Anda di halaman 1dari 13

IMPLIKASI KARAKTERISTIK ANAK USIA

SEKOLAH DASAR

DISUSUN OLEH :

1. Eka Marjiatul Maghfiro (208620600035)


2. Faradya Rizmayannudin (208620600179)
3. Marisatul Mahfudhoh (208620600036)
4. Faridatul Lailiyah (208620600044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Implikasi Karakteristik Siswa Terhadap Pendidikan Bagi Anak Usia SD.”

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas dan bimbingan kepada kami
untuk menulis makalah ini sehingga kami mendapatkan ilmu dari mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik lebih mendalam.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
dan untuk mengetahui perkembangan pendidikan anak usia Sekolah Dasar. Kami menyadari
bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik
menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut disebabkan karena
kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis. Hanya dengan kearifan
dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif maka
kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil. Dalam penulisan makalah ini semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, serta diridhai oleh Allah SWT.

Sidoarjo, 22 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia. Sedangkan karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni
characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas
dari sesuatu. Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik
merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di
antaranya:
1. Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri
untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
2. Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau
kesatuan.
3. Kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.

Jadi di antara pengertian-pengertian di atas sebagaimana yang telah dikemukakan oleh


Chaplin, dapat kami simpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang
melekat pada seseorang atau suatu objek.

Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam
kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu,
guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mendukung unsur permainan,
memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
B. TOKOH/AHLI
1. Maksudin (2013:3) mendefinisikan karakter adalah ciri khas setiap individu
berkenaan dengan jati dirinya (daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas
batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup
seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun
negara.
2. Sementara Scerenko (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang
membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari
seseorang, suatu kelompok atau bangsa.
3. Sedangkan Samani dan Hariyanto (2014:41) memaknai karakter sebagai cara berpikir
dan berperilaku yang khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
4. Pranata (2013:44) menyebutkan pendidikan karakter adalah suatu program yang
mendidik manusia supaya menjadi bermoral atau berakhlak mulia dengan menekan
aspek perkembangan penghayatan dan praktik nilai-nilai kebijakan bagi
pengembangan diri sebagai pribadi, warga negara dan warga masyarakat global.
Pelaksanaan pendidikan karakter bertujuan untuk menjadikan peserta didik
berkarakter baik.

C. TAHAP-TAHAPAN
Menurut Carnegie Corporation of Newyork (1996), Anak-anak yang memasuki kelas
satu berada dalam periode transisi dari pertumbuhan pesat masa anak-anak awal ke tahap
perkembangan yang lebih bertahap. Perubahan perkembangan mental maupun sosial
menjadi ciri khas masa sekolah awal. Beberapa tahun kemudian, ketika anak-anak
mencapai kelas-kelas sekolah dasar yang lebih tinggi, mereka mendekati akhir masa
kanak-kanak dan memasuki praremaja. Pernyataan ini melihat bahwa keberhasilan di
masa sekolah dasar sangat berperan karena pada kelas-kelas di sekolah dasar lah mereka
mendefinisikan diri sebagai siswa.

Kemudian, ada beberapa perkembangan yang terjadi pada anak masa sekolah dasar :
1. Perkembangan Fisik
Ketika anak-anak melewati kelas-kelas sekolah dasar, perkembangan fisik mereka
mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan masa anak-anak awal. Mereka
mengalami perubahan pertumbuhan yang relatif sedikit selama masa sekolah dasar,
contohnya adalah pasti anak laki-laki tubuhnya lebih besar dari anak perempuan nya.
Lazimnya anak perempuan pasti tubuhnya lebih pendek dan ringan daripada laki-laki
sampai sekitar umur 9 tahun, kira-kira sampai perkembangan tubuhnya sesuai dengan
perkembangan untuk laki-laki atau perempuan. Dan saat masa ini juga anak-anak
mengalami growing pains atau rasa sakit anak-anak yang sedang mengalami
pertumbuhan, karena saat itu perkembangan otot dikalahkan dengan perkembangan
tulang dan kerangka. Seperti yang di kemukakan oleh Pellegrini dan Bohn (2005) otot
yang sedang tumbuh membutuhkan banyak olahraga, sehingga dapat disimpulkan bahwa
umunya anak SD memiliki sikap yang tidak bisa berdiam diri dalam waktu yang lama.
Pada saat sudah memasuki masa sekolah dasar anak-anak sudah mengembangkan banyak
kemampuan motorik dasar yang mereka butuhkan untuk menyeimbangkan badan berlari,
melompat dan melempar.

Ketika masa kelas empat di sekolah dasar, banyak anak perempuan memulai dorongan
pertumbuhan utamanya dan tidak akan berhenti hingga memasuki masa pubertas.
Dorongan pertumbuhan utamanya meliputi lengan dan kaki, bagian dada belum
menyertai sehingga hasilnya adalah penampilan kurus atau yang seluruhnya terdiri atas
lengan dan kaki. Karena pertumbuhan tulang ini terjadi sebelum perkembangan otot dan
tulang rawan terkait, anak-anak pada tahap pertumbuhan ini sementara kehilangan
koordinasi dan kekuatan. Pada awal kelas lima, hampir semua anak perempuan telah
memulai dorongan pertumbuhan mereka. Selain itu, pertumbuhan otot dan tulang rawan
anggota tubuh mulai terjadi dalam diri wanita yang mengalami kedewasaan dini lebih
dini, dan mereka mendapatkan kekuatan dan koordinasi tubuh mereka. Pada akhir kelas
lima, anak perempuan biasanya akan lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat daripada
anak laki-laki. Pria berada 12 hingga 18 bulan di belakang wanita dalam pertumbuhan
fisik, sehingga anak laki-laki mengalami kedewasaan dini sekalipun tidak memulai
dorongan pertumbuhan mereka hingga usia 11 tahun. Karena itu, pada awal kelas enam,
kebanyakan anak perempuan akan mendekati puncak dorongan pertumbuhan mereka, dan
semua anak laki-laki yang mengalami kedewasaan dini akan melanjutkan pertumbuhan
mereka, dan semua anak laki-laki yang mengalami kedewasaan dini akan melanjutkan
pertumbuhan yang lambat dan menetap masa anak-anak akhir. Anak perempuan biasanya
akan memulai periode menstruasi mereka pada usia 13 tahun. Bagi anak laki-laki, akhir
masa praremaja dan permulaan masa remaja awal diukur oleh ejakulasi pertama, yang
terjadi antara usia 13 dan 16 tahun.

2. Perkembangan Kognisi
Siegler (1998) mengemukakan antara usia 5 dan 7 tahun proses pemikiran anak-anak
mengalami perubahan penting. Ini adalah periode peralihan dari tahap pemikiran
praoperasi ke tahap operasi konkret. Perubahan ini memungkinkan anak-anak melakukan
secara mental sesuatu yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Tidak semua anak
mengalami peralihan ini pada usia yang sama, dan tidak satupun anak berubah dari tahap
satu ke tahap berikut dengan cepat. Anak-anak sering melakukan kognisi yang merupakan
ciri khas dua tahap perkembangan pada saat yang sama. Ketika masing-masing
melangkah dari satu tahap ke tahap berikut, karakteristik sebelumnya dipertahankan
ketika perilaku kognisi tahap yang lebih tinggi berkembang. Selain memasuki tahap
operasi konkret, anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat mengembangkan kemampuan
daya ingat dan kognisi, termasuk kemampuan meta-kognisi, yaitu kemampuan
memikirkan pemikiran mereka sendiri dan mempelajari cara belajar.

3. Perkembangan Sosioemosi
Pada saat anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka telah mengembangkan kemampuan
pemikiran, tindakan dan pengaruh sosial yang lebih rumit. Hingga saat ini, anak-anak
pada dasarnya bersikap egosentris dan dunia mereka adalah dunia rumah, keluarga dan
mungin prasekolah dan pusat penitipan anak. Menurut Erikson (1963), masa sekolah
dasar biasanya akan dihabiskan untuk tahap pengembangan kepercayaan dan pengalaman
mereka pada saat masa prasekolah, pengalaman anak tersebut digunakan sebagai
pembuktian dari beberapa pekerjaan yang berhasil mereka lakukan sendiri. Hasil
penelitian McHale, Dariotis & Kauh (2003) pada tahap ini mereka akan mulai
membuktikan bahwa mereka sudah “tumbuh dewasa” dicontohkan dari beberapa
pekerjaan yang mereka pikir saya bisa mengerjakan sendiri. Ketika kekuatan konsentrasi
mereka tumbuh, anak-anak bisa mengerjakan banyak hal atau tugas lebih banyak. Tahap
ini juga meliputi pertumbuhan tindakan mandiri, kerja sama dengan kelompok, dan
tampil dengan cara yang dapat diterima secara sosial dengan perhatian pada tindakan
yang adil. Selanjutnya, menurut Swann, Chang-Schneider & McClarty (2007) bidang-
bidang perkembangan pribadi dan sosial yang penting bagi anak-anak sekolah dasar
adalah konsep diri dan harga diri. Konsep ini sangat dipengaruhi oleh lingkungannya dan
konsep ini meliputi cara memahami kekuatan, kelemahan, kemampuan, sikap dan nilai.
Dan kemudian ini merujuk ke proses evaluasi keterampilan dan kemampuan terhadap
harga diri. Kemudian, ketika usia semakin bertambah menurut Borg (1998) mereka mulai
mengevaluasi kemampuan mereka sendiri menggunakan perbandingan sosial.

D. CIRI-CIRI
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah (6/7 – 9/10 tahun) :
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
6. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang
baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak.
8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang dibutuhkan
dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara jelas perbedaan
bermain dengan bekerja.
9. Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat dan
mengagumkan.

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :


1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
2. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada),
mereka membuat peraturan sendiri.

E. CONTOH
1. Senang Bermain
Menurut (Hasan, 2006) bermain merupakan hal yang penting bagi anak-anak karena
dengan bermain, mereka dapat mempelajari banyak hal melalui permainan. Disamping
itu, anak juga akan melatih kemampuan motorik untuk menguasai keterampilan fisik yang
mereka butuhkan sehingga mereka dapat belajar memecahkan masalah serta mereka dapat
belajar bersosialisasi dalam memahami aturan sosial dalam permainan bersama dengan
teman-temannya. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang bermuatan permainan yang secara khusus melatih aspek
perkembangan fisik, intelektual, dan kemampuan emosional sebagai bekal pengembangan
keterampilan di masa yang akan datang. Pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru SD
hendaknya dirancang dengan model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya sehingga anak-anak merasa senang dalam belajar enjoyable
learning atau dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana learning by
doing. Guru harus menghindari materi pelajaran yang lebih menekankan pada teori
karena akan membosankan dan anak cenderung merasa kelelahan dan hilang
konsentrasinya.

2. Senang Bergerak
Suasana pembelajaran yang monoton dapat membuat siswa jenuh dan bosan terutama
pada anak usia SD, karena pada umumnya anak SD dapat duduk dengan tenang paling
lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak dapat berpindah atau bergerak yang memungkinkan ia dapat
berinteraksi dengan temannya. Diam atau duduk dalam waktu yang lama bagi anak SD
merupakan siksaan dan membosankan. Dalam konteks pembelajaran proses pembelajaran
tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi dapat juga melakukan di luar kelas, sehingga
anak lebih tertarik dalam menerima pelajaran terutama materi pembelajaran yang ada
kaitannya dengan alam.

3. Anak Senang Bekerja dalam Kelompok


Kecenderungan anak usia SD dalam proses pembelajarannya lebih senang berkumpul
dengan kelompok sebaya (peer group), dalam pembelajaran ini, anak belajar aspek-aspek
yang penting dalam proses sosialisasi, seperti : belajar menemukan aturan-aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak bergantung kepada orang dewasa, belajar
bekerjasama, mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya, belajar
menerima tanggungjawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),
mempelajari olahraga dan permainan kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
Pada tahap perkembangan ini anak SD dituntut untuk belajar memberi dan menerima
dalam kehidupan sosial di antara teman sebaya, belajar berteman dan bekerja dalam
kelompok (peeer group) dalam rangka mengembangkan kepribadian sosial, termasuk
kesanggupan anak dalam menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang
kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).

4. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung


Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa anak usia SD,
perkembangan intelektualnya cukup pesat, mereka mempunyai kempuan yang
memungkinkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut
dalam kehidupan lingkugan mereka dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-
masalah yang timbul, karena pada masa ini anak SD memasuki tahap operasi konkret.
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri atau disebut dengan belajar mandiri, artinya secara berkala siswa
diminta merefleksikan hal-hal yang telah dipelajari, termasuk membuat contoh terhadap
materi yang diajarkan oleh guru. Peran guru SD diharapkan mampu merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat dalam proses pembelajaran, misalnya
guru menyuruh siswa untuk membedakan akhlak yang baik dan buruk dalam kehidupan
sehari-hari.

F. Implikasi Karakteristik Anak dalam Pembelajaran SD


Secara umum karakteristik anak adalah keseluruhan ciri-ciri tingkah laku siswa yang
meliputi, kecerdasan, kecakapan, pengetahuan, sikap, minat (Jalaludin, 1998). Sedangkan
menurut (Uno, 2007) karakteristik anak adalah aspek-aspek dan kualitas anak seperti
bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimiliki, karakteristik anak bisa
mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian materi
pembelajaran. Hal itu karena anak memiliki ciri khas masing-masing. Disamping itu
karakteristik anak usia SD memiliki ciri khas tersendiri yang secara umum masih relatif
sederhana dalam proses pembelajaran karakteristik anak perlu diperhitungkan karena
dapat mempengaruhi jalannya proses dan hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan
karena anak memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan dan perspektif
yang dipakai dalam menigkatkan prestasinya. Pemahaman karakteristik anak akan
membantu dalam mencari serta menilai aktifitas siswa. Dalam rangka mencapai
keberhasilan pembentukan kepibadian anak agar berkembang sesuai dengan
karakteristiknya, maka proses pembelajaran salah satunya harus di dukung oleh unsur
keteladanan dari orang tua dan guru. Penyelenggaraan pembelajaran anak merupakan
pilar penting dalam upaya peningkatan derajat kemanusiaan dan pemajuan peradapan
manusia dalam islam. Untuk tujuan tersebut guru SD dapat mengembangkan strategi
pembelajaran secara bertahap dan menyusun program kegiatan seperti program kegiatan
rutinitas, program kegiatan terintegrasi dan program kegiatan khusus. Kegiatan rutinitas
merupakan kegiatan harian yang dilaksanakan secara terus menerus namun terprogram
dengan pasti. Kegiatan terintegrasi adalah kegiatan pengembangan pembelajaran yang
melalui pengembangan bidang kemampuan dasar yang terintegrasi dengan semua
kegiatan pembelajaran. Kegiatan khusus merupakan program kegiatan yang
pelaksanaannya tidak dimasukkan atau tidak harus dikaitkan dengan pengembangan
bidang kemampuan dasar lainnya, sehingga membutuhkan waktu dan penanganan
khusus. Pola pembelajaran anak SD diharapkan dapat mempertimbangkan karakteristik
pembelajaran anak SD yang secara garis besar pembelajarannya harus memiliki sifat
berikut :
a. Aplikatif : Materi pembelajaran bersifat terapan, yang berkaitan dengan kegiatan
rutin anak sehari-hari dan sangat dibutuhkan untuk kepentingan aktivitas anak
serta yang dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
b. Enjoyable : Pengajaran materi dan materi yang dipilih diupayakan mampu
membuat anak senang, menikmati dan mau mengikuti dengan antusias.
c. Mudah ditiru : Materi yang disajikan dapat dipraktekkan sesuai dengan
kemampuan fisik dan karakter lahirlah anak.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Anak Usia SD


1. Faktor Internal
“Faktor internal ini dipengaruhi oleh unsur kognitif dan fisiologis otak. Kemampuan
kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak.
Aspek kognitif merupakan sisi internal yang bertanggungjawab atas proses pembelajaran.
Dengan kemampuan kognitif ini anak dipandang sebagai individu yang secara aktif
membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.”
Perkembangan kongnisi atau intelektual anak berjalan sesuai gradual, bertahap dan
berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun dalam perkembangan kongnisi pada
usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap ada peluang bagi sebagian anak
menunjukkan perkembangan lebih awal daripada pola umum tersebut. Rata-rata
umumnya perkembangan kongnisi anak usia SD berkisar antara 6-13 tahun dari anak
kelas satu sampai kelas 6. Masa ini di identifikasi oleh piaget sebagai preode ke 3dari 4
priode schemata kongnisi keempat periode tersebut adalah :
1. Priode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
2. Periode praposional (usia 2-7 tahun)
3. Priode operasional (usia 7-11tahun)
4. Priode operasional formal (usia 11-sampai dewasa)

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini bisa berupa stimuli dari luar dirinya. “Menurut Bandura, anak usia
tingkat SD cenderung belajar dengan cara modeling, yaitu mencontoh perilaku orang lain.
Melalui interaksi sosial anak dapat belajar melalui pengamatan (observation learning).”
Maka teori ini dikenal dengan nama Operant Conditioning.
Ada 4 elemen penting yang menurut Bandura perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui
pengamatan yaitu :
1. Atensi
2. Retensi
3. Reproduksi
4. Motifasi
Masa sekolah SD di bagi menjadi 2 fase, yaitu :
a. Masa kelas-kelas rendah sekolah sekolah dasar sekitar 6 tahun sampai sekitar usia 8
tahun.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira usia 9 sampai 12 tahun. Pada
masing-masing fase tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing. Masa-masa
kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat yang sangat khas sebagai berikut :
a. Adanya hubungan yang positif antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani
dengan prestasi rohani.
b. Adanya sifat yang cenderung untuk memenuhi peraturan peraturan pemain yang
tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri dan masih ada sifat egosentris.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain untuk meremehkan anak
lain.
e. Kalau tidak bisa menyelesaikan suatu soal, maka soal itu di anggapnya tidak
penting.
f. Pada masa ini anak menghendaki nilai dan angka rapor yang baik tanpa mengingat
apakah prestasinya memang pantas di beri nilai baik atau tidak.
g. Kemampuan untuk mengingat dan berbahasa berkembang sangat cepat dan
mengagumkan.
h. Hal-hal yang bersifat kongkrit lebih mudah di pahami daripada yang abstrak.
i. Kehidupan adalah permainan.

Karakteristik umum siswa siswi SD di atas tidak menutup adanya perbedaan-perbedaan


tingkat kualitas dan kuantias kepribadian siswa. Perbedaan-perbeadan yang biasa ditemui di
kelas antara lain :
A. Achievement : Prestasi, kinerja skolastik.
B. Anatomy : Tinggi, berat dan warna kulit.
C. Emotion : Stabilitas, percaya diri, kebijaksanaan dan ketekunan.
D. Interest : Hobi, sahabat dan aktifitas.
E. Physiologi : Kemampuan menyimak, aktifitas visual dan ketahanan.
F. Pcychology : Kecepatan reaksi, kecepatan asosiasi dan koordinasi.
G. Sosial prespektif : Suku, politik, agama dan sikap ekonomi.
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu
objek. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada
seseorang atau suatu objek. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik yaitu,
senang bermain, senang bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok, senang
merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi karakteristik siswa SD yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
B. FOTO

Eka Marjiatul Maghfiro Faradya Rizmayannudin


(208620600035) (208620600179)

Marisatul Mahfudhoh Faridatul Lailiyah


(208620600036) (208620600044)
DAFTAR PUSTAKA

1. https://dokumen.tips/documents/c-implikasi-karakteristik-anak-dalam-pembelajaran-
sdmi.html
2. https://www.kompasiana.com/devitaluciaputri8362/5dbee166d541df57de213272/kara
kteristik-peserta-didik-sekolah-dasar?page=all
3. https://yayasanalmawaddahrempoa.blogspot.com/2016/10/karakteristik-dan-ciri-khas-
anak-sd.html
4. https://www.kompasiana.com/vinaameliasari8163/5dc97b26097f360a56651102/karak
teristik-peserta-didik-di-sekolah-dasar

Anda mungkin juga menyukai