apoteker.
tanpa kehadirannya Sanksi :
Surat peringatan dan pelaporan ke
MEDAI
3 Mendelegasikan pekerjaan Evaluasi kinerja Mendelegasikan perhitungan dosis
kepada tenaga kesehatan infus kepada perawat
yang tidak memiliki Sanksi :
kompetensi Usul pembinaan khusus untuk
penyadaran
4 Membuat keputusan Evaluasi kinerja Membuat keputusan terapi sepihak :
profesional yang tidak mengganti obat yang diresepkan
berpihak kepada kepentingan dokter dengan obat lain yang
pasien/masyarakat komposisinya sama tanpa adanya
persetujuan pasien
Sanksi :
Usul pembinaan khusus untuk
penyadaran
5 Tidak memberikan informasi Melakukan intropeksi diri dan Melakukan pelayanan konseling
yang sesuai, relevan, dan up menyadari bahwa prinsip menggunakan bahasa medis yang
to date dengancara yang asuhan kefarmasian selalu tidak dimengerti pasien
mudah dimengerti berbasis orientasi kepada Sanksi :
pasien sesuai latar belakang Teguran antar sejawat
pasien
6 Tidak membuat dan/atau Pelatihan Tidak merekontruksi sediaan steril
tidak melaksanakan SPO/PK dibawah LAF atau di dalam ruang
steril
Sanksi :
Pemberian peringatan tertulis
7 Memberikan sediaan farmasi Usul Pembinaan khusus untuk Pemberian obat-obatan yang tidak
yang tidak terjamin mutu, penyadaran terdaftar di Balai POM
keamanan, dan khasiat obat Sanksi :
Usul pencabutan izin kerja apoteker
sementara dan izin Apotek
8 Melakukan pengadaan SF Disukusi mengenai penting Pembelian sediaan farmasi narkotika
tanpa prosedur yang berlaku, komunikasi antara atasan dan yang dilakukan oleh asisten apoteker
yang berpotensi tidak bawahan serta Tanya jawab tanpa diketahui apoteker pengelola
terjaminnya mutu, khasiat mengenai sejauh mana Ia apotek
obat mengetahui prosedur kerja Sanksi :
profesi. Apabila APA tidak mengetahui
kelalaian dari AA maka terpenuhi
unsur ketidaktahuan sehingga sanksi
yang dijatuhkan adalah kewajiban
mengikuti pendidikan berkelanjutan
terkait dengan kesalahn yang
diperbuat. Bila APA mengetahui
kelalaian dari AA maka masuk
keunsur kelalaian untuk dilakukan
pembinaan khusus.
9 Tidak menghitung dengan Simulasi dispensing obat Pemberian obat pada anak / bayi
benar dosis obat yang dihadapan saksi ahli (IAI) agar tanpa menanyakan dan mengetahui
menimbulkan kerusakan atau mengetahui unsur kurangnya BB pasien untuk penyesuaian dosis
kerugian pada pasien keterampilan. pemberian obat tersebut
Sanksi :
Bila terbukti ada unsur kurang
terampil maka sanksi yang diberikan
berupa kewajiban mengikuti
pelatihan peningkatan kompetensi
yang diselenggarakan IAI.
10 Melakukan penataan, Diskusi mengenai tata cara Penyimpanan suppositoria pada suhu
penyimpanan obat tidak penyimpanan obat yang baik ruang yang dapat menyebabkan
sesuai standar, berpotensi dan benar. penurunan kualitas suppo yaitu
penurunan kualitas obat meleleh.
Sanksi :
Kewajiban mengikuti pelatihan
penyimpanan obata yang baik dan
benar yang diselenggarakan IAI.
11 Menjalankan praktik Pembinaan pentingnya Apoteker yang sedang mengalami
kefarmasian dalam kondisi kesadaran diri untuk tidak influenza meracik resep serbuk tanpa
tingkat kesehatan yang menularkan/membahayakan menggunakan masker.
sedang terganggu kesehatan pasien. Sanksi :
Mengistrahatkan Apoteker dan
diperbolehkan bekerja jika kondisi
kesehatan sudah membaik.
12 Melakukan yang seharusnya Pembinaan prosedur kerja Melayani antibiotik tanpa resep
tidak dilakukan atau tidak profesi yang baik dan benar dokter; Memberikan pelayanan
melakukan yang seharusnya sesuai aturan. swamedikasi pada pasien yang tidak
dilakukan diperbolehkan seperti ibu hamil,
pasien diare spesifik.
Sanksi :
Dilakukan peringatan tidak tertulis
berupa teguran diikuti dengan
pembinaan khusus.
13 Melakukan pemeriksaan atau Pembinaan prosedur kerja Memberikan obat keras diluar OWA
pengobatan dalam profesi dalam hal pelayanan untuk pengobatan swamedikasi.
pelaksanaan praktik swa swamedikasi yang baik dan Sanksi :
medikasi yang tidak sesuai benar sesuai aturan. Dilakukan peringatan tidak tertulis
dengan kaidah berupa teguran diikuti dengan
pembinaan khusus.
14 Memberikan penjelasan yang Usul Pembinaan khusus untuk Memberikan informasi (KIE) pada
tidak jujur, dan atau tidak penyadaran pasien infeksi kelamin pada tempat
etis, dan atau tidak objektif yang tidak sesuai (dalam kondisi
ramai) yang membuat pasien tidak
nyaman; memberikan informasi obat
siproheptadin sebagai penambah
nafsu makan yang seharusnya
memiliki indikasi sebagai
antihistamin.
Sanksi :
Usul pencabutan izin kerja apoteker
sementara.
15 Menolak atau menghentikan Pembinaan khusus untuk Apoteker tidak
pelayanan kefarmasian penyadaran memberikan/menghentikan
terhadap pasien tanpa alasan pemberian obat Anti-TBC kepada
yang layak dan sah pasien TBC karena takut tertular
Sanksi :
Usul pencabutan izin kerja apoteker
sementara

16 Membuka rahasia Pembinaan khusus untuk Apoteker membocorkan formula obat


kefarmasian kepada yang penyadaran tradisional kepada industri obat
tidak berhak tradisonal lain (yang bukan tempat
dia bekerja)
Sanksi :
Usul pencabutan izin kerja apoteker
sementara
17 Menyalahgunakan Pembinaan khusus untuk Apoteker menjual obat-obat
kompetensi apoteker penyadaran terkait kewajiban narkotika dan psikotropika secara
seorang apoteker bebas/ tak berizin (tanpa resep
dokter)
Sanksi :
Usul pencabutan izin kerja apoteker
dan izin apotek, sidang
18 Membuat catatan dan/atau Pembinaan khusus untuk Apoteker merekayasa laporan
pelaporan sediaan farmasi mengetahui tugas apoteker narkotika yang diserahkan tiap bulan
yang tidak baik dan tidak dalam hal pelaporan narkotika secara online melalui SIPNAP
benar (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika)
Sanksi :
Usul pencabutan izin kerja apoteker
dan izin apotek, sidang
19 Berpraktik dengan Pembinaan khusus untuk Apoteker tetap berpraktik di
menggunakan penyadaran apotek/RS meskipun tahu bahwa
STRA/SIPA/SKA yang tidak masa berlaku STRAnya telah habis
sah dan belum melakukan perpanjangan,
Apoteker menjadi APA di 2 apotek
dengan 1 STRA
Sanksi :
Pemberian surat peringatan
20 Tidak memberikan informasi, Pembinaan khusus untuk Tidak melaporkan teman sejawat
dokumen dan alat bukti penyadaran (secara lisan) (sesama apoteker) yang melakukan
lainnya yang diperlukan malpraktik atau menjual obat ilegal
MEDAI Sanksi :
Pemberian surat peringatan
21 Mengiklankan kemampuan / Pembinaan khusus untuk Apoteker melakukan propaganda
pelayanan atau kelebihan penyadaran (secara lisan) melalui leaflet/poster/spanduk dan
kemampuan/ pelayanan yang mengklaim bahwa apoteknya menjua
dimiliki yang tidak benar obat dengan harga paling murah
atau menyesatkan dibandingkan apotek-apotek lainnya
Sanksi :
Pemberian peringatan secara
langsung (lisan)
22 Membuat keterangan farmasi Disidang untuk menetapkan Memanipulasi laporan narkotika dan
yang tidak didasarkan unsur kelalaian dan psikotropika dengan tujuan
kepada hasil pekerjaan yang kesengajaan, dan dibina sesuai mendapatkan keuntungan lebih.
diketahuinya secara benar hasil sidang. Sanksi :
dan patut. Memberikan sanksi beruba
pembekuan SIK sementara.

Anda mungkin juga menyukai