Berikut ini adalah beberapa kode etik yang umum diikuti oleh asisten apoteker dan apoteker:
1. Kerahasiaan: Asisten apoteker dan apoteker harus menjaga kerahasiaan semua informasi pasien yang diterima
dalam praktik profesional mereka, kecuali jika diizinkan oleh pasien atau diharuskan oleh hukum.
2. Integritas: Asisten apoteker dan apoteker harus menunjukkan integritas yang tinggi dalam semua praktik
profesional mereka dan harus menjauhkan diri dari segala bentuk perilaku yang tidak etis atau ilegal.
3. Kepatuhan terhadap Hukum dan Peraturan: Asisten apoteker dan apoteker harus mematuhi semua peraturan
dan hukum yang berlaku dalam praktik profesional mereka.
4. Pelayanan: Asisten apoteker dan apoteker harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
kepada pasien mereka, dan harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan mempertimbangkan
kondisi medis, budaya, dan sosial mereka.
5. Keselamatan: Asisten apoteker dan apoteker harus memastikan bahwa obat yang diberikan kepada pasien
adalah tepat dan aman, dan harus memberikan edukasi yang memadai kepada pasien tentang penggunaan obat
yang diresepkan.
6. Kepemimpinan: Asisten apoteker dan apoteker harus menjadi pemimpin dalam praktik profesional mereka, dan
harus mempromosikan praktik yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam industri farmasi.
7. Pendidikan dan Pelatihan: Asisten apoteker dan apoteker harus mengikuti pendidikan dan pelatihan yang terus
menerus untuk memperbaharui pengetahuan mereka dan mempertahankan praktik yang berkualitas.
8. Kerjasama: Asisten apoteker dan apoteker harus bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya untuk
memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang terkoordinasi dan terpadu.
9. Keadilan: Asisten apoteker dan apoteker harus memperlakukan semua pasien secara adil dan tidak memihak
dalam praktik profesional mereka.
10. Profesionalisme: Asisten apoteker dan apoteker harus menunjukkan sikap profesionalisme yang tinggi dalam
semua praktik profesional mereka, dan harus menghindari perilaku yang tidak profesional atau tidak etis.
Penerapan hukum perlindungan konsumen sangat penting dalam praktik etika profesi apoteker, karena
melindungi hak-hak konsumen dan memastikan bahwa mereka menerima layanan yang aman dan berkualitas
tinggi. Beberapa contoh penerapan hukum perlindungan konsumen dalam etika profesi apoteker adalah sebagai
berikut:
1. Pemberian informasi yang jelas dan akurat: Apoteker harus memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang
obat dan pengobatan kepada konsumen. Hal ini meliputi informasi tentang dosis, efek samping, dan interaksi obat
yang harus dihindari. Konsumen harus diberi kesempatan untuk bertanya dan meminta penjelasan tentang
informasi yang diberikan.
2. Penjualan obat yang sesuai dengan resep: Apoteker tidak boleh menjual obat tanpa resep atau mengganti obat
yang diresepkan oleh dokter dengan obat yang serupa tanpa persetujuan dokter. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam pengobatan dan efek samping yang merugikan konsumen.
3. Penanganan obat yang benar: Apoteker harus memastikan bahwa obat disimpan dan ditangani dengan benar,
sesuai dengan standar farmasi yang berlaku. Hal ini meliputi pengawasan temperatur dan kelembaban
penyimpanan obat, tanggal kedaluwarsa, dan penanganan obat yang rusak atau terkontaminasi.
4. Kepatuhan terhadap standar farmasi: Apoteker harus mematuhi standar farmasi yang ditetapkan oleh badan
regulasi, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dewan Farmasi Indonesia (DFI). Hal ini untuk
memastikan bahwa konsumen menerima obat yang berkualitas dan aman.
5. Penanganan keluhan konsumen: Apoteker harus memperlakukan konsumen dengan hormat dan memberikan
penanganan yang tepat jika terdapat keluhan atau masalah dalam pelayanan. Hal ini meliputi penjelasan yang jelas
dan akurat tentang keluhan, penyelesaian yang tepat dan efektif, dan pengaduan yang layak kepada badan regulasi
jika diperlukan.
Penerapan hukum penggunaan obat rasional sangat penting dalam praktik kefarmasian untuk memastikan bahwa
penggunaan obat oleh pasien aman, efektif, dan sesuai dengan indikasi yang direkomendasikan oleh dokter.
Beberapa hukum yang terkait dengan penggunaan obat rasional adalah:
1. Undang-Undang Kesehatan
Undang-undang ini mengatur tentang kesehatan secara umum, termasuk pengaturan tentang kefarmasian dan
obat-obatan. Dalam hal penggunaan obat, undang-undang ini menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pengobatan yang aman dan efektif.
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Penggunaan Obat yang Rasional
Peraturan ini mengatur tentang pedoman penggunaan obat yang rasional yang harus dipatuhi oleh dokter,
apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien.
Penerapan hukum pelayanan kefarmasian dapat dilakukan melalui pengawasan dan inspeksi oleh instansi yang
berwenang. Pelanggaran hukum terkait pelayanan kefarmasian dapat dikenakan sanksi atau tindakan hukum yang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dalam hal apoteker atau asisten apoteker melakukan pelanggaran
terkait pelayanan kefarmasian, sanksi atau tindakan hukum yang dapat diterapkan meliputi pencabutan izin
praktek, denda, atau tuntutan pidana.
Good Pharmacy Practice (GPP) adalah standar internasional untuk praktik kefarmasian yang baik. GPP dirancang
untuk memastikan bahwa pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh apoteker dan asisten apoteker memenuhi
standar kualitas yang tinggi, aman, dan efektif. GPP meliputi praktik-praktik yang harus dipenuhi oleh apoteker dan
asisten apoteker dalam menjalankan tugas kefarmasiannya, seperti:
1. Kualitas Obat
GPP menekankan pentingnya kualitas obat yang disediakan di apotek. Apoteker dan asisten apoteker harus
memastikan bahwa obat yang mereka sediakan adalah obat yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi.
2. Pengadaan Obat
GPP mengatur tentang cara pengadaan obat yang benar, termasuk memperoleh obat dari sumber yang terpercaya
dan memastikan bahwa obat tersebut terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
3. Penyimpanan Obat
GPP memastikan bahwa obat disimpan dengan benar di apotek, termasuk pengaturan suhu dan kelembaban yang
tepat, serta penanganan obat yang tepat untuk menghindari kerusakan atau kontaminasi.
4. Penggunaan Obat
GPP menekankan pada penggunaan obat yang tepat dan efektif. Apoteker dan asisten apoteker harus memberikan
informasi obat yang jelas dan akurat kepada pasien, termasuk dosis yang tepat, efek samping yang mungkin
terjadi, dan interaksi obat yang harus dihindari.
5. Dokumentasi Pelayanan Kefarmasian
GPP memastikan bahwa pelayanan kefarmasian yang diberikan terdokumentasi dengan baik. Apoteker dan asisten
apoteker harus mencatat setiap pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien, termasuk informasi obat
yang diberikan dan interaksi obat yang harus dihindari.
6. Keselamatan Pasien
GPP menekankan pada keselamatan pasien. Apoteker dan asisten apoteker harus memastikan bahwa obat yang
disediakan tidak menimbulkan bahaya bagi pasien dan memastikan bahwa pasien memahami informasi obat yang
diberikan. Apoteker dan asisten apoteker juga harus memastikan bahwa resep dan informasi pasien dirahasiakan
dan dilindungi dengan baik.
Penerapan GPP sangat penting untuk memastikan bahwa pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh apoteker dan
asisten apoteker sesuai dengan standar kualitas yang tinggi, aman, dan efektif.
Penerapan hukum terkait apotek sangat penting untuk memastikan bahwa apotek dan pelayanan kefarmasian
yang diberikan oleh apoteker dan asisten apoteker sesuai dengan standar kualitas, aman, dan efektif. Beberapa
hukum yang terkait dengan apotek adalah:
1. Undang-Undang Kesehatan
Undang-undang ini mengatur tentang kesehatan secara umum, termasuk pengaturan tentang kefarmasian dan
obat-obatan.
2. Peraturan Pemerintah tentang Apotek
Peraturan ini mengatur tentang pendirian, pengelolaan, dan pengawasan apotek.
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Peraturan ini mengatur tentang standar pelayanan kefarmasian yang harus dipenuhi oleh apoteker dan asisten
apoteker dalam menjalankan tugas kefarmasiannya.
4. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyaluran Obat Bebas Tanpa Resep
Peraturan ini mengatur tentang penyaluran obat bebas tanpa resep, termasuk ketentuan tentang jenis obat yang
dapat disalurkan dan cara penyalurannya.
5. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Obat Keras dan Psikotropika
Peraturan ini mengatur tentang penggunaan, penyimpanan, dan penyaluran obat keras dan psikotropika.
6. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pengawasan Pencatatan Obat dan Pelaporan Kefarmasian
Peraturan ini mengatur tentang pencatatan obat dan pelaporan kefarmasian yang harus dilakukan oleh apoteker
dan asisten apoteker.
Penerapan hukum terkait apotek termasuk dalam tanggung jawab apoteker dan asisten apoteker. Mereka harus
memastikan bahwa mereka memenuhi semua ketentuan hukum terkait apotek dan kefarmasian. Dalam hal
pelanggaran hukum, apoteker dan asisten apoteker dapat dikenakan sanksi atau tindakan hukum yang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
PROMO!!!
BISKUIT DAN WAFER
KALENG
MULAI
Rp 20.000-an