Anda di halaman 1dari 10

Gambaran Terapi Diabetes Dengan Penyakit Penyerta

Hiperlipidemia Di Instalasi Rawat Inap RSUD Budhi


Asih Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2019
Hirim Hotma Uli Aprianis1*, Refdanita2, dan Teodhora3

Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional


RSUD Budhi Asih Jakarta Timur
Email : avrianistambunan@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes dan gangguan kolesterol merupakan kombinasi mematikan yang menempatkan pasien
diabetes melitus 2–4 kali lebih beresiko terhadap terjadinya penyakit kardiovakular, penyakit
jantung koroner, aterosklerosis dini dan stroke. Faktor resiko Diabetes dengan Hiperlipidemia
berupa usia, jenis kelamin, gaya hidup, kondisi metabolik yang mempengaruhi metabolisme
lipoprotein plasma, kekurangan insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data demografi
(usia, jenis kelamin, dan lama rawat), gambaran penggunaan terapi dan hasil pemeriksaan
laboratorium. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan metode pengambilan data retrospektif
dari rekam medis pasien Diabetes dengan Hiperlipidemia di instalasi rawat inap RSUD Budhia
Asih periode Januari-Desember 2019 yang berjumlah 130 sampel. Data hasil disajikan dalam
bentuk persentase. Hasil penelitian berdasarkan demografi pasien tertinggi terdapat pada usia 51-
60 tahun sebanyak 38,7% dan berdasarkan jenis kelamin pasien tertinggi adalah perempuan
sebanyak 56,5%. Penggunaan terapi antidiabetik oral dengan antihiperlipidemia oral yang paling
banyak adalah yang menggunakan kombinasi Metformin + Atorvastatin sebanyak 34,6%. Setelah
diterapi hasil pemeriksaan laboratorium pasien mengalami penurunan nilai glukosa puasa
sebanyak 11,9% dan penurunan nilai glukosa sewaktu sebanyak 84,3%.

Kata Kunci : Diabetes, hiperlipidemia, gambaran terapi.

ABSTRACT
Diabetes and cholesterol disorders are a lethal combination that places diabetes mellitus patients 2-
4 times more at risk for cardiovascular disease, coronary heart disease, early atherosclerosis and
stroke. Risk factors for Diabetes with Hyperlipidemia include age, sex, lifestyle, metabolic
conditions that affect the metabolism of plasma lipoproteins, insulin deficiency. This study aims to
determine demographic data (age, sex, and length of stay), description of the use of therapy and
results of laboratory tests. The study was conducted descriptively with retrospective data collection
methods from the medical records of diabetic patients with hyperlipidemia in the inpatient
installation of Budhia Asih Hospital in the period January-December 2019, amounting to 130
samples. Result data is presented as a percentage. The results of the study based on the highest
patient demographics were at age 51-60 years as much as 38.7% and based on the sex of the
highest patients were women as much as 56.5%. The most common use of oral antidiabetic
therapy with oral antihyperlipidemia is 34.6% using Metformin + Atorvastatin combination. After
being treated with laboratory results, the patient experienced a decrease in fasting glucose by
11.9% and a decrease in glucose by as much as 84.3%.

Keywords : Diabetes, hyperlipidemia, overview of therapy.


PENDAHULUAN berisiko mengidap diabetes karena secara
Diabetes melitus adalah gangguan fisik wanita memiliki peluang peningkatan
metabolisme yang ditandai dengan indeks masa tubuh yang lebih besar (Imelda,
hiperglikemia yang berhubungan dengan 2019).
abnormalitas metabolisme karbohidrat, Hiperlipidemia atau lemak darah
lemak, dan protein yang disebabkan oleh adalah peningkatan salah satu atau lebih
penurunan sekresi insulin atau penerununan kolesetrol, kolesterol ester, fosfolipid, atau
sensitivitas insulin, atau keduanya dan trigliserida. Hiperlipidemia berkaitan erat
menyebabkan komplikasi kronis dengan diabetes melitus. Pada umumnya,
mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati meningkatnya kadar trigliserida dalam darah
(Sukandar et al., 2012). Negara-negara akan diikuti dengan meningkatnya kadar
dengan jumlah orang dewasa terbanyak gula darah. Ketika kadar trligiserida
dengan diabetes berusia 20-79 tahun pada meningkat, menunjukkan bahwa tubuh tidak
tahun 2019 adalah Cina, India dan Amerika dapat bekerja dengan baik untuk merubah
Serikat, dan sekarang diantisipasi untuk makanan menjadi energi (Sukandar et al.,
tetap demikian pada tahun 2030. Indonesia 2012).
merupakan negara urutan ke-7 dunia dengan Diabetes dan gangguan kolesterol
prevalensi diabetes tertinggi setelah Cina, merupakan kombinasi mematikan yang
India, United States of America, Pakistan, menempatkan pasien diabetes melitus 2–4
Brazil, Mexico (IDF, 2019). kali lebih beresiko terhadap terjadinya
Gejala klinis diabetes melitus penyakit kardiovakular, penyakit jantung
dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala koroner, aterosklerosis dini dan stroke.
akut diabetes melitus yaitu poliphagia Menurut Riffat Sultana, pada penelitiannya
(banyak makan), polidipsia (banyak minum), mengatakan bahwa orang yang menderita
poliuria (banyak kencing atau sering kencing diabetes melitus 4 tahun gambaran fraksi
dimalam hari), nafsu makan bertambah lipid akan meningkat tajam sebanding
namun berat badan turun dengan cepat (5-10 dengan semakin lamanya seseorang
kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. menderita diabetes melitus. Dalam beberapa
Gejala kronik diabetes melitus yaitu tahun terakhir, fokus perhatian pada
kesemutan, kulit terasa panas atau seperti penderita diabetes melitus adalah bagaimana
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas dikulit, mencegah kejadian penyakit kardiovaskuler
kram, kelelahan, mudah mengantuk, dan stroke. Keduanya berkaitan dengan
padangan mulai kabur, gigi mudah goyah, aterosklerosis yang dapat diakibatkan karena
dan mudah lepas (Fatimah, 2015). kadar HDL yang rendah dan kadar LDL
Faktor risiko kejadian penyakit yang tinggi. Karena proses aterosklerosis
diabetes mellitus tipe 2 antara lain usia, berlangsung lambat maka proses tersebut
aktifitas fisik, terpapar asap, indeks massa bisa dicegah, maka penting adanya
tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya penandafaktor resiko yang dapat prediksidan
hidup, adanya riwayat keluarga, kolesterol mendeteksi aterosklerosis. Mengingat bahwa
HDL, trigliserida, diabetes melitus diagnosis dini dan terapi awal yang efektif
kehamilan, riwayat ketidak normalan dapat mencegah berkembangnya diabtes
glukosa dan kelainan lainnya (Isnaini dan melitus beserta komplikasinya dan juga
Ratnasari, 2018). dalam hal pencapaian terapi yang baik pada
Peningkatan resiko diabetes seiring pasien diabetes melitus (Fahlawani et al.,
dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 2018).
45-65 tahun, disebabkan karena pada usia Masih terbatasnya penelitian
tersebut mulai terjadi peningkatan tentang gambaran terapi pada pasien
intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan diabetes melitus dengan hiperlipidemia di
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel RSUD Budhi Asih Jakarta Timur sehingga
pankreas dalam memproduksi insulin. Selain peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
itu pada individu yang berusia lebih tua ini. Penelitian ini bertujuan untuk
terdapat penurunan aktivitas mitokondria di mengetahui gambaran demografi (usia, jenis
sel-sel otot sebesar 35% dann memicu kelamin dan lama rawat) pasien, mengetahui
terjadinya resistensi terhadap insulin. uji laboratorium glukosa darah sebelum dan
Berdasarkan jenis kelamin prevalensi setelah diberikan terapi dan uji laboratorium
kejadian diabetes melitus tipe 2 pada wanita hiperlipidemia awal masuk rumah sakit pada
lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih pasien diabetes melitus dengan
hiperlipidemia, mengetahui gambaran terapi
diabetes melitus tipe 2 dan hiperlipidemia maka, n = 124 + 6,2
pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan n = 130,2 = 130 sampel
hiperlipidemia di Instalasi Rawat Inap Keterangan : n = Besarnya sampel
RSUD Budhi Asih Jakarta Timur. N = Ukuran populasi
E = Batas kesalahan
METODE
Jenis penelitian ini adalah observasi
Etika penelitian
(non eksperimental) yang bersifat deskriptif, Penelitian ini telah diajukan kepada
dimana metode pengambilan data dilakukan Komite Etik Penelitian Kesehatan Rumah
secara retrospektif. Populasi seluruh rekam Sakit Umum Daerah Budhi Asih Jakarta
medik pasien diabetes melitus di instalasi Timur dan telah mendapatkan surat
rawat inap RSUD Budhi Asih Jakarta Timur keterangan lulus kaji etik dengan nomor
periode Januari-Desember 2019. Sampel surat 282/KEP-ETIK/XII/2019.
penelitian ini adalah pasien diabetes
melitus tipe 2 yang memenuhi HASIL dan PEMBAHASAN
kriteria yaitu > 20 tahun, yang Pada penelitian yang telah dilakukan
jumlah populasi diabetes rawat inap di
didiagnosis hiperlipidemia dan yang
RSUD Budhi Asih sebanyak 180 orang,
mendapatkan terapi obat antidiabetik jumlah sampel yang memenuhi kriteria
dan obat antihiperlipidemia, data rekam diambil dengan status diabetes dengan
medis dapat dibaca dan lengkap sesuai hiperlipidemia rawat inap di RSUD Budhi
kebutuhan penelitian. Sedangkan kriteria Asih Jakarta Timur adalah 130 orang, data
eksklusi adalah wanita hamil, pasien tersebut diambil dari rekam medik RSUD
anak-anak, dan pasien yang tidak Budhi Asih dari Januari-Desember 2019.
memiliki rekam lengkap dan jelas. Data Kemudian disajikan data sebaran responden
didapat pertamakali dengan cara yang menjadi penelitian ini dapat dilihat
menelusuri data pasien diabetes melitus pada tabel dibawah ini.
tipe 2 menggunakan komputer di bagian
rekam medis. Data yang didapat Demografi Pasien
selanjutnya dicatat dalam lembar Tabel 1. Demografi pasien berdasarkan
pengambilan data dan dikumpulkan Usia, Jenis kelamin, Lama rawat
berdasarkan variabel penelitian, Demografi n = 130 Persentase (%)
selanjutnya diolah secara manual dan Usia
komputerisasi. Hasil penelitian disajikan 21 – 30 4 3
31 – 40 8 6
dalam bentuk tabel dan deskripsi sesuai 41 – 50 25 19
dengan tujuan penelitian. 51 – 60 52 40
61 – 70 30 23
Perhitungan sampel 71 – 80 8 6
Pada penelitian ini besarnya sampel dihitung 81 – 90 1 1
91 – 100 2 2
menggunakan rumus Slovin :
Total 130 100
Jenis Kelamin
n = N Laki-laki
57 44
2 73 56
1+ Ne Perempuan
Total 130 100
n = 180 Lama Rawat
12 9%
1 hari
1+180(0,05)2 2 hari
26 20%
n = 180 32 25%
3 hari
20 15%
1 + 0,45 4 hari
21 16%
n = 180 5 hari
11 8%
1,45 6 hari
5 4%
n = 124,13 sampel 7 hari
2 2%
n = 124 sampel 8 hari
1 1%
9 hari
Sampel dilebihkan 5%
n = 124 + 5% Total 130 100
n = 6,2
Berdasarkan dari Tabel 1., rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian lama rawat diabetes dengan hiperlipidemia
didapatkan persentase paling tinggi pasien adalah 3 sampai 5 hari, dan biasanya yang
diabetes melitus tipe 2 dengan menjalani rawat inap pasien akan menjalani
hiperlipidemia adalah 51-60 tahun (40%), kontrol secara rutin. Lama rawat pasien di
dan terendah 81-90 tahun (1%). Jenis RSUD Budhi Asih berdasarkan Restra
kelamin terbanyak perempuan (56%), jenis (Rancangan Rencana Strategi Bisnis) RSUD
kelamin terendah laki-laki (44%). Lama Budhi Asih tahun 2013-2017 mengalami
rawat diperoleh persentasi tertinggi yaitu 3 penurunan jumlah hari dimana nilai LOS
hari dengan persentase 25% dan paling tahun 2009-2011 adalah 4 hari dan ditahun
terendah adalah 9 hari dengan persentase 2019 adalah 3 hari. Lama hari rawat
1%. Data demografi lebih rinci dapat dilihat merupakan salah satu indicator mutu
pada Tabel 1. pelayanan medis yang diberikan oleh rumah
Dilihat berdasarkan usia, pasien sakit kepada pasien (quality of patient
diabetes melitus dengan hiperlipidemia yang care.Lama rawat merupakan salah satu
paling banyak adalah usia 51-60 tahun, usia indicator penting untuk menentukan
merupakan salah satu faktor risiko penting keberhasilan terapi pasien diabetes. Semakin
pada diabetes melitus. Umumnya manusia sedikit waktu pasien berada dirumah sakit,
mengalami perubahan fisiologi yang secara semakin dapat dikatakan efektif dan effisien
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 pelayanan di rumah sakit. Bila seseorang
tahun. Diabetes melitus sering muncul dirawat di rumah sakit, maka yang
setelah seseorang memasuki usia rawan, diharapkan tentunya ada perubahan akan
terutama setelah usia 45 tahun pada mereka derajat kesehatannya sehingga pasien tidak
yang berat badannya berlebihan misalnya perlu berlama-lama di rumah sakit. Lama
orang yang mengalami obesitas sebanyak hari rawat secara signifikan berkurang sejak
80-85%, karena cadangan gula darah yang adanya pengetahuan tentang hal-hal yang
disimpan dalam tubuh sangat berlebih tapi berkaitan dengan diagnose yang tepat
tidak semua orang obesitas menderita (Khairi & Susilawati, 2017).
diabetes melitus sehingga tubuhnya tidak
peka lagi terhadap insulin (Betteng, dkk, Persentase Pasien Mengalami Gejala
2014). Klinis Pada Awal dan Akhir Kunjungan
Hasil penelitian berdasarkan faktor Berdasarkan gejala/kondisi klinis
jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 73 pada awal kunjungan diperoleh persentasi
responden (56%), dan laki-laki dengan 57 tertinggi dengan gejala awal tertinggi pasien
responden (44%). wanita lebih beresiko mengalami rasa nyeri dan pusing sebanyak
mengidap Diabetes Melitus karena secara 44,6% atau 58 orang, Poliuria dengan
fisik wanita memiliki peluang peningkatan persentase 22,3% atau 29 orang, rasa pegal
indeks masa tubuh yang lebih besar. dengan persentase 11% atau 16 orang,
Sindrom siklus bulanan (Premenstual Polidipsia dengan persentase 20% atau 29
syndrome), pasca-menopouse yang membuat orang, dan terendah polifagia sebanyak 2%
distribusi lemak tubuh menjadi mudah atau 3 pasien, sedangkan berdasarkan gejala
terakumilasi akibat proses hormonal tersebut atau kondisi klinis akhir yang mengalami
sehingga wanita beresiko menderita diabetes penurunan diperoleh persentase tertinggi
melitus. Menurut Wright, (2008) Diabetes dengan gejala rasa pegal pada pundak
cenderung terjadi pada wanita dikarenakan berkurang , dapat dilihat pada Tabel 2.
aktifitas fisik yang jarang dilakukan oleh Tabel 2. Distribusi Pasien Diabetes Melitus
wanita apalagi sudah berumah tangga, dengan Hiperlipidemia
sehari-hari seorang ibu hanya sibuk dengan Mengalami Gejala Klinis pada
keluarga dan jarang melakukan aktifitas fisik Awal Kunjungan
dibanding dengan laki-laki. Perempuan lebih Jumlah
Gejala Klinis Awal
beresiko mengidap diabetes melitus karena N Persentase (%)
fisik perempuan memiliki peluang Awal 58 44,6
Rasa nyeri, pusing 39 30
peningkatan indeks masa tubuh yang besar Poliuria (sering berkemih) 29 22,3
yang diakibatkan karena penimbunan lemak Polidipsia (haus yang berlebihan) 3 2,3
yang menyebabkan sensitivitas pada kerja Polifagia (banyak makan) 16 12,3
insulin tersebut menurun (Imelda, 2019). Rasa pegal
Akhir 37 36,6
Poliuria 27 26,7 farmakologi yang sesuai dengan nilai
Polidipsia 16 15,8 pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan
Pegal untuk melihat perubahann pasien yang
mengalami penurunan glukosa pada akhir
Menurut Nugroho, 2012 gejala penelitian.
klinis awal timbul pada pasien Diabetes
Melitus dengan Hiperlipidemia ditandai Distribusi Pasien Diabetes Melitus
dengan timbulnya rasa nyeri dan pusing, Dengan Hiperlipidemia Berdasarkan
poliuria (sering buar air kecil), polidipsia Pemeriksaan Awal Kolesterol Total, LDL,
(haus yang berlebihan), polifagi (banyak HDL dan Trigliserida
makan), rasa pegal, berdasarkan dari gejala Berdasarkan hasil pemeriksaan
tersebut hasil penelitian ini sesuai dengan kolesterol total persentase tertinggi dengan
gejala klinis yang sudah dijelaskan. kadar <200 mg/dl sebanyak 15,4% atau 20
Menurut teori gejala klinis akhir yang orang dan pemeriksaan terendah dengan
timbul setelah terapi pada pasien diabetes kadar >200 mg/dl sebanyak 84,6% atau 110
melitus dengan hiperlipidemia setelah orang . Hasil pemeriksaan Trigliserida
mendapatkan terapi adalah berkurangnya persentase tertinggi dengan kadar >150
rasa nyeri dan pusing, poliuria (sering buar mg/dl 15,4% atau 50 orang dan persentase
air kecil), polidipsia (haus yang berlebihan), terendah dengan kadar <150 mg/dl
polifagia (banyak makan), rasa pegal sebanyak 84,6% atau 110 orang. Hasil
ditubuh, dengan demikian hasil penelitian ini pemeriksaan LDL persentase terendah
sesuai dengan gejala klinis yang sudah dengan kadar <100 mg/dl sebanyak 20,7%
dijelaskan (Ernawati,2013). atau 27 orang, sedangkan kadar yang
tertinggi sebanyak 79,3% atau 103 orang,
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Awal dapat dilihat Tabel 4.
Distribusi Pasien Diabetes Melitus dengan Tabel 4. Distribusi Pasien Diabetes
Hiperlipidemia Berdasarkan Melitus Dengan Hiperlipidemia
Pemeriksaan Glukosa Puasa dan Sewaktu Berdasarkan Pemeriksaan Awal
pada Awal Pemeriksaan Kolesterol Total, LDL dan
Berdasarkan hasil pemeriksaan Trigliserida
glukosa puasa pada awal pemeriksaan, Hasil Awal Pengamatan
persentase tertinggi kadar gula >126 mg/dl Parameter
Pemeriksaan n %
sebanyak 85,5% sebanyak 86 orang dan <200 mg/dl
persentase terendah dengan kadar 110-125 20 15,4
Kolestrol (Normal)
mg/dl sebanyak 14,5% atau 15 orang, dapat Total >200 mg/dl
di lihat pada Tabel 3. 110 84,6
(Tinggi)
Tabel 3. Distribusi Pasien Diabetes Melitus
100
dengan Hiperlipidemia Total 130
Berdasarkan Pemeriksaan
<150 mg/dl
Glukosa Puasa pada Awal 110 84,6
(Normal)
Pemeriksaan Trigliserida
Hasil Pemeriksaan >150 mg/dl
Parameter Kadar Glukosa 20 15,4
Laboratorium Awal (Tinggi)
Darah (mg/dl) Total 130 100
n %
Glukosa Puasa
<100 mg/dl
27 20,7
80-109 (Baik) - - (Normal)
LDL
110-125 (Sedang) 28 21,5 >100 mg/dl
103 79,3
>126 (Buruk) 102 78,5 (Tinggi)
Total 130 100
Glukosa Sewaktu
<140 23 17,6
Tingginya kadar kolesterol dapat
140-199 24 18,4 terjadi pada penyakit diabetes tipe 2 dan hal
>200 59 45,3 tersebut merupakan salah satu faktor resiko
diabetes melitus tipe 2. Jumlah lemak pada
Distribusi pemeriksaan laboratorium
laki-laki dewasa rata-rata berkisar 15-20%
awal pada pasien diabetes dengan
dari berat badan total, sedangkan pada
hiperlipidemia dilakukan pemeriksaan
perempuan sekitar 20-25%.
glukosa puasa dan sewaktu, karena untuk
Ketidakseimbangan antara konsumsi kalori
mendiagnosa seseorang menderita diabetes
dengan kebutuhan energi, dimana kalori
melitus dan untuk memberikan terapi
dengan kebutuhan energi, dimana kalori harian terbanyak 1-2 mg (33%) dan terkecil
yang berlebihan disimpan dalam bentuk glikuidon sebesar 0,9% dengan dosis 2,5
lemak dapat menyebabkan obesitas (Jelantik mg). paling sedikit penggunaan obat
dan Haryati, 2014). antidiabetik oral adalah golongan alfa
Kelainan metabolism pada diabetes glukosidase sebesar 7,7%, dapat dilihat pada
melitus sendiri sering memberikan dampak Tabel 6. sebagai berikut:
berupa peninggian kadar lemak darah. Tabel 6. Gambaran penggunaan obat
Insulin berperan penting dalam metabolism antidiabetik oral berdasarkan
lemak dan metabolism karbohidra di golongan obat
jaringan hepar dan lemak. Di jaringan Golongan /
Jumlah
lemak, insulin memacu aktivitas enzim Jumlah dosis Persentase (%)
(n=103)
lipoprotein lipase (LPL) untuk pembersihan harian (mg)
(clearance) trogliserida, memacu sintesis Pemicu sekresi
asam lemak dan trigliserida, dan insulin* 47 45,6
menghambat lipolysis,. Pada jaringan hepar, a.Glimepiride 35 33,9
insulin meningkatkan sintesis asam lemak, 1-2 34 33
memacu sekresi VLDL, dan memacu enzim 3-4 1 0,9
HMG-KoA reduktase (Unger & Foster, b. Glibenklamid 1 0,9
1985). Dengan demikian jika terjadi 2,5-5 1 0,9
kelainan dalam metabolism lemak dan c. Glikuidon 11 10,6
karbohidrat (Asdie, 2012). 30 5 4,8
60 6 5,8
Distribusi Penggunaan Terapi Penghambat
Antidiabetik dan Antihiperlipidemia glukoneogenesis 97 94,1
yang Diberikan Kepada Pasien Diabetes (Metformin)* 2 1,9
Melitus dengan Hiperlipidemia <1000 95 92,2
Berdasarkan jumlah obat antidiabetik 1000-1500
oral paling banyak digunakan adalah obat Penghambat alfa
tunggal 52,3% diikuti dengan kombinasi dua glukosidase 8 7,7
obat 22,3%. Sedangkan insulin digunakan (Acarbose)* 8 7,7
10,7% dalam kombinasi obat antidiabetik 100
oral dan insulin tunggal yaitu 10%, dapat *digunakan tunggal atau kombinasi
dilihat pada Tabel 5. sebagai berikut :
Tabel 5. Gambaran penggunaan Obat Berdasarkan penggunaan obat
Antidiabetik berdasarkan antidiabetik injeksi (insulin) oleh 27 subjek
jumlah obat terbanyak adalah long-acting insulin
Jumlah Persentase(40,7%) dengan dosis harian tersering
Jumlah obat perhari
(n=130) (%) digunakan sebesar 10 IU (40,7%), diikuti
Obat antidiabetik oral 103 79,2 dengan Rapid-acting insulin 29,6% dan
a. Tunggal 68 52,3 Short-acting insulin 29,6%, dapat dilihat
b. Kombinasi : pada Tabel 7. sebagai berikut :
- Dua 29 22,3 Tabel 7. Gambaran penggunaan obat
- Tiga 6 4,6 antidiabetik injeksi
Obat antidiabetik berdasarkan golongan
injeksi 27 20,7 dan dosis harian
a. Tunggal 14 10,7 Golongan /
b. Kombinasi + obat 13 10 Jumlah
Jumlah dosiharian Persentase (%)
antidiabetik oral (n=27)
(IU)
Rapid-acting 8 29,6
Berdasarkan penggunaan obat insulin 8 29,6
antidiabetik oral baik secara tunggal atau <10
kombinasi terbanyak adalah golongan Short-acting insulin 8 29,6
penghambat gluconeogenesis yaitu 20 8
metformin 94,1% dengan dosis harian Intermediate-acting 0 0
terbanyak 100-1500 mg (92,2%) diikuti insulin
pemicu sekresi insulin 45,6%, (terbanyak Long-acting insulin 11 40,7
adalah glimepiride 33,9% dengan dosis 10 11 40,7
harian metformin tersering digunakan pada
Berdasarkan jumlah subyek yang penilitian ini adalah 100-1500 mg.
mendapatkan obat antihiperlipidemia adalah penggunaan metformin 500 mg 2x per hari
130 orang. Golongan yang banyak dipakai atau 850 mg 1x sehari. Penambahan dosis
adalah golongan statin (93%) yaitu harus dilakukan secara bertahap dilakukan
atorvastatin sebanyak 77,6% dan simvastatin dengan penambahan dosis 500mg setelah 1
15,3%, sedangkan fibrat atau fenofibrat minggu pertama pengobatan atau
sebanyak 15,3%, dapat dilihat pada Tabel 8. ditambahkan 850 mg setelah 2 minggu
sebagai berikut : pengobatan apabila tidak terjadi respon
pengobatan sebelumnya. Pada penelitian ini
Tabel 8. Gambaran penggunaan obat penggunaan obat antidiabetik injeksi
hyperlipidemia berdasarkan tersering adalah Long-acting insulin (40,7%)
golongan dan jumlah harian dengan dosis harian tersering adalah 10 IU.
Golongan / Jumlah Jumlah Pemberian dosis harian insulin tergantung
Persentase (%)
dosis harian (mg) (n=130) kadar gula darah dan pada umumnya sama
Statin 121 93 untuk semua jenis insulin. Berdasarkan
- Simvastatin 10-20 20 15,3 ATCD/DD (Anatomical Therapeutic
- Atorvastatin 20-40 101 77,6
Chemical/Defined Daily Dose) WHO tahun
Fibrat 20 15,3
- Fenofibrat 300 20 15,3
2015 dosis harian untuk insulin adalah 40 IU
perhari. Sedangkan dosis penggunaan
Penatalaksaan diabetes melitus tipe 2
insulin berdasarkan consensus PERKENI
dengan hyperlipidemia pada prinsipnya
adalah dosis untuk short-acting insulin dan
sama dengan penatalaksanaan diabetes
rapid-acting insulin 0,1 IU/kgBB setiap kali
melitus pada umumnya yang meliputi
makan, dosis long-acting insulin 10 IU
penatalaksanaan non-farmakologis dan
sebelum tidur. Dosis penggunaan insulin ini
farmakologis. Gaya hidup yang sehat
sudah sesuai dengan consensus PERKENI.
termasuk pola makan, latihan jasmani,
Kombinasi golongan obat yang
penurunan berat badan serta edukasi
paling banyak digunakan adalah golongan
merupakan penatalaksanaan non-
Biguanida dan Sulfoniurea. Kombinasi
farmakologis yang penting dan tetap harus
Biguanida dan Sulfoniurea merupakan
dilaksanakan walaupun sudah didapat terapi
kombinasi umum dan berdasarkan
farmakologis (Inayah, 2016).
pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi
Terapi farmakologis dapat dimulai
kedua golongan ini dapat efektif pada
dari obat antidiabetik oral tunggal atau
banyak penderita diabetes melitus.
kombinasi sejak dini. Subjek penelitian ini
Sulfoniurea akan mengawali dengan
adalah pasien diabetes melitus yang
merangsang sekresi pankreas yang
memiliki hyperlipidemia sehingga perlu
memberikan kesempatan untuk senyawa
lebih agresif dalam pengendalian gula
Biguanida bekerja secara efektif. Kedua
darahnya. Kemungkinan pasien ini juga
golongan ini memiliki efek terhadap
mengalami hiperglikemia yang menahun
sensitivitas reseptor insulin, sehingga
sehingga mengalami komplikasi
kombinasi keduanya efek saling menunjang
hyperlipidemia, dan kadar darahnya tidak
(Soegondo,dkk, 2013).
terkontrol setelah terapi sebelumnya,
HMG-CoA reductase inhibitor
sehingga diberikan terapi kombinasi.
(Statin) adalah obat penurun lipid yang
Penelitian ini juga mendapatkan hasil obat
paling baru. Obat ini sangat efektif dalam
terapi antidiabetik oral terbanyak digunakan
menurunkan kolestrerol total dan LDL.
sebagai terapi adalah metformin (94,1%),
Statin mempunyai sedikit efek samping dan
diikuti oleh golongan pemicu sekresi insulin
saat ini biasanya merupakan obat pilihan
yaitu sulfonylurea. Menurut Inayah (2016),
pertama, karena statin memblok sintesis
metformin merupakan obat antidiabetik dari
kolesterol dalam hati. Hal ini menstimulasi
golongan penghambat gluconeogenesis.
ekskresi lebih banyak enzim, cenderung
Efek utama obat golongan penghambat
untuk mengembalikan sintesis kolesterol
gluconeogenesis adalah mengurangi
menjadi normal (PERKENI, 2019).
produksi glukosa hati dan memperbaiki
Modifikasi gaya hidup dan
ambilan glukosa sebesar 10-40%,
pengendalian glukosa darah dapat
mengurangi glikoneogenesis dan
memperbaiki profil lipid, namun pemberian
gluconeogenesis sehingga dapat
statin telah dibuktikan memberikan efek
menurunkan kadar glukosa hati. Dosis
yang sangat besar dalam menurunkan risiko
kardiovaskular pada pasien diabetes melitus Pemeriksaan glukosa darah sewaktu <140
tipe 2. Studi dari CARDS (Collaborative mg/dl dengan persentase 30,8% atau 40
Atorvastatin Diabetes Study) merupakan orang dikategori baik, glukosa darah
studi besar pertama yang mengevaluasi efek sewaktu 140-199 mg/dl dengan persentase
statin dalam pencegahan primer pada pasien 57,7% atau 75 orang dikategori sedang dan
diabetes melitus tipe 2 tanpa riwayat PJK glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dengan
sebelumnya. Hasil studi ini menunjukkan persentase 11,5% atau 15 orang dikategori
atorvastatin dosis 10mg berhubungan buruk. Hasil pemeriksaan laboratorium
dengan pengurangan risiko relative PJK sudah lebih baik dengan adanya jumlah
sebesar 37% dan srok sebesar 48%. Oleh kadar glukosa yang menurun mendekati
karena itu semua pasien harus mendapatkan normal pada nilai pada glukosa sewaktu dari
terapi statin dengan intensitas sedang pemeriksaan awal. Keadaan ini disebabkan
(moderate) atau intensitas tinggi (high) karena penyakit diabetes melitus tipe 2
(PERKENI, 2019). dengan hiperlipidemia memiliki respon yang
America Diabetes Association tahun baik terhadap terapi obat antidiabetika oral
2018 merekomendasikan bahawa statin dan antihiperlipidemia oral dimana obat
dengan intensitas tinggi (High intensitas) yang paling banyak digunakan adalah
harus segera diberikan tanpa melihat kadar kombinasi golongan obat biguanida dan
lipid awal dari pasien dengan diabetes sulfoniurea dengan golongan obat statin dan
disertai PKV atau pasien diatas 40 tahun fibrat untuk menurunkan kadar glukosa
dengan satu atau lebih faktor risiko PKV dengan koleserol, trigliserida, dan LDL.
seperti riwayat keluarga, hpertensi, Dalam penelitian ini, hasil
merokok, displidemia atau albuminuria. pemeriksaan laboratorium sudah lebih baik
Statin dengan intensitas sedang (moderate) dengan adanya jumlah kadar glukosa yang
direkomendasikan pada pasien dibawah usia menurun mendekati normal pada nilai pada
40 tahun dengan faktor risiko PKV ayng glukosa sewaktu dari pemeriksaan awal.
multiple atau kadar LDL > 100 mg/dl. Keadaan ini disebabkan karena penyakit
Terapi kombinasi dengan obat diabetes melitus tipe 2 dengan
hipoglikemik, omega 3, niacin) tidak hiperlipidemia memiliki respon yang baik
memberikan keuntungan yang lebih baik terhadap terapi obat antidiabetika oral dan
untuk pencegahan PKV dibandingkan antihiperlipidemia oral dimana obat yang
pemberian statin saja (PERKENI, 2019). paling banyak digunakan adalah kombinasi
golongan obat biguanida dan sulfoniurea
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Setelah dengan golongan obat statin dan fibrat untuk
Terapi menurunkan kadar glukosa dengan
Berdasarkan hasil penelitian koleserol, trigliserida, dan LDL. Metformin
pengobatan diabetes melitus dengan bekerja menurunkan kadar glukosa darah
hiperlipidemia setelah diterapi persentase dengan memperbaiki transport glukosa ke
hasil pemeriksaan laboratorium, dapat dalam sel-sel otot. Obat ini dapat
dilihat pada Tabel 9. sebagai berikut : memperbaiki uptake glukosa sampai sebesar
10-40%. Menurunkan produksi glukosa hati
dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Sulfoniurea meningkatkan
sekresi insulin sehingga efektif hanya jika
Tabel 9. Pemeriksaan Laboratorium akhir masih ada aktivitas sel beta pancreas; pada
Glukosa Sewaktu Setelah Terapi pemberian jangka lama sulfoniurea juga
Parameter Kadar Hasil Pemeriksaan memiliki kerja diluar pancreas. Acarbose
Glukosa Darah Laboratorium Akhir berfungsi unuk mengontrol kadar gula darah
(mg/dl) n (130) % dengan cara memperlambat proses
<140 (Baik) 40 30,8 pencernaan karbohidrat menjadi senyawa
140-199 (Sedang) 75 57,7 gula yang lebih sederhana, sehingga
>200 (Buruk) 15 11,5 membantu menurunkan kadar gula dalam
Total 130 100 darah setelah makan. Atovastatin dan
Dalam penelitian ini, hasil simvastatin menghambat secara kompetetif
pemeriksaan laboratorium sudah lebih baik koenzim 3-hidroksi-3-meilgluaril (HMG
dengan adanya jumlah kadar glukosa yang CoA) reduktase, yakni enzim yang berperan
menurun mendekati normal pada nilai pada pada sintesis kolesterol, terutama dalam hati.
glukosa sewaktu dari pemeriksaan awal.
Golongan fibrat bekerja terutama untuk DAFTAR PUSTAKA
menurunkan kadar gliserida serum.
Asdie, Ahmad H. & Asdie, Rizka H. (2012).
Efektifitas Statin Pada Pasien
Diabetes Dengan Diasplidemia.
KESIMPULAN Yogyakarta : UGM
Gambaran demografi pasien Betteng , Richardo, etc. (2014). Analisis
Diabetes Melitus dengan Hiperlipidemia Faktor Resiko Penyebab
berdasarkan umur tertinggi adalah usia 51- Terjadinya Diabetes Melitus Tipe-2
60 tahun sebanyak 40% atau 52 orang, Pada Wanita Usia Produktif
sedangkan berdasarkan jenis kelamin Dipuskesmas Wonasa. Jurnal e-
tertinggi adalah berjenis kelamin perempuan Biomedik, volume 2, Nomor 2,
sebanyak 56% atau 73 orang dan hlm. 401-412
berdasarkan lama rawat yang tertinggi DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer
adalah lama rawat 3 hari dengan perentase T.L. and DiPiro C. V. (2015).
24% atau sebanyak 31 orang. Hasil Pharmacotherapy Handbook Ninth
pemeriksaan glukosa puasa pada awal Edition., McGraw-Hill Education
pemeriksaan, persentase tertinggi kadar gula Companies, Inggris.
>126 mg/dl sebanyak 78,5% sebanyak 102 Ernawati. (2013). Pelaksanaan
orang sedangkan pemeriksaan glukosa Keperawatan Diabetes Melitus
sewaktu persentase tertinggi adalah >200 Terpadu. Jakarta : Mitra Wacana
sebanyak 45,3% atau 59 orang. Pemeriksaan Media.
kolesterol total persentase tertinggi dengan Fahlawani, Novindy Lubis., Tapisari
kadar <200 mg/dl sebanyak 84,6% atau 110 Tambunan., Dharma Lindarto.
orang , Trigliserida persentase tertinggi (2018). Rasio HDL/LDL Kolesterol
dengan kadar >150 mg/dl 15,4% atau 20 pada Penderita Diabetes Melitus
orang, LDL persentase kadar yang tertinggi Tipe 2 Mengkonsumsi Obat Lipid
sebanyak 79,3% atau 103 orang. Lowering Agent, Majalah
Penggunaan obat antidiabetik oral baik Kedokteran Nusantara, Vol. 51, No.
secara tunggal atau kombinasi terbanyak 2.
adalah golongan penghambat Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes
gluconeogenesis yaitu metformin 94,1% Melitus Tipe 2. J Majority. Vol. 4
dengan dosis harian terbanyak 100-1500 mg Nomor 5.
(92,2%) diikuti pemicu sekresi insulin Imelda, Sonta. (2018). Faktor-Faktor Yang
45,6%, (terbanyak adalah glimepiride 33,9% Mempengaruhi Terjadinya
dengan dosis harian terbanyak 1-2 mg (33%) Diabetes Melitus di Puskesmas
dan terkecil glikuidon sebesar 0,9% dengan Harapan Raya Tahun 2018.
dosis 2,5 mg). Paling sedikit penggunaan Scientia Journal. Vol. 8 No. 1 Mei
obat antidiabetik oral adalah golongan alfa 2019.
glukosidase sebesar 7,7%, penggunaan obat Inayah, et al. (2016). Gambaran Terapi
antidiabetik injeksi (insulin) oleh 27 subjek Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
terbanyak adalah long-acting insulin Komorbid Hipertensi di Rumah
(40,7%) dengan dosis harian tersering Sakit X Pekanbaru. JIK, Jilid 10
digunakan sebesar 10 IU (40,7%) 1 kali Nomor 2, Hal. 67-70.
sehari, diikuti dengan Rapid-acting insulin International Diabetes Federation. (2019).
29,6% 1 kali sehari dan Short-acting insulin IDF Diabetes Atlas Ninth Edition
29,6% 1 kali sehari. Jumlah subyek yang 2019. Dunia : IDF.
mendapatkan obat antihiperlipidemia adalah Isnaini, Nur & Ratnasari. (2018). Faktor
130 orang. Golongan yang banyak dipakai Risiko Mempengaruhi Kejadian
adalah golongan statin (93%) yaitu Diabetes Tipe Dua,. Jurnal
atorvastatin 20-40mg sebanyak 77,6% Keperawatan Dan Kebidanan
dengan frekuensi 1 kali sehari dan Aisyah, 14 (1), 59-68.
simvastatin 10-20mg 15,3% dengan Jelantik, I.MG., & Haryati, Erna. (2014).
frekuensi 1 kali sehari, sedangkan fibrat atau Hubungan Faktor Risiko Umur,
fenofibrat 300mg sebanyak 15,3% dengan Jenis Kelamin, Kegemukan, dan
frekuensi 1 kali sehari. Hipertensi dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah
Kerja Puskesmas Mataram. Media PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan
Bina Ilmiah, Volume 8, No.1. Displidemia di Indonesia, Jakarta :
Khairi & Susilawati. (2017). Analisis Length PB Perkeni
Of Stay (Los) Berdasarkan Faktor Sukandar, Prof. Dr. Elin Yulinah dan Dr.
Predaktor Pada Pasien Diabetes Retnosari Andrajati, Apt, et al.,
Melitus Tipe II di RS PKU (2012). ISO Farmakoterapi. PT.
Muhammadiyah Yogyakarta, Jurnal ISFI Penerbitan, Jakarta.
Kesehatan Vokasional. Vol. 2 No. Soegondo, etc. (2013). Diabetes Melitus
2, 2017 : 2541-0644 Penatalaksanaan Terpadu,
Jakarta : FKUI. Hal. 7-12.

Anda mungkin juga menyukai