Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Tiada kata syukur yang pantas disampaikan selain kepada


Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berkeyakinan bahwa hanya
dengan izin dan ridho-Nya makalah yang berjudul Implikasi
Karakteristik

Anak

dalam

Pembelajaran

di

SD/MI

dapat

diselesaikan dengan baik.


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan semester 2.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Rahmat Mulyono, M. Psi, selaku dosen
pembimbing

mata

membimbing

dan

kuliah

Psikologi

mengarahkan

Pendidikan

penulis

dalam

yang

telah

pembuatan

makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan ataupun kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran para
pembaca

akan

penulis

terima

dengan

senang

hati

demi

penyempurnaan makalah di masa yang akan datang.


Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memenuhi
persyaratan nilai yang diajukan oleh dosen pembimbing dan
dapat diterima oleh masyarakat.

Tangerang Selatan, 28 Mei


2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................1
DAFTAR ISI ..................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................3
A. Latar Belakang ..................................................................3
B. Rumusan Masalah .............................................................3
C. Tujuan ...............................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN ..................................................5
A. Pengertian Karakter dan Karakteristik ..............................5
B. Perkembangan Anak Selama Masa Sekolah Dasar ...........6
C. Implikasi Karakteristik Anak dalam Pembelajaran SD/MI . .9
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik
Belajar Usia SD/MI
...........................................................................................
13
BAB III. PENUTUP
...................................................................................
18
2

A. Kesimpulan
...........................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................
19

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Ada

beberapa

karakteristik

anak

di

usia

Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang perlu diketahui para guru,


agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya
ditingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Seorang guru
harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai
dengan

keadaan

siswanya,

maka

sangat

penting

bagi

seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain


karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan
peserta didik. Pemahaman terhadap karakteristik peserta
didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD/MI dapat
dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di
SD/MI, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam
memberikan

pendidikan

sesuai

dengan

kebutuhan
3

perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka


pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru
seyogiyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai
kebutuhan

siswanya

dalam

rangka

pencapaian

perkembangan diri siswa seperti Pemenuhan Kebutuhan


Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan
Kebutuhan

Kasih

Sayang

atau

Penerimaan,

Pemenuhan

Kebutuhan Harga Diri, Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi


Diri.

B.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian karakter dan karakteristik?
2. Apa saja perkembangan anak selama masa sekolah dasar?
3. Bagaimana bentuk-bentuk implikasi karakteristik anak
dalam pembelajaran SD/MI?
4. Faktor

faktor

apa

sajakah

yang

mempengaruhi

karakteristik?
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian karakter dan karakteristik.
2. Mengetahui bentuk-bentuk implikasi karakteristik anak
dalam pembelajaran SD/MI.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
karakteristik.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Karakter dan Karakteristik


Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun


berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku,

bersifat,

bertabiat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY,


2008),

karakter

mengacu

kepada

serangkaian

sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan


keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani
yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Sedangkan

karakteristik

diambil

dari

bahasa

Inggris

yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. Ia


mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.
Dalam

kamus

lengkap

psikologi

karya

Chaplin,

dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata


karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di
antaranya:
1. Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan
kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan
seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
2.

Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam


bentuk suatu untas atau kesatuan.

3.

Kepribadian

seeorang,

dipertimbangkan

dari

titik

di

atas

pandangan etis atau moral.


Jadi

di

antara

pengertian-pengertian

sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Chaplin, dapat


kami simpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat
yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.

B. Perkembangan Anak Selama Masa Sekolah Dasar


Menurut Carnegie Corporation of Newyork (1996), Anakanak yang memasuki kelas satu berada dalam periode transisi
dari

pertumbuhan

pesat

masa

anak-anak

awal

ke

tahap

perkembangan yang lebih bertahap. Perubahan perkembangan


mental maupun sosial menjadi ciri khas masa sekolah awal.
Beberapa tahun kemudian, ketika anak-anak mencapai kelaskelas sekolah dasar yang lebih tinggi, mereka mendekati akhir
masa kanak-kanak dan memasuki praremaja. Pernyataan ini
melihat bahwa keberhasilan di masa sekolah dasar sangat
berperan karena pada kelas-kelas di sekolah dasar lah mereka
mendefinisikan diri sebagai siswa.
Kemudian, ada beberapa perkembangan yang terjadi pada
anak masa sekolah dasar :
1. Perkembangan fisik
Ketika anak-anak melewati kelas-kelas sekolah dasar,
perkembangan fisik mereka mengalami perlambatan jika
dibandingkan

dengan

masa

anak-anak

awal.

Mereka

mengalami perubahan pertumbuhan yang relatif sedikit


selama masa sekolah dasar, contohnya adalah pasti anak
laki-laki tubuhnya lebih besar dari anak perempuan nya.
Lazimnya anak perempuan pasti tubuhnya lebih pendek
dan ringan daripada laki-laki sampai sekitar umur 9 tahun,
kira-kira sampai perkembangan tubuhnya sesuai dengan
perkembangan untuk laki-laki atau perempuan. Dan saat
masa ini juga anak-anak mengalami growing pains atau
rasa

sakit

pertumbuhan,

anak-anak
karena

yang

saat

itu

sedang

mengalami

perkembangan

otot

dikalahkan dengan perkembangan tulang dan kerangka.


Seperti yang di kemukakan oleh Pellegrini dan Bohn (2005)
otot yang sedang tumbuh membutuhkan banyak olahraga,
sehingga dapat disimpulkan bahwa umunya anak SD
7

memiliki sikap yang tidak bisa berdiam diri dalam waktu


yang lama. Pada saat sudah memasuki masa sekolah dasar
anak-anak sudah mengembangkan banyak kemampuan
motorik

dasar

yang

mereka

butuhkan

untuk

menyeimbangkan badan berlari, melompat dan melempar.


Ketika masa kelas empat di sekolah dasar, banyak anak
perempuan memulai dorongan pertumbuhan utama nya
dan tidak akan berhenti hingga memasuki masa pubertas.
Dorongan pertumbuhan utamanya meliputi lengan dan
kaki, bagian dada belum menyertai sehingga hasilnya
adalah penampilan kurus atau yang seluruhnya terdiri atas
lengan dan kaki. Karena pertumbuhan tulang ini terjadi
sebelum perkembangan otot dan tulang rawan terkait,
anak-anak

pada

tahap

pertumbuhan

ini

sementara

kehilangan koordinasi dan kekuatan.


Pada awal kelas lima, hampir semua anak perempuan telah
memulai

dorongan

pertumbuhan

mereka.

Selain

itu,

pertumbuhan otot dan tulang rawan anggota tubuh mulai


terjadi dalam diri wanita yang mengalami kedewasaan dini
lebih

dini,

dan

mereka

mendapatkan

kekuatan

dan

koordinasi tubuh mereka. Pada akhir kelas lima, anak


perempuan biasanya akan lebih tinggi, lebih berat, dan
lebih kuat daripada anak laki-laki. Pria berada 12 hingga 18
bulan

di

sehingga

belakang
anak

wanita

laki-laki

dalam

mengalami

pertumbuhan
kedewasaan

fisik,
dini

sekalipun tidak memulai dorongan pertumbuhan mereka


hingga usia 11 tahun. Karena itu, pada awal kelas enam,
kebanyakan

anak

perempuan

akan

mendekati

puncakmdorngan pertumbuhan mereka, dan semua anak


laki-laki

yang

mengalami

kedewasaan

dini

akan

melanjutkan pertumbuhan mereka, dan semua anak lakilaki yang mengalami kedewasaan dini akan melanjutkan
pertumbuhan yang lambat dan menetap masa anak-anak
8

akhir. Anak perempuan biasanya akan memulai periode


menstruasi mereka pada usia 13 tahun. Bagi anak laki-laki,
akhir masa praremaja dan permulaan masa remaja awal
diukur oleh ejakulasi pertama, yang terjadi antara usia 13
dan 16 tahun.
2. Perkembangan kognisi
Siegler (1998) mengemukakan antara usia 5 dan 7 tahun
proses

pemikiran

anak-anak

mengalami

perubahan

penting. Ini adalah periode peralihan dari tahap pemikiran


praoperasi

ke

memungkinkan

tahap

operasi

anak-anak

konkret.

melakukan

Perubahan
secara

ini

mental

sesuatu yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Tidak


semua anak mengalami peralihan ini pada usia yang sama,
dan tidak satupun anak berubah dari tahap satu ke tahap
berikut dengan cepat. Anak-anak sering melakukan kognisi
yang merupakan ciri khas dua tahapp perkembangan pada
saat yang sama. Ketika masing-masing melangkah dari
satu tahap ke tapa berikut, karakteristik sebelumnya di
pertahankan ketika perilaku kognisi tahap yang lebih tinggi
berkembang.
Selain memasuki tahap operasi konkret, anak-anak usia
sekolah dasar dengan pesat mengembangkan kemampuan
daya ingat dan kognisi, termasuk kemampuan metakognisi, yaitu kemampuan memikirkan pemikiran mereka
sendiri dan memelajari cara belajar.
3. Perkembangan sosioemosi
Pada saat anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka
telah mengembangkan kemampuan pemikiran, tindakan
dan pengaruh sosial yang lebih rumit. Hingga saat ini,
anak-anak pada dasarnya bersikap egosentris dan dunia
mereka

adalah

dunia

rumah,

keluarga

dan

mungin

prasekolah dan pusat penitipan anak. Menurut Erikson


(1963), masa sekolah dasar biasanya akan dihabiskan
untuk tahap pengembangan kepercayaan dan pengalaman
mereka pada saat masa prasekolah, pengalaman anak
tersebut digunakan sebagai pembuktian dari beberapa
pekerjaan yang berhasil mereka lakukan sendiri. Hasil
penelitian McHale, Dariotis & Kauh (2003) pada tahap ini
mereka akan mulai membuktikan bahwa mereka sudah
tumbuh dewasa dicontohkan dari beberapa pekerjaan
yang mereka pikir saya-bisa-mengerjakan-sendiri. Ketika
kekuatan konsentrasi mereka tumbuh, anak-anak bisa
mengerjakan banyak hal atau tugas lebih banyak. Tahap ini
juga meliputi perumbuhan tindakan mandiri, kerja sama
dengan kelompok, dan tampil dengan cara yang dapat
diterima secara sosial dengan perhatian pada tindakan
yang adil.
Selanjutnya, menurut Swann, Chang-Schneider & McClarty
(2007) bidang-bidang perkembangan pribadi dan sosial
yang penting bagi anak-anak sekolah dasar adalah konsep
diri dan harga diri. Konsep ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya dan konsep ini meliputi cara memahami
kekuatan, kelemahan, kemampuan, sikap dan nilai. Dan
kemudian ini merujuk ke proses evaluasi keterampilan dan
kemampuan terhadap harga diri. Kemudian ketika usia
makin bertambah menurut Borg (1998) mereka mulai
mengevauasi kemampuan mereka sendiri menggunakan
perbandingan sosial. Contohnya seperti ketika anak pra
sekolah

mengatakan

aku

suka

bola

maka,

setaun

kemudian dia akan mengatakan dengan agak berbeda


aku suka bola lebih daripada rani .
C. Implikasi Karakteristik Anak dalam Pembelajaran SD/MI

10

Secara umum karakteristik anak adalah keseluruhan ciri


ciri tingkah laku siswa yang meliputi, kecerdasan, kecakapan,
pengetahuan,

sikap,

minat.

(Jalaludin,

1998).

Sedangkan

menurut (Uno, 2007) karakteristik anak adalah aspek aspek


dan kualitas anak seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang
telah dimiliki, karakteristik anak bisa mempengaruhi pemelihan
strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian materi
pembelajaran. Hal itu karena anak memiliki ciri khas masing
masing. Disamping itu karakteristik anak usia MI memiliki ciri
khas tersendiri yangsecara umum masih relatif sederhana
Dalam

proses

pembelajaran

karakteristik

anak

perlu

diperhitungkan karena dapat mempengaruhi jalannya proses dan


hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan karena anak
memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan dan
perspektif

yang

dipakai

dalam

menggiatkan

prestasinya.

Pemahaman karakteristik anak akan membantu dalam mencari


serta menilai aktifitas siswa.
Dalam
kepibadian

rangka

mencapai

anak

agar

keberhasilan

berkembang

pembentukan

sesuai

engan

karakteristiknya, maka proses pembelajaran salah satunya harus


di dukung oleh unsur keteladanan dari orang tua dan guru.
Penyelenggaraan pembelajaran anak merupakan pilar penting
dalam upaya peningkatan derajat kemanuasiaan dan pemajuan
peradapan manusia dalam islam disebut dengan hifdul Aql
(peliharaan akal).
Sabda Nabi Muhammad SAW: ajarkanlah kebaikan kepada
anak anakmu dan keluargamu dan didiklah mereka (HR. Abdur
Rozaaq Dan Said Bin Mansur). Untuk tujuan tersebut guru MI
dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara bertahap
dan menyusun program kegiatan seperti program kegiatan
rutinitas, program kegiatan terintegrasi dan program kegiatan
khusus.

11

Kegiatan

rutinitas

merupakan

kegiatan

harian

yang

dilaksanakan secara terus menerusnamun terrogram dengan


pasti. Kegiatan terintegrasi adalah kegiatan pengembangan
pembelajaran yang melalui pengembangan bidang kemampuan
dasar yang terintegrasi dengan semua kegiatan pembelajaran.
Kegiatan

khusus

merupakan

program

kegiatan

yang

pelaksanaannya tidak dimasukkan atau tidak harus dikaitkan


dengan pengembangan bidang

kemampuan dasar lainnya,

sehingga membutukan waktu dan penanganan khusus.


Pola

pembelajaran

anak

MI

diharapkan

dapat

mempertimbangkan karakteriistik pembelajaran anak MI yang


secara garis besar pembelajarannya harus memiliki sifat berikut:
a. Aplikatif:

materi

pemelajaran

bersifat

terapan,

yang

berkaitan dengan kegiatan rutin anak sehari hari dan


sangat dibutuhkan untuk kepentingan aktivitas anak serta
yang dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
b. Enjoyable: pengajaran materi dan materi yang dipilih
diupayakan mampu membuat anak senang, menikmati dan
mau mengikuti dengan antusias.
c. Mudah ditiru: materi yang disajikan dapatdipraktekan
sesuai dengan kemampuan fisik dan karakter lahirlah anak.
1. Senang Bermain
Menurut (Hasan, 2006) bermain merupakan hal yang
penting bagi anak anak karena dengan bermain, mereka dapat
mempelajari banyak hal melalui permainan. Disamping itu, anak
juga

akan

melatih

kemampuan

motorik

untuk

menguasai

keterampilan fisik yang mereka butuhkan sehingga mereka dapat


belajar memecahkan masalah serta

mereka dapat belajar

bersosialisasi dalam memahami aturan sosial dalam permainan


bersama dengan teman temannya.

12

Karakteristik ini menuntut guru MI untuk melaksanakan


kegiatan pembelajaran yang bermuatan permainan yang secara
khususu melatih aspek perkembangan fisik, intelektual, dan
kemampuan

emosional

sebagai

bekal

pengembangan

keterampilan di masa yang akan datang.


Pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru MI hendaknya
dirancang dengan model pembelajaran yang memungkinkan
adanya unsur permainan di dalamnya sehingga anak anak
merasa senang dalam belajar enjoyable learning atau dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana learning
by doing. Guru harus menghindari materi pelajaran yang lebih
menekankan pada teori karena akan membosankan dan anak
cendeerung merasa kelelahan dan hilang konsentrasinya.
2. Senang Bergerak
Suasana pembelajaran yang monoton dapat membuat
siswa jenuh dan bosan terutama pada anak usia MI, karena pada
umumnya anak MI dapat duduk dengan tenang paling lama
sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak dapat berpindah
atau bergerak yang memungkinkan ia dapat berinteraksi dengan
temannya.
Diam atau duduk dalam waktu yang lama bagi anak MI
merupakan

siksaan

dan

membosankan.

Dalam

konteks

pembelajaran proses pembelajaran tdak hanya dilakukan di


dalam kelas, tetapi dapat juga melakukan di luar kelas, sehingga
anak lebih tertarik dalam menerima pelajaran terutama materi
pembelajaran yang ada kaitannya dengan alam.
3. Anak Senang Bekerja dalam Kelompok
Kecenderungan

anak

usia

MI

dalam

proses

pembelajarannya lebih senang berkumpul dengan kelompok


sebaya (peer group), dalam pembelajaran ini, anak belajar aspek
13

aspek yang penting dalam proses sosialisasi, sepeti: belajar


menemukan aturan aturan kelompok, belajar setia kawan,
belajar

tidak

bergantung

kepada

orang

dewasa,

belajar

bekerjasama, mempelaari perilaku yang dapat diterima oleh


lingkungannya,

belajar

menerima

tanggungjawab,

belajar

bersaing dengan orang lain secara sehat (spotif), mempelajari


olahaga dan permainan kelompok, serta belajar keadilan dan
demokrasi.
Pada tahap perkembangan ini anak MI dituntut untuk
belajar memberi dan menerima dalam kehdupan sosial di antara
teman sebaya, belajar berteman dan bekerja dalam kelompok
(peeer group) dalam rangka mengembangkan kepribadian sosial,
termasuk kesanggupan anak dalam menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau
sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam tahap
perkembangan ini anak harus memiliki keterampilan fisik dan
penampilan fisik yang diterima teman sebaya mereka karena
pada masa anak usia MI, anak anak mulai keluar dari
lingkungan keluarga dan mulai memasuki dunia teman sebaya.
Proses pembelajaran dalm memasuki kelompok sebaya
merupakan proses pembelajaran kepribadian sosial yang
sesungguhnya pada saati ni anak anak belajar cara cara
mendekati orang asing, malu malu atau berani, menjauhkan
diri atau bersahabat dengan teman sebayanya. Anak beajar
bagaimana memperlakukan teman teman. Ia belajar apa yang
disebut bermain jujur (play fair) dalam permainan.
Oleh karena itu, perilaku sosial anak usia 9 atau 10 tahun
akan menggambarkan perilaku sosial yang akan dilakukan pada
usia 50 tahun yang akan datang. Guru MI hendaknya terampil
dalam mempelajari dan memahami budaya teman sebaya pada

14

lingkungan madrasah dan masyarakat. Guru dapat menggunakan


sosiometri untuk mempelajari struktur sodial di kelas tertentu.
Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa implikasi
terhadap penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Madrasah
merupakan tempat yang kondusif bagi kebanyakan siswa untuk
belajar bergaul dan bekerja bersama dengan teman sebaya. Oleh
karena itu, guru MI harus memperhatikan perkembangan ini.
Pola ini mengharuskan Guru MI untuk merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok. Guru dapat memintta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3 4 orang untuk
mempelajari atau menyelesaikan suau secara kelompok.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara belajar dalam
satu

kelompok

setiap

anggota

kelompok

memiliki

ketergantungan dalam proses belajar untuk penyelesaian tugas


kelompok. Kegiatan ini mengharuskan semua anggota kelompok
bekerja sama, masing masing siswa bertanggung jawab
terhadap tugas yang disepakati. Untuk kepentingan peyelesaian
tugas, setiap siswa harus belajar dan memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal.
4. Senang Merasakan/Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Sebagaimana

telah

dijelaskan

pada

pembahasan

sebelumnya bahwa anak usia MI, perkembangan intelektualnya


cukup pesat, mereka mempunyai kempuan yang memungkinkan
untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu
tersebut

dalam

kehidupan

lingkugan

mereka

dan

memanfaatkannya untuk memecahkan masalah masalah yang


timbul, karena pada masa ini anak MI memasuk tahap operasi
konkret.
Bagi anak MI, penjelasan guru tentang materi pelajaran
akan lebih dipahami jka anak melaksanakan sendiri atau disebut
15

dengan belajar mandiri, artinya secara berkala siswa diminta


merefleksikan hal hal yang telah dipelajari, termasuk membuat
contoh terhadap materi yang dianjarkan oleh guru.
Peran guru MI diharapkan mampu merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat dalam proses
pembelajaran, misalnya guru menyuruh siswa untuk mmbedakan
akhlak yang baik dan buruk dalam kehidupan sehari hari.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Belajar
Usia SD/MI
1.

Faktor Internal
Factor internal ini dipengaruhi oleh unsur kognitif
dan

fisiologis

otak.

Kemampuan

kognitif

merupakan

sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah


laku anak. Asfek kognitif merupakan sisi internal yang
bertanggungjawab

atas

proses

pembelajaran.

Dengan

kemampuan kognitif ini anak dipandang sebagai individu


yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka
tentang dunia.
a.

Karakteristik anak usia MI secara umum


Piaget memandang, bahwa anak memainkan peran

aktif dalam menyusun pengetahuan dan pemahamannya


mengenai realitas. Anak yang lebih berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang diperoleh melalui
pengalaman. Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak
berkembang

berdasarkan

priode-priode

yang

terus

bertambah kompleks. Menurut tahapan piaget, setiap


individu akan melalui serangkaian perubahan kualitatif.
Perubahan ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berfikir.
16

Perkembangan kognisi atau intelektual anak


berjalan secara gradual, bertahap dan berkelanjutan
seiring

bertambahnya

umur.

Walaupun

dalam

perkembangan kognisi pada usia-usia tertentu memiliki


pola umum, tetap ada peluang bahwa sebagian anak
menunjukkan perkembangan lebih awal dari pola umum
tersebut. Rata-rata umumnya perkembangan kognisi
anak usia MI berkisar antara 6-13 tahun mulai dari kelas
satu sampai 6. Masa ini diidentifikasi oleh piaget sebagai
period ke-3 dari empat periode schemata kognisi.
Keempat priode tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.

Periode
Periode
Periode
Periode

sensorimotor (usia 0-2 tahun)


praoperasional (usia 2-7 tahun)
operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
operasional formal (usia 11 tahun smpai

dewasa)
Periode inilah yang dekat dan identik dengan usia
MI. Pada usia ini siswa mapu menggunakan logika yang
memadai.

Kemampuan

logika

yang

mereka

kuasai

berupa pemikiran operasional konkrit, yang meliputi:


a.
b.
c.
d.
e.
b.

Pengurutan
Klasifikasi
Decentering (pelebaran perspektif)
Reversibility (mengembalikan bentuk semula)
Konservasi
Karakteristik Siswa dari Sisi Fisiologis Otak
Konsep baru tentang intelegensi dikembangkan

oleh Gardner (1998) yang dikenal dengan multiple


intelligences (beragam kecerdasan). Berkenaan dengan
hal tersebut, Gardner menjelaskan bahwa intelegensi itu
merupakan proses mengoperasikan sejumlah komponen
dalam inteligensi yang memungkinkan individu mampu
memecahkan

masalah,

menciptakan

produk

dan
17

menemukan pengetahuan baru dalam rentang yang


cukup luas.
Komponen-komponen

inteligensi

(multiple

intelligences) yang dimaksud Howard Gardner yaitu:


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Verbal linguistic
Logika/ matematik
Musical
Spasial
Kinestetik
Naturalis
Interpersonal
Intrapersonal
Selain delapan kecerdasan baru itu, ada satu lagi

kecerdasan yang berhasil ditemukan dalam diri manusia,


yaitu kecerdasan spiritual yang dikenalkan oleh Danah
Johar dan Ian Marshall. Kecerdasan spiritual adalah
kemampuan manusia untuk mengenali potensi fitrah
dalam dirinya serta kemampuan seseorang mengenali
tuhannya
dimanapun

yang

telah

berada

menciptakannya,

merasa

dalam

sehingga

pengawasan

tuhannya.
2.

Factor Eksternal
Factor external ini bisa berupa stimuli dari luar dirinya.
Menurut Bandura, anak usia tingkat MI cenderung belajar
dengan cara modeling, yaitu mencontoh perilaku orang lain.
Melalui

interaksi

social

anak

dapat

belajar

melalui

pengamatan (observation learning). Maka teori ini dikenal


dengan nama Operant Conditioning.
Ada empat elemen penting yang menurut Bandura
perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan
yaitu:

18

a.
b.
c.
d.

Atensi
Retensi
Reproduksi
Motivasi

Masa sekolah tingkat SD/MI bisa dibagi menjai dua fase,


yaitu:
a. Masa

kelas-kelas

rendah

sekolah

dasar/madrasah

ibtidaiyah sekitar enam tahun sampai dengan usia sekitar


delapan tahun.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira
sembilan sampai kira-kira usia dua belas.
Pada

masing-masing

fase

tersebut

memiliki

karakteristiknya masing-masing. Masa-masa kelas rendah


siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut:
a. Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan
kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi rohani.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturanperaturan permainan yang tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri dan masih ada
sifat egosentris.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain
untuk untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting.
f. Pada masa ini anak menghendaki nilai dan angka rapor
yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang
pantas diberi nilai baik atau tidak.
g. Kemampuan mengingat dan berbahasa

berkembang

sangat cepat dan mengagumkan.


h. Hal-hal yang bersifat konkrit lebih mudah dipahami
daripada yang abstrak.
i. Kehidupan adalah bermain.

19

Dibawah ini merupakan karakteristik afektif umum anak


pada fase kelas tinggi, dari kelas tiga sampai kelas enam di
sekolah dasar yaitu:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkrit.
b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
c. Ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus.
d. Anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi
keinginannya.
e. Pada masa ini anak memandang nilai, terutama angka
rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya.
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok
sebaya.
g. Peran manusia idola sangat penting.
Karakteristik umum siswa usia MI di atas tidak menutup
adanya perbedaan-perbedaan tingkat kualitas dan kuantitas
kepribadian siswa. Perbedaan-perbedaan yang biasa ditemui
dikelas antara lain:
a. Achievement: prestasi, kinerja skolastik.
b. Anatomy: tinggi, berat, dan warna kulit.
c. Emotion: stabilitas, percaya diri, kebijaksanaan

dan

ketekunan.
d. Interest: hobi, sahabat dan aktivitas.
e. Physiology: kemampuan menyimak, aktivitas visual, dan
ketahanan.
f. Pcychology: kecepatan reaksi, kecepatan asosiasi dan
koordinasi.
g. Social perspectives: suku, politik, agama, dan sikap
ekonomi.

20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun
berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku,

bersifat,

bertabiat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh


(UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations),
dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa
Yunani

yang

berarti

to

mark

atau

menandai

dan

memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan


dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. karakteristik
adalah

suatu

sifat

yang

khas,

yang

melekat

pada

seseorang atau suatu objek.


Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik
yaitu, Senang bermain, Senang bergerak, anak senang

21

bekerja

dalam

kelompok,

melakukan/memperagakan

senang
sesuatu

merasakan
secara

atau

langsung.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi karakteristik


siswa MI yaitu Faktor internal dan faktor eksternal.

DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya. 2010
Fauzi, Ahmad dkk, Perkembangan Peserta Didik edisi pertama.
Jakarta. Learning Assistence Program for Islamic Schools
pendidikan guru madrasah ibtidaiyah. 2008
Hanafi M. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta.
Direktorat Jendral Pendidikan Islam. 2009
22

Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta.


Indeks. 2009
Sumantri, Suryani. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta.
Universitas Terbuka. 2010
Anonim. www.google.co.id/http.perkembangan karakteristik
anak.com.
Diakses pada tanggal 20 maret 2014 pukul 10.25 WIB
Anonim. http://www.sekolahdasar.net/2011/05/karakteristik-dankebutuhan-an
Diakses pada tanggal 20 maret 2014 pukul 11.02 WIB

23

Anda mungkin juga menyukai