Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik Siswa SD Dalam Pembelajaran IPA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD

Diampu Oleh :

Ai Hayati Rahayu,M.Pd

Disusun Oleh :

Annisa Mursalina A 16210619327

Erzima Fikriah

Kiki Sopiyani

Vicky Vianty Devi

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SEBELAS APRIL

SUMEDANG 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada Umumnya guru adalah sosok pendidik yang harus ditiru dan digugu oleh

peserta Didiknya, begitupula dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang

Dimana Guru harus mencerminkan kepribadiannya yang baik di depan peserta didik

ketika hendak memulaisebuah pembelajaran, tetapi kadang suka adapada jaman

sekarang Guru hanya bertugas sebagai pengajar saja dan tidak disertai dengan Ilmu

paedagogienya.

Pada Hakikatnya, setiap Peserta Didik pasti memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Oleh sebab itu, seorang Pendidik Hendaklah Memperhatikan

Perkembangan ataupun Pertumbuhan Peserta Didik di dalamnya dan memperhatikan

pula akan kemajuan peserta Didik akan Belajarnya sehari-Hari di sekolah, khususnya

pada mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Dengan itu, maka Rumusan Masalah yang penulis Rancang diantaranya :

1.2 Rumusan Masalah

1.1 Apa Pengertian Karakteristik Siswa di SD?

1.2 Bagaimana seharusnya Pembelajaran IPA di SD?

1.3 Bagaimana karakteristik dan pembelajaran IPA di SD?

1.3 Manfaat Penulisan

1.1 Untuk Mengetahui pengertian Karakteristik Siswa di SD

1.2 Untuk Mengetahui Bagaimana seharusnya Pembelajaran IPA di SD

1.3 Untuk Mengetahui Karakteristik dan pembelajaran siswa di SD


1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Manfaat penulisan

1.4 Sistematika Penulisam

BAB II PEMBAHASAN

1.1 pengertian karakteristik Siswa di SD

1.2 Pengertian Pembelajaran IPA di SD

1.3 Pengertian Karakteristik dan Pembelajaran IPA di SD

BAB III PENUTUP

1.1 Simpulan

1.2 Saran

DAFTAR ISI
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Karakteristik

Pengertian karakter menurut pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati,

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen, watak.

Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan

berwatak.sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY,2008), karakter mengacu

kepada serangkaian sikap (attittudies), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan

keterampilan (skill). Karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti to mark atau

menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk

tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku

jelek lainnya dikatakan orang yang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya

sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Pada usia sekolah Dasar, apabila dilihat dari segi pertumbuhan dan

perkembangan fisik merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif

seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, yakni kira-kira dua tahun

menjelang anak menjadi matang secara seksual pada saat pertumbuhan berkembang

pesat. Apabila diibaratkan bahwa masa ini dapat dikatakan sebagai periode tenang

sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Tetapi, hal ini tidak berarti

bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.

Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak,

koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot-otot kecil,

kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
Pada anak usia sekolah Dasar Usia 8-9 tahun, terjadi perbaikan koordinasi

tubuh,ketahanan tubuh bertambah, anak laki-laki cenderung aktifitas yang ada kontak

fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistem

peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik. Dari

segi [sikologi anak wanita lebih maju satu tahun dari anak laki-laki.

a. Karakteristik perkembangan kognitif peserta Didik

Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak PAUD dan SD masuk

dalam tahap pemikiran pra-operasional dan operasional konkret. Operasional konkret

yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada

berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Piaget menyatakan operasi adalah hubungan-

hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkret

adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata

atau konkret dapat di ukur (Desmita, 2006).

Selanjutnya, piaget (desmita,2006), menjelaskan bahwa anak-anak pada masa konkret

operasional (anak SD) ini telah mampu menyadari konversi, yakni kemampuan anak

untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak, karena pada

masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-

operasi yaitu : 1) negasi, ialah pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan

permulaan dan akhir dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui

permulaan dan akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa

konkret operasional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan

memahami hubungan-hubungan antar keduanya. 2) resiprokasi, yaitu hubungan timbal

balikyang dimana ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah,

anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi

dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal balik antara
panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak

tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama. dan 3)

identitas, yaitu pada anak usia sekolah Dasar anak sudah mengetahui berbagai benda

yang berada dalam suatu deretan, bisa menghitun, sehingga meskipun susuna dalam deret

di pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama (Gunaris dalam Desmita,2009). Jadi,

anak usia sekolah Dasar dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai memahami

akan susunan dan urutan tertentu.

Dengan demikian, apabila seorang guru analisis bahwa usia sekolah dasar sudah

memiliki kemampuan untuk berfikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali

berbagai cara pemecahan permasalahan yang dihadapinya. Proses berfikir konkrit-abstrak

harus dibuktikan secara nyata dalam mengembangkan pengetahuan anak seperti : berpikir

aktif, kreatif, dan kritis.

1.2 pengertian pembelajaran IPA di SD

pembelajaran atau yang kerap disebut dengan istilah pengajaran, secara garis besar

merupakan interaksi antara guru dan siswa. Mengenai perbedaan dan persamaan

keduanya. Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan

penyampaian materi ajar kepada siswa agar dapat menerima, menanggapi, menguasai,

dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Tyson dan caroll (1970) mengemukakan

bahwa belajar adalah a way working with student, the students do something in return.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu cara dan

sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif

melakukan kegiatan.

Nasution (1989) mendefinisikan mengajar sebagai tindakan yang dilakukan seseorang

(guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (siswa) dalam melakukan

kegiatan belajar.
Sedangkan, Biggs (1991), seorang ahli psikologi, membagi konsep mengajar atau

pembelajaran menjadi tiga macam, yaitu kuantitatif, institusional, dan kualitatif.

a. Kuantitatif, mengajar diartikan sebagai transmission of knowledge , yakni penyebaran

pengetahuan.dalam konsep ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang

studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya

b. Institusional, mengajar adalah penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.

Dalam konsep ini, guru dituntut untuk selalu siap menyesuaikan berbagai teknik

mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai type belajar, bakat, kemampuan,

dan kebutuhan.

c. Kualitatif, mengajar adalah upaya memfalisilitasi pembelajaran (facilitation of

learning) , yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa dalam mencari

makna dan pemahamannya sendiri.

Tidak dipungkiri, metode pembelajaran yang tepat sangat menentukan

terhadap efektivitas belajar mengajar di dalam kelas. Berbagai metode dapat dipilih

oleh guru untuk melangsungkan proses belajar mengajar bersama para siswa dengan

lebih efisiensi dan mengena. Metode pembelajaran yang tidak dapat berakibat pada

terhambatnya proses belajar siswa, bahkan gagalnya para siswa dalam menangkap

substansi ilmu yang diajarkan.

1.3 Pengertian Karakteristik dan Pembelajaran IPA di SD


BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Sumayana, yena. 2017. Dinamika perkembangan peserta Didik .CV. kaka

Media Network,.

Hasanah, aan. 2012. Pendidikan karakter berperspektif Islam. Insan

Komunika,.

Faizi, mastur. 2013. Ragam metode mengajarkan eksakta pada murid. DIVA

Press

Anda mungkin juga menyukai