2. Alda auliah 3. Attina Ayufanafisah M 4. Ayi fitria 5. Balqis Hujatullhaq 6. D. Yulia ningsih 7. Delitia 8. Dewi Retno Murti 1. Diam Dalam proses konseling keadaan “diam” (tidak bersuara) mempunyai banyak makna, antara lain: a. Penolakan atau kebingungan klien. b. Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan apa selanjutnya. c. Kebingungan karena kecemasan atau kebencian. d. Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk berbicara. e. Klien mengharapkan sesuatu dari konselor. f. Klien yang memikirkan apa yang dikatakan. g. Klien baru menyadari ucapannya dan merupakanekspresi emosional sebelumnya. 2. Klien Menangis Reaksi konselor adalah berusaha menenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien) secara hati-hati.
3. Konselor Meyakini Bahwa Tidak Ada Pemecahan Bagi
Masalah Klien Kondisi ini biasanya terjadi karena konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah seperti yang diharapkan klien. Misalnya seorang remaja putri ingin melakukan Aborsi, sementara konselor tidak mungkin memenuhi permintaan tersebut. Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak ingin dibantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan mengatakan kepada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien, membantu klien menghadapi saat-saat sulit. 4. Konselor Melakukan Kesalahan Hal utama yang terpenting untuk menciptakan hubungan baik dengan klien adalah bersikap jujur. Menghargai klien adalah salah satu syarat penting dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien dapat ditujukan dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan kesalahan. Minta maaflah apabila salah/keliru.
5. Konselor Tidak Tahu Jawaban Dari Pertanyaan Klien
Hal ini merupakan kecemasan yang biasa di utarakan konselor. Sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.
6. Klien Menolak Bantuan Konselor
Jika klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin ia mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan selanjutnya. 7. Klien Tidak Nyaman Dengan Jenis Kelamin Konselor Kesulitan ini diucapkan klien dengan mengatakan: “Saya canggung membicarakan hal ini dengan wanita”. “Saya mengharap berhadapan dengan laki-laki”. Dalam situasi seperti ini sebaiknya konselor mengemukakan hal ini dengan mengatakan: “Orang kadang- kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita sudah semakin mengenal teman bicara kita. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya!”. Biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai terhadap klien.
8. Waktu Yang Di Miliki Konselor Terbatas
Sebaiknya sejak awal penemuan klien mengetahui berapa lama waktu konselor yang tersedia untuk dia. Karena itu konselor sebaiknya memberikan informasi tersebut beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukan bahwa konselor mengharapkan bertemu klien pada pertemuan selanjutnya. 9. Konselor Tidak Menciptakan Hubungan Yang Baik Kadang-kadang hubungan yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan berarti konseling harus di akhiri. Akan lebih konselor minta pendapat kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak klien.
10. Konselor dan Klien Sudah Saling Mengenal
Konselor dapat melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu ditekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, dan konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai temannya.
11. Klien Berbicara Terus Dan Yang Dibicarakan Tidak Sesuai
Dengan Topik Pembicaraan Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara. Apabila klien terus menerus mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat perlu dipotong pembicaraannya. 12. Klien Bertanya Tentang Hal-hal Pribadi Konselor Apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi konselor lebih baik kalau konselor menyatakan bahwa konselor bercerita tentang dirinya tidak akan membantu klien, oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.
13. Konselor Merasa Dipermalukan Dengan Suatu Topik
Pembicaraan Sebaiknya konselor jujur terhadap klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional kepada klien, karena klien akan mengamati itu.
14. Keadaan Kritis
Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan. Saat melakukan konseling tentu saja sebagai seorang bidan akan banyak mengalami kesulitan-kesulitan. Ada sejumlah kesulitan tersembunyi dalam konseling yang disadari oleh semua konselor, terutama konselor pemula, antara lain : 1. Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini. 2. Lebih banyak mengajar mengajar daripada membina hubungan. 3. Penerimaan yang berlebihan. 4. Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman. 5. Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling. 6. Merenungkan setelah sesi yang sulit. Tiap individu harus paham akan dirinya. Dengan pemahaman terhadap diri maka kita akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi saat komunikasi yang berasal dari komunikator atau Bidan sendiri. Adapun untuk memperlancar komunikasi/konseling persiapan materi, bahan, alat, yang bisa mempermudah penerimaan klien terhadap apa yang akan kita sampaikan perlu dipersiapkan sebelumnya. Sebagai seorang bidan kita harus menguasai ilmu komunikasi sehingga dapat melakukan konseling dengan baik pada semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka. Berbagai pakar mengemukakan bahwa kearifan merupakan dasar kepribadian konselor efektif. Kearifan merupakan konsep lama dan lintas kultural, sebagai satu perangkat ciri-ciri kognitif dan efektif tertentu yang secara langsung pada keterampilan dan pemahaman hidup. Karakteristik kearifan meliputi: Aspek afektif dan kesadaran yang meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomanisasi (menolak kecenderungan kebiasaan,perilaku dan pola berpikir otomatik, menekankan kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggung jawab), Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi, berorientasi pada perubahan yang bermanfaat) dan lain-lain.