Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DI RUMAH (HOME PHARMACY CARE)

DOSEN : 1. Dr. Dra. Lili Musnelina, M.Si., Apt


2.. Elvina Triana Putri, M.Fram. Apt

Kelompok 10
 Susilowati (20344096)
 Belliana Anggraini (20344097)
 Hirim Hotma Uli Aprianis
(20344098)
 Sibon Muh Amril (20344099)
 Milka Ika Tabuni (203440100)
 Mayasari (203440101)
LATAR BELAKANG

 Visi departemen kesehatan Republik Indonesia adalah


mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat
dengan misi membuat rakyat sehat.
 Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan dan merupakan wujud pelaksanaan
pekerjaan kefarmasian berdasarkan Undang-undang No.23
tahun 1992 tentang kesehatan. (Ahmad, 2018)
 Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut maka
apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan agar mampu berkomunikasi dengan tenaga
kesehatan lain secara aktif, berinteraksi langsung dengan
pasien di samping menerapkan keilmuannya di bidang
farmasi.
 Salah satu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tersebut adalah melalui pelayanan
kefarmasian di rumah yaitu pelayanan kepada pasien yang
dilakukan di rumah khusunya untuk kelompok pasien lanjut
usia, pasien yang menggunakan obat dalam jangka waktu
yang lama seperti pengunaan obat-obat kardiovaskuler,
diabetes, TB, asma dan obat-obat untuk penyakit kronis
lainnya. (Ahmad, 2018)
KONSEP PELAYANAN KEFARMASIAN DI
RUMAH (HOME PHARMACY CARE)
Pengertian :
Pelayanan kefarmasian dirumah oleh apoteker
adalahpendampingan pasien oleh apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau
keluarganya.
Pelayanan kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang
tidak atu belum dapat menggunakan obat dan alat kesehatan
secara mandiri. (Ahmad, 2018)
TUJUAN

 Tujuan umum
Tercapainya keberhasilan terapi obat
 Tujuan khusus
a. Terlaksananya pendampingan pasien oleh apoteker untuk
mendukung efektivitas, keamanan dan kesinambungan
pengobatan
b. Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian
pasien dan keluarga dalam penggunaan obat dan atau alat
kesehatan yang tepat
c. Terwujudnya kerjasama profesi kesehatan, pasien dan
keluarga. (Ahmad, 2018)
MANFAAT

1. Bagi pasien
 Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan biaya
pengobatan
 Meningkatkan pemahanan dalam pengelolaan dan penggunaan
obat dan atau kesehatan
 Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan
 Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan atau alat
kesehatan dalam situasi tertentu

2. Bagi Apoteker
 Pengembagangan kompetensi apoteker dalam pelayanan
kefarmasian dirumah
 Pengakuan profesi apoteker oleh masyarakat kesehatan,
masyarakat umum dan pemerintah
 Terwujudnya kerjasama antar profesi kesehatan. (Ahmad, 2018)
PASIEN SEPERTI APA YANG
MEMERLUKAN HOME PHARMACY CARE ?
 Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan
perhatian khusus tentang penggunaan obat, interaksi obat dan
efek samping obat
 Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB,
HIV/AIDS, DM dll
 Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau
lebih dengan salah satu kriteria atau lebih regimen obat
sebagai berikut:
Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari.
Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari.
Pasien minum salah satu dari 20 macam obat dalam tabel 1 yang telah
diidentifikasi tidak sesuai untuk pasien geriatric
Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih. (Ahmad, 2018)
TAHAPAN HOME CARE

 Melakukan penilaian awal terhadap pasien untuk


mengindentifikasi adanya masalah kefarmasian yang perlu
ditindaklanjuti dengan pelayanan
 Menjelaskan permasalahan kefarmasian kepada pasien dan
manfaat pelayanan kefarmasian di rumah bagi pasien
 Menawarkan pelayanan kefarmasian di rumah kepada pasien
 Menyiapkan lembar persetujuan dan meminta pasien untuk
memberikan tanda tangan, apabila pasien menyetujui
pelayanan tersebut.
 Mengkomunikasikan layanan tersebut pada tenaga kesehatan
lain yang terkait, apabila diperlukan. Pelayanan kefarmasian di
rumah juga dapat berasal dari rujukan dokter kepada apoteker
apotek yang dipilih oleh pasien. (Ahmad, 2018)
 Membuat rencana pelayanan kefarmasian di rumah dan
menyampaikan kepada pasien dengan mendiskusikan waktu
dan jadwal yang cocok dengan pasien dan keluarganya.
Rencana ini diberikan dan didiskusikan dengan dokter yang
mengobati (bila rujukan)
 Melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal dan rencana yang
telah Mengkoordinasikan pelayanan kefarmasian kepada dokter
(bila rujukan)
 Mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada
Catatan Penggunaan Obat Pasien. (Ahmad, 2018)
PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH
1. Pengelolaan pelayanan kefarmasian dirumah dilakasanakan
oleh apoteker yang kompeten
2. Mengaplikasikan peran sebagai pengambil keputusan
profesional dalam pelayanan kefarmasian sesuai
kewenangan
3. Memberikan pelayanan kefarmasian di rumah dalam rangka
meningkatkan kesembuhan dan kesehatan serta
pencegahan komplikasi
4. Menjunjung tinggi kerahasian dan persetujuan pasien
(confendential and inform consent)
5. Memberikan rekomendasi dalam rangka keberhasilan
pengobatan. (Ahmad, 2018)
6. Melakukan telaah (review) atas penatalaksanaan pengobatan
7. Menyusun rencana pelayanan kefarmasian berdasarkan pada
diagnosa dan informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan dan
pasien/keluarga
8. Membuat catatan pengguanaan obat pasien (patient medical
record)
9. Melakukan monitoring penggunaan obat pasien secara terus
menerus
10. Bertanggung jawab kepada pasien dan keluarganya terhadap
pelayanan yang bermutu melalaui pendidikan, konseling dan
koordinasi dengan tenaga kesehatan lain
11. Memelihara hubungan diantara anggota tim kesehatan untuk
menjamin agar kegiatan yang dilakukan anggota tim saling
mendukung dan tidak tumpang tindih
12. Berpartisipasi dalam aktivitas penelitian untuk mengembanagkan
pengetahuan pelayanan kefarmasian di rumah. (Ahmad, 2018)
PELAYANAN YANG DAPAT DIBERIKAN
APOTEKER
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
apoteker, meliputi:
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobtan
2. Identifikasi kepatuhan dan kesepahaman terapeutik
3. Penyediaan pbat dan atau alat kesehatan
4. Pendampingan pengelolaan obat dan atau alat kesehatan di
rumah, misal cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin
dll
5. Evaluasi penggunaan alat bantu pengobatan dan penyelesaian
masalah sehingga obat dapat dimasukkan ke dalam tubuh
secara optimal
6. Pendampingan pasien dalam penggunaan obat melalui
infus/obat khusus. (Ahmad, 2018)
7. Konsultasi masalah obat
8. Konsultasi kesehatan secara umum
9. Dispensing khusus (misal : obat khusus, unit dose)
10. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan
penggunaan obat termasuk alat kesehatan pendukung
pengobatan
11. Pelayanan farmasi klinik lain yang diperlukan pasien
12. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.
(Ahmad, 2018)
PERAN APOTEKER

Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah tidak dapat diberikan


pada semua pasien mengingat waktu pelayanan yang cukup lama
dan berkesinambungan. Oleh karena itu pasien yang perlu
mendapat pelayanan kefarmasian di rumah antara lain:
 Pasein menderita penyakit kronis
 Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV?AIDS,
DM dll
 Pasien dengan resiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau
lebih dengan salah satu kriteria atau lebih regimen obat sebagi
berikut:
• Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari
• Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari
• Pasien minum salah satu dari 20 macam obat
• Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih. (Ahmad, 2018)
PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH MELIPUTI:
1. Penilaian sebelum dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah
(Pre-Admission Assesment)
2. Penilaian dan pencatatan data awal pasien
3. Penyeleksian produk, alat-alat tambahan yang diperlukan
4. Menyusun rencana pelayanan kefarmasian di rumah
5. Melakukan koordinasi penyediaan pelayanan
6. Melakukan pendidikan pasien dan konseling
7. Pemantauan terapi obat
8. Melakukan pengaturan dalam penyiapan pengiriman,
penyimpanan dan cara pemberian obat
9. Pelaporan efek samping obat dan cara mengatasinya
10. Berpartisipasi dalam penelitian klinik obat di rumah
11. Proses penghentian pelayanan kefarmasian dirumah. (Ahmad,
2018)
DOKUMENTASI

Pendokumentasian adalah hal yang harus dilakaukan dalam


setiap kegiatan pelayanan kefarmasian. Pendokumentasian
berguna untuk evaluasi kegiatan dalam uapaya peningkatan
mutu pelayanan dan tersedianya data/profil pasien. (Ahmad,
2018)
MANFAAT DOKUMENTASI

1. Memberiakn bukti dan kepastian hukum bagi apoteker dan pasien


2. Dapat digunakan sebagi pedoman untuk pelaksanaan pelayana
kefarmasian di rumah bagi apoteker dengan standar kualitas
yang sama
3. Data yang terdapat dalam dokumen dapat digunakan untuk
penelitian
4. Mengetahu riwayat penyakit pasien

Aktivitas pelayanan kefarmasian di rumah dibutuhkan beberapa


dokumentasi:
5. Prosedur tetap pelayanan kefarmasian di rumah
6. Catatan penggunaan obat pasien
7. Lembar persetujuan (informed consent) untuk apoteker dan
pasien
8. Kartu kunjungan. (Ahmad, 2018)
MONITORING DAN EVALUASI

Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di


rumah perlu dilakukan monitoring dan evaluasi untuk menilai
perkembangan pasien, tercapainya tujuan dan sasaran serta
kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan.

Tujuan umum :
Tersedianya informasi yang akurat tentang pasien dan
pengobatannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian di rumah. (Ahmad, 2018)
Tujuan khusus:
1. Melakukan monitoring tindakan pelayanan kefarmasian di
rumah yang dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi
pasien terkait perubahan status atau perkembangan
kesehatan pasien sebagai akibat penggunaan obat
2. Menilai respon atau hasil akhir pelayanan kefarmasian untuk
membuat keputusan penghentian pelayanan kefarmasian
dirumah
3. Mengevaluasi kualitas prose dan hasil pelayanan kefarmasian
di rumah
4. Memperoleh data statistik. (Ahmad, 2018)
Kapan home pharmacy care
sebaiknya dapat dihentikan ?
 Hasil pelayanan tercapai sesuai tujuan
 Kondisi pasien stabil
 Keluarga sudah mampu melakukan pelayanan di rumah
 Pasien dirawat kembali di rumah sakit
 Pasien menolak pelayanan lebih lanjut
 Pasien pindah tempat ke lokasi lain
 Pasien meninggal dunia (Ahmad, 2018)
Contoh Kasus : Efektivitas Home Pharmacy Care dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pasien Hipertensi (Studi
dilakukan selama 3 bulan di Apotek Kota Malang)

 Bagaimana efektivitas dari pemberian home pharmacy care dalam


meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan terhadap pengobatan
pada pasien hipertensi di Apotek kota Malang hingga akhir bulan
ke-3. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai home pharmacy
care sebelumnya yang dilakukan dalam periode beberapa bulan.
 Metode : menggunakan rancangan penelitian true eksperimental
dengan jenis penelitian pre test-post test design dan pengukuran
variabel pada hingga akhir bulan ke-3,
 Sampel : pasien hipertensi yang mendapatkan obat hipertensi di
kota Malang
 Teknik pengambilan sampel : purposive sampling Jumlah pasien
hipertensi yang dijadikan sampel sebanyak 79 sampel, yang terdiri
dari 40 pasien sampel kelompok eksperimen yang diberikan
perlakukan berupa home pharmacy care dan 39 pasien sampel .
(Illahi, et. Al. 2019)
 Berdasarkan tabel 2 dan 3, diketahui bahwa terjadi
peningkatan persentase pengetahuan pada
kelompok.eksperimen maupun kelompok.kontrol dari bulan
ke-0, 1 dan 3. Peningkatan pengetahuan pada pasien
kelompok eksperimen kemungkinan disebabkan karena
pemberian home pharmacy care di rumah pasien bulan ke-0.
 peningkatan pengetahuan pada pasien kelompok kontrol juga
dapat disebabkan karena pemberian konseling oleh apoteker
di apotek.
 Tingkat kepatuhan pasien diukur dengan membandingkan
tekanan darah pasien pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. (Illahi, et. Al. 2019)
 Berdasarkan tabel 4 dan 5, diketahui bahwa terjadi penurunan
tekanan darah pada pasien kelompok eksperimen di bulan ke-
0, 1 dan 3. Kepatuhan merupakan faktor penentu keberhasilan
terapi pasien.
 penurunan tekanan darah merupakan indikator adanya
peningkatan kepatuhan kelompok eskperimen.
 Peningkatan kepatuhan kelompok eksperimen dapat
disebabkan karena pemberian home pharmacy care
 Pemberian konseling pada pasien akan memudahkan apoteker
dalam mengidentifikasi serta menyelesaikan suatu masalah
terkait pengobatan sehingga pasien dapat lebih patuh dalam
menjalankan terapi pengobatannya secara aman dan benar.
 Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan
terapi dapat mempengaruhi tekanan darah. (Illahi, et. Al.
2019)
 Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui penyebaran
karakteristik data sampel apakah sebaran memiliki sebaran normal
atau tidak normal. Uji yang digunakan yaitu uji Shapiro-Wilk karena
jumlah sampel kurang dari 50, kedua kuesioner yaitu kuesioner
pengetahuan dan kuesioner kepatuhan pada kelompok.eksperimen
dan kontrol berdistribusi normal karena nilai signifikansi p>0,05.
 Setelah dilakukan uji normalitas, maka selanjutnya dilakukan uji
efektivitas. hasil uji t-tidak berpasangan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil uji efektivitas pengetahuan kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol pada bulan ke-0, 1 dan 3, yang masing-
masing menunjukkan p>0,05 yang artinya H0 diterima dan H1
ditolak, sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaaan
yang signifikan antara pengetahuan kelompok eksperimen serta
pengetahuan kelompok kontrol serta kepatuhan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada bulan ke-0, 1 dan 3. (Illahi,
et. Al. 2019)
 Dari uji somers’ d yang telah dilakukan diperoleh nilai p>0,05
untuk tabulasi silang antara lama pasien menderita
hipertensi dengan pengetahuan pasien kelompok.eksperimen
dan kontrol serta lama pasien menderita hipertensi dengan
kepatuhan kelompok.eksperimen dan kontrol yang artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara lama pasien
menderita hipertensi dengan pengetahuan serta kepatuhan
pasien hipertensi kelompok.eksperimen maupun
kelompok.kontrol pada bulan ke-3. (Illahi, et. Al. 2019)
PENUTUP

 Home Care oleh apoteker diperlukan sebagai tanggung jawab dan


upaya pendampingan dalam memberikan informasi yang tepat
tentang terapi obat kepada pasien. Hal ini dilakukan terutama
untuk pasien yang tidak atau belum dapat menggunakan obat dan
atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki
kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat misalnya
komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat,
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan obat dan atau alat kesehatan.
 Dengan adanya pedoman pelayanan kefarmasian di rumah,
diharapkan apoteker mulai melaksanakan pelayanan kefarmasian
di rumah dan akan terjalin suatu kerjasama antar tenaga
kesehatan (multidisiplin) dalam pelayanan kesehatan sehingga
akan mendapatkan pelayanan kefarmasian yang optimasi. (Ahmad,
2018)
Referensi :
 Illahi, Ratna Kurnia. (2019). Efektifitas Home Pharmacy Care
dalam Meningkatkan Pengetahuan Kepatuhan Terhadap
Pengobatan Pasien Hipertensi (Studi dilakukan selama 3 bulan
di Apotek Kota Malang). Pharmaceutical Journal Of Indonesia.
Vo. 5(1) : 21-28 2019.
 Ahmad, Ahmad. (2018). Home Pharmacy Care : Solusi
Keberhasilan Terapi di Rumah. Majalah Farmasetika, 3(5) 2018,
108-111

Anda mungkin juga menyukai