Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PBL 2

KOMUNIKASI dan EMPATI

Edwinda Desy Ratu 102010229 Kelompok D7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong saya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolonganNya mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai aspek-aspek komunikasi dan empati yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan, namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki banyak kelebihan dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Jakarta, 23 Oktober 2010

Edwinda Desy Ratu

Daftar Isi
Kata pengantar Daftar isi BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah 1.2. Perumusan masalah 1.3. Tujuan penulisan BAB II. Pembahasan 2.1. Definisi term 2.2. Pembahasan masalah BAB III. Penutup 3.1. Kesimpulan Daftar pustaka .................................................................... 11 ............................................................................................ 12 .................................................................... 2-10 .................................................................... 10 .................................................................... 1 .................................................................... 1 .................................................................... 1 ............................................................................................ i ............................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalani kehidupan, kita pasti selalu melakukan komunikasi. Sulit bagi kita manusia apabila kita ingin melakukan sesuatu yang membutuhkan bantuan tanpa melakukan komunikasi. Tidak hanya sebagai alat untuk berbicara dengan orang lain, tetapi juga dalam pendidikan dan pekerjaan. Apalagi di dalam dunia pekerjaan kita nantinya, dokter, komunikasi adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam usaha kita menyembuhkan pasien. Sangat sulit bagi seorang dokter apabila ia tidak bisa berkomunikasi dengan baik ke pasiennya.

1.2. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan masalah: 1. Bagaimanakah komunikasi konseling? 2. Hal-hal apa saja yang ada pada kasus mengenai komunikasi dan empati?

1.3. TUJUAN PENULISAN Karena begitu pentingnya komunikasi dan empati dalam hubungan dokter dan pasien maka kita perlu mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dan berempati antara dokter dan pasien. Dan juga cara menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI TERM Komunikasi berasal dari kata communis, dalam bahasa Inggris common, yang berarti sama
[1]

. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi

adalah pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat dipahami. Komunikasi merupakan proses kompleks (verbal dan non verbal) yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu bersosiasi dengan orang lain dan orang di sekitarnya.[2]

Konselor/ahli Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konselor adalah seseorang yang melayani konseling/nasihat. Menjadi konselor tidaklah mudah. Keith Davis (1977) memberikan sepuluh pegangan mengenai keterampilan mendengarkan secara efektif sebagai berikut [3]: 1. Berhenti bicara! Anda tidak bisa mendengar apabila anda berbicara. 2. Biarkan si pembicara berbicara dengan enak. Bantu agar ia merasa bebas untuk berbicara. 3. Tunjukkan kepada si pembicara bahwa anda mendengarkan. Mendengarkan untuk mengerti dan bukan mendengarkan untuk menentang. 4. Singkirkan hal-hal yang bisa mengganggu misalnya, catatan yang berantakan, kertas-kertas, dan buku-buku yang tidak perlu.

5. Melakukan empati dengan si pembicara. Berusaha memahami orang lain dari sudut pandangnya. 6. Bersabarlah! Merasa cukup banyak waktu dan jangan memotong pembicaraan. 7. Kuasai emosi! Kemarahan akan menimbulkan kekeliruan dalam

menginterpretasikan sesuatu perkataan. 8. Tenanglah dalam berargumentasi dan menerima kritik. 9. Ajukan pertanyaan untuk menunjukkan bahwa anda mengikuti dan

mendengarkan. 10. Berhenti bicara!

Unsur-unsur komunikasi [4] Di dalam komunikasi, diperlukan sedikitnya 3 unsur, yaitu sumber (source), berita atau pesan (message), dan sasaran (destination). Pembagian yang paling banyak dianut adalah pembagian berdasarkan 4 unsur, yaitu sumber, pesan, media, dan pesan. Terdapat pula pendapat bahwa komunikasi terbagi menjadi 6 unsur, yakni sumber, pesan, media, sasaran, umpan balik, dan akibat. Berikut adalah pembagian-pembagian komunikasi berdasarkan 6 unsur Sumber atau pengirim Sumber adalah pengirim berita atau komunikator. Sumber ini dapat berasal dari peroarangan, kelompok, dan/atau institusi serta organisasi tertentu. Pesan Pesan (berita) adalah rangsangan (stimulus) yang disampaikan sumber kepada sasaran. Penyampaian pesan dapat berbentuk simbol bahasa, baik lisan maupun

tulisan, yang disebut komunikasi verbal atau dalam bentuk simbol-simbol tertentu, misalnya ekspresi muka, dan gerak tubuh (disebut juga komunikasi non-verbal). Media Media adalah saluran atau alat yang dipakai sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran. Sasaran/penerima Sasaran adalah penerima pesan. Seperti sumber, sasaran sapat perorangan, kelompok, dan/atau institusi serta organisasi tertentu. Umpan balik Umpan balik (feedback) adalah reaksi sasaran terhadap pesan yang disampaikan sumber. Komunikasi dapat berjalan baik atau tidak ditentukan oleh umpan balik atau reaksi sasaran, yang dapat dipergunakan oleh sumber untuk memperbaiki komunikasi yang dilakukan. Akibat Akibat (impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadi perubahan pada diri sasaran. Perbuhana terjadi dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Tujuan akhir kegiatan komunikasi adalah perubahan perilaku.

Apabila kita memiliki suatu masalah, dengan cara berkomunikasi kita dapat menemukan solusi dari masalah tersebut. Hal tersebut disebut dengan konseling. Konseling adalah suatu bentuk bimbingan dimana seseorang yang terlatih berupaya mengutkan konseli agar bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Di dalam

komunikasi ada 2 pihak pengirim pesan dan penerima pesan yang perannya saling bergantian, disebut komunikasi 2 arah. [5]

Tujuan Konseling [6] 1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku Hampir semua ahli dalam bidang konseling menyetujui bahwa tujuan suatu konseling adalah membawa klien agar terjadi perubahan yang memungkinkan klien hidup lebih priduktif dan menikmati kepuasan hidup sesuai dengan pembatasan-pembatasan yang ada di dalam masyarakat. Tujuan konseling harus jelas, jadi perubahan perilaku yang dikehendaki ialah perubahan yang bagaimana dan selanjutnya bagaimana melakukan perubahan tersebut dengan bantuan dari konselor. Konselor perlu menemukan macammacam cara agar klien mengubah hal-hal yang diperlukan untuk pengembangan dan kemantapan dirinya, termasuk hal-hal yang ada dalam lingkungan hidup klien. 2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu Dalam kenyataannya hampir semua orang mengalami kesulitan menghadapi proses pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak semua orang yang berpengaruh terhadap proses perkembangan seseorang, bisa memperlihatkan tindakan sama dan konsisten, sehingga selalu menghadapi sesuatu yang baru dan belum tentu disenangi atau dituruti. Akar persoalan seperti ini menjadi tanda bahwa kehidupan tidak mungkin terhindar dari persoalan yang setiap kali harus dihadapi dan karena itu membutuhkan kemampuan, keterampilan, dan

juga kemauan dan kesanggupan untuk menghadapi dan mengatasi masalah. Tergantung dari kemampuan dan keterampilan dasar yang dimiliki, apakah ia akan bisa mengatasi atau tidak. Yang jelas ialah acap kali masih perlu uluran tangan dan kesediaan orang lain untuk membantu dan mengajarkan bagaimana seharusnya dan sebaiknya menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Hal ini bisa diberikan secara sistematis oleh seorang konselor dan inilah salah satu dari tujuan konseling, yakni meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu. 3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan Dalam batas tertentu, konseling diarahkan agar seseorang bisa membuat sesuatu keputusan pada saat penting dan benar-benar dibutuhkan. Keputusan yang diambil pada akhirnya harus merupakan keputusan yang ditentukan oleh klien sendiri dengan bantuan dari konselor. Membuat sesuatu keputusan sering kali harus mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh dan

memperhatikan cara-cara dalam melakukan penilaian. Namun seringkali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dan sistematika berpikir, masih sering perlu dilatih dan ditunjukkan oleh orang lain atau konselor. 4. Meningkatkan dalam hubungan perorangan Sebagai makhluk sosial, seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya, mulai dari ketika kecil di sekolah, dengan teman sebaya, rekan sepekerjaan atau seprofesi dan dalam keluarga. Kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri yang antara lain disebabkan oleh korang tepatnya memandang atau menilai diri sendiri atau kurangnya keterampilan untuk menyesuaikan diri.

Konseling bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan seseorang sehingga pandangan dan penilaian terhadap diri sendiri bisa lebih objektif serta meningkatkan keterampilan dalam penyesuaian diri agar lebih efektif. 5. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien Berorientasi pada paham humanistik, bahwa pada hakikatnya jelas bahwa orang punya kemampuan, namun acap kali ternyata kemampuan tersebut tidak atau kurang berfungsi, tidak aktual, jadi berfungsinya tidak mencapai maksimal sebagaimana keadaan sebenarnya yang mungkin bisa dicapai.

Memberfungsikan kemampuan yang benar-benar dimiliki dengan membantu menyediakan fasilitas, adalah tujuan dari konseling. Kalau ternyata pada seseorang kemampuannya tidak efektif, mungkin penyebabnya terletak pada gambaran dan ciri-ciri kepribadiannya atau bisa juga karena llingkungan yang menghambat.

Terdapat kesamaan dalam tujan konseling, yakni membantu klien agar: a. Mengetahui apa yang harus dan akan dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. b. Merasa lebih baik, jauh dari ketegangan, dan tekanan terus menerus karena ada persoalan. c. Berfungsi maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. d. Mencapai sesuatu yang lebih baik karena bersikap positif dan optimistik. e. Bisa hidup lebih efektif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan lingkungan.

10

Proses konseling [7] Sebelum proses konseling dilakukan, konselor telah mendapatkan data mengenai klien yang diambil melalui wawancara pendahuuan [dikenal dengan istilah intake interview] yang bisa dilakukan oleh konselor arau orang lain yang ditugaskan dan terlatih untuk melakukan hal itu [misalnya, socialworker atau paraprofessional]. Pada wawancara pendahuluan ini dieproleh data pribadi atau hasil-hasil pemeriksaan, termasuk misalnya hasil pemeriksaan psikologi. Data pribadi meliputi berbagai hal yang bisa memberikan keterangan mengenai diri klien secara lebih lengkap dan mendalam, biasanya dikenal dengan data riwayat kasus [case history]. Data ini bisa diperoleh langsung dari yang bersangkutan yaitu kliennya sendiri [disebut dengan auto-anamnesis] melalui lembar isian yang isi dan bentuknya sangat dipengaruhi oleh orientasi si pemakainya, misalnya, yang berorientasi psikodinamiknakan berbeda dengan yang berotientasi Behavioristik. Kecuali melalui lembar isian, data riwayat kasus juga dapat diperoleh melalui wawancara biasa, baik wawancara bebas atau wawancara yang berstrukutur dan bisa diperoleh dari orang lain yang dianggap mengetahui dan bisa memberikan informasi mengenai klien dan yang mungkin juga berkepentingan dengan klien, misalnya, orangtua atau saudara. Dalam hal seperti ini, yaitu data atau keterangan diberikanoleh orang lain, disebut dengan allo-anamnesis. Proses konseling selanjutnya dilakukan dengan wawanvara permulaan, suatu pertemuan yang didahului dengan percakapan berbasa-basi untuk mencipta rapport, suatu percakapan sosial yang membutuhkan beberapa waktu, bisa lama

11

atau mungkin singkat, untuk meredakan ketegangan dan mempersiapkan klien memasuki suasana konseling yang lebih serius. Wawancara permulaan dan penciptaan rapport akan lebih lancar, lebih cepat terjadi apabila konselor telah mempersiapkan diri menghadapi klien, antara lain dengan mempelajari apa yang telah diperoleh melalui wawancara dan daftar atau lembara riwayat kasus yang sudah tersusun. Wawancara permulaan dianggap oleh para ahli sebagai sesuatu yang sangat penting, karena proses selanjutnya benar-benar sangat bergantung dari apa yang terjadi pada saat dilakukan pertemuan pertama kali dan suasana pada waktu wawancara permulaan dilakukan. Kalau wawancara permulaan bisa berlangsung dengan baik, pada klien mulai tumbuh kepercayaan terhadap konselor. Untuk wawancara selanjutnya, klien diupayakan untuk terus membuka dirinya untuk bercerita mengenai dirinya lebih dalam lagi sehingga kepercayaan penuh didapatkan oleh konselor. Sehingga segala yang ingin diceritakan oleh klien dapat konselor ketahui dan mulai berusaha membantu klien untuk menemukan solusi. Disini konselor hanya membantu klien menemukan solusi, tidak menemukan solusi untuk kliennya. Karena yang berhak untuk menentukan solusi bagi klien adalah klien itu sendiri. Tahap terakhir adalah wawancara penutup. Ada 2 kemungkinan yang terjadi pada wawancara penutup ini. Yang pertama, apabila solusi bagi klien sudah ditemukan, maka kegiatan konseling telah selesai. Klien dapat mengikuti kembali kegiatan konseling agar dapat memantapkan solusi yang telah klien tersebut dapat, atau juga dapat tidak mengikuti kegiatan konseling. Yang kedua, klien masih belum

12

mendapatkan solusi. Sehingga klien tersebut masih membutuhkan konseling dan akan kembali untuk kegiatan konseling selanjutnya. Evaluasi pada tahap penutup sangat penting untuk menentukan apakah konseling tersebut berhasil atau tidak.

2.2. PEMBAHASAN Pada kasus antara dokter X dan pasien Y dapat kita lihat kurangnya komunikasi 2 arah antara si dokter dan si pasien. Dimulai dari dokter yang mempersilahkan pasien untuk berkonsultasi. Si dokter tidak berusaha melakukan komunikasi 2 arah selama pasien berkonsultasi. Sehingga pasien terus menceritakan masalahnya. Juga pada saat pasien selesai menceritakan masalhanya, dokter hanya memberikan solusi tanpa melakukan pertukaran pikiran. Hal ini disebut dengan komunikasi 1 arah. Komunikasi 2 arah diantara dokter X dan pasien Y sangatlah kurang. Hal ini membuat solusi badi pasien Y tidak maksimal, karena solusi yang diberikan tidak didiskusikan secara baik oleh mereka. Pada konseling, seorang konseli ingin di tolong, di kasihi, diperhatikan, dilindungi, didengar, dinasehati, dan sebagainya[8], sehingga dengan kurangnya komunikasi pada konseling, solusi bagi konseli akan susah didapatkan. Dengan syarat-syarat konselor seperti yang ada di atas, seorang konselor yang baik seharusnya menjadi pendengar yang baik dan tidak menyakiti hati konselinya. Pada kasus dokter X dan pasien Y dapat kita perhatikan bahwa pasien kurang mendapatkan perhatian dengan baik sehingga rasa sakit hati dapat terjadi.

13

BAB III. PENUTUP

3.1.

KESIMPULAN Komunikasi adalah bagian yang sangat penting dalam melakukan konseling.

Konseling yang gagal adalah diakibatkan oleh komunikasi yang tidak baik antara konselor dan konseli. Jadi seorang konselor haruslah siap untuk mendengarkan keluhan dan masalah yang diceritakan oleh konseli. Konselor harus memperhatikan proses dan empati untuk membantu konseli mendapatkan solusi bagi masalahnya.

14

Daftar Pustaka

1-2,4

Maulana H D J. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2007 Gunarsa S D. Konseling dan Psikoterapi. Penerbit BPK Gunung Mulia. Jakarta, 2007

3,6-7

Modul Komunikasi dan Empati Blok 1 Modul 2. Safaria T. Terapi dan Konseling Gestalt. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta, 2005

15

Anda mungkin juga menyukai