Anda di halaman 1dari 20

1. Apa prinsip pelayanan kedokteran keluarga?

Jawab :
Prinsip pendekatan pelayanan Dokter Keluarga yaitu:
1. Memberikan layanan komprehensif dengan pendekatan holistik.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang kontinyu mulai dari konsepsi sampai
mati.
3. Mengutamakan pencegahan (empat tingkat pencegahan).
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang koordinatif dan kolaboratif.
5. Memberikan pelayanan kesehatan individual sebagai bagian integral dari
keluarganya.
6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungan tempat pasien
berada.
7. Sadar etika, moral dan hukum.
8. Memberikan pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan sadar mutu.
9. Menyelengarakan
pelayanan
kesehatan
yang
dapat

diaudit

dan

dipertanggungjawabkan.
Adapun penjabaran prinsip-prinsip diatas adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan pendekatan holistik.
a. Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
b. Memandang pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya bagian tubuhnya
yang sakit.
2. Pelayanan kesehatan yang kontinyu.
a. Mempunyai rekam medis yang diisi dengan cermat.
b. Dianjurkan untuk berpraktek di tempat yang sama, dokter dan kliniknya
sebaiknya jangan berpindah-pindah.
c. Menjalin kerjasama dengan profesional dan institusi pelayanan kesehatan
lainnya untuk kepentingan pasien agar proses konsultasi dan rujukan berjalan
lancar.
3. Pelayanan kesehatan yang mengutamakan pencegahan.
a. Melayani KIA, KB, vaksinasi.
b. Mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin.
c. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada waktunya.
d. Mencegah kecacatan.
4. Pelayanan kesehatan yang koordinatif dan kolaboratif.
a. Kerjasama profesional dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan
kesehatan yang bermutu dan mencapai kesembuhan optimal.
b. Memanfaatkan potensi pasien dan keluarganya seoptimal mungkin untuk
penyembuhan.

c. Sebagai contoh: melatih anggota keluarga untuk mengukur dan memantau suhu
tubuh pasien atau bahkan tekanan darah dan kadar gula darahnya. Hasil itu
selanjutnya dilaporkan secara berkala kepada dokter yang bersangkutan.
5. Penanganan individual bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya.
a. Titik awal (entry point) pelayanan Dokter Keluarga adalah individu seorang
pasien.
b. Unit terkecil yang dilayaninya adalah individu pasien itu sendiri sebagai bagian
integral dari keluarganya.
c. Seluruh anggota keluarga dapat menjadi pasien seorang Dokter Keluarga akan
tetapi tetap dimungkinkan sebuah keluarga mempunyai lebih dari satu dokter
keluarga.
6. Pelayanan kesehatan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, masyarakat
dan lingkungan tempat tinggalnya.
a. Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan
lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyembuhan penyakitnya.
b. Memanfaatkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya untuk
membantu penyembuhan penyakitnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
a. Mempertimbangkan etika dalam setiap tindak medis yang dilakukan pada pasien.
b. Meminta ijin pada pasien untuk memberitakan penyakitnya kepada keluarganya
atau pihak lain.
c. Menyadari bahwa setiap kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi masalah
hukum.
8. Pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan sadar mutu.
a. Mempertimbangkan segi cost-effectiveness dalam merancang tindakan medis
untuk pasiennya.
b. Mampu mengelola dan mengembangkan secara efisien dengan neraca positif
sebuah klinik Dokter Keluarga dengan tetap menjaga mutu pelayanan kesehatan.
c. Mampu bernegosiasi dengan pelayanan kesehatan yang lain (Rumah Sakit,
Apotik, Optik dan lain-lain) secara berimbang sehingga tercapai kerjasama yang
menguntungkan semua pihak khususnya pasien.
d. Mampu bernegosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan secara serasi dan
selaras sehingga tercapai kerjasama yang menguntungkan semua pihak
khususnya pasien.
9. Pelayanan kesehatan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan.

a. Rekam meds yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca orang lain yang
berkepentingan.
b. Menyediakan SOP untuk setiap layanan medis.
c. Belajar sepanjang hanyat dan memanfaatkan EBM (Evidence Based Medicine) serta
menggunakannya sebagai alat untuk merancang tindakan medis dan bukan sebagai
pembuat keputusan.
d. Menyadari keterbatasan kemampuan dan kewenangan.
e. Menyelenggarakan pertemuan ilmiah rutin membahas berbagai kasus sambil
mengaudit penatalaksanaannya.
2.

Apa karakteriksik pelayanan kedokteran keluarga?


Jawab :
1. Lynn P. Carmichael (1973)
a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan
b. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
c. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya
d. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit
e. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan
penyakit.
2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)
a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawab
b. Pelayanan primer dan lanjut
c. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
d. Memandang pasien dan keluarga
e. Melayani secara maksimal
3. IDI (1982)
a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal
c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

3. Apa yang dimaksud internship?


Dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 299/MENKES/PER/II/2010
tentang penyelenggaraan program internsip dan penempatan dokter pasca internsip dalam
BAB 1 (ketentuan umum) Pasal 1,
Internsip adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan
kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi,
komprehensif, mandiri, serta menggunakan pendekatan kedokteran
keluarga, dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil
pendidikan dengan praktik lapangan.
3

Peserta program internsip adalah dokter yang baru lulus program studi
pendidikan dokter berbasis kompetansi yang akan menjalankan praktik

kedokteran dan/atau mengikuti pendidikan dokter spesialis.


Program internsip ikatan dinas adalah program iternsip yang diikuti dokter
dengan biaya dari pemerintah atau pemerintah daerah dengan kewajiban
mengikuti program penempatan sesuai dengan program kementerian

kesehatan setelah menyelesaikan program internsip.


Program intrnsip mandiri adalah program internsip yang diikuti dokter
dengan biaya sendiri dengan tidak mempunyai kewajiban mengikuti
program penempatan sesuai dengan program kementerian kesehatan
setelah menyelesaikan program internsip.

4. Apa saja syarat untuk mendapatkan SIP?


1. Surat permohonan bermaterai Rp.6.000,2. Foto copy KTP yang masih berlaku
3. Foto copy Ijazah tenaga kesehatan yang berlaku
4. Foto copy Surat Tanda Registrasi (STR) sesuai izin yang diajukan
5. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik atau surat keterangan dari sarana
pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya
6. Surat Rekomendasi dari organisasi profesi , sesuai tempat praktik
(IDI,IBI,PPNI,dll)
7. Pas foto ukuran 4x6 cm: 3 lembar dan 3x4 cm: 2 lembar
8. Surat izin dari pimpinan instasi/sarana pelayanan kesehatan tempat nakes
dimaksud bekerja (khusus nakes yang bekerja disarana pelayanan kesehatan
pemerintah/ sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah)
9. Rekomendasi dari Kepala Puskesmas di wilayah tempat praktek
10. Surat keterangan berbadan sehat dari Dokter pemerintah
11. Gambar/Denah lokasi
12. Izin gangguan (HO) bagi yang praktek mandiri
Prosedur untuk mendapatkan perizinan:
1. Pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan
dilampiri persyaratan yang telah ditentukan dan mengisi formulir yang telah
disediakan.

2. Permohonan yang telah lengkap syarat-syaratnya diterima oleh Dinas


Kesehatan, pemohon menerima tanda terima berkas permohonan.
3. Verifikasi data-data permohonan dan syarat oleh Dinas Kesehatan.
4. Pemrosesan Izin dan pembuatan slip pembayaran.
5. Pemohon membayarkan retribusi dan mengambil surat izin di Dinas Kesehatan
Surat izin praktek masih tetap berlaku sepanjang:
1. Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter/dokter gigi masih
berlaku.
2. Tempat praktek masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin praktek.
5. Bagaimana membangun klinik keluarga?
Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga
mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit
tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri
klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya
adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau
hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga
tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang
memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah
sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara
sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice).
Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik
dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan
gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

SINTESIS
A. UU No.20 Tahun 2013
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2013
TENTANG
PENDIDIKAN KEDOKTERAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan Kedokteran adalah usaha sadar dan terencana dalam pendidikan formal yang
terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi pada jenjang pendidikan tinggi
yang program studinya terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
2. Pendidikan Akademik adalah pendidikan tinggi program sarjana dan/atau program
pascasarjana kedokteran dan kedokteran gigi yang diarahkan terutama pada penguasaan
ilmu kedokteran dan ilmu kedokteran gigi.
3. Pendidikan Profesi adalah Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan melalui proses
belajar mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan pembelajaran komunitas yang
menggunakan berbagai bentuk dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi
persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran.
4. Fakultas Kedokteran adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dokter.
5. Fakultas Kedokteran Gigi adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan Dokter Gigi.
6. Mahasiswa Kedokteran atau Mahasiswa Kedokteran Gigi yang selanjutnya disebut
Mahasiswa adalah peserta didik yang mengikuti Pendidikan Kedokteran.
7. Sarjana Kedokteran adalah lulusan Pendidikan Akademik pada program sarjana di bidang
kedokteran, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
8. Sarjana Kedokteran Gigi adalah lulusan Pendidikan Akademik pada program sarjana di
bidang kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.

9. Dokter adalah dokter, dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis lulusan


pendidikan dokter, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
10. Dokter Gigi adalah dokter gigi, dokter gigi spesialis-subspesialis lulusan pendidikan
dokter gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
11. Dosen Kedokteran yang selanjutnya disebut Dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan

dengan

tugas

utama

mentransformasikan,

mengembangkan,

dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora kesehatan, dan/atau


keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
12. Tenaga Kependidikan Pendidikan Kedokteran yang selanjutnya disebut Tenaga
Kependidikan adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya
mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran.
13. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran adalah bagian dari standar nasional pendidikan
tinggi yang merupakan kriteria minimal dan harus dipenuhi dalam penyelenggaraan
Pendidikan Kedokteran.
14. Kurikulum Pendidikan Kedokteran yang selanjutnya disebut Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran.
15. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang Pendidikan
Kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara
multiprofesi.
16. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah rumah sakit umum yang digunakan Fakultas
Kedokteran dan/atau rumah sakit gigi mulut yang digunakan Fakultas Kedokteran Gigi
untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar Kurikulum dalam rangka mencapai
kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
17. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum
dengan unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan Fakultas Kedokteran
dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi untuk memenuhi Kurikulum dalam rangka mencapai
kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
18. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit umum yang digunakan Fakultas
Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi untuk memenuhi Kurikulum dalam rangka
mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
19. Wahana Pendidikan Kedokteran adalah fasilitas selain Rumah Sakit Pendidikan yang
digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran.
20. Organisasi Profesi adalah organisasi yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau
kedokteran gigi yang diakui oleh Pemerintah.
21. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
7

22. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
23. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan walikota, serta perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan.
24. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
Pasal 4
Pendidikan Kedokteran bertujuan:
a. menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi yang berbudi luhur, bermartabat, bermutu,
berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional, berorientasi
pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan berjiwa sosial
tinggi;
b. memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia secara berkeadilan; dan
c. meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan
kedokteran gigi.
Pasal 7
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) merupakan penyelenggara Pendidikan Kedokteran.
(2) Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pendidikan Akademik; dan
b. Pendidikan Profesi.
(3) Pendidikan Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. program Sarjana Kedokteran dan program Sarjana Kedokteran Gigi;
b. program magister; dan
c. program doktor.
(4) Pendidikan Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan pembelajaran
akademik, laboratorium, dan lapangan di bidang ilmu biomedis, bioetika/humaniora
kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, serta kedokteran komunitas dan kesehatan
masyarakat.
(5) Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. program profesi dokter dan profesi dokter gigi;
8

b. program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis.
(6) Program profesi dokter dan profesi dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf a merupakan program lanjutan yang tidak terpisahkan dari program sarjana.
(7) Program profesi dokter dan profesi dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilanjutkan dengan program internsip.
(8) Program internsip sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diselenggarakan secara nasional
bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan, kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi rumah sakit pendidikan,
Organisasi Profesi, dan konsil kedokteran Indonesia.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai program dokter layanan primer sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf b dan program internsip sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan
ayat (8) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 8
(1) Program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) huruf b hanya dapat
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang
memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi kedokteran dan program
studi kedokteran gigi.
(2) Dalam hal mempercepat terpenuhinya kebutuhan dokter layanan primer, Fakultas
Kedokteran dengan akreditas kategori tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran yang akreditasinya setingkat lebih
rendah dalam menjalankan program dokter layanan primer.
(3) Program dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kelanjutan dari program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan
program dokter spesialis.
(4) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam menyelenggarakan program
dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan Organisasi
Profesi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi
yang menyelenggarakan program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis,
dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

B.UU No. 29 Tahun 2004 Mengenai Praktik Kedokteran


Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
2. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan.
3. Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan
bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.
4. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter
atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus
uji kompetensi.
5. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki
sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara
hukum untuk melakukan tindakan profesinya.
6. Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap dokter dan dokter gigi yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
7. Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter
gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan.
8. Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi.
9. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan
yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.
10. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter atau dokter gigi.
11. Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
10

diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani
masyarakat.
12. Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter
Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
13. Kolegium kedokteran Indonesia dan kolegium kedokteran gigi Indonesia adalah badan
yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang
bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.
14. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang
untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
15. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

C. KEDOKTERAN KELUARGA
1. PENGERTIAN
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau

sudah

sangat

didambakan.

Sehingga

merupakan

tugas

profesi

untuk

mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan semakin percaya pada sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh WONCA
pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif
bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider
lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis kelamin ataupun
jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam
lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial.
Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien.
Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu kedokteran yang
mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap fungsi keluarga,
pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan
11

kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan
normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi dokter maupun
kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang
kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter
keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang mencakup
seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga,
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care, yang mencangkup
tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Promosi kesehatan
KIA
KB
Gizi
Kesehatan lingkungan
Pengendalian penyakit menular
Pengobatan dasar

2. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya
keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua
macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih
efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter
keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu
masalah kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang
disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan
sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing.
Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan
12

suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu
penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih
efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter
keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan
diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh
sakit akan menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan
berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga
ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat
dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulangulang, yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan
yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.

3. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan banyak manfaat
yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge Research Institute,
1976) :
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan

penyakit

dan

dijamin

kesinambungan pelayanan kesehatan.


3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan
suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan
tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan
sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.

13

7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.

4. FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA


Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai
bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif,
kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan
profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai
pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangungjawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat
dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya
dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik

d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
14

Yang

memperoleh

kepercayaan

dari

komunitas

pasien

yang

dilayaninya,

menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat


kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan
menjadi panutan masyarakat

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :


a.
b.
c.
d.
e.

Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit


Melayani individu dan keluarganya
Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
Menangani penyakit akut dan kronik
Merujuk ke dokter spesialis

Kewajiban dokter keluarga :


a.
b.
c.
d.
e.

Menjunjung tinggi profesionalisme


Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
Bekerja dalam tim kesehatan
Menjadi sumber daya kesehatan
Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga
yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari,
2008) :
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir
dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

5. ORGANISASI PADA DOKTER KELUARGA

15

Pada dokter keluarga, memiliki 2 organisasi yang akan dibahas sebagai berikut :
a. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) yang saat ini seluruh anggotanya adalah
Dokter Praktik Umum (DPU) yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Jumlah anggota
yang telah mendaftar sekitar 3000 orang. Semua anggota PDKI adalah anggota IDI. PDKI
merupakan organisasi profesi dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer yang
utama.
Ciri dokter layanan primer adalah (Danasari, 2008) :
a.

Menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan berkelanjutan

b.
c.
d.

(continuing care)
Membuat diagnosis medis dan penangannnya
Membuat diagnosis psikologis dan penangannya
Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar belakang dan

e.

berbagai stadium penyakit


Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan

f.

prognosis
Melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan kecacatan melalui
penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit, terapi preventif, dan
perubahan perilaku.
Setiap dokter yang menyelenggarakan pelayanan seperti di atas dapat menjadi anggota

PDKI. Anggota PDKI adalah semua dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat
primer baik yang baru lulus maupun yang telah lama berpraktik sebagai Dokter Praktik
Umum.
Dokter penyelenggara tingkat primer, yaitu :
a.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Dokter praktik umum yang praktik pribadi


Dokter keluarga yang praktik pribadi
Dokter layanan primer lainnya seperti :
Dokter praktik umum yang bersama
Dokter perusahaan
Dokter bandara
Dokter pelabuhan
Dokter kampus
Dokter pesantren
Dokter haji
Dokter puskesmas
Dokter yang bekerja di unit gawat darurat
16

k. Dokter yang bekerja di poliklinik umum RS


l. Dokter praktik umum yang bekerja di bagian pelayanan khusus
Sejarah PDKI
PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang bernama Kelompok Studi
Dokter Keluarga (KSDK, 1983), sebuah organisasi dokter seminat di bawah IDI. Anggotanya
beragam, terdiri atas dokter praktik umum dan dokter spesialis. Pada tahun 1986, menjadi
anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA). Pada tahun 1990, setelah Kongres
Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan Kongres Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali,
namanya diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai
organisasi dokter seminat. Pada tahun 2003, dalam Kongres Nasional di Surabaya,
ditasbihkan sebagai perhimpunan profesi, yang anggotanya terdiri atas dokter praktik umum,
dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), namun saat itu belum
mempunyai kolegium yang berfungsi.
Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga
(KIKK) dan telah dilaporkan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Masyarakat Kestabilan
dan Kendali Indonesia (MKKI).
Continuing Professional Development (CPD) yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia (PDKI) adalah :
1. Pelatihan Paket A : Pengenalan Konsep Dokter Keluarga
2. Pelatihan Paket B : Manajemen Pelayanan Dokter Keluarga
3. Pelatihan Paket C : Pengetahuan Medis Dasar dan Keterampilan Teknis Medis
4. Pelatihan Paket D : Pengetahuan Mutakhir Kedokteran
5. Konversi DPU menjadi DK bagi dokter yang telah praktek 5 tahun atau lebih dan masih
punya izin praktek dengan mengisi borang yang telah disediakan sampai tahun 2012, setelah
itu bila ingin jadi dokter keluarga harus mengikuti pendidikan formal baik S2 atau spesialis
DK
6. Pengisian modul DK
7. Kerja sama dengan Australia dengan mengisi modul online

17

b. Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia ( KIKKI )


Dipilih dalam Kongres Nasional VII di Makassar 30 Agustus 2006 2 September 2006, dan
telah dilaporkan ke PB IDI Pusat dan MKKI. Kolegium memang harus ada dalam sebuah
organisasi profesi. Jadi PDKI harus mempunyai kolegium yang akan memberikan pengakuan
kompetensi keprofesian kepada setiap anggotanya. Dalam PDKI lembaga ini yang diangkat
oleh kongres dan bertugas sebagai berikut :
1. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta semua keputusan yang
ditetapkan kongres
2. Mempunyai kewenangan menetapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga
3. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium kedokteran
4. Mewakili PDKI dalam pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga
5. Menetapkan program studi pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga beserta
kurikulumnya
6. Menetapkan kebijakan dan pengendalian uji kompetensi nasional pendidikan profesi
kedokteran keluarga
7. Menetapkan pengakuan keahlian (sertfikasi dan resertifikasi)
8. Menetapkan kebijakan akreditasi pusat pendidikan dan rumah sakit pendidikan untuk
pendidikan dokter keluarga
9. Mengembangkan sistem informasi pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga
Angota KIKK terdiri atas anggota PDKI yang dinilai mempunyai tingkat integritas dan
kepakaran yang tinggi untuk menilai kompetensi keprofesian anggotanya. Atas anjuran dan
himbauan IDI sebaiknya KIKK digabung dengan KDI karena keduanya menerbitan sertifikat
kompetensi untuk Dokter Pelayanan Primer (DPP). Setelah melalui diskusi yang
berkepanjangan akhirnya bergabung dengan nama Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga
(KDDKI) yang untuk sementara melanjutkan tugas masing-masing, unsur KDI memberikan
sertifikat kepada dokter yang baru lulus sedangkan unsur KIKK memberikan sertifikat

18

kompetensi (resertifikasi) kepada DPP yang akan mendaftar kembali ke KKI (Qomariah,
2000).

19

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta
Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family Medicine
Practice. Singapore International Foundation : Singapore
Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas.
IDI : Jakarta
Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta
Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai