Anda di halaman 1dari 10

Abstrak--- Penenlitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif, dengan tujuan untuk

memberikan penjelasan mengenai tantangan-tantangan guru dalam melakukan pembelajaran

di era globalisasi atau kerennya disebut era kekinian. Salah satunya adalah dalam penggunaan

teknologi untuk menunjang pembelajaran di kelas. Guru juga menghadapi berbagai masalah

lainnya di berbagai bidang. Teknik pengumpulan data berupa observasi dokumen. Kesimpulan

dari penelitian adalah bahwa guru kekinian menghadapi berbagai tantangan di bidang sosial

budaya, politik dan teknologi. Semua tantangan tersebut, menuntut guru, sebagai ujung tombak

pembelajaran untuk makin berkembang dengan berusaha meningkatkan kemampuannya.

Kata kunci: Tantangan, Guru, Era Globalisasi.

Abstract--- This research is descriptive-qualitative research, with the aim to provide an

explanation of the challenges of teachers in conducting learning in the era of globalization or

coolly called the contemporary era. One of them is in the use of technology to support

classroom learning. The teacher also faces various other problems in various fields ... The

technique of collecting data is document observation. The conclusion of the study is that

contemporary teachers face various challenges in the socio-cultural, political and technological

fields. All of these challenges, demand the teacher, as the spearhead of learning to develop
further by trying to improve their abilities.

Keywords: Teacher, Challenges, Globalization Era.

TANTANGAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Guru dan jabatannya telah hadir cukup lama di Negara kita ini. Meskipun hakikat, fungsi, latar belakang,
tugas, kedudukan sosiologisnya beserta hambatan dan tantangannya pun telah banyak mengalami
perubahan. Bahkan ada yang secara lugas yang mengatakan bahwa sosok guru telah berubah dari tokoh
yang ditiru, dipercaya dan dijadikan panutan, diteladani, agaknya menurun dari tradisi latar padepokan
menjadi oknum yang “wagu lan kuru”, kurang pantas dan “kurus”, ditengah-tengah berbagai bidang
pekerjaan dalam masyarakat yang semakin terspesialisasikan.

Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan pendidikan nasional akan ditentukan oleh keberhasilan kita
sebagai seorang guru dan pendidik dalam mengelola pendidikan nasional manakala didalamnya guru
menempati posisi utama. Dan penting memang harus diakui dan tak dapat disangkal lagi selama ini
peran guru diperlakukan “kurang taat asas” dalam arti dinyatakan sebagai sosok panutan, namun tampa
disertai kesedian untuk menghargai tugas mereka sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, keinginan
untuk “memprofesionalisasikan” jabatan guru masih belum memiliki pijakan struktural yang memadai.

Dalam Implementasinya, jabatan guru sangat berhubungan erat dengan hambatan dan tantangan yang
dihadapi dalam proses pembelajaran. Tantangan ini berasal dari dalam (internal) maupun dari luar
(eksternal) yang perlu ditangani dengan perhatian khusus agar tantangan dan permasalahnnya tidak
berakibat negative terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu pada kesempatan ini pemakalah
akan mencoba mengkaji tentang tantangan guru dalam pembelajarannya, serta mengkorelasikannya
dengan tantangan jabatan fungsional keguruan.

B. Pembahasan

a. Tantangan Guru Dalam Pembelajaran

Menjadi seorang guru tidaklah mudah. Pun dengan segala prediket yang disandangnya (pahlawan tanpa
tanda jasa, pekerjaan yang mulia, dan berbagai prediket terpandang lainnya) tak membuang profesi ini
kesepian dari suara-suara sumbang masyarakat. Suara-suara yang muncul tatkala pendidikan tak
mampu lagi mencetak pribadi yang berkualitas dan berakhlak karimah. Memang tak mudah menjadi
seorang guru yang profesional. Ada banyak hal tantangan dan segudang permasalahan yang harus
diselesaikan agar menjadi seorang guru yang unggul dalam profesinya dan dapat mencetak pribadi yang
berkualitas baik dari segi intelektual maupun dari segi religius.
Dalam proses pembelajaran misalnya, banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang guru agar
terciptanya situasi pembelajaran yang efektif. Biasanya dalam pembelajaran guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan menggunakan berbagai metode, strategi, yang sesuai dengan standar kurikulum
dan kemampuan siswa. Selain itu juga terjadi interaksi antara guru dengan siswa melalui tanya jawab,
diskusi, kelompok kecil, serta pemberian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Untuk menunjang
keprofesionalitasnya seorang guru harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program
pembelajaran. Kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran itu meliputi perencanaan
pengorganisasian bahan pengajaran sampai dengan penilaian hasil belajar (evaluasi pembelajaran)[1].

Menurut Syafruddin Nurdin ada beberapa pola kegiatan guru dalam pembelajaran serta tantangan yang
dihadapinya antara lain :

1. Pola pembelajaran yang efektif

Guru sebagai tenaga pendidik harus mampu mensinergiskan suatu kegiatan pembelajaran dengan
metode pembelajaran yang digunakannya. Hal ini dapat menunjang kemampuan siswa dalam
berorientasi mengolah materi yang akan diajarkan. Tantangan yang acap kali dihadapi adalah guru
sering tidak mampu menganalisa gaya dan pola belajar siswa, sehingga hal ini memungkinkan
pemakaian metode pembelajaran yang salah dan tidak sesuai dengan kepribadian siswa. Sebagai contoh
banyak siswa dapat belajar mandiri, sementara siswa lainnya lebih senang belajar dalam situasi
pengajaran yang beraturan dan terpimpin. Perbedaan diantara siswa ini mengharuskan guru
menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda pula.

2. Kondisi dan Asas untuk Belajar yang Berhasil

Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya proses belajar secara optimal. Proses belajar
dapat dikatakan berlangsung apabila siswa dapat mengetahui atau melakukan sesuatu yang sebelumnya
tidak diketahui atau dapat dilakukan olehnya. Jadi hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku
baru dalam pengetahuan berpikir atau kemampuan jasmaniah. Dikarenakan tugas perancangan
pengajaran adalah membantu terjadinya proses belajar, maka seorang guru harus mampu menyadari
dan memanfaatkan kondisi dan asas yang telah terbukti mendukung proses belajar tersebut dengan
baik.[2]

Louis V. Gesrtner dkk, membagi kedalam delapan permasalahan yang akan dihadapi oleh guru dalam
mengkondisikan asas belajar yang berhasil untuk siswa diantaranya :

a) Persiapan Sebelum Mengajar

Siswa harus lulus dengan nilai yang memuaskan dalam pelajaran prasyarat sebelum memulai sesuatu
program atau satuan pelajaran tertentu. Kalau hasil belajar sebelumnya tidak cukup dikuasai, pelajaran
berikutnya menjadi kurang berati dan belum layak untuk dilanjutkan kepada materi selanjutnya..

b) Sasaran belajar
Siswa dapat memperoleh informasi lebih banyak dan mengingatnya dengan jangka waktu yang lebih
lama apabila sasaran belajar ditulis dengan cermat dan disusun secara sistematis.

c) Susunan Bahan Ajar

Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam
urutan yang bermakna. Kemudian, bahan ajar tersebut harus disajikan pada siswa dalam beberapa
bagian ; susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan
pengetahuan atau proses secara pribadi.

d) Perbedaan individu

Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda. Akan tetapi bukti menunjukkan bahwa
sebagian siswa dapat mencapai sasaran pembelajaran dengan cara yang memuaskan apabila mereka,
menggunakan bahan yang tepat, diperbolehkan belajar menurut kecepatan mereka masing-masing.

e) Motivasi

Seseorang mau belajar apabila memang terjadi proses pembelajaran. Keinginan itu timbul karena
adanya motivasi. Motivasi akan timbul pada diri seseorang apabila pengajaran dipersiapkan dengan
baik, sehingga dirasakan penting dan menarik untuk siswa. Hal ini seringkali menimbulkan masalah
ketika guru tidak mampu menumbuhkan motivasi kepada diri siswa dikarenakan karena pengalaman
guru yang kurang memadai dan tidak dapat menarik perhatian siswa dalam belajar.

f) Sikap Mengajar

Sikap positif yang diperlihatkan oleh guru terhadap materi pembelajaran yang disajikan kepada siswa
dan terhadap metode pengajaran yang digunakan, dapat mempengaruhi motivasi dan sikap siswa
terhadap suatu materi pembelajaran. Apabila siswa benar-benar melihat sikap yang positif dari guru,
maka siswa akan cenderung bertingkah laku positif pula, begitu juga sebaliknya.[3]

Agus Makmun Dan Abdul Mukti (2003) mengemukakan, ada dua macam klasifikasi tantangan yang
dihadapi oleh pendidik dewasa ini, yang mana tantangan tersebut bersifat internal dan eksternal.
Adapun tantangan yang bersifat internal menyangkut program pemahaman, perencanaan, pelaksanaan,
penerapan, dan evaluasi. Sedangkan tantangan eksternal menyangkut kemajuan IPTEK, globalisasi
informasi, perubahan politik, sosial, dan budaya bangsa.

Memaknai dua macam tantangan tersebut, senyatanya ingin dikatakan bahwa problematika kegagalan
dan permasalahan pembelajran yang dihadapi oleh guru begitu kompleksnya. Aspek psikologis, kultur,
dan sosial budaya siswa sangat berpengaruh besar dalam proses internalisasi nilai-nilai agama dan
kependidikan ke dalam sikap dan perilakunya.[4]

Seorang guru misalnya, ketika membelajarkan pesan-pesan moralitas agama kepada siswa
disarankan agar mampu memperhatikan perkembangan siswa dari berbagai aspek, misalnya aspek akal,
yaitu melalui penjelasan manfaat dan hikmah ritual agama, aspek emosional yaitu dengan
membangkitkan rasa cinta dan penghargaan serta apresiasi terhadap agama, aspek minat yaitu dengan
memperhatikan perkembangan minat siswa terhadap agama, aspek sosial yaitu dengan membiasakan
siswa melakukan tindakan-tindakan terpuji.

Berbagai bentuk tantangan dan permasalahan hadir dalam lingkup pembelajaran. Ma’ruf
Musthafa menguraikan penyebab-penyebab timbulnya pola tingkah laku negatif pada siswa
diantaranya :

v Saat siswa memasuki usia remaja. Masa ini kerap disebut masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa.

v Kebiasaan dari teman sebaya (teman dekatnya). Secara emosional siswa cenderung meniru kawan-
kawannya. Meniru adalah modal utama siswa untuk bergaul dengan sesamanya.

Problematika inilah yang dihadapi oleh setiap tenaga pendidik dalam pembelajaran disekolah. Siswa
yang mengidap penyakit moral pun menjadi perhatian utama oleh guru, dimana gejala awal seperti
enggan belajar, apatis terhadap keadaan buruk yang menimpanya, pergaulan yang menohok perilaku
sosialnya, dan penyakit-penyakit sosial lainnya akan sulit oleh guru untuk mengubah perilakunya.
Disinilah dibutuhkan sosok seorang guru yang sempurna dimana ia mampu untuk “meng-install” kembali
perilaku mental dan sosial siswanya. Tenaga kependidikan itu harus mampu mengkombinasikan
sentuhan-sentuhan akal, emosional, dan spiritual yang bergerak disemua aspek perilaku siswa.

Untuk itu guru adalah seorang yang paling berkompeten dalam hal merubah pola, sikap dan
perilaku siswa. Tidak saja sebagai pengajar dan pendidik dengan hanya mendesaign program
perencanaan pembelajaran disekolah, melainkan mampu membimbing siswa kearah perubahan sikap
dan perilaku yang positif secara optimal.

Tantangan ini harus bisa dimanfaatkan oleh guru dalam membentuk karakteristik siswa. Dalam hal
ini guru harus lebih jeli mengindetifikasi beberapa hal yaitu pertama, guru harus mampu mengakaji akar
persoalan yang mendorong timbulnya sikap dan perilaku negative pada siswa, kedua guru harus
menghindari sikap menganggap lemah, menghina, merendahkan, mengekang, menakut-nakutkan, dan
menghindari penggunaan cara-cara kekerasaan dalam menyelesaikan persoalan ketiga, pemberian
ganjaran dan siksaan (reward and punishment) haruslah bijaksana, jangan sampai menimbulkan reaksi
dan rangsangan untuk mengulangi sikap dan perilaku negatif dari siswa. Yang paling pokok dalam
penyampaian materi pembelajaran adalah sikap keikhlasan dan ketulusan seorang guru, bukan hanya
semata “royaliti” yang didambakannya.

b. Tantangan Profesionalisasi Jabatan Guru

Hakikat keprofesionalan jabatan guru tidak akan terwujud hanya dengan mengeluarkan pernyataan
bahwa guru adalah jabatan atau pekerjaan yang profesional, meskipun pernyataan ini dikeluarkan
dalam bentuk resmi. Sebaliknya, status profesional hanya dapat diraih melalui perjuangan yang berat
dan cukup panjang. T. Raka Joni mengemukakan ada lima tantangan yang dihadapi oleh guru
menyangkut keprofesionalannya dalam proses pembinaan diri menuju tenaga pendidik yang ideal,
antara lain meliputi :

1. Bidang Layanan Keahlian

Bidang keguruan belum merupakan profesi dalam arti yang sepenuhnya. Akan tetapi apabila kita
memusatkan perhatian dan kepedulian akan kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi,
maka penanganan layanan pendidikan mulai dari perencanaan sampai dengan penyelenggaraannya dari
hari ke hari mutlak memerlukan tenaga-tenaga yang profesional. Sebaliknya, persiapan menjemput
generasi cemerlang untuk hari esok saat ini membutuhkan guru-guru yang benar-benar memiliki
ketanggapan yang berlandaskan kearifan (Informed Responsiveness) terhadap kemungkinan
masalah-masalah pendidikan yang akan dihadapi dimasa mendatang.

2. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada program pendidikan pra-jabatan
yang memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya tahap ini pun masih
memberikan sebuah dampak kelemahan, dimana dewasa ini pengakuan lebih banyak didasarkan kepada
kepemilikan status yang sering disebut dengan Akreditasi.

3. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan program pendidikan
kepada guru yang memiliki kemampuan minimal yang diprasyaratkan atau yang sering disebut dengan
Sertifikasi Guru.

4. Secara perorangan atau kelompok, kaum pendidik bertanggung jawab penuh atas segala aspek
kependidikan, dalam melaksanakan tugasnya pendidik cenderung mengabaikan fungsi ini, dan lebih
mengedepankan pemanfaatan keahlian dalam materi semata.

5. Kelompok pendidik memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk melindungi para anggotanya
yang menjunjung tinggi nilai-nilai keprofesionalan, bukan sebaliknya menjadikan kode etik sebagai
sarana acuan norma-norma kependidikan saja.[5]

Dari lima tantangan yang dihadapi itu, maka ada tiga hal aspek yang harus diperhatikan sangat oleh
pendidik sebagai tenaga kependidikan dalam rangka mencerdaskan siswa-siswanya dalam proses
pembelajaran yaitu tenaga kependidikan haruslah memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai pendidik,
meliputi :

v Keteladanan dan keahlian

v Keterampilan dalam pengajaran

v Penguasaan materi pembelajaran

v Menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran

v Metode pembelajaran yang efrektif

v Sistem penilaian dan evaluasi


Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sosok guru yang ideal bukan hanya berperan sebagai
seorang pendidik saja, akan tetapi juga berperan rangkap sebagai pembimbing dan pembentuk karakter
sikap dan pola tingkah laku siswa. Berbagai macam tantangan yang dihadapi guru hendaknya mampu
meningkatkan kualitas keprofesionalannya dalam mendidik. Salah satu upaya yang dapat dilakukannya
adalah merangsang potensi, motivasi, dan minat belajar peserta didik dan memberikan peluang untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan belajarnya, tidak hanya dari peserta didik saja, guru
pun harus dituntut mampu bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diembankan kepadanya.[6]

c. Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Pembelajaran

Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Pendidikan agama islam adalah usaha sadar untukmenyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan
dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Sebagai guru dalam pendidikan agama islam, tidak mudah menjadi yang profesional, semua itu
perlu adanya latihan, pendalaman materi, pengalaman yang cukup, dan mampu mengahadapi
tantangan-tantangan yang dihadapi, sebagai guru yang mana suatu materi nya kurang dominan diminati
oleh para pelajar masa sekarang, yang lebih mengutamakan pelajaran umum. Bagitu banyak tantangan
yang dihadapi oleh seorang guru PI dalam pembelajaran yaitu diantaranya:

a. Tantangan internal PAI

· Banyak dipengaruhi barat

· Lebih diutamakan pengajaran dari pada pendidikan moral

· Guru PAI bersifat eksllusif

· Kegiatan PAI tidak integrative

· Materi PAi tidak integrative dengan disiplim ilmu lainnya

· PAi tidak mengikuti perkembangan zaman

· Materi pelajaran yang masih bersiafat dasar

· Kurang nya diperkaya dengan metode dan pendekatan baru

· Kurangnya saran dan prasarana yang menunjang mendukung tercapainya tujuan pembembelajran
PAI
· Masih bersifat korespondensi tekstual dan hafalan

· Penilaian ujian masih lebih mangutamakan aspek kognisi.

b. Tantangan eksternal PAI

Ø Umum

· Paham keagamaan masih dogmatif- normative

· Semakin maretanya pengetahuan agama

· Masing-masing merasa memilki otoritas

· Tidak adanya tokoh sentral yang diteladani

· Semakin kuat nya pengaruh sain dan teknologi

· Rentannya budaya masyarakat muslim

Ø Khusus

· Warisan agama yang masih cendrung dogmatif

· Adanya pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum

· Tidak adanya keberanian merubah paradigm sekularisasi agama

Dari tantangan diatas, terdapat Tujuh langkah focus utama guru PAI dalam proses belajar mengajar
pendidikan agama islam, yaitu sebagai berikut:

· Meningkatkan keimanan dan ketakwaan ynag telah diterima dari keluarganya

· Menyalurkan bakat dan minat untuk mendalami ilmu agama untuk manfaat pribadi dan orang lain.

· Memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan dalam memahami dan mengamalkan ajaran
agama

· Menangkal dan mencegah pengaruh negative terhadap paham dan perilaku, amalan
keagamaannya.

· Menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik phisik maupun phisikis

· Menjadikan ajaran agama sebagai tuntunan dan rujukan kehidupannya

· Mampu memahami ajaran agama dengan baik secara menyeluruh sesuai dengan daya serap
peserta didik
C. Penutup

1. Kesimpulan

Seorang guru yang profesional mampu mengahdapi dan mengolah tantangan menjadi sesuatu yang
bisa dimanfaatkan, memahami apa yang diajarkan, menguasai bagaimana mengajarkannya, dan tidak
kalah pentingnya menyadari mengapa dia memilih dan menetapkan pilihan terhadap sesuatu kegaiatan
pembelajaran.

Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan pendidikan akan ditentukan oleh keberhasilan kita sebagai
seorang guru dan pendidik dalam mengelola pendidikan nasional manakala didalamnya guru menempati
posisi utama. Dan penting memang harus diakui dan tak dapat disangkal lagi selama ini peran guru
diperlakukan “kurang taat asas” dalam arti dinyatakan sebagai sosok panutan, namun tampa disertai
kesedian untuk menghargai tugas mereka sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, keinginan untuk
“memprofesionalisasikan” jabatan guru masih belum memiliki pijakan struktural yang memadai.

Dengan demikian tantangan yang dihadapi oleh guru telah diperhitungkan sebelumnya dan
mempetimbangkan kemungkinan dampak jangka panjang dari setiap tindak-tanduknya. Setiap tindakan
dan keputusan berlandaskan wawasan kependidikan sebagai perwujudan dari ketanggapan menghadapi
permasalahan dalam dunia kependidikan.

2. Saran

Alhamdulilllah pemakalah ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah meskipun dalam bentuk yang sangat
sederhana.

Pemakalah menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun usaha ke arah itu
telah pemalakah lakukan. Namun karena tingkat kemampuan pemakalah yang sangat terbatas, oleh
karena itu pemakalah mengharap dari pembaca bisa memberikan kritikan dan saran yang membantu
dan membangun untuk kesempurnaan makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang dan apa yang
ada dalam makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya, semoga apa yang telah penulis
upayakan mendapatkan ridho dari Allah SWT, Amien….

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru yang Unggul, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010

Syafruddin Nurdin dan Basyaruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum Jakarta :
Ciputat Pers 2002

Susi Herawati, Etika Profesi Keguruan, Batusangkar, STAIN Batusangkar : 2009

Kusnandar, Guru Profesional (Implementasi dari KTSP Edisi Revisi), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada :
2008
Hamzah B. Uno., Profesi Kependidikan Jakarta : Bumi Aksara 2008

Soecipto, Profesi Keguruan Jakarta : Rineka Cipta 2009

Anda mungkin juga menyukai