ABSTRAK
Setiap individu tentunya menginginkan aspek emosi positif dalam dirinya
salah satunya psychological well-being, begitu pula guru honorer. psychological
well-being adalah suatu keadaan individu yang positif dimana seorang individu
mampu menerima keadaan dirinya, memiliki hubungan yang positif dengan orang
lain. Individu khususnya guru honorer dalam melalui kondisi pandemi saat ini
akan melalui peristiwa menyenangkan atau tidak menyenangkan, dengan dampak
psikologis pandemi dan beban nasib untuk tetap bertahan. Salah satu yang
mempengaruhi psychological well-being yaitu gtatitude. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui adakah hubungan gratitude terhadap psychological well-being.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi dari
penelitian ini adalah guru honorer di Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan
dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 175 (N=175). Teknik pengambilan
sampel menggunakan cluster random sampling. Data penelitian ini diambil
dengan skala adaptasi psychological well-being yang terdiri dari 37 aitem dengan
koefisien reliabilitas 0,8500 dan skala adaptasi gratitude yang terdiri dari 30
aitem dengan koefisien reliabilitas 0,8887.
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik Spearman’s Rank
Correlations. Hasilnya, didapatkan signifikansi nilai p-value < .001 dengan
koefisien korelasinya Spearman’s rho 0,57. Dengan demikian, hipotesis penelitian
yang berbunyi “terdapat hubungan positif antara gratitude dengan psychological
well-being menghadapi pandemi covid-19 pada guru honorer di Kecamatan Gabus
Kabupaten Grobogan” dinyatakan diterima. Artinya, semakin tinggi gratitude
maka semakin tinggi psychological well-being, begitu pula sebaliknya.
Menurut Emmons & McCullough (2003) gratitude diambil dari akar latin
gratia, yang dimana berarti kelembutan, kebaikan hati, atau berterima kasih.
Boleyn-Fitzgerald (dalam Carr, 2016) menjelaskan bahwa gratitude merupakan
perasaan bersyukur, berterimakasih sebagai respon penerimaan terhadap sesuatu,
baik terjadi secara internal dalam keadaan nyaman, aman dan terjadi secara
alamiah dalam diri maupun eksternal ketika mendapatkan tekanan atau situasi
yang kurang menyenangkan dari orang lain atau lingkungan.
Fitzgerald (1998) mengungkapkan bahwa bersyukur terdiri dari tiga
komponen, yaitu perasaan apresiasi yang hangat terhadap seseorang atau sesuatu,
keinginan atau kehendak baik (goodwill) yang ditujukan kepada seseorang atau
sesuatu, kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa apresiasi dan
kehendak baik yang dimilikinya. Menurut Watkins dkk (2003) individu yang
bersyukur memiliki ciri-ciri, yaitu tidak merasa kekurangan dalam hidupnya,
mengapresiasi adanya kontribusi pihak lain terhadap kesejahteraan (well-being)
dirinya, memiliki kecenderungan untuk menghargai dan merasakan kesenangan
yang sederhana (simple pleasure), menyadari akan pentingnya mengalami dan
mengekspresikan bersyukur. Dari komponen yang dikemukakan oleh Fitzgerald
(1998) dan Watkins dkk (2003), peneliti merangkum komponen bersyukur
menjadi tiga. Ketiga komponen berikut akan digunakan dalam penyusunan alat
ukur bersyukur (dalam Listiyandani dkk, 2015), yaitu memiliki rasa apresiasi
(sense of apprecition) terhadap orang lain ataupun tuhan dan kehidupan, perasaan
positif terhadap kehidupan yang dimilliki, dan Kecenderungan untuk bertindak
positif sebagai ekspresi dari perasaan positif dan apresiasi yang dimiliki
Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Maryana dan Prameswari
(2021) dalam penelitian “Dinamika Gratitude dan Subjektive Well-Being pada
Mahasiswa Perantau di Masa Pandemi Covid-19” dari hasil penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara gratitude dan
subjektive well-being. Selanjutnya penelitian oleh Greene dan McGovern (2017)
menemukan bahwa rasa terima kasih secara positif terkait dengan kesejahteraan
psikologis dan dengan pertumbuhan pasca trauma. Kemudian, penelitian
Aniyatussaidah dkk (2021) menemukan bahwa gratitude pada usia produktif di
Jakarta dalam menghadapi pandemi Covid-19 memiliki tingkat gratitude yang
tinggi. Dalam penelitian sebelumnya subjek banyak diambil dalam kalangan
mahasiswa, ibu-ibu atau remaja usia produktif. Dalam penelitian ini peneliti ingin
memfokuskan subjek pada guru honorer dalam situasi menghadapi pandemi
Covid-19, sehingga peneliti akan meneliti mengenai hubungan antara gratitude
dan psychological well-being menghadapi pandemi Covid-19 pada guru honorer.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif korelasional. Purwanto (2016: 19) mengemukakan bahwa
desain penelitian korelasional ialah jenis penelitian yang dilakukan guna
menentukan hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam penelitian ini
variabel-variabel yang dilibatkan ialah variabel bebas (X) yaitu gratitude dan
variabel tergantung (Y) yaitu Psychological well-being. Populasi dalam penelitian
ini adalah guru honorer di Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Kriteria
populasi dalam penelitian ini, antara lain guru honorer SD, SMP, SMA negeri dan
swasta, guru honorer berdomisili mengajar di Kecamatan Gabus Kabupaten
Grobogan. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel cluster
random sampling. Menurut Hadi (2015: 199) cluster random sampling adalah
populasi yang terdiri dari cluster atau rumpun-rumpun dan pemilihan sampel
didasarkan pada cluster-cluster tersebut. Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan ukuran sampel yang diadaptasi dari Sekaran (dalam Azwar, 2017:
128) sehingga peneliti menggunakan 175 sampel dari 320 populasi guru honorer
di Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan.
Alat ukur yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur psychological
well-being dalam penelitian ini disusun berdasarkan adaptasi skala CFA oleh
Revelia (2018). Ryff (1989) telah mengukur psychological well-being melalui
dimensi-dimensi psychological well-being yang disebut dengan Ryff’s
Psychological Well-Being Scale, terdiri dari enam dimensi. Instrumen ini terdiri
atas 43 aitem lalu aitem tersebut direvisi dan di uji dengan metode confirmatory
factor analysis (CFA) yang menghasilkan 37 aitem yaitu terdiri dari 20 aitem
favorable dan 17 aitem unfavorable. Dalam skala likert diklasifikan dalam empat
opsi respon, yaitu Sangat Sesuai (SS) sampai Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan
masing-masing pilihan respon memiliki skor. Berdasarkan skala adaptasi CFA
psychological well-being oleh Revelia (2018) tidak ditampilkan nilai
reliabilitasnya. Menurut Purwanto (2016: 91) mendefinisikan reliabilitas sebagai
tingkat sejauhmana skor tes konsisten dapat dipercaya, dan dapat diulang, disini
penulis mencoba untuk mengulang dan menguji kembali dari hasil data di
lapangan dan diperoleh hasil uji reliabilitas skala psychological well-being dengan
alpha cronbach menunjukkan nilai koefisien sebesar α= 0.850, koefisien
reliabilitas koefisien 0.850 termasuk dalam kategori tinggi dan mendekati + 1,00.
Alat ukur yang digunakan selanjutnya oleh peneliti untuk mengukur
gratitude dalam penelitian ini disusun berdasarkan adaptasi skala CFA oleh
Listyandini dkk (2015). Penyusunan alat ukur berdasarkan komponen bersyukur
yang sudah disarikan oleh peneliti dari Watkins (2003) dan Fitzgerald (1998).
Instrumen ini terdiri dari 4 komponen, 30 aitem yang terdiri dari 12 aitem
favorable dan 18 aitem unfavourable. Dalam skala likert diklasifikan dalam empat
opsi respon, yaitu Sangat Sesuai (SS) sampai Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan
masing-masing pilihan respon memiliki skor. Berdasarkan hasil uji validitas skala
adaptasi CFA gratitude oleh Listyandini dkk (2015) menunjukkan hasil uji
reliabilitas skala gratitude sebesar α= 0.8887. Nilai koefisien 0.8887 termasuk
dalam kategori tinggi dan mendekati + 1,00.
Metode analisis data untuk melihat hubungan antara gratitude dan
psychological well-being adalah dengan menggunakan analisis Spearman’s Rank
Correlation. Hal ini dikarenakan distribusi data tidak normal. Sehingga peneliti
menggunakan statistik non parametrik yang artinya tidak perlu melakukan uji
normalitas dan uji linieritas serta dapat dapat langsung melakukan uji hipotesis
dengan bantuan program pengolah data JASP 14.1.0 for windows.
Correlation Table
Variabl
PWB GRT
e
1. PWB n —
Pearson's r —
p-value —
Spearman's rho —
p-value —
2. GRT n 175 —
Pearson's r 0.609 *** —
p-value < .001 —
Spearman's rho 0.566 *** —
p-value < .001 —
* p < .05, ** p < .01, *** p < .001
Correlation Table
Variabl
PWB GRT
e
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi COVID-19 dalam Perspektif Psikologi
Sosial. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 68-84.
Agustin, M., Puspita, R. D., Nurinten, D., & Nafiqoh, H. (2021). Tipikal Kendala
Guru PAUD dalam Mengajar pada Masa Pandemi Covid 19 dan
Implikasinya. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 334-345.
Aniyatussaidah, Ilfana, A., & Suaib, S. (2021). Gratitude Pada Masa Pandemi
Covid-19 di Usia Produktif. Jurnal Syntax Transformation, 22-30.
Ayuni, D., Marini, T., Fauziddin, M., & Pahrul, Y. (2021). Kesiapan Guru TK
Menghadapi Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 414-421.
Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Carr, D. (2016). Perspectives on Gratitude An interdisciplinaly approach. Oxon
& New York: Routledge.
Emmons, R. A., & McCullough, M. E. (2003). Counting Blessings Versus
Burdens: An Experimental Investigation of Gratitude and Subjective Well-
Being in Daily Life. Journal of Personality and Social Psychology, 377-
389.
Fitzgerald, P. (1998). Gratitude and Justice. Chicago Jurnals, 119-153
Greene, N., & McGovern, K. (2017). Gratitude, psychological well-being, and
perceptions of posttraumatic growth in adults who lost a parent in
childhood. Death Studies, 1-11.
Khan, A., Khan, S., Zia-Ul-Islam, S., & Khan, M. (2017). Communication Skills
of a Teacher and Its Role in the Development of the Students' Academic
Success . Journal of Education and Practice , 18-21.
Listiyandini, R. A., Nathania, A., Syahniar, D., Sonia, L., & Nadya, R. (2015).
Mengukur Rasa Syukur: Pengembangan Awal Skala Bersyukur Versi
Indonesia. Jurnal Psikologi Ulayat, 473-496.
Maryana, & Prameswari, Y. (2021). Dinamika Gratitude dan Subjective Well-
Being pada Mahasiswa Perantau di Masa Pandemi Covid-19. Nathiqiyah:
Jurnal Psikologi Islam, 1-11.
Rahmah, I. A., & Lisnawati. (2018). Kesejahteraan Psikologis Ditinjau Dari
Spiritualitas Siswa di Lembaga Pendidikan Berbasis Agama Pesantren dan
Non Pesantren. Jurnal Psikologi Integratif, 190-212.
Ratnayanti, T. L., & Wahyuningrum, E. (2016). Hubungan Antara Gratitude
Dengan Psychological Wellbeing Ibu Yang Memiliki Anak Tunagrahita Di
SLB Negeri Salatiga. Satya Widya , 57- 64 .
Revelia, M. (2018). Uji Validitas Konstruk Pada Instrumen Ryff's Psychological
Well-Being Scale dengan Metode Confimatory Factor Analysis (CFA).
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), 8-14.
Ruini, C., & Vescovelli, F. (2013). The Role of Gratitude in Breast Cancer: Its
Relationships with Post-traumatic Growth, Psychological Well-Being and
Distress. Journal Happiness Study , 263–274 .
Ruddin, F. (2020). Dinamika Kesehatan Mental Penduduk Arab Saudi selama
Pandemi Covid-19. Psikoislamika, 17-27.
Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the
Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social
Psychology, 1069-1081.
Kompas. (2020). Corona: 421 Juta Pelajar di 39 Negara Belajar di Rumah,
Kampus di Indonesia Kuliah Online.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/14/120000765/corona-421-
juta-pelajar-di-39-negara-belajar-di-rumah-kampus-di-indonesia?page=all
(diakses pada 22 Februari 2021)
Purwanto, E. (2016). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setiawan, H. (2014). Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Educational
Psychology Journal, 8-14.
Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., & Kolts, R. L. (2003). Gratitude and
Happiness: Development of A Measure of Gratitude, and Relationships
with Subjective Well-Being. Social Behavior and Personality, 431-452.
Wood, A. M., Joseph, S., & Maltby, J. (2009). Gratitude Predicts Psychological
Well-Being Above The Big Five Facets . Personality and Individual
Differences , 443–447.
Wood, A. M., & Joseph, S. (2010). The absence of positive psychological
(eudemonic) well-being as a risk factor for depression: A ten year cohort
study. Journal of Affective Disorders , 213–217.
Ziskis, A. S. (2010). The Relationship Between Personality, Gratitude, and
Psychological Well-Being. Disertasi. New Jersey Graduate School - New
Brunswick Rutgers.