3 Home Care
Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah
karena kondisi kesehatannya (Neis dan Mc.Ewen , 2001)
Home care merupakan penyediaan peralatan dan jasa pelayanan keperawatan kepada
pasien di rumah yang bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan secara maksimal
tingkat kenyamanan dan kesehatan. Dalam kasus apapun efektivitas perawatan berbasis rumah
membutuhkan upaya kolaboratif pasien, keluarga, dan professional. (Amerika Medicine
Associatin )
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa home care adalah praktik layanan
kesehatan yang dilakukan ditempat tinggal pasien atau diluar sarana kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup pasien. Home care sangat berguna bagi pasien-pasien yang
membutuhkan perhatian khusus seperti
Di Amerika. Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880- an,
dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.
Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya
masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah.
Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat
terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada
keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk
melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan
keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).
Di Indonesia sendiri praktik home care sudah lumrah dilakukan seperti merawat pasien di
rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan
melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Atau
seperti melakukan partus dirumah pasien lalu diikuti perawatan difas dan bayi oleh bidan bidan
desa. Selain itu puskesmas juga memili program pemantauan obat bagi pasien yang
mengkonsumsi obat TB .
Dari penjabaran diatas home care adalah kegiatan positif yang juga berperan penting dalam
tahap kesehatan pasien. Home care akan lebih sukses bila dilakukan bersama-sama atau
berkolaborasi sesame tenaga kesehatan seperti Dokter,Perawat,Ahli Gizi, Fisioterapis, Farmasi
dan tak lupa pasien juga membutuhkan bagian kerohanian agar kesehatan pasien juga seimbang.
2.6 Peran Apoteker di Apotek terkait Home Care
2.6.1 Konsep fungsi dan tugas Apoteker sesuai dengan kompetensi Apoteker di apotek yang
dikenal dengan nine Stars Pharmacist, yaitu:
1. Care giver, artinya apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi informasi
obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
2. Decision maker, artinya apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan
terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien, sebagai contoh ketika pasien tidak
mampu membeli obat yang ada dalam resep maka apoteker dapat berkonsultasi dengan
dokter atau pasien untuk pemilihan obat dengan zat aktif yang sama namun harga lebih
terjangkau..
3. Communicator, artinya apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan pihak
eksternal (pasien atau konsumen) dan pihak internal (tenaga profesional kesehatan
lainnya).
4. Leader, artinya apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek. Sebagai seorang
pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek, bertanggung jawab
dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi,
manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek.
5. Manager, artinya apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal pelayanan,
pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan administrasi keuangan.
Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian
dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.
6. Life long learner, artinya apoteker harus terus-menerus menggali ilmu pengetahuan,
senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta mampu
mengembangkan kualitas diri.
7. Teacher, artinya apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya, harus
mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak hanya
berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan profesinya tersebut
dengan baik.
8. Researcher, artinya apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna
mengembangkan ilmu kefarmasiannya.
9. Enterpreneur, artinya apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
4. Menjunjung tinggi kerahasiaan dan persetujuan pasien (confidential and inform consent)
7. Menyusun rencana pelayanan kefarmasian berdasarkan pada diagnosa dan informasi yang
diperoleh dari tenaga kesehatan dan pasien/keluarga
8. Membuat catatan penggunaan obat pasien (Patient Medication Record) secara sistematis
dan kontiniu, akurat dan komprehensif
10. Bertanggung jawab kepada pasien dan keluarganya terhadap pelayanan yang bermutu
melalui pendidikan, konseling dan koordinasi dengan tenaga kesehatan lain
11. Memelihara hubungan diantara anggota tim kesehatan untuk menjamin agar kegiatan
yang dilakukan anggota tim saling mendukung dan tidak tumpang tindih
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi :
• Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang
penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat
• Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS, DM dll
• Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih dengan salah satu
kriteria atau lebih regimen obat sebagai berikut: - Pasien minum obat 6 macam atau lebih
setiap hari. - Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari. - Pasien minum salah satu
dari 20 macam obat dalam tabel 1 yang telah diidentifikasi tidak sesuai untuk pasien geriatri
- Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih.
Nies, M.A., & McEwen, M. (2001). Community health nursing: Promoting the health of
populations. (3rd ed.), USA: W.B. Saunders Company.
Depkes, RI. 2002. Pengembangan Model Praktek Pelayanan Mandiri keperawatan. Pusgunakes.
Jakarta
Zang, S.M. & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual perawatan dirumah
(Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan Ri. 2008. Pedoman Farmasi Home Care, 2008. Jakarta