Anda di halaman 1dari 21

Perkembangan Peserta Didik

Makalah ini ditulis untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Psikologi
Dosen Pengampu:
Fitriatul Masruroh, M.Psi, Psikologi

Oleh:
Miftahul Jannah
(2022390101611)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG-BANYUWANGI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucap syukur ke kapada Tuhan


Yang Masa Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dengan itu kami tak lupa mengucapkan rasa terimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Psikologi Perkembangan Peserta Didik Ibu Fitriatul
Masruroh, M.Psi, Psikologi yang selalu membimbing dan memberi pengetahuan
kepada kami dan kepada orang tua kami yang selalu menyemangati kami dalam
menyelesaikan tugas makalah “Perkembangan Peserta Didik”, serta teman-teman
yang juga turut berpartisipasi memberikan inovasi dalam pembuatan tugas makalah
ini.

Namun dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami dalam mata


kuliah ini, dan masih banyak penjelasan-penjelasan materi yang belum terpaparkan
dalam makalah ini. Kami mengharapkan kritik, saran, dan masukannya untuk tugas
makalah ini dapat lebih detail penjelasannya sehingga dapat menutupi kekurangan
dalam tugas makalah ini. Sekian terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banyuwangi, 08 November 2023

Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang

Peserta didik adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Mereka


merupakan individu dinamis yang memiliki karakteristik tertentu pada setiap
perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangann ini merupakan proses alami
yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Perkembangan peserta didik memiliki konsekuensi kepada perlakuan
pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa lebih
banyak memberikan bantuan pada perkembangan fisik, seperti bantuan orang tua
kepada anak agar dapat menfungsikan kakinya untuk berjalan. Hal ini terus
dilakukan sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan menfungsikan
organ tubuhnya. Menginjak usia sekolah taman kanak-kanak proses pendidikan
bukan hanya sekadar melatih organ tubuhnya agar berfungsi lebih sempurna, akan
tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang,
misalnya memgembagkan keberanian melalui permainanpermainan. Perlakuan
pendidikan ini akan terus berubah sesuai dengan masing masing periode serta
karakteristik perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

Memahami Peran dan Fungsi Perkembangan Peserta Didik sebagai Upaya


Implementasi Nilai Pendidikan Karakter dalam Kurikulum.

A. Perkembangan Peserta Didik


Pada setiap perkembangan kehidupan manusia, individu itu ditutntut
untuk menguasai kemampuan beperilaku yang menjadiciri bahwa
perkembangannya berhasil dan normal. Dari waktu ke waktu kehidupan
manusia terus berubah. Berawal dari dua sel dasar yaitu sel telur dan
sperma, suatu organisme tumbuh dan berkembang. Dua sel tersebut
kemudian membelah diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan tulang-
tulang, syaraf, otot, usus, otak, dan bagian-bagian organ tubuh lainnya.
Setelah kurang lebih sembilan bulan lamanya dalam kandungan ibu,
organisme yang baru tumbuh tersebut akhirnya menjadi bayi manusia yang
sempurna dan siap lahir ke dunia dengan perangkat keterampilan hidup
minimal yaitu bernafas, menggerak-gerakkan tubuh, menangis, dan
menyusu.
Perkembangan manusia sebagai mahluk sosial tentu tidak dapat
lepas dari kehidupan lingkungannya. Hal inilah yang menjadi salah satu
dorongan perkembangan psikologis, jasmani, inteligensi pada diri manusia.
Sejak manusia dilahirkan ke muka bumi, yang awalnya adalah bersih
(fitrah) maka lambat laun ia terkontaminasi dengan lingkungannya sesuai
dengan peran dan kemampuan panca inderanya.
Dalam perkembangannya secara psikologis mulai dari bayi menjadi
anak-anak kemudian menjadi remaja dan akhirnya menjadi dewasa. Pada
usia remaja inilah banyak sekali muncul problem kehidupan yang dirasakan
oleh remaja. Maka tentunya, remaja harus tahu benar-benar peran dan
fungsinya sebagai seorang remaja. Di sinilah peran orang tua untuk
melakukan bimbingannya dengan sebaik-baiknya pula.
B. Tugas-tugas Perkembangan
Arti tugas-tugas perkembangan dapat dikelompokkan menjadi 2:
1. Tugas-tugas perkembangan adalah petunjuk-petunjuk yang
memungkinka seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan
atau dituntut oleh masuarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang
dalam usia-usia tertentu. Arti pertama ini mengandung makna, pertama;
dari segi orang dewasa. Kedua, dari segi yang sadar menuju
kedewasaanya.
2. Tugas-tugas perkembangan merupakan petunjuk bagi seorang tentang
apa dan bagaimana yang diharapkan daripadanya pada masa yang akan
datang, jika dia kelak telah mencapainya. Arti kedua ini mengandung
makna, dari segi pendidik dan dari segi warga didik ( dalam masa
pubertas, remaja).
Tugas-tugas perkembangan manusia dalam tiap masa kehidupannya
menurut Havigrust, Karl C Garrison, William W Wattenberg sebagaimana
disebutkan oleh Juhri dalam bukunya menekankan pada halhal tugas
sebagai berikut:
1. Tugas-tugas perkembangan dalam masa bayi dan anak-anak awal
a. Belajar berjalan.
b. Belajar makan makanan padat.
c. Belajar mengendalikan buang air kecil dan besar.
d. Memperoleh keseimbangan osikologis.
e. Belajar membedakan jenis kelamin dan menghargainya.
2. Tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir.
Belajar tentang keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan
yang ringan-ringan atau mudah.
a. Membentuk sikap-sikap sehat terhadap dirinya demi kepentingan
organismenya yang sedng tumbuh.
b. Belajar untuk bergaul dan bermain bersama dengan teman tema
seusia.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya sebagai Wanita
atau pria.
d. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan berhitung.
e. Mengemvangkan konsep-konsep yang diperlukan sehari-hari.
3. Tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja.
a. Menerima keadaan fisikya dan menerima peranannya sebagai pria
atau Wanita.
b. Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya
baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan
orang-orang dewasa lain
d. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis.
e. Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau
jabatan.
4. Tugas-tugas Perkembangan dalam Masa Dewasa Awal
a. Memilih teman bergaul.
b. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri.
c. Mulai hidup dalam keluarga.
d. Belajar mengasuh anak-anak.
e. Mengelola rumah tangga.
5. Tugas-tugas Perkembangan dalam masa Setengah Baya.
a. Memperoleh tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan.
c. Membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa.
d. Menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi
kehidupannya.
e. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang
sesuai dengan orang dewasa.
6. Tugas-tugas Perkembangan dalam masa Tua.
a. Menyesuaikan diri pada keadaan berkurangnya kekuatan fisik dan
Kesehatan.
b. Menyesuaikan diri dalam msa pensiun dan pendapatan yang
berkurang.
c. Menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami atau istri d.
Memenuhi kewajiban-kewajiban sebaga warga negara dan
kewajiban dalam hidup bermasyarakat.
d. Menyusun keadaan hidup yang memuaskan dalam hal fisik.
Perkembangan Remaja Awal, Menengah, dan Impilikasinya

Definisi Remaja
Masa remaja adalah era dimana seseorang bertransisi dari masa kanak-
kanak ke kedewasaan. Masa remaja kadang-kadang dianggap sebagai perpanjangan
masa kanak-kanak sebelum dewasa. Masa remaja adalah masa gejolak jiwa, masa
transisi atau berada di jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak
yang bergantung pada masa dewasa (Daradjat, 2009).
Jadi menurut Zakiah Daradjat, masa remaja adalah fase yang tampaknya
tidak memiliki lokasi yang berbeda; itu bukan milik kelompok anak-anak, juga
bukan milik kelompok orang dewasa. Masa remaja sering dikaitkan dengan fase
sementara atau transisi yang masih membutuhkan arahan orang dewasa karena
remaja belum menguasai kapasitas fisik atau psikologis mereka.
Masa remaja, menurut psikolog G. Stanley Hall, adalah masa “badai dan
stress”. Ini menunjukkan bahwa masa remaja adalah periode “badai dan tekanan
mental”, atau saat ketika transformasi fisik, intelektual, dan emosional seseorang
menghasilkan ketidakbahagiaan dan keraguan (konflik) pada individu yang
bersangkutan, serta konflik dengan lingkungannya (Jannah, 2016). Masa remaja
adalah fase perkembangan yang sangat rapuh, dengan perubahan substansial yang
sangat mungkin menimbulkan perselisihan.
Masa remaja sesuai dengan tahun-tahun sekolah menengah. Masa remaja
adalah fase yang mengumpulkan banyak minat karena karakteristik spesifik dan
peranannya penting dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat dewasa.
Perkembangan remaja dibagi menjadi dua fase, yaitu sebagai berikut:
a. Masa remaja awal (11,12-13 atau 14 tahun)
Pada titik ini, individu mulai meninggalkan peran seorang anak dan
berusaha untuk berkembang sebagai individu yang berbeda yang
independen dari orangtuanya. Penerimaan bentuk dan kondisi fisik, serta
adanya kesesuaian yang signifikan dengan teman sebaya adalah titik focus
dari tahap ini.
b. Masa remaja pertengahan (13 atau 14-17 tahun)
Tahap ini dibedakan oleh munculnya kapasitas kognitif baru.
Remaja pada usia ini sangat membutuhkan teman. Teman sebaya terus
memainkan peran penting, tetapi telah mampu menjadi lebih mandiri.
Remaja mulai mendapatkan kematangan perilaku, belajar mengatur
impulsivitas, dan membuat penilaian awal tentang tujuan karir yang akan
dicapai selama periode ini. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi
sangat penting bagi individu. (Ajhuri, 2019).
Tantangan pertumbuhan remaja memerlukan perubahan signifikan dalam
sikap dan pola perilaku anak. Menurut Hurlock (2003), berikut ini adalah tugas
perkembangan masa remaja secara umum:
1. Terima kondisi fisiknya.
2. Penerimaan peran Masyarakat yang diakui.
3. Upaya untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan oran dewasa
lainnya.
4. Memperoleh kemandirian finansial.
5. Kenali dan serap nilai-nilai dewasa orang tua.
Tugas pertumbuhan remaja awal dikenal dalam bahasa Arab sebagai era
murahaqah. Murahaqah adalah tahap perkembangan yang mengarah pada
kematangan seksual. Murahaqah berarti kebodohan, kejahatan, atau pemyembahan
berhala, ia senang membuat kesalahan (Rezania, 2021).
Akibatnya, masalah perkembangan remaja awal adalah remaja yang masih
tidak yakin dengan identitas mereka, yang suka membuat kesalahan, yang ingin
membuktikan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka luar biasa, brilian, dan
sebagainya.
Tugas perkembangan remaja menengah, ialah:
1. Mampu menerima tubuh seseorang dan berbagai sifatnya.
2. Dapatkan kemandirian emosional dari orang tua dan tokoh penting lainnya.
3. Menentukan panutan identitasnya.
4. Menerima diri sendiri dan percaya pada keterampilannya sendiri.
5. Mampu bertingkah seperti orang dewasa (Rezania, 2021).
Perkembangan Intelektual Remaja Awal dan Pertengahan
Intelektual adalah akal atau kecerdasan, yang menandakan kemampuan
untuk menjalin hubungan proses berpikir (Malik, 2014) Lebih lanjut lagi definisi
dari kecerdasan menurut Wechler sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan berperilaku scara sadar, serta kemampuan untuk berpikir dan
berperilaku secara sadar, serta kemampuan untuk secara efektif memproses dan
mengelola lingkungan (Purwanto, 2020).
Dapat dikatakan bahwa kecerdasan adalah suatu keterampilan dalam
berbagai disiplin ilmu yang fungsinya saling berkaitan dan dapat diperhatikan
dalam perilaku individu. Mereka juga dapat berpikir jernih dan cepat agar dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi baru.
Kemampuan otaknya untuk berpikir tumbuh seiring dengan perkembangan
fisiknya yang cepat. Jika kemampuan berpikir anak masih terikat pada hal-hal yang
nyata atau pemikiran konkret ketika mereka mencapai usia Sekolah Dasar, remaja
mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak sepanjang Sekolah Menengah
Pertama. Remaja memiliki kemampuan berimajinasi jauh melampaui keberadaanya
baik dari segi ruang maupun waktu.
Berpikir tentang konsep inilah yang disebut Jean Piaget sebagai pemikiran
operasional formal. Tiga faktor yang signifikan mempengaruhi perkembangan
keterampilan berpikir formal operasional pada remaja. Pertama, remaja mulai
melihat (memikirkan) kemungkinan. Jika anak-anak di Sekolah Dasar hanya dapat
mengamati kenyataan, pada saat mereka mencapai masa remaja awal dan
pertengahan, mereka dapat mempertimbangkan kemungkinan. Kedua, remaja
mampu berpikir secara ilmiah. Remaja telah mampu mengikuti tahapan berpikir
ilmiah, mulai dari perumusan masalah melalui pembatasan masalah, penyusunan
hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga,
remaja mampu secara cerdas menggabungkan pikiran. Konsep atau pemikiran
abstrak yang kompleks telah mampu disatukan dalam suatu kesimpulan yang logis.
(Syaodih, 2003).
Perkembangan Emosional Remaja Awal dan Menengah

Perubahan unsur emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan


lingkungan yang berhubungan dengan perubahan tubuh tersebut merupakan akibat
langsung dari perubahan fisik dan hormonal. Perubahan hormonal menyebabkan
perubahan seksual dan munculnya dorongan dan sensasi baru (Ajhuri, 2019).

Emosi adalah gejala psikologis yang mempengaruhi persepsi, sikap,


perilaku, dan beberapa jenis ekspresi. (Hude, 2006) Akibatnya, adalah mungkin
menyimpulkan bahwa emosi meluap dari perasaan yang terbentuk dan mundur
dalam waktu singkat, dan bahwa emosi memiliki dampak yang signifikasn pada
aktivitas psikologis, seperti pengalaman, reaksi, penalaran, dan kemauan dalam
setiap individu.

Terlepas dari kompleksitas emosi, ada berbagai emosi, yaitu:

1. Kemarahan, yang meliputi kebrutalan, amukan, kebencian, kemarahan


ekstrim, kejengkelan, dendam, gangguan, kepahitan, kemarahan,
pelanggaran, permusuhan, dan perbuatan kekerasan.
2. Kesedihan ditandai dengan kata-kata pedih, sedih, muram, melankolis,
mencintai diri sendiri, kesepian, ditolak, putus asa, dan tekanan.
3. Kecemasan, ketakutan, kegugupan, kekhawatiran, was-was, melankolis,
kurang energi, horror, kecut, panic, dan fobia semuanya termasuk di
dalamnya.
4. Kenikmatan, terdiri dari kebahagiaan, kegembiraan, ringan, kepuasan,
kehati-hatian, kebahagiaan, hiburan, kebanggaan, kesenangan indrawi,
heran, rasa ingin tahu, kepuasan, perasaan kenyang, terangsang, sangat
senang, dan maniak.
5. Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan, keinteman, bskti, rasa
hormat, kasmaran, dan kasih sayang adalah semua aspek cinta.
6. Terkejut, mengandung kata terkesiap, kagum, dan kaget.
7. Kesal, dengan cemoohan, jijik, mual, muak, benci, tidak suka, dan ingin
muntah.
8. Penghinaan, yang terdiri dari rasa bersalah, malu, dendam, sesal, hina, aib,
dan hati yang terluka (Kemali Syarif dkk, 2017).

Perkembangan sosial Remaja Awal dan Menengah

Salah satu aspek yang paling menantang dari pertumbuhan remaja adalah
penyesuaian diri. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan baru, serta orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah (Hurlock,
2003).

Remaja harus membuat beberapa perubahan tambahan untuk mencapai


tujuan pola sosialisasi orang dewasa. Yang paling esensial dan paling sulit adalah
penyesuaian diri terhadap pengaruh kelompok sebaya yang meningkat, perubahan
perilaku social, pengelompokkan sosial baru, nilai-nilai baru dalam pemilihan
persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan social, dan nilai-nilai
baru dalam pemilihan pemimpin.

Ciri-ciri kontak sosial remaja awal dan menengah antara lain:

1. Keterlibatan remaja dalam hubungan social lebih substansial dan intim


secara emosional daripada di masa kanak-kanak.
2. Jejaring social menjadi semakin beragam, mencakup peningkatan jumlah
individu dan berbagai jenis interaksi (misalnya dalam hubungan dengan
teman sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok) (Herlina, 2013).
Selain itu juga keterampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah
pemikiran social. Pemikiran social ini berkenaan dengan pengetahuan dan
keyakinana mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial.

Perkembangan Moral Remaja dan Menengah

Moral adalah pengendalian, pengendalian dalam bertindak dan berperilaku


sesuai dengan nilai-nilai kehidupan, baik standar masyarakat maupun prinsip-
prinsip yang mengatur kehidupan seseorang (Purwanto, 2020).
Perkembangan moral remaja diawali dengan rasa bersalah dan upaya
mencari rasa aman. Berikut ini adalah contoh akhlak yang diperlihatkan pada
remaja:

1. Ketaatan pada diri sendiri, religius atau moral berdasarkan motif pribadi.
2. Adaptif, tanpa mengkritisi keadaan lingkungan.
3. Penurut, dengan keberatan mengenai moral dan keyakinan agama.
4. Tidak dapat menyesuaikan diri, tidak dapat menerima ajaran agama dan
moral sebagai kebenaran.
5. Sesat, mengabaikan aturan dan standard dasar dan agama Masyarakat
(Khadijah, 2020).
Oleh karena itu, perkembangan moral pada masa remaja awal dan
pertengahan diartikan sebagai pengajaran kepada remaja tentang baik buruk, benar
dan salah, akhlak, dan aturanaturan yang harus dipatuhi agar remaja membentuk
perilaku tanpa harus dibimbing, diawasi, di dorong, dan diancam dengan hukuman
seperti di masa kecil.

Implikasi Pendidikan Perkembangan Remaja Awal dan Menengah

Menurut (Syaodih, 2003) ada beberapa perkembangan remaja awal dan


pertengahan yang telah diuraikan diatas, dan sebagai seorang pendidik, kita harus
memahami bagaimana implikasi nya terhadap proses pendidikan, yaitu:

1. Implikasi perkembangan fisik


a. Dengan menitikberatkan pada perkembangan fisik remaja awal dan
pertengahan, pendidikan seharusnya menggunakan model pendidikan
yang memisahkan laki-laki dan perempuan ketika membahas
perkembangan anatomi dan fisiologi. Jika kita ingin membahas anatomi
manusia, kita harus membagi kelompok laki-laki dan perempuan
sehingga anak-anak dapat bebas bertanya tentang pertumbuhan mereka.
b. Guru pengawas di sekolah mungkin mengambil insiatif untuk membawa
narasumber ke sekolah sengan mengatur percakapan tentang pendidikan
seks dan memperingatkan siswa tentang bahaya aktivitas seksual yang
menyimpang.
c. Sekolah juga dapat mengarahkan hobi anak muda, kepada hal-hal yang
positif, seperti atletik, seni, dan kepramukaan, menjadi kegiatan yang
bermanfaat. Kuras energy muda untuk hal-hal yang produktif, sehingga
remaja tidak sempat melamun atau melakukan perilaku menyimpang.
2. Implikasi perkembangan intelektual (beruapa bahasa dan perilaku kognitif).
a. Guru diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang mendalam serta
layanan pendidikan dan bimbingan yang bijaksana bagi siswa remaja
awal dan pertengahan yang menghadapi masalah dan kekurangan
tertentu dalam mata pelajaran yang sensitive.
b. Ketika minat peserta didik untuk membaca semakin meluas, terutama
novel atau majalah dengan konten seksual, imajinatif, atau artistic. Guru
harus menugaskan peserta didik untuk menulis ringkasan isi buku atau
karangan. Karena jika dorongan untuk membaca tidak siarahkan, tidak
jarang para remaja, baik remaja awal dan remaja madya, merasa
terdorong untuk membaca buku-buku atau majalah porno.
c. Guru hendaknya menggunakan gaya belajar yang mempertimbangkan
variasi individu peserta remaja awal dan menengah. Pembelajaran
secara individu atau pendidikan kelompok kecil harus digunakan oleh
guru baik untuk peserta didik yang berprestasi maupun yang lamban.
3. Implikasinya terhadap perkembangan perilaku social, moralitas
a. Pendidikan harus disampaikan melalui kelompok belajar, sekolah harus
menumbuhkan lingkungan dan menawarkan fasilitas yang
memungkinkan pembentukan klub-klub remaja dengan tujuan dan
program kegiatan positif berdasarkan minta peserta didik.
b. Selain itu, sekolah harus meningkatkan hubungan mereka dengan
orangtua.orangtua dan sekolah harus bekerja sama untuk meningkatkan
komunikasi dan untuk menyatukan system dan metode untuk siswa di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada remaja awal dan pertengahan.
c. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak usia remaja awal
dan menengah untuk belajar bertanggungjawab dengan memberikan
contoh perilaku yang baik dari orangtua, pendidik, tokoh politik,
penguasa, dan tokoh idola bagi anak usia sekolah menengah (pada
remaja awal dan menengah).

Perkembangan Nilai Moral dan Sikap

Menurut Danel Susanto, pertumbuhan ataupun perkembangan pada masa


remaja biasanya ditandai oleh beberapa perubahan-perubahan, seperti dibawah ini:
a. Perubahan fisik
Pada masa usia remaja peserta didik akan terjadi pertumbuhan fisik yang
cepat dan proses kematangan seksual. Beberapa kelenjar yang mengatur
fungsi seksualitas pada masa ini telah mulai matang dan berfungsi.
Disamping itu tanda-tanda seksualitas sekunder juga mulai nampak pada
diri remaja.
b. Perubahan intelek
Menurut perkembangan kognitif yang dibuat oleh Jean Piaget, seorang
remaja telah beralih dari masa konkritoperasional ke masa formal-
operasional. Pada masa konkrit-operasional, seseorang mampu berpikir
sistematis terhadap hal-hal atau obyek-obyek yang bersifat konkrit, sedang
pada masa formal operasional ia sudah mampu berpikir se-cara sistematis
terhadap hal-hal yang bersifat abstrak dan hipotetis.
c. Perubahan emosi
Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah menjadi labil.
Menurut aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan
ini terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar
hor-monal. Sebagai contoh, Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa
pengaruh lingkungan sosial terhadap per-ubahan emosi pada peserta didik
masa usia remaja lebih besar artinya bila dibandingkan dengan pengaruh
hormonal.
d. Perubahan sosial
Peserta didik di usia remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Ia
dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan
fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang
remaja juga sering diharapkan bersikap dan bertingkahlaku seperti orang
dewasa.
e. Perubahan moral
Pada peserta didik masa usia remaja akan terjadi perubahan kontrol
tingkahlaku moral: dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini terjadi juga
perubahan dari konsep moral khusus menjadi prinsip moral umum pada usia
remaja. Karena itu pada masa ini seorang sudah dapat diharapkan untuk
mempunyai nilai-nilai moral yang dapat melandasi tingkahlaku moralnya.

Perkembangan Bakat Khusus Anak dan Remaja

Bakat adalah merupakan faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi


apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus, jika dididik dan dilatih, maka
ketika remaja bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal.
Sebaliknya jika dibiarkan saja tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan mati
dan tak berguna. Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan
lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial, bakat memerlukan ikhtiar
pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud
(Utami Munandar,1992). Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) yang
mengandung makna sebagai daya untuk melakukan sesuatu, sebagai hasil
pembawaan dan latihan. Bakat juga berbeda dengan kapasitas yaitu kemampuan
yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang apabila latihan dilakukan
secara optimal (Conny Semiawan,1987).

Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh


pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus (Conny Semiawan 1987).

A. Jenis-jenis bakat khusus


Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan
jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai
kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Klasifikasikan jenis-
jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud
menjadi lima bidang, yaitu:
➢ Bakat akademik ksusus
Misalnya: bakat untuk bekerja dalam angka-angka (numerik), logika
Bahasa, dan sejenisnya.
➢ Bakat kreatif produktif
Bakat khusus dalam bidang kreatif – produktif artinya bakat dalam
menciptakan sesuatu yang baru misalnya menghasilkan rancangan
arsitektur baru, menciptakan teknologi terbaru dan lainnya.
➢ Bakat seni
Misalnya: mampu mengaransemen music dan sangat dikagumi,
mencipatakan lagu hanya dalam waktu 30 detik, mampu melukis dengan
sangat indah dan waktu singkat dan sejenisnya.
➢ Bakat kinestetik/ psikomotorik
Misalnya: bakat dalam bidang sepak bola, bulu tangkis, tennis, dan
keterampilan Teknik
➢ Bakat sosial
Misalnya: sangat mahir melakukan negosiasi, mahir berkomunikas, dan
sangat mahir dalam kepemimpinan.
Pengembangan Potensi Diri Peserta Didik Melalui Proses Pendidikan

Ada tiga alasan mengapa pengembangan pengetahuan peserta didik dimulai


sejak usia dini. Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidikan, orang tua
dan guru memberikan pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kondisi
anak, namun demikian perkembangan psikologis anak diperhatikan, peserta didik
siap untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun (disebut
masa intelek). Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan
pengetahuan. Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti
kata ia butuh bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru
mendapat kesempatan yang banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak
untuk mengisi dan membekali dengan pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia
telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang sangat sukar untuk diubah oleh
seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.
Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-
pengharapan pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui
pengetahuan yang diberikan kepadanya. Kita dapat memberi contoh, tauladan yang
banyak kepada anak, yang pada akhirnya dia dapat menemui pengharapannya,
namun pengharapan itu dibekali dengan motivasi ekstrinsik disamping motivasi
intrinsik yang telah ada pada diri sang anak.
Memiliki kecakapan emosional yang tinggi merupakan bukanlah jaminan
bagi seseorang yang memikili inteligensi yang tinggi akan dapat berkembang
dengan mudah. Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi belum tentu
memiliki kecakapan emosional yang tinggi pula. Anak yang memiliki inteligensi
yang tinggi dan kecakapan emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang
yang mampu berbuat, berkarya, aktif, kreatif, dan mandiri adalah anak dikatakan
berbakat.
Latihan terus menerus merupakan salah satu upaya peningkatan
kemampuan otak seseorang. Kemampuan otak seseorang ibarat sebilah pisau dari
besi yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam yang
pengasahannya perlu dilakukan berkali-kali. Karena otak perlu senantiasa diasah
dengan berpikir, seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi,
bermain catur, mengisi teka teki silang, dan lain sebagainnya.
Guru melakukan bimbingan dengan melibatkannya pada kegiatan yang ada
di sekolah, memberikan contoh teladan yang baik, serta mengadakan kegiatan
imtaq setiap pagi jumat yang diawali dengan melakukan kebersihan lingkungan
sekolah bersama, baru dilanjutkan dengan shalat duha berjamaah, dan dilanjutkan
dengan aktifitas yang lainnya merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh guru
dalam pengembangan sikap peserta didik.
Peserta didik harus mengikuti program ekstrakurikuler wajib (kecuali bagi
yang terkendala), dan dapat mengikuti kegiatan-kegiatan baik yang terkait maupun
yang tidak terkait dengan suatu mata pelajaran di satuan pendidikan dimana dia
belajar. Penjadwalan waktu kegiatan ekstrakurikuler sudah harus dirancang pada
awal tahun atau semester dan di bawah bimbingan Kepala Sekolah dan Bidang
Kesiswaan. Jadi waktu kegiatan ekstrakurikuler diatur sedemikian rupa sehingga
tidak menghambat pelaksanaan kegiatan intrakurikuler atau dapat manyebabkan
gangguan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan intrakurikuler. 1) Kegiatan
ekstrakurikuler yang bersifat rutin, tanpa paksaan dan keteladanan dilaksanakan
secara langsung oleh guru pembimbing dan tenaga kependidikan disekolah. 2)
Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah dilaksanakan sesuai dengan sasaran,
substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat dan pelaksanaan sebagaimana telah
direncanakan.

Peran guru dalam pengembanan potensi peserta didik

Strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan


potensi siswa merupakan peranan seorang guru. Kehadiran seorang guru tidak dapat
digantikan oleh aspek yang lain, seperti masyarakat yang multikultural dan
multidimensional, teknologi memiliki peranan menggantikan tugas guru yang
minim. Peranan guru menentukan keberhasilan pendidikan, menghasilkan lulusan
yang berkualitas dan profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam
implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian, (Mulyasa,
2005:27).
Salah satu kegiatan dalam belajar yaitu suatu proses yang dinamis dalam
segala fase dan proses perkembangan siswa, hal ini merupakan penyampaian materi
pelajaran. Tugas guru dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai
tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.

Memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek


maupun jangka panjang merupakan rangkaian pemberian pendidikan pada peserta
didik. Selain itu, pemberian fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar
yang memadai, membantu perkembangan aspek aspek pribadi seperti sikap, nilai-
nilai, dan penyusuaian diri. Dengan demikian proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru tidak bersifat terbatas dalam penyampaian ilmu pengetahuan.
Akan tetapi bertanggung jawab dari keseluruhan perkembangan kepribadian
peserta didik, mampu menciptakan proses belajar yang menarik, merangsang
peserta didik untuk belajar aktif dan dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2012. Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ajhuri K. F. 2019. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Penebar Media Pustaka.
AM Juhri. 2013. Landasan Wawasan Pendidikan: Suatu Pendekatan Kompetensi
Guru, Metro Lembaga Penelitian UM Metro.
Daradjat Z. 2009. Ilmu Jiwa Agama, PT. Bulan Bintang.
Herlina. 2013. Mengatasi Masalah Anak dan Remaja Melalui Buku. Pustaka
Cendekiawan Utama.
Hude. 2006. Emosi, Erlangga.
Huelock E. B. 2003. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Erlangga.
Jannah M. 2016. Remaja dan Tugas-tugas Perkembangan dalam Islam,
Psikoislamedia, I Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami.
Khatijah. 2016. Strategi Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini, Elementary:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar.
Malik M. A. 2014. Perkembangan Intelektual Remaja, Modul Psikologi Agama.
Mulyasa. 2005. Menjadi guru professional. Bandung: PT Remaja Rosda.
Munandar Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak di Sekolah.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Purwanto K. K. 2020. Tahap-tahap Perkembangan Manusia (Perkembangan Masa
Remaja), UIN Banten.
Rezania L. I. M. dan V. 2021. Psokologi Perkembangan Sepanjang Kehidupan
Manusia, UMSIDA Press.
Sanjaya Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Kencana.
Semiawan Conny. 1987. Perkembangan bakata dan kreativitas anak. Jakarta: PT
Bina Aksara.
Syaodih. 2003. Materi Pokok Perkembangan Peserta Didik, Universitas Terbuka.
Syarif Kemali DKK. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Unimed Press.

Anda mungkin juga menyukai