Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NORMILA

NIM : 2043700388
KELAS : APOTEKER PAGI C

Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker, Bagaimana Yang Seharusnya Dan Penerapannya, (Revisi Kemarin) :
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.
Seharusnya : Melakukan praktik kefarmasian dengan kompeten. Penerapannya : apoteker yang sudah mendapatkan sertifikat
kompetensi karena ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat uji kompetensi.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa
Apoteker pengganti dan/ atau Apoteker pendamping yang sah. Seharusnya : Tidak membiarkan berlangsungnya praktek
kefarmasian tanpa Apoteker pendamping. Penerapannya : Apoteker hadir di Apotek
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau tenaga-tenaga lainnya yang tidak memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Seharusnya : mendelegasikan tenaga kesehatan yang kompeten. Penerapannya : praktik kefarmasian dilakukan oleh Apoteker
kompeten yang mempunyai serifikat kompetensi.
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan pasien/ masyarakat.
Seharusnya : Membuat keputusan professional yang berpihak kepada kepentingan pasien/masyarakat. Penerapannya :
Apotek bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, sehingga memudahkan masyarakat dalam berobat.
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara yang mudah dimengerti oleh
pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
Seharusnya : memberikan infomasi yang sesuai, relevan dan terbaru serta mudah dimengerti pasien/masyarakat.
Penerapannya : memberikan informasi obat yang sesuai, obat sesuai indikasi pasien, dosis yang tidak berlebihan sehingga
tidak menimbulkan kerugian ataupun ketergantungan pasien.
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil
di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai dengan kewenangannya.
Seharusnya : membuat dan melaksanakan SPO sebagai pedoman kerja bagi seluruh personil di sarana pelayanan kefarmasian.
Penerapannya : resep diterima, periksa kebenaran dokter dan pasien yang tertera dalam resep, memastikan obat yang tertera
dalam resep sesuai dengan indikasi pasien, mengecek kesediaan obat, memberitahu harga obat, apabila pasien tidak mampu
membayar terutama obat antibiotik maka yang harus dilakukan seorang apoteker adalah apoteker menghubungi dokter dan
mengkonsultasikan dengan dokter penulis resep untuk mengganti antibiotik tersebut dengan nama dagang yang harganya
mampu dibayar oleh pasien atau ditawarkan pada pasien secara langsung untuk diganti dengan merek lain yang lebih murah.
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin “mutu‟, ‟keamanan‟, dan ‟khasiat/ manfaat‟ kepada pasien.
Seharusnya : Memberikan sediaan farmasi yang terjamin “mutu‟, ‟keamanan‟, dan ‟khasiat/ manfaat‟ kepada pasien.
Penerapannya : Tidak menjual obat yang sudah kadaluwarsa dan obat rusak.
Pada obat tablet, kerusakan dapat diketahui apabila terjadinya perubahan warna, bau, bentuk dan rasa. Adanya kerusakan
berupa noda, bintik-bintik, lubang/ sumbing, pecah, retak, menggelembung serta menjadi lembab atau bubuk.
Untuk obat yang berupa cairan atau sirup, tanda-tanda kerusakan dapat diketahui jika obat menjadi keruh, terbentuk endapan
padat, menggumpal, warna atau rasa berubah dan ekentalan berubah, misal cairan menjadi lebih kental atau sebaliknya.
Obat kapsul tanda kerusakannya yaitu apabula cangkang menjadi lengket, lembek dan warnanya yang berubah. Untuk obat
salep ditandai dengan warna dan bau yang berubah.
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang berlaku,
sehingga berpotensi menimbulkan tidak terjaminnya mutu, khasiat obat.
Seharusnya : Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan baku obat, dengan prosedur
yang berlaku, sehingga berpotensi terjamin mutu, khasiat, dan keamanan obat.
Penerapannya : menerapkan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik). CDOB diatur dalam Peraturan Kepala BPOM No.
HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012. Contohnya : tidak menjual sediaan farmasi palsu. Sediaan farmasi sampai di tangan pasien
harus dalam keadaan aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau. Sehingga untuk pengadaan obat harus dari PBF yang
resmi/ legal.
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien.
Seharusnya : menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien.
Penerapannya : Obat yang diberikan tidak overdose dan underdose. Melalukan konfirmasi kepada dokter apabila ada
ketidaksesuaian dosis agar obat yang diberikan mampu mengurangi gejala penyakit pasien dan tidak membahayakan nyawa
pasien.
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat
Seharusnya : Melakukan penataan, penyimpanan obat sesuai standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan kualitas
obat.
Penerapannya : Peletakan obat berdasarkan FEFO/FIFO, Abjad, Generik/non-generik, kelas terapi, bentuk sediaan, stabilitas
obat (suhu, cahaya dan kelembaban), Narkotik dan Psikotropik.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental yang sedang terganggu sehingga
merugikan kualitas pelayanan profesi.
Seharusnya : Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi sehat
Penerapannya : Tidak sedang positif virus corona
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien.
Seharusnya : Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya dilakukan atau melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya.
Penerapannya : Rutin melaksanakan pelaporan internal (pelaporan obat bebas, bebas terbatas, obat keras dan obat resep
biasanya akan di tulis di kartu stok dan dilakukan pula melalui aplikasi sistem komputer). Pelaporan eksternal (pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi) melalui aplikasi SIPNAP paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swamedikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan
kaidah pelayanan kefarmasian.
Seharusnya : Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swamedikasi (self medication) yang sesuai
dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
Penerapannya : pasien datang dengan keluhan diare, sebagai apoteker wajib melakukan swamedikasi dengan menggunakan
metode WHAM/ ASMETHOD, kemudian memberikan rekomendasi obat yang sesuai dengan keluhan penyakit pasien dan
menjelaskan informasi penggunaan obatnya agar tidak terjadi medication error.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak objektif kepada yang membutuhkan.
Seharusnya : Memberikan penjelasan yang jujur, dan/ atau etis, dan/atau objektif kepada yang membutuhkan. Penerapannya
: pasien datang ingin membeli albothyl untuk mengatasi sariawan, sebagai apoteker harus memberikan penjelasan yang jujur
terkait bahaya pemakaian albothyl untuk sariawan, tidak boleh asal langsung menjual obat. Apoteker memberikan alternatif
pengobatan lain untuk mengatasi sariawan, sehingga tidak membahayakan pasien.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah.
Seharusnya : Menerima pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah. Penerapannya : Apabila
Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus
menunjuk Apoteker Pendamping melakukan pelayanan kefarmasian. Sehingga pasien tetap dilayani oleh apoteker.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
Seharusnya : Membuka rahasia kefarmasian kepada yang berhak.
Rahasia Kefarmasian adalah Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses produksi, proses penyaluran dan proses
pelayanan dari sediaan farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Salah satu bagian untuk mengetahui rahasia kedokteran bagi apoteker di pelayanan kefarmasian umumnya dapat
mengetahui dari resep yang ditulis dokter untuk diberikan pelayanan obat yang akan diberikan pada pasien.
Penerapannya : Membuka rahasia kefarmasian dengan catatan atas Perintah undang-undang, Perintah pengadilan, Izin yang
bersangkutan, Kepentingan masyarakat, atau Kepentingan orang tersebut. (U No.36 tahun 2009 Pasal 57).
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya. Seharusnya : Tidak menyalahgunakan kompetensi Apotekernya. Penerapannya
: Tidak Menjual obat-obat ilegal yang mengandung narkotika (Cannabis sativa) dan psikotropika (diazepam) secara bebas.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak benar. Seharusnya : Membuat catatan
dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang baik dan benar.
Penerapannya :
Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlahpersediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan awal dan akhir
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja
Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah. Seharusnya : Berpraktik dengan menggunakan Surat
Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau
sertifikat kompetensi yang sah. Penerapannya : membuka praktik kefarmasian yang legal yaitu menggunakan
STRA/SIPA/SIKA dan Serkom.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan
dugaan pelanggaran disiplin. Seharusnya : Memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MEDAI
untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin. Penerapannya : melaporkan adanya penjualan obat
narkotika dan psikotropika tanpa resep dokter.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan,
yang tidak benar atau menyesatkan. Seharusnya : Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan
kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang benar dan tidak menyesatkan. Penerapannya :
Memberikan informasi pengobatan yang benar, tidak salah obat.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang diketahuinya secara benar dan patut.
Seharusnya : Membuat keterangan farmasi yang didasarkan kepada hasil pekerjaan yang diketahuinya secara benar dan
patut. Penerapannya : dalam melakukan praktik kefarmasian, apoteker jujur, dalam melakukan peracikan obat tetap
menggunakan obat sesuai dengan resep dokter, tanpa melebihkan dan mengurangi jenis obat ataupun jumlah obatnya.

Anda mungkin juga menyukai