Anda di halaman 1dari 20

Nama : Muhammad Yusril Hifni

NPM : 23340210
Kelas : B Reguler

KERTAS KERJA
PENDALAMAN TENTANG KODE ETIK APOTEKER

KEMUNGKINAN TERJADINYA UPAYA UNTUK PENINGKATAN


No. KODE ETIK PENERAPAN DILAPANGAN
PELANGGARAN DAN SANKSI KEPATUHAN
1. PASAL 1 1. Saya bersumpah/berjanji akan 1. Membuat obat-obatan yang terlarang 1. Membantu masyarakat dalam memberikan
Seorang Apoteker harus membaktikan hidup saya guna 2. Menceritakan riwayat pengobatan pasien informasi terkait obat, bakti sosial.
menjunjung tinggi, kepentingan perikemanusiaan, terutama ke orang lain yang tidak berhak 2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan
menghayati dan mengamalkan dalam bidang kesehatan. mengetahui medication record pasien kecuali untuk proses
Sumpah/Janji Apoteker 2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu 3. Mendahulukan pasien yang kaya hukum.
yang saya ketahui karena pekerjaan saya dibangingkan dengan yang kurang berada 3. Tidak memanfaatkan pengetahuan
dan keilmuan saya sebagai apoteker. 4. Tidak bertanggung jawab ketika salah kefarmasian untuk tujuan yang tidak membuat
3. Sekalipun diancam, saya tidak akan memberikan obat kerusakan, kerugian, ataupun kejahatan.
mempergunakan pengetahuan 5. Tidak menunjuk apoteker pengganti, atau Misalnya, membuat obat-obatan terlarang.
kefarmasian saya untuk sesuatu yang mendelegasikan kepada tenaga kesehatan 4. Bekerja dengan bersungguh-sungguh, jujur,
bertentangan dengan hukum yang tidak kompeten ketika tidak berada di dan bertanggung jawab, menjaga nama baik
perikemanusiaan. tempat praktek kefarmasian yang menjadi profesi dimanapun bekerja. Misalnya
4. Saya akan menjalankan tugas saya tanggungjawabnya memberikan informasi obat dengan jelas dan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan 6. Dalam penatalaksanaan praktik benar, dan bertanggung jawab memberikan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian, melakukan yang seharusnya solusi jika terdapat kesalahan.
kefarmasian. tidak dilakukan atau tidak melakukan yang 5. Harus adil dalam memberikan pelayanan pada
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya seharusnya yang dilakukan, sesuai semua orang, tanpa melihat latar belakang
akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh tanggung jawab profesionalnya, tanpa orang tersebut.
supaya tidak terpengaruh oleh alasan pembenar yang sah, sehingga dapat 6. Selalu mengingat dan berkomitmen terhadap
pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, membahayakan pasien sumpah yang telah diikrarkan di bawah kitab
Kesukuan, Politik, Kepartaian atau 7. Tidak menghitung dengan benar dosis suci serta mengamalkan dalam kehidupan
Kedudukan Sosial. obat sehari-hari.
6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan Sanksi : Sanksi dari organisasi berupa
sungguh-sungguh dan dengan penuh pembinaan, peringatan, pencabutan
keinsyafan. keanggotaan sementara, atau pencabutan
keanggotaan tetap. Kemungkinan
Pelanggaran etik tersebut diselesaikan
atau disidang oleh Ikatan Apoteker
Indonesia
2. PASAL 2 Kewajiban yang harus diamalkan terdiri 1. Membuat apotek di samping apotek atau 1. Mengingatkan kembali rasa menghormati
Seorang Apoteker harus dari: yang sangat dekat dengan apotek lainnya antar Sejawat
berusaha dengan sungguh- 1. Kewajiban terhadap Pasien 2. Menjelek-jelekkan apotek lain 2. Apoteker harus adil, jujur, dan bertanggung
sungguh menghayati dan 2. Kewajiban terhadap Teman Sejawat 3. Menjelek-jelekkan profesi lain jawab
mengamalkan Kode Etik 3. Kewajiban terhadap Sejawat Petugas 4. Pindah alamat apotek tanpa izin, karena 3. Memberikan obat sesuai dengan kondisi
Apoteker Indonesia Kesehatan Lain pada saat pengajuan apotek telah ekonomi pasien, menjamin keamanan dan
Kesungguhan dalam menghayati dan dicantumkan denah dan lokasi apotek. khasiat obat baik obat racik di apotek, atau
mengamalkan kode etik apoteker 5. Menjual obat palsu apoteker di industri yang menjamin keamanan
Indonesia dinilai dari: 6. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai dan khasiat dari obat yang dibuatnya
1. Ada tidaknya laporan dari masyarakat penandaan atau belum dimusnahkan. 4. Apoteker berlaku sesuatu kepada teman
2. Ada tidaknya laporan dari sejawat Sanksi : Pengaturan pemberian sanksi sejawat sebagaimana ingin di berlakukan
apoteker atau sejawat tenaga kesehatan ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
lain
3. Tidak adanya laporan dari dinas
kesehatan.
3. PASAL 3 1. Apoteker menjalankan tugasnya sesuai 1. Apoteker tidak memberikan informasi 1. Apoteker harus menjalankan kompetensisesuai
Seorang apoteker harus dengan kompetensi. obat dan konseling kepada pasien. dengan standar kompetensi apoteker
senantiasa menjalankan 2. Jika dalam keadaan terdedesak 2. Melakukan produksi, distribusi dan Indonesia. Kompetensi yang dimaksud adalah
profesinya sesuai kompetensi sekalipun, seorang apoteker tidak akan pengadaan obat/bahan baku obat tanpa keterampilan dan attitude yang berdasarkan
Apoteker Indonesia serta selalu mempergunakan kompetensi yang prosedur yang berlaku sehingga pada ilmu, hukum, dan etik. Pada kompetensi
mengutamakan dan berpegang dimiliki untuk sesuatu yang melanggar berpotensi menimbulkan tidak pada ilmu, apoteker mengikuti ujian
teguh pada prinsip kemanusiaan hukum ataupun kemanusiaan. terjaminnya mutu dan khasiat obat. kompetensi setiap 5 tahun untuk membuktikan
dalam 3. Seorang apoteker akan merahasiakan 3. Memberi informasi terkait pasien dirinya berkompetensi dalam melaksanakan
melaksanakan kewajibannya. data ataupun identitas seseorang sesuai terhadap orang yang tidak berhak praktik kefarmasian.
dengan hukum. mengetahuinya 2. Apoteker tidak menjual obat palsu walaupun
4. Seorang apoteker akan menjunjung 4. Apoteker memaksa pasien untuk membeli diiming-imingi keuntungan besar. Apoteker
tinggi prinsip kemanusiaan saat obat paten tidak membeda-bedakan dalam melayani
melakukan pekerjaan. 5. Menjual obat daftar K (daftar obat keras) pasien
kepada yang tidak berhak.
5. Seorang apoteker akan menunaikan Sanksi : Pengaturan pemberian sanksi 3. Apoteker merahasiakan resep obat dan data
kewajibannya dengan sebaik-baiknya. ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO) riwayat kesehatan dan pengobatan pasien
6. Bilamana suatu saat seorang Apoteker 4. Jika apoteker mendapatkan pasien kurang
dihadapkan kepada konflik tanggung mampu, ditawarkan obat yang generik, tidak
jawab profesional, maka dari berbagai memaksa pasien untuk membeli obat patennya
opsi yang ada, seorang apoteker harus 5. Apoteker melakukan konseling dengan pasien
memilih resiko yang paling kecil dan dalam menentukan pemilihan obat dan
paling tepat untuk kepentingan pasien memberikan informasi yang tepat kepada
serta masyarakat pasien dengan mempertimbangkan kondisi
pasien.
6. Memberikan obat yang paling aman dan
berkhasiat dan tepat indikasi saat dibutuhkan
4. PASAL 4 1. Seorang apoteker harus mengembangkan 1. Apoteker tidak mencari jurnal dan 1. Mengikuti Mencari jurnal dan literatur yang
Seorang Apoteker harus selalu pengetahuan dan ketrampilan literature terbaru, sehingga tidak terbaru dan up to date mengenai ilmu
aktif mengikuti profesionalnya secara terus menerus mengetahui obat-obat terbaru atau obat kefarmasian dan ilmu kesehatan
perkembangan di bidang 2. Aktifitas seorang apoteker dalam yang sudah tidak digunakan lagi 2. Mengikuti seminar-seminar yang membahas
kesehatan pada umumnya dan mengikuti perkembangan di bidang 2. Apoteker menghadiri seminar dengan mengenai topik kesehatan dan topik
bidang farmasi pada khususnya kesehatan, diukur dari nilai SKP yang terpaksa hanya untuk mendapatkan SKP kefarmasian
diperoleh dari hasil uji kompetensi dan tidak memperhatikan dengan serius 3. Mengikuti pelatihan-pelatihan di bidang
Jumlah SKP minimal yang harus sehingga tidak mendapatkan ilmu kesehatan dan bidang kefarmasian
diperoleh apoteker ditetapkan dalam 3. Apoteker tidak sungguh-sungguh dalam
peraturan organisasi melakukan pelatihan sehingga tidak bisa
mengimplementasikan ke dalam dunia
kerja
Sanksi : teguran dan pembinaan dari IAI, jika
nilai SKP tidak cukup, tidak dapat
memperpanjang STRA, jika terjadi
kerugian pada pihak pasien maka apoteker
dapat dituntut dan berakibat pencabutan
ijin praktik
5. PASAL 5 1. Seorang apoteker dalam tindakan 1. Berbohong kepada pasien bahwa obat 1. Apoteker memberikan obat yang sesuai dengan
Di dalam menjalankan tugasnya, profesionalnya harus menghindari diri generic sudah habis, sehingga mengganti kemampuan ekonomi dan kebutuhan pasien.
seorang apoteker harus dari perbuatan yang akan merusak atau dengan obat paten untuk mendapatkan 2. Apoteker menentukan harga jual obat sesuai
menjauhkan diri dari usaha seseorang ataupun merugikan orang lain keuntungan besar dengan harga yang ditetapkan (tidak melebihi
mencari keuntungan diri semata 2. Seorang apoteker dalam menjalankan 2. Menjual obat jauh dari harga eceran HET)
yang bertentangan dengan tugasnya dapat memperoleh imbalan dari tertinggi sehingga keuntungan lebih besar 3. Mendahulukan pelayanan kepada pasien tanpa
martabat dan tradisiluhur jabatan pasien dan masyarakat atas jasa yang 3. Mau memberikan pelayanan kepada memikirkan jumlah imbalan yang akan terima
kefarmasian diberikannya dengan tetap memegang masyarakat jika gaji atau keuntungan dari pasien
teguh kepada prinsip mendahulukan yang diberikan tinggi 4. Apoteker harus menyediakan saran kepada
kepentingan pasien 4. Apoteker tidak memberikan pilihan untuk individu untuk membantu mereka membuat
3. Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam mengganti obat generic dengan obat paten pilihan obat yang tepat (antara obat generik dan
peraturan organisasi 5. Apoteker menaikkan harga jasa pelayanan obat bermerk)
konsultasi 5. Besarnya jasa pelayanan apoteker ditetapkan
Sanksi : peringatan dari IAI, sanksi oleh IAI
administratif, sanksi organisasi

6. PASAL 6 1. Seorang apoteker harus menjaga 1. Apoteker membocorkan penyakit dan 1. Apoteker harus menjaga kerahasian
Seorang Apoteker harus berbudi kepercayaan masyarakat atas profesi riwayat pengobatan pasien kepada pihak informasi terkait pasien mengenai penyakit
luhur dan menjadi contoh yang yang disandangkan dengan jujur dan lain yang tidak berkepentingan baik itu dan riwayat pengobatannya
baik bagi orang lain penuh integritas karena kelalaian atau disengaja 2. Apoteker memberikan informasi mengenai
2. Seorang apoteker tidak akan 2. Apoteker memaksakan pembelian obat A pengobatan secara jujur dan tepat tanpa
menyalahgunakan kemampuan kepada pasien padahal dokter meresepkan menyesatkan atau membingungkan terkait
profesionalnya kepada orang lain obat B, karena apoteker merasa lebih pengobatan atau harga obat yang dijual
3. Seorang apoteker harus menjaga pintar dari dokter 3. Apoteker harus bisa bersikap baik, sopan
perilakunya di hadapan publik 3. Apoteker bersikap kasar dan jutek saat serta ramah saat memberikan pelayanan
melayani pasien dan tidak memberikan kepada pasien
informasi obat 4. Apoteker harus bisa berperilaku baik
4. Apoteker melakukan Kemungkinan sehingga nama baiknya tetap terjaga
Pelanggaran hukum sehingga nama
baiknya tercemar
Sanksi : sanksi administraf, teguran dan
pembinaan dari IAI, jika terjadi
kerugian/kematian pada pihak pasien,
apoteker dapat dituntut yang berakibat
pada pencabutan izin praktik.
7. PASAL 7 1. Seorang apoteker memberikan informasi 1. Apoteker tidak memberikan informasiobat 1. Apoteker menjelaskan mengenai informasi
Seorang Apoteker harusmenjadi kepada pasien/masyarakat harus dengan kepada pasien dengan lengkap dan jelas, obat kepada pasien dengan bahasa yang
sumber informasi sesuai dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin menggunakan bahasa yang sulit dipahami mudah dan dapat dipahami orang awam,
profesinya bahwa informasi tersebut harus sesuai, 2. Apoteker tidak memberikan pemahaman dengan sopan dan tidak berbelit-belit,.
relevan, dan “up to date” dan pengetahuan kepada pasien saat Contohnya saat menjelaskan mengenai obat
2. Sebelum memberikan informasi, apoteker memberikan informasi sehingga informasi untuk dislipidemia, dijelaskan dengan “obat ini
harus menggali informasi yang yang diberikan dapat berbeda atau digunakan untuk menurunkan kolesterol”,
dibutuhkan dari pasien ataupun orang tumpang tindih dengan yang diberikan bukan “obat ini diindikasikan untuk
yang datang menemui apoteker mengenai dokter sehingga pasien menjadi bingung menurunkan kadar LDL”. Informasi yang
pasien serta penyakitnya atau tidak percaya terhadap informasi dari disampaikan juga harus lengkap untuk
3. Seorang apoteker harus mampu berbagi apoteker memastikan keberhasilan terapi
informasi mengenai pelayanan kepada 3. Apoteker tidak mengikuti perkembangan 2. Untuk dapat memberikan informasi pada saat
pasien dengan tenaga profesi kesehatan ilmu kefarmasian terbaru yang dapat konseling, apoteker juga harus menanyakan
yang terlibat menyebabkan kesalahan pada terlebih dahulu kepada pasien tentang “Three
4. Seorang apoteker harus senantiasa rekomendasi obat dan juga informasi obat prime question” untuk mengetahui sejauh
meningkatkan pemahaman masyarakat yang diberikan mana pengetahuan dan pemahaman pasien
terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, berdasarkan informasi dari dokter atau
memberikan informasi terkait obat secara 4. Apoteker tidak dapat mengkomunikasikan pembuat resep sehingga apoteker dapat
jelas, melakukan monitoring penggunaan pengetahuan terkait obat yang dimiliki memberikan informasi yang benar dan
obat, dll. Kegiatan penyuluhan ini jika kepada tenaga kesehatan lainnya yang dibutuhkan oleh pasien untuk melengkapi
dilakukan akan mendapat nilai satuan dapat berakibat pada risiko terapi yang informasi yang telah diketahui sebelumnya
kredit profesi (SKP) tidak rasional, medication error, dll 3. Apoteker harus senantiasa belajar, membaca
Sanksi: jurnal ilmiah terbaru, mengikuti seminar atau
• Pemberian peringatan tertulis. workshop, dan mengikuti pelatihan
• Rekomendasi pembekuan dan pencabutan berkelanjutan untuk memperbaharui
STRA atau SIPA. pengetahuannya sesuai dengan perkembangan
yang ada.
4. Apoteker berperan secara aktif dalam
melakukan pelayanan kefarmasian di fasilitas
pelayanan seperti klinik pratama dan rumah
sakit dan dapat berkolaborasi dengan teman
sejawat dan profesi kesehatan lain, serta
mengkomunikasikan pengetahuan yang
dimiliki terkait obat dan terapi terhadap tenaga
kesehatan lainnya dengan baik dan efektif
demi memaksimalkan pelayanan kesehatan
5. Apoteker dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat terkait obat dengan cara
menyediakan brosur, lefleat, atau media lisan
lain, serta mengadakan pelayanan konseling di
apotek dan fasilitas kesehatan lain atau turun
langsung untuk mengadakan penyuluhan baik
dengan kepada masyarakat misalnya di daerah
kumuh atau berpenduduk rentan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,
menggalakan pemakaian obat rasional, dan
mengurangi kesalahan penggunaan obat
(medication error)
8. PASAL 8 1. Apoteker selalu aktif memperbaharui 1. Apoteker tidak memperbaharui 1. Apoteker harus aktif mengikuti
Seorang Apoteker harus aktif informasi dan mengikuti perkembangan pengetahuannya mengenai peraturan terbaru perkembangan Peraturan perundang-
mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan seingga sehingga tidak mengetahui adanya aspek- undangan mengenai praktik dan pekerjaan
peraturan perundang - undangan mempermudah kolaborasi antar profesi, aspek yang sudah tidak berlaku (contoh: kefarmasian.
dibidang kesehatan pada dan mengenai praktik kefarmasian sudah tidak ada SIK pada peraturan 2. Apoteker wajib membuat SPO pada fasilitas
umumnya dibidang farmasi pada melalui media cetak, situs bpom, atau perundangan terbaru), salah melakukan pelayanan Kefarmasian, agar dapat
khususnya melalui organisasi profesi. prosedur perizinan (contoh: sudah ada melaksanakan pekerjaan dan parktik
2. Apoteker pada fasilitas pelayanan peraturan terbaru mengenai perizinan kefarmasian dengan lebih terstruktur.
kesehatan maupun industri harus apotek).
menyediakan SPO untuk memastikan 2. Apoteker tidak membuat SPO pada fasilitas
pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh pelayanan kefarmasian sehingga pekerjaan
pihak yang berwenang untuk kefarmasian dilakukan dengan pihak yang
melakukannya, dilakukan sesuai dengan tidak berwenang untuk itu, pekerjaan tidak
standar dan prosedur yang telahditetapkan valid, tidak dapat dipastikan dan dijamin
sehingga menjamin validitas, kebenaran, mutunya, kemungkinan terjadinya
mutu dan kualitas pekerjaan kefarmasian kesalahan sangat besar, serta tidak dapat
yang dilakukan, serta menjamin menjamin keselamatan operator/praktisi
keselamatan praktisi/operator yang yang melakukan
melakukan. Sanksi:
• Peringatan dan pembinaan dari organisasi
keprofesian (IAI).
• Jika masih ringan , masih dapat diberikan
peringatan, tetapi jika apoteker sudah
tidak melakukan pelayanan kefarmasian
sesuai peraturan perundangan sehingga
menyebabkan pasien celaka atau rugi,
bahkan kematian maka, akan diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang
dilanggar.

9. PASAL 9 1. Apoteker memberikan pelayanan 1. Apoteker tidak melayani pasien secara 1. Apoteker wajib memberikan pelayanan
Seorang Apoteker dalam kefarmasian sesuai dengan kebutuhan maksimal sesuai dengan kebutuhan pasien, kepada pasien secara maksimal dan
melakukan praktik pasien/sesuai indikasi secara maksimal pengobatan yang diberikan tidak rasional, mementingkan kebutuhan pasien contonya
kefarmasian harus dengan memastikan rasionalitas, mutu, tidak terjamin mutunya (contoh: sediaan dengan memberikan obat yang rasional
mengutamakan kepentingan serta kualitas pelayanan yang diberikan. sudah rusak), dan pengobatan yang sesuai dengan indikasinya.
masyarakat. Menghormati hak 2. Apoteker dapat melakukan pelayanan diberikan tidak dapat menjamin keselamatan 2. Memberikan pelayanan swamedikasi kepada
azasi pasien dan melindungi swamedikasi kepada pasien yang dan keamanan pasien (contoh: banyaknya pasien serta memberikan informasi yang
makhluk hidup insani membutuhkan rekomendasi obat untuk drug related problem) lengkap agar tidak terjadi kesalahan pada
keluhan yang dirasakan, dilengkapi 2. Apoteker tidak memberikan pelayanan pengobatan swamedikasi pasien
dengan infromasi terkait atau dapat juga swamedikasi kepada pasien yang ingin 3. Tidak melakukan kerjasama dengan pihak
dilakukan konseling jika dibutuhkan secara mandiri melakukan terapi manapun untuk meresepkan obat khusus
3. Apoteker tidak mementingkan aspek pengobatan, pengobatan swamedikasi yang untuk keuntungan pribadi
komersial/bisnis dalam mengambil diberikan tidak tepat, serta informasi yang 4. Apoteker harus memberikan pelayanan
keputusan profesional yang dapat harus diberikan tidak lengkap sehingga dengan memperhatikan aspek Reliability
merugikan kepentingan pasien. Apoteker terjadi kesalahan pada swamedikasi pasien (kehandalan), Responsiveness (Daya
harus dapat melihat kemampuan pasien yang dapat membahayakan keselamatan Tanggap), Assurace (jaminan), dan Empathy
dalam membeli obat dan memberikan pasien (contoh: risiko efek samping kantuk (Empati). Yaitu Apoteker harus memberikan
rekomendasi terbaik pada pasien yang akan mengemudi tidak pelayanan yang segera dan handal, tidak
4. Apoteker memberikan alternatif diberikan) membedakan unsur SARA pasien, menjamin
rekomendasi pengobatan/pilihan 3. Apoteker memiliki kerjasama dengan keamanan, keselamatan dan kenyamanan
pengobatan dengan menjelaskan segala medical representative dari industri farmasi pasien, serta memahami kebutuhan pasien.
perbedaan yang terdapat diantara kedua tertentu untuk meresepkan obat tertentu 5. Apoteker harus menjaga Rahasia Kedokteran
baik dari segi farmakologis (potensi, efek dengan maksud keuntungan pribadi yang dan Kefarmasian
samping) maupun ekonomis (harga) bersifat komersial. 6. Dalam Penggantian obat atau penghentian
sehingga pasien dapat mengambil 4. Apoteker tidak memberikan perhatian pengobatan, Apoteker harus berkomunikasi
keputusan dalam pengobatannya. khusus kepada pasien yang dahulu dengan dokter yang meresepkan
5. Apoteker memberikan pelayanan home membutuhkannya seperti geriatri dan
care pharmacy kepada pasien rentan atau pediatri.
dengan keadaan khusus (geriatri dan
pediatri).
6. Apoteker menyimpan rekam medik pasien 5. Apoteker memberitahukan penyakit yang
dan resep pasien pada tempat yang aman diderita oleh pasien kepada orang lain atau
dan dijaga kerahasiaannya. teman sejawat tanpa seizin pasien.
7. Apoteker dapat melakukan konfirmasi 6. Apoteker tidak mengkonfirmasi dan
serta diskusi rekomendasi kepada dokter melakukan rekomendasi penyesuaian resep
untuk melakukan penyesuaian resep kepada dokter walau menemukan
apabila menemukan ketidakrasiolan ketidakrasionalan dalam peresepan yang
dalam upaya pengobatan pasien dapat membahayakan pasien
Sanksi:
• Pemberian peringatan tertulis dan
pembinaan dari IAI
• Rekomendasi pembekuan dan pencabutan
STRA atau SIPA.
• Kewajiban mengikuti pendidikan atau
pelatihan di institusi pendidikan apoteker

10. PASAL 10 1. Apoteker tidak membuka apotek yang 1. Apoteker membuka apotek bersebelahan 1. Apoteker dalam membangun apotek baru
Seorang Apoteker harus bersebelahan dengan apotek yang sudah dengan apotek yang sudah ada. sebaiknya memperhatikan lingkungan sekitar,
memperlakukan teman ada. 2. Apoteker melakukan kesalahan saat bila sudah ada apotek didaerah tersebut
sejawatnya sebagaimana ia 2. Apoteker melakukan komunikasi dengan skrining resep dokter sebaiknya membangun apotek lebih berjarak
sendiri ingin diperlakukan baik dan efektif pada teman sejawatnya 3. Apoteker berkomunikasi secara tidak (jarak minimal 5 bangunan).
3. Apoteker tidak mengambil alih pekerjaan sopan dan tidak santun kepada teman 2. Apoteker wajib meningkatkan ketelitian pada
teman sejawat tanpa seizin apoteker yang sejawat. saat melakukan skrining resep agar tidak
bersangkutan. 4. Apoteker tidak berbagi pengetahuan dan berbahaya bagi pasien dan tidak merugikan
4. Apoteker dan tenaga kesehatan lainnya pengalaman kepada teman sejawatnya. profesi lainnya, bila apoteker ragu pada saat
berbagi pengetahuan dan pengalaman. 5. Apoteker membicarakan kekurangan skrining resep lebih baik melakukan
apotek lain di lingkungan sekitar. komunikasi kepada penulis resep.
Sanksi: 3. Apoteker harus selalu mengutamakan
Mendapat teguran dan pembinaan dari IAI. kesopanan saat berkomunikasi dengan rekan
Apabila masih melanggar, dapat dilaporkan sejawat, profesi lain maupun kepada pasien.
kepada majelis etik untuk dilakukan sidang. 4. Apoteker pada fasilitas pelayanan kesehatan
Apotek harus saling membantu dan
mendukung dengan sesama apotek lainnya
11. PASAL 11 1. Apoteker mengingatkan dan menasehati 1. Terdapat apoteker yang obat narkotika, 1. Apoteker wajib melakukan pemeriksaan
Sesama Apoteker harus saling sejawat apoteker lain apabila menjual obat psikotropika dan obat keras bukan di daftar terhadap DOWA dan menghindari pemberian
mengingatkan dan saling narkotika, psikotropika dan obat keras DOWA tanpa menggunakan resep dokter. Obat Narkotika, Psikotropika maupun obat
menasehati untuk mematuhi bukan di daftar DOWA tanpa 2. Terdapat Apoteker yang tidak jujur kepada keras lainnya tanpa resep dokter.
ketentuan-ketentuan kode etik menggunakan resep dokter. pasien. 2. Apoteker harus mengecek izin PBF sebelum
2. Apoteker mengingatkan dan menasehati 3. Terdapat apoteker yang membeli dan mengambil obat untuk menghindari
rekan sejawatnya untuk memberikan opsi menjual kembali pbat-obat yang berasal kesalahan
memilih obat generik atau paten bagi dari PBF yang tidak memiliki surat izin 3. Dalam memberikan obat bila diresep tertulis
pasien. resmi. obat paten namun pasien tidak mampu
3. Apoteker mengingatkan sejawat apoteker 4. Terdapat apoteker yang tidak memberikan menebus obat tersebut.Apoteker wajib
lain untuk membeli obat di PBF resmi opsi memilih obat generik atau paten bagi memberikan opsi pemilihan obat generik atau
yang memiliki izin. pasien. obat paten kepada pasien

Sanksi:
Pembinaan, surat peringatan, dan pencabutan
anggota sementara maupun tetap.

12. PASAL 12 1. Apoteker lulusan instansi A dipasangkan 1. Persaingan antar apoteker di instalasi 1. Sesama Apoteker wajib bekerja sama dan
Seorang Apoteker harus dengan apoteker alumni instansi B saling pelayanan kefarmasian yang tidak sehat. melakukan pembagian tugas dengan baik.
mempergunakan setiap bekerja sama dengan baik untuk 2. Apoteker senior mengintimidasi apoteker 2. Apoteker membimbing apoteker junior atau
kesempatan untuk memberikan pelayanan kefarmasian junior. apoteker baru dengan baik untuk
meningkatkan kerjasama yang kepada masyarakat. 3. Antar apoteker di suatu instalasi farmasi menghindari kemungkinan kesalahan yang
baik sesame Apoteker di dalam 2. Apoteker senior di IFRS X memberi saling tidak percaya. akan terjadi.
memelihara keluhuran martabat informasi penting dan bertukar 3. Semua Apoteker harus saling mempercayai
jabatan pengetahuan kepada Apoteker junior di Sanksi: satu sama lain dan bila terjadi kesalahan
kefarmasian, serta IFRS X sehingga timbul rasa hormat dan Dikenakan sanksi etik. Apoteker lainnya wajib menegur dengan
mempertebal rasa saling saling percaya untuk bekerja sama. bahasa yang baik
mempercayai didalam
menunaikan tugasnya

13. PASAL 13 1. Apoteker menjalin hubungan baik dengan 1. Apoteker melimpahkan seluruh pekerjaan 1. Apoteker wajib melaksanakan tugas sesuai
Seorang Apoteker harus Tenaga teknis kefarmasian dalam kepada TTK, sehingga apoteker tidak dengan Kewajibannya.
mempergunakan setiap melakukan pekerjaan kefarmasian, melakukan tugasnya dan beban kerja TTK 2. Apoteker menyediakan ruang kerja yang
kesempatan untuk menjalankan pekerjaan sesuai dengan menjadi tinggi serta tidak sesuai dengan aman dan nyaman bagi Apoteker lain dan
membangun dan pembagian tugas yang telah diatur dalam kompetensi TTK TTK.
meningkatkan hubungan profesi, struktur organisasi. 2. Apoteker penanggung jawab tidak
saling mempercayai, menyediakan ruang kerja yang nyaman
menghargai, dan 2. Bertanggung jawab atas pekerjaan untuk TTK atau apoteker lainnya yang 3. Dalam mengubah obat maupun dosis Apoteker
menghormati sejawat petugas kefarmasian yang dilakukan oleh TTK bekerja di sarana pelayanan kefarmasian harus selalu berkomunikasi dengan dokter
kesehatan lain. ataupun apoteker itu sendiri. atau tempat kerja lainnya. sebagai penulis resep
3. Menghargai keputusan dokter dalam 3. Apoteker mengubah isi resep atau tidak
meresepkan obat untuk pasien dan mengomunikasikan kebenaran isi resep
mengonfirmasi pemilihan obat oleh kepada dokter
dokter dengan sikap yang baik dan tidak Sanksi:
menyalahkan. Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan
sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.

14. PASAL 14 Mengomunikasikan dengan baik pemilihan Apoteker menyebarkan kejelekan dokter 1. Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang baik
obat atau regimen dosis obat yang tertulis kepada pasien sehingga menimbulkan harus saling mendukung dan membantu
Seorang Apoteker hendaknya
pada resep kepada dokter penulis resep keengganan pada pasien untuk berobat profesi lainnya dalam meningkatkan
menjauhkan diri dari tindakan
apabila ditemukan adanya interaksi obat atau kembali ke dokter yang bersangkutan. kesehatan, Apoteker harus lebih sering
atau perbuatan yang dapat
regimen dosis yang tidak tepat, serta Misalnya mengatakan bahwa dokternya masih berkomunikasi dan berdiskusi dengan
mengakibatkan
merekomendasikan pemilihan obat atau muda sehingga sering salah meresepkan obat dokter, perawat dan profesi kesehatan
berkurangnya atau hilangnya
regimen dosis yang tepat. untuk pasien. lainnya.
kepercayaan masyarakat kepada
Sanksi:
sejawat petugas kesehatan lain.
Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan
sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.

15. PASAL 15 Apoteker mengakui, bertanggung jawab, dan Apoteker tidak mengakui kesalahan yang 1. Apoteker harus memahami isi dan maksud
Seorang Apoteker bersungguh menerima sanksi dari IAI apabila melakukan diperbuatnya dan tidak mau bertanggung dari kode Etik Apoteker
– sungguh menghayati dan kesalahan yang disengaja ataupun tidak jawab, serta menyalahkan orang lain atas 2. Apoteker diharapkan dapat menjalin
mengamalkan kode etik disengaja yang tidak sesuai dengan kode etik kesalahan yang diperbuatnya. Apoteker hubungan baik antar teman sejawab dan
Apoteker Indonesia dalam apoteker Indonesia menghindar dari pengkajian yang dilakukan melakukan kolaborasi interprofesional
menjalankan tugas oleh MPEAD. 3. Apoteker tidak menyalahgunakan
kefarmasiannya sehari-hari. kewenangan yang dimiliki
KERTAS KERJA
PENDALAMAN TENTANG PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER

No. KEMUNGKINAN TERJADINYA


BUTIR PEDOMAN DISIPLIN CONTOH PENERAPAN DI LAPANGAN
PELANGGARAN DAN SANKSI
1 Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak Berkewajiban untuk mengikuti pendidikan Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kompeten berkelanjutan yang terkait dengan kesalahan yang Melakukan kesalahan dalam menghitung dosis,
diperbuat. Mengulangi belajar di perguruan tinggi. pemilihan obat serta pemberian informsai yang kurang
lengkap kurang dan jelas.

Sanksi :
Teguran lisan dan diadakan simulasi yang disaksikan
oleh saksi ahli
2 Membiarkan berlangsungnya praktik Kegiatan di apotek tetap berlangsung meskipun Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kefarmasian yang menjadi tanggungjawabnya, Apoteker penangung jawab tidak berada di di Asisten apoteker melayani resep narkotika di apotek,
tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker tempat dan tidak tidak menunjuk Apoteker resep ini seharusnya dilayani oleh apoteker.
pengganti dan/ atau Apoteker pendamping yang pengganti/pendamping pada waktu Apoteker
sah. Pengelelola Apotek (APA) atau apoteker Sanksi:
penanggung jawab tidak bisa bisa hadir pada jam Surat peringatan dan pelaporan ke MEDAI
buka apotek.
3 Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga Apoteker meminta tenaga teknis kefarmasian Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kesehatan tertentu dan/ atau tenaga-tenaga yang menyerahkan OWA (Obat Wajib Apoteker) dan Mendelegasikan perhitungan dosis infus kepada
tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan melakukan konseling terhadap obat keras padahal perawat
pekerjaan tersebut apoteker berada di tempat dan sedang tidak Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena
melakukan apapun. Sanksi :
berupa teguran dan pembinaan dari Ikatan Apotker
Indonesia (IAI). Jika terjadi kerugian/kematian pada
pihak pasien, apoteker dapat dituntut yang berakibat
pada pencabutan izin praktik.

4 Membuat keputusan profesional yang tidak Apoteker di apotek menjelaskan kepada pasien Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
berpihak kepada kepentingan bahwa terdapat obat dagang dan obat generik. Membuat keputusan terapi sepihak : mengganti obat
pasien/masyarakat Apoteker menjelaskan bahwa obat dagangdengan yang diresepkan dokter dengan obat lain yang
obat generik memberikan khasiat yang sama saja, komposisinya sama tanpa adanya persetujuan pasien.
perbedaannya hanya terletak pada merk sehingga Adanya apoteker yang bekerja sebagai Medical
obat dagang dapat memiliki harga yang lebih mahal Representative yang lebih mengutamakan keuntungan
dibandingkan dengan obat generik, walaupun penjualan produk.
kandungan zat aktif dan khasiatnya sama.Apoteker Pemilihan obat dagang untuk pengobatan masyarakat
harus menyetujui permintaanpasien apabila pasien padahal tersedia obat generik dengan indikasi dan
lebih memilihuntuk membeli obat generik dengan manfaat sama dengan harga yang lebih dapat
harga yang lebih mudah dijangkau oleh pasien. dijangkau oleh masyarakat.
Apoteker tidak boleh semata-mata hanya Tidak menjaga kerahasiaan penyakit pasien.
mementingkan keuntunganpribadi saja
Sanksi :
Teguran antar sejawat
5 Tidak memberikan informasi yang sesuai, Apoteker selalu memperbaharui pengetahuannya Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
relevan, dan up to date dengan cara yang mudah dengan cara mengikuti pelatihan, seminar, dan Melakukan pelayanan konseling menggunakan
dimengerti oleh pasien/masyarakat sehingga sebagainya bahasa medis yang tidak dimengerti pasien
berpotensi menimbulkan kerusakan dan/ atau Apoteker memberikan informasimengenai obat- Sanksi: pemberian peringatan tertulis
kerugian pasien obat khusus yangmungkin jarang digunakan oleh
pasien.Contoh: suppositoria, inhaler, insulin,
dll.
6 Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Berdasarkan standar prosedur operasional bagian Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
Standar Prosedur Operasional sebagai Pedoman percikan obat menjadi kapsul(pada pedoman Pada contoh diatas, apoteker yang mendapat resep
Kerja bagi seluruh personil disarana praktik apoteker bagian D halaman 75). Pada poin berisi aspirin enteric coated , yang seharusnya tidak
pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai 2 tertulis untukobat-obat yang tidak dapat digerus boleh digerus justru digerusoleh apoteker tersebut.
Dan mortir dan stamper yang digunakan untuk
dengan kewenangannya. seperti lepas lambat, obat salut, dan lain-laintidak
menggerus tidak dicuci terlebih dahulu dan
bisa digerus. Apabila digerus harusdilakukan membagiserbuk ke dalamkapsul tidak sama banyak.
konfirmasi. Tidak ada lemari khusus narkotika atau lemari
Tidak ada SOP penerimaan dan peracikanresep. narkotika diletakkan di dekat etalase obat sehingga
• Tidak ada SOP penanganan narkotika. terlihat oleh pasien dan pelanggan apotek sehingga
• Tidak membuat SOP pengoperasian alat. resiko tinggi terjadi penyalahgunaan narkotika.
• Tidak memusnahkan resep yang telah disimpan Sanksi :
1. Peringatan tertulis dari MEDAI .
5 tahun
2. Jika setelah diberi peringatan tetap melakukan
pelanggaran, maka ia mendapat rekomendasi
pembekuan dan/ atau pencabutan STRA atau SIPA.

7 Memberikan sediaan farmasi yang tidak Seorang nenek usia 62 tahun menderita crohn Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
terjamin mutu, keamanan, dan khasiat disease yang seharusnya menerima resep obat Bentuk Pelanggaran Disiplin
obat/manfaat kepada pasien prednisolon, namun pasien menerima obat 1. Tidak memberikan sediaan farmasi yang sesuai
glikazid. Pasien tidak sadarkan diri dan meninggal dengan resepsehingga tidak memberikan efek terapi
akibat hipoglikemia setelah konsumsi glikazid yang diinginkan hinggamenyebabkan
kerugian/kematian pasien.
2. Suatu bentuk pelanggaran atas undang-undang
perlindungankonsumen, dan pekerjaan/pelayan
kefarmasian.
Sanksi Disiplin
1.Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau SuratIzin Kerja Apoteker.
8 Melakukan Pengadaan (termasuk produksi dan 1. Apoteker A di apotek B memesan obat C yang Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
distribusi) obat dan/ bahan baku obat, tanpa berupa sediaan blister kepada PBF X sebanyak 1. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan
prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi 2 dus @12. Ketika barang datang 1 minggu distribusi) obat dan atau bahan baku obat, tanpa
menimbulkan tidak terjaminnya mutu, khasiat kemudian asisten apoteker mengecek prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi
obat. kelengkapan faktur, surat pesanan dan kondisi menimbulkan tidak terjaminnya mutu, khasiat
fisik obat serta kelengkapan lainnya. Ternyata obat.
ditemukan kondisi kardus dalam keadaan basah 2. Tidak aktif (malas) mencari informasi terkait
dan blister obat rusak. Apoteker A peraturan perundang-undangan.
mengkonfirmasi kerusakan tersebut pada 3. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian,
Apoteker penanggung jawab (APA) di apotek melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau
tersebut dan APA meretur obat tersebut. tidak melakukan yang seharusnya dilakukan,sesuai
2. Seharusnya distribusi ini menjadi tanggung dengan tanggung jawab profesionalnya tanpa
jawab apoteker di distributor. Dimana apoteker alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
di bagian distributor harus dapat memastikan membahayakan pasien.
distribusi obat berlangsung aman.
Dikhawatirkan dengan kerusakan kemasan Sanksi Disiplin
dapat mempengaruhi kerusakan zat aktif obat Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI
pada saat pengiriman. berdasarkan Peraturan per-UU-an yang berlaku :
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/ atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/ atau
3. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan di
Institusi Pendidikan Apoteker;
4. Peringatan dan pembinaan dari organisasi
keprofesian.
9 Tidak menghitung dengan benar dosis obat, 1. Dalam produksi sediaanobat, apoteker Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau memastikan bahwa sediaan yang diproduksi Kesalahan dalam regimen dosis.
kerugian kepada pasien. tepat kadar melalui QC dan QA.
2. Apoteker melakukan perhitungan dosis dengan Sanksi Disiplin
benar untuk pasien kondisi khusus, pediatric, Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI
gagal ginjal, dll. berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku yaitu:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/ atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/ atau
3. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan
di Institusi Pendidikan Apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau
Surat Izin Praktik yang dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi
atau Surat Izin Praktik sementara selama-lamanya
1 tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi
atau Surat Izin Praktik tetap atau selamanya;
3. Kewajiban mengikuti Pendidikan apoteker yang
dimaksud dapat berupa : Pendidikan formal; atau
pelatihan dalam pegetahuan dan/ atau
keterampilan, magang di Institusi Pendidikan atau
sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau
sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk,
sekurang-kurangnya 3 bulan dan paling lama 1
tahun.
10 Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak Apoteker menyusun dan menyimpan obat-obatan Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
sesuai standar, sehingga berpotensi sesuai dengan standar ketentuan penyimpanan Menyimpan sediaan farmasi dengan penyimpanan
menimbulkan penurunan kualitas obat. yang berlaku. khusus tidak pada tempatnya. Contohnya : sediaan
insulin yang seharusnya disimpan dalam lemari
pendingin, disimpan dalam lemari biasa.
Sanksi Disiplin
Mendapat peringatan tertulis dari MEDAI (Majelis
Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia) dan/atau
kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
Institusi Pendidikan Apoteker.
11 Menjalankan praktik kefarmasian dalam Apoteker yang baru saja menjalani operasi Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sehingga perlu istirahat, berhenti sejenak dari Apoteker melayani pelayanan swamedikasi terhadap
yang sedang terganggu sehingga merugikan pekerjaannya di Apotek dan mencari Apoteker penyakit berat seperti penyakit jantung.
kualitas pelayanan profesi. pendamping/ pengganti untuk menggantikannya
sementara hingga kesehatan membaik kembali. Sanksi Disiplin
Diberikan peringatan dan pembinaan.
12 Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, Apoteker tidak melayani pelayanan swa-medikasi Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
melakukan yang seharusnya tidak dilakukan diluar kewenangan yang seharusnya. 1. Apoteker melayani antibiotik tanpa resep dokter;
atau tidak melakukan yang seharusnya 2. Apoteker mengganti obat generik dengan obat
dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab paten dengan harga mahal tanpa konfirmasi
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang kepada pasien
sah, sehingga dapat membahayakan pasien. 3. Saat melakukan pelayanan swamedikasi,
Apoteker lupa menginformasikan pada pasien
bahwa penggunaan sediaan suppositoria bukan
penggunaan oral/ tetapi digunakan melalui anus
Sanksi Disiplin
Dilakukan peringatan berupa teguran diikuti dengan
pembinaan khusus.

13 Melakukan pemeriksaan atau pengobatandalam Menurut WHO dalam hal ini swa-medikasi Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
pelaksanaan praktik swa-medikasi (self Apoteker berperan sebagai komunikator, penyedia Apoteker mendiagnosis pasien dengn keluhan nyeri
medication) yang tidak sesuai dengan kaidah obat, sebagai pengajar dan pengawas, sebagai perut setelah makan dan nyeri uluhati sebagai
pelayanan kefarmasian. kolaborator dan sebagai promotor kesehatan. penyakit tukak peptic yang disebabkan infeksi bakteri
H. pylori dan memberikan terapi antibiotik dan obat
golongan Proton Pump Inhibitor. Seharusnya
penegakan diagnosis dilakukan atas pemeriksaan
dokter dan pemeriksaan laboratorium.

Sanksi Disiplin
Kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan di
Institut Pendidikan Apoteker.
14 Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ Apoteker dalam melaksanakan PIO kepada pasien, Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
atau tidak etis, dan/tidak objektif kepada yang tema sejawat, dan Nakes lain juga ketika Apoteker tidak menjelaskan efek samping serius obat
membutuhkan. melakukan konseling dengan pasien atau keluarga yang diterima pasien dengan jujur, etis dan objektif
pasien harus memberikan penjelasan yang benar, kepada pasien karena takut pasien akan menolak
jujur, etis dan objektif mengenai obat atau jenis
menggunakan obat-obatan tersebut dan tidak jadi
pengobatan yang diberikan. Pemilihan obat bias membeli obat.
melalui memeberikan kebebasan kepada pasien
terkait menggunakan obat paten/ generic, pilihan Sanksi Disiplin
harga obat, terkait resiko efek samping dari Pemberian Peringatan Tertulis.
pengobatan dan perhatian serta peringatan yang
harus diketahui oleh pasien.
15 Menolak atau menghentikan pelayanan Pada saat pelayanan resep di apotik, apoteker Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan yang melakukan pelayanan kefarmasian pada semua Tidak melayani resep yang ingin ditebus oleh pasien,
layak dan sah. kalangan pasien. padahal stok obatnya ada karena memiliki masalah
pribadi dengan pasien.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis; dan atau rekomendasi
pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda
Registrasi Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker,
atau Surat Izin Kerja Apoteker.
16 Membuka rahasia kefarmasian kepada yang Menjaga kerahasiaan data penting misalnya rekam Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
tidak berhak. medik dan resep oba pasien dengan tidak Memberikan resep yang telah ditebus pasien, kepada
menyebarkannya. dokter lain yang bukan dokter penulis resep.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis; dan atau rekomendasi
pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda
Registrasi Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker,
atau Surat Izin Kerja Apoteker.
17 Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya. Melakukan kegiatan penjualan obat ke pasien Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
berdasarkan aturan yang ditetapkan dan SOP Menjual obat golongan narkotik kepada kenalan
pelayanan resep. dengan harga yang kebih tinggi, tanpa adanya resep
dokter.

Sanksi:
Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat
Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin Praktik
Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
18 Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan Setiap terjadi transaksi sediaan farmasi harus Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
farmasi yang tidak baik dan tidak benar. dilakukan pencatatan pada kartu stok. Seorang Apoteker yang bekerja di Apotek tidak
membuat kartu stock obat dan/atau kartu stock tidak
selalu diisi walaupun ada pembelian obat.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis

19 Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Tidak melakukan kegiatan praktik apoteker jika Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
Registrasi Apoteker (STRA) atau Surat Izin apoteker belum memiliki STR, SIPA dan Sertifikat Seorang Apoteker memalsukan SIPA dengan cara
Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker komptensi yang legal. meng-scan SIPA orang lain, kemudian mengubah
(SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat kompetensi nama, alamat serta identitas lainnya sesuai dengan
yang tidak sah. datanya.

Sanksi:
Pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda
Registrasi Apoteker, atau Surat Izin Praktik
Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.

20 Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat Menyerahkan bukti dan menyampaikan informasiBentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
bukti lainnya yang diperlukan MEDAI untuk tertentu mengenai suatu pengaduan kepadaMEDAI Menyembunyikan/menghilangkan alat bukti berupa
pemeriksaan atas pengaduan dugaan secara detail dan lengkap. resep asli yang memiliki kekeliruan, untuk melindungi
pelanggaran disiplin dokter yang salah dalam penulisan obat sehingga
berakibat fatal bagi pasien.
Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis
21 Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau Mempromosikan/mengiklankan pelayanan Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
kelebihan kemampuan/pelayanan yang kefarmasian terkait obat sesuai dengan Apoteker menawari obat paten ke pasien dengan
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak kebenarannya. alasan lebih efektif/manjur dibandingkan obat
benar atau menyesatkan.
generik, tetapi harganya yang lebih mahal tidak
disampaikan.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis
22 Membuat keterangan farmasi yang tidak Membuat laporan mengenai monitoring kegiatan Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker :
didasarkan kepada hasil pekerjaan yang tertentu yang dilakukan sesuai dengan aturan yang Apoteker melaporkan MESO penggunaan antibiotik
diketahuinya secara benar dan patut. ditetapkan pada pasien sepsis di RS X, tetapi monitoringnya tidak
dilakukan setiap hari.

Sanksi:
Pemberian peringatan tertulis dan mengikuti
pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.

Anda mungkin juga menyukai