Abstrak: tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk membantu meningkatkan
kompetensi paedagogik guru guru di SMAN 2 Monta, yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan keguruan, dalam menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan standar
kompetensi masing-masing pelajaran agar dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran
sehingga peserta didik mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Kesimpulan penelitian ini
adalah ada peningkatan dari 40% pada kemampuan awal, menjadi 60% pada siklus 1 dan
meningkat menjadi 70% pada akhir kegiatan. Pada Komponen Penentuan bahan dan materi
pembelajaran, terdapat peningkatan kemampuan dari 65% menjadi 70% setelah siklus 1 dan
lebih menguat menjadi 80%. Dalam Komponen Pemilihan Strategi dan metoda pembelajaran,
yang didalamnya memuat langkah-langkah pembelajaran dan penentuan alokasi waktu yang
digunakan,terlihat adanya peningkatan yang signifikan dari yang semula hanya 40% menjadi
60% pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 75% setelah siklus 2. Meskipun tidak terlihat
adanya peningkatan yang cukup tajam, dalam komponen pemilihan Media dan alat
pembelajaran juga terdapat adanya peningkatan dari 60% pada awal kegiatan dan setelah siklus
1, menjadi 80% setelah siklus 2. Peningkatan yang cukup signifikan juga dapat kita lihat pada
komponen perencanaan evaluasi pembelajaran. Dari yang semula hanya 40% pada awal
kegiatan, menjadi 60% pada akhir siklus 1 dan berhasil mencapai 70% pada akhir siklus 2.
Melihat data perolehan hasil penelitian dalam kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, dapat
disimpulkan bahwa supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 5 orang
guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan keguruan tersebut, berhasil meningkatkan
kompetensi pedagogik mereka dalam menyusun Perencanaan Pembelajaran. Kegiatan supervisi
akademik sangat baik dilakukan untuk membina guru meningkatkan kompetensinya. Sebaiknya
kegiatan ini dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. Sebaiknya pembinaan ini
dilanjutkan dengan supervisi akademik dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mengukur
kemampuan guru dalam mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusunnya.
Sebaiknya supervisi juga dilakukan terhadap semua guru secara bergilir dan menyangkut
seluruh aspek kemampuan/ kompetensi guru seperti yang disyaratkan dalam permendiknas no
16 tahun 2007.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 2
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 5
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 6
Agustus 2018
Melihat hasil yang diperoleh pada refleksi kegiatan siklus 1, maka dilakukan
tindakan penelitian pada siklus 2 dengan menggunakan hasil tindakan siklus 1
sebagai bahan masukan dalam perencanaan kegiatan siklus ini dengan tujuan untuk
lebih meningkatkan dan menguatkan kemampuan guru dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) hingga bisa mencapai hasil minimal 70 %.
Pada akhir kegiatan siklus diperoleh hasil yang cukup menggembirakan yang
memberikan indikasi tercapainya tujuan penelitian tindakan ini. Hasil yang diperoleh
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 7
Agustus 2018
dapat kita lihat sebagai berikut: Perumusan tujuan pembelajaran hasil rata-rata
menunjukkan angka 70%. Pada penentuan bahan ajar diperoleh hasil 80%,Penentuan
strategi/metode pembelajaran ia dan alat mencapai 75% dengan variasi yang semakin
beragam. Pada penentuan media dan alat pembelajaran ada peningkatan hingga 80%,
dan Perencanaan kegiatan evaluasi bisa mencapai 70% dan sudah mencantumkan,
bentuk, jenis dan bahkan soal yang digunakan beserta kunci jawaban atau pedoman
penilaiannya, serta mencantumkan alokasi waktu yang dibutuhkan. Grafik
kemampuan guru setelah siklus 2:
Grafik 3
Kemampuan Guru Setelah Siklus 2
Dari data yang dikumpulkan sebelum dan selama proses penelitian tindakan,
kita dapat melihat adanya peningkatan kemampuan guru pada masing-masing
komponen perencanaan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Pada komponen Perumusan indikator tujuan pembelajaran,
terlihat peningkatan dari 40 % pada kemampuan awal, menjadi 60% pada siklus
1 dan meningkat menjadi 70% pada akhir kegiatan, seperti yang tampak pada
grafik berikut:
Grafik 4
Peningkatan kemampuan dalam Perumusan Tujuan Pembelajaran
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 8
Agustus 2018
Grafik 5
Peningkatan Kemampuan dalam Penentuan Bahan dan Materi Pembelajaran
Grafik 7
Peningkatan Kemampuan dalam Pemilihan Media dan Alat Pembelajaran
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 11
Agustus 2018
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1982. Alat Penilaian Kemampuan
Guru: Buku I. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
______. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Prosedur Mengajar. Buku II. Jakarta:
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan
Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20
Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 12
Agustus 2018
Keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa meliputi empat aspek
dasar, yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini
harus ada di dalam diri setiap siswa, karena merupakan kesatuan yang saling
melengkapi. Kemampuan berbahasa yang baik sangat berperan penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Kemampuan berbahasa yang baik dapat menentukan keberhasilan
komunikasi dalam kehidupan masyarakat yang serba modern dan seperti sekarang
ini.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 13
Agustus 2018
METODE
Penelitian ini dilakukan di kelas X IBB SMAN 1 Langgudu Bima ini
memiliki 30 ruang kelas (ruang kelas X, 10 lokal, ruang kelas XI, 10 lokal, dan
ruang kelas XII, 10 lokal. Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas X IBB SMAN 1
Langgudu Bima , dan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei
2013. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang
kolaboratif dan partisipasif. Artinya, peneliti tidak melakukan penelitian ini secara
sendiri, akan tetapi berkolaborasi dan berpartisipasi dengan guru, siswa, dan staf
sekolah untuk menciptakan suatu kinerja yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam
pembelajaran menulis narasi di sekolah dan untuk memberikan alternatif usaha guna
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif yang bertujuan menjelaskan atau menggambarkan realita atau
kenyataan yang ada. Suharsimi dan Arikunto (2008: 16) mengemukakan bahwa
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 16
Agustus 2018
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki empat tahapan, yakni: (a) tahap
perencanaan, (b) tahap pelaksanaan, (c) tahap pengamatan, dan (d) tahap refleksi.
Tahapan PTK dapat dijelaskan pada gambar1 berikut:
Perencanaan
Media karikatur
Perencanaan
Media karikatur
Dari Gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa alur PTK meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Rencana (Planning)
Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Kegiatan ini meliputi
identifikasi masalah, identifikasi penyebab masalah, dan pengembangan interverensi
atau solusi.
2. Tindakan (Acting)
Merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenaka
tindakan di kelas. Pada tahap tindakan, apa yang dilakukan guru dan peneliti sebagai
upaya memperbaiki peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi (Observing)
Adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan kepada siswa. Peneliti mencatat hasil pengamatan yang berkaitan dengan
ha-hal penting dalam pelaksanaan tindakan agar memeroleh data yang akurat untuk
perbaaikan siklus berikutnya.
4. Refleksi (Reflecting)
Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan,
mengevaluasi, melakukan revisi/ perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan.
Keempat tahap tersebut merupakan unsur untuk membentuk sebuah siklus,
yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dan merupakan langkah-langkah yang yang
harus ditempuh setiap peneliti yang akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 17
Agustus 2018
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran eksplorasi dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi:
a. Tempat dan peristiwa yang mejadi sumber data dalam penelitian
ini, yaitu berbagai kegiatan pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan
media karikatur yang berlangsung di dalam kelas X IBB SMAN 1 Langgudu
Bima , pada tanggal 18 Pebuari 2013 sampai dengan tanggal 25 April 2013.
b. Informan dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan
siswa kelas X IBB SMAN 1 Langgudu Bima .
c. Dokumen yang berupa karikatur yang diambil dari artikel media
massa, hasil tes siswa, dan foto kegiatan selama proses belajar mengajar.
Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IBB SMAN 1
Langgudu Bima . Sebagai upaya untuk memperbaiki proses dan hasil KBM menulis
narasi dengan meningkatkan keterampilan menulis narasi dengan menggunakan
media karikatur. Sesuai dengan tujuan penelitian di muka, metode dan jenis sumber
data yang digunakan, teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:
1. Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di kelas. Observasi bertujuan untuk mengamati perkembangan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Observasi terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, membangkitkan minat
siswa, dan memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan
minat siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran menulis narasi. Observasi ini
dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti mengambil
posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran.
2. Wawancara Mendalam
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang
pelaksanaan pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, berbagai informasi
mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis narasi, serta
faktor-fator penyebabnya.
3. Tes / Pemberian Tugas
Untuk mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran menulis narasi yang
dilaksanakan oleh siswa, guru melaksanakan dua kali pentahapan tes/ pemberian
tugas yaitu pretes dan postes. Pemberian tugas pada pretes, dilakukan dengan cara
memberikan tugas menulis karangan narasi, dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam menulis narasi, serta postes untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan media karikatur. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti
dalam pengambilan data dengan menggunakan tes adalah dengan menyiapkan
perangkat bahan tes dan menilai, serta mengolah data dari hasil kegiatan
pembelajaran. Hasil/ nilai tes ini digunakan peneliti dan guru untuk mengukur aspek
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 18
Agustus 2018
kognitif siswa. Dalam uji validitas data, peneliti menggunakan teknik Triangulasi
Sumber Data yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis
(Syamsudin dan Damaianti, 2006: 242). Selain itu juga digunakan Review Informan
atau member check, teknik ini digunakan untuk menanyakan kembali kepada
informan, apakah data yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum
(Syamsudin dan Damaianti, 2006: 242).
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi,
mengelompokkan data (Mahsun, 2005: 229). Teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah Reduksi data, pada tahap reduksi data, data ditulis dan diketik dalam bentuk
uraian atau laporan yang terperinci, sehingga mempermudah peneliti untuk mencari
kembali data yang sekiranya penting dalam pelaksanaan penelitian. Kemudian
Display data, pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau
penampilan (display) dari data yang telah dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya.
Syamsudin dan Damaianti (2006: 112) mengemukakan bahwa display adalah format
yang menyajikan informasi secara sistematis kepada pembaca. Teknik analisis
selanjutnya adalah penarikan simpulan.Pada tahap ini, peneliti menyimpulkan hasil
penelitian berdasarkan semua data yang terkumpul, kemudian diolah dan ditampilkan
dalam suatu gambar yang singkat tetapi jelas. Setelah ditarik suatu simpulan, peneliti
melakukan verifikasi untuk memastikan bahwa semua data yang dikumpulkan sudah
valid.
gagasan menjadi paragraf yang padu, serta siswa belum mampu menulis dengan
memerhatikan penggunaan EYD. Hasil tulisan siswa dengan nilai terendah adalah 64
diperoleh responden 16, dengan judul “Taman Penuh Sampah”. Hasil tulian dapat
dilihat pada data 1 berikut ini:
Data 1 “Demi Allah saya tidak terima duit.” Hal ini cukup membuat
saya miskin, karena menurut sya tidak semua yang
bersumpah tidak menerima duit bahkan ada tang menerima
duit dengan gampangnya ia bersumpah. Hal ini menyedihkan
yang menjadi gambaran di neagara ini akibat dari korupsi.
Pemimpin di minta untuk memberiakn kesaksian , bukan
bagian yang melakukan koripsi(Paragraf 1)
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesesuaian isi dengan
judul karangan. Responden 16 tidak menceritakan kronologis kejadian, menggunakan
percakapan yang tidak sinkron dengan judul, dan belum mampu menulis
menggunakan EYD, huruf depan tidak menggunakan huruf kapital, serta tidak ada
kepaduan antar satu paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Nilai tertinggi
yang diperoleh dari responden 24, dengan judul “Kerja Bakti” hasil tulisan dapat
dilihat pada data 2 berikut ini:
Data 2 “Menggambarkan sikap seorang anak yang ingin membeli
sepatu, padahal masih ada orang-orang yang tidak berkaki.
Kita tidak boleh membuang-buang uang karena banyak orang
di luar sana yang membutuhkan uang sedangkan kita selalu
minta kepada orang tua agar dibelikan HP, baju baru
sedangkan di luar sana masih banyak orang yang makan
sekali dalam sehari, adaa yang menahan lapar, merekapun
memakai baju yang sobek. Maka dari itu kita tidak boleh
membuang uang”. (Paragraf 1).
Dari data 2 diatas dapat disimpulkan bahwa isi tulisan responden 24
memiliki kepaduan antar paragraf, isi cerita menunjukkan kronologis kejadian
berdasrkan urutan tempat dan waktu, penggunaan EYD sudah diterapkan
dengan baik. Dari aspek isi tulisan sudah sesuai dengan tema dan judul. Dari
hasil kegiatan observasi pada tahap pretes terhadap proses KBM diperoleh
deskripsi tentang aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa
yang aktif dalam penjelasan materi sebanyak 18 siswa (28%), sedangkan 21
siswa (72%) yang lainnya tampak berbicara sendiri dengan teman sebangku.
Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
sebanyak 4 siswa (14%), sedangkan 25 siswa (86%) lainnya terlihat pasif dan
terkesan mengacuhkan pertanyaan guru. Siswa yang aktif dalam mengerjakan
tugas dalam menulis narasi sebanyak 11 siswa (38%), sedangkan 18 siswa
(62%) terlihat enggan mengerjakan perintah dan tugas yang diberikan guru.
Siswa yang mampu menulis narasi dengan baik pada tahap pretes sebanyak 6
siswa (21%), dan siswa yang belum mampu menulis dengan baik sebanyak 23
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 20
Agustus 2018
siswa atau sekitar 79%. Berdasarkan survai awal tersebut, peneliti dan guru
mengidentifikasi permasalahan dan sepakat untuk berkolaborasi untuk
menemukan solusi alternatif dengan melaksanakan tindakan siklus I dan
siklus berikutnya.
1. Proses Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Menggunakan
Media Karikatur pada Siswa Kelas X IBB SMAN 1 Langgudu Bima
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang maasing-masing
terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi.
a. Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru berdiskusi mengidentifikasi
masalah dari hasil kegiatan pretes. Masalah yang dihadapi adalah rendahnya
keaktifan siswa dalam proses KBM, dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai
di bawah standar Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).
Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi
dengan media karikatur, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Guru memberikan pemahaman awal (apersepsi) dengan
menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan menulis narasi.
(2) Guru menjelaskan materi menulis narasi. Materi narasi
meliputi: hakikat narasi, ciri-ciri narasi, langkah-langkah menulis narasi, dan
contoh bentuk tulisan narasi.
(3) Guru menjelaskan penggunaan media karikatur dalam
pembelajaran menulis narasi.
(4) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai isi/
pesan yang terkandung dalam karikatur
(5) Guru menugasi siswa untuk menulis narasi menggunakan
media karikatur.
(6) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaraan yang telah dilaksanakan. Refleksi berupa komentar siswa
mengenai isi karikatur.
b) Peneliti dan guru menyusun rencana pembelajaran (RP) sesuai
silabus yang telah ditetapkan sekolah.
Kompetensi dasar yang ditetapkan adalah menulis narasi dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar, serta memerhatikan penggunaan EYD. Strategi
pembelajaran yang digunakan adalah tanya jawab, diskusi, refleksi dan
penugasan. Peneliti dan guru merancang evaluasi dengan menetapkan skor
penulisan berdasarkan isi tulisan, koherensi antarparagraf, dan ejaan. Tindakan
siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu dua jam
pelajaran (2x45 menit).
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 21
Agustus 2018
membiarkan lembar kerjanya belum terisi tulisan, karena sengaja menunggu hasil
pekerjaan temannya dengan maksud dapat mencontoh hasil pekerjaan temannya
tersebut.
d) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa didapat 16 atau sekitar
55% siswa yang berhasil menulis narasi dengan baik. Siswa yang belum mampu
menulis dengan baik berdasarkan isi, kepaduan antarparagraf dan ejaan sebanyak
13 siswa atau 45%. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan jumlah dan
persentase tulisan narasi siswa dari tulisan sebelumnya, pada kegiatan pretes.
Pada tahap pretes, siswa yang sudah mampu menulis narasi dengan baik
berdasarkan isi tulisan, kepaduan antarparagraf, dan ejaan sebanyak 6 siswa atau
21%. Siswa yang belum mampu menulis narasi pada tahap pretes sebanyak 23
siswa atau 79%.
Dari hasil pengamatan peneliti, guru telah melaksanakan rancangan
tindakan yang telah disepakati bersama dengan peneliti. Guru juga telah
menerapkan rencana pembelajaran (RP) yang telah disusun bersama peneliti.
4) Refleksi (Reflecting)
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan
refleksi. Kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah kurangnya pemahaman
siswa terhadap penggunaan dan penerapan EYD dan koherensi antarparagraf.
Kelemahan lainnya adalah kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran menulis
narasi. Untuk mengatasi kekurangan yang terjadi selama proses tindakan siklus I,
guru akan memberikan stimulus kepada siswa berupa pemberian nilai tambah,
pemberian stimulus ini diharapkan akan mejadi motivator bagi siswa, sehingga
siswa akan memberikan feed back (umpan balik) terhadap proses KBM. Guru
juga berusaha memberikan perhatian kepada siswa secara menyeluruh, dengan
melakukan rotasi pengecekan terhadap siswa ketika mengerjakan tugas menulis
narasi selama KBM berlangsung. Untuk menambah pemahaman siswa terhadap
materi, guru akan memberikan materi tambahan berupa EYD dan paragraph.
Kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya sudah dapat diatasi. Meskipun
terjadi peningkatan hasil tulisan, namun ada beberapa siswa yang masih
mengabaikan penerapan penggunaan EYD.
Aspek yang dinilai dalam penulisan pada siklus II sama dengan aspek-
aspek yang diterapkan pada tahap pretes, yakni penilaian berdasarkan isi,
kepaduan antarparagraf, dan ejaan (EYD). Hasil nilai yang dicapai siswa pada
siklus I nilai terendah adalah responden 16 dengan nilai 64 dengan judul
“Penebangan pohon secara liar”.
Hasil tulisan responden 16 dapat dilihat pada data 3 berikut ini:
Data 3 “Penebangan pohon secara liar terus berlanjut. Manusia yang
rakus dengan uang, selalu melakukan penebangan pohon secara tidak
illegal deni kepuasan mereka sendiri tampa memikirkan dampak bagi
semua orang, kejadian ini terus berlangsung. Senatara para aparat
keamanan hanya memberikan sanksi yang diberikan alias tidak kapok.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 23
Agustus 2018
Dari hasil tulisan responden 24, disimpulkan bahwa sudah ada relevansi
antara isi tulisan dengan tema dan judul, responden 24 juga sudah menerapkan
EYD, yang meliputi penggunaan tanda baca titik dan koma secara tepat,
menggunakan bahasa yang baku, dan terdapat kepaduan antara paragraf yang satu
dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan hasil nilai yang dicapai siswa, ternyata masih banyak siswa
yang memeroleh nilai di bawah standar KKM. Untuk mengatasinya, peneliti dan
guru menyepakati perlu adanya pengembangan program pada tindakan siklus
selanjutnya untuk memperbaiki proses dan hasil KBM.
b. Siklus II
1) Perencanaan (Planning)
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 24
Agustus 2018
Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan guru berdiskusi dalam upaya
pencarian solusi permasalahan yang dihadapi. Peneliti dan guru berupaya
mengembangkan program yang akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya.
Peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan tindakan siklus II
meliputi penyusunan rencana pembelajaran menulis narasi menggunakan media
karikatur, yang berbeda dari siklus sebelumnya. Rencana pembelajaran
dikembangkan dengan menambahkan materi tambahan berupa EYD. Guru akan
memberikan stimulasi berupa penambahan nilai bagi siswa yang aktif selama
proses KBM di kelas.
Sebagai upaya mengatasai kelemahan/ kekurangan dari segi media, telah
disepakati dengan meggunakan karikatur yang dicetak pada kertas HVS warna,
karena sebelumnya hanya menggunakan kertas buram dengan alasan efisiensi
dana peneliti. Peneliti dan guru merumuskan tahap perencanaan siklus II meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
a) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Guru memberikan pemahaman awal (apersepsi)
dengan menggali pemahaman dan ingatan siswa mengenai pembelajaran
narasi.
(2) Guru menambahkan materi pembelajaran berupa EYD,
dan paragaf yang padu.
(3) Guru membagikan media karikatur yang telah dicetak
pada kertas HVS warna, serta lembar kerja siswa berupa kertas folio.
(4) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan lisan yang
diajukan oleh guru tentang isi/ pesan yang terdapat dalam gambar karikatur.
(5) Guru menugasi siswa untuk menulis narasi dengan
menekankan penggunaan EYD dan kepaduan antarparagraf di kertas folio
yang telah disediakan.
(6) Guru dan siswa mengadakan refleksi pembelajaran.
b) Peneliti dan guru menyusun rencana pembelajaran (RP)
untuk materi menulis narasi. Peneliti dan guru menetapkan kompetensi dasar
menulis narasi dengan baik dan benar berdasarkan EYD, dan kepaduan
antarparagraf. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah metode diskusi,
tanya jawab, refleksi dan penugasan. Peneliti dan guru juga menetapkan
rancangan evaluasi hasil tes berdasarkan aspek isi, kepaduan antarparagraf, dan
ejaan (EYD). Pada siklus II akan dilaksanakan selama satu kali pertemuan
dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2x45 menit).
c) Peneliti dan guru menyiapkan media pembelajaran berupa
karikatur (sumber: Koran harian Lombok Pos, edisi Senin 16 Mei 2012 dan dari
kopi dari internet Mei 2013), serta lembar kerja berupa kertas folio.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 25
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 26
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 28
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 30
Agustus 2018
Dari kutipan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa selama ini ia
sangat tidak menyukai pelajaran menulis yang menurutnya sangat sulit dan
membosankan. Tetapi dengan pemberian suasana baru menggunakan media
karikatur, ia mengaku bahwa tidak ada lagi rasa jenuh terhadap pelajaran menulis.
Dari berbagai tanggapan siswa yang telah dikemukakan di atas, masih
ada beberapa siswa yang mengeluh saat diminta untuk menulis.
Persepsi siswa tersebut terdapat pada kutipan wawancara berikut:
“Saya merasa dibantu dengan adanya media karikatur dalam pelajaran
menulis narasi, tapi saya merasa jenuh ketika diharuskan menulis narasi
sebanyak tiga kali, yaitu pada tahap pretes, siklus I dan pada siklus II”.
(sumber: wawancara terstruktur)
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 31
Agustus 2018
dengan menggunakan teks wacana dialog dapat mengurangi kesalahan siswa dalam
penggunaan diksi, kesalahan ejaan, dan pengembangan isi.
Peneliti memiliki pendapat yang sama dengan Ristanti (2007) bahwa
penggunaan media yang menarik dapat memotivasi siswa untuk menuangkan
gagasan ke dalam bentuk tulisan. Sedangkan yang membedakan antara penelitian ini
dengan penelitian Ristanti adalah penggunaan media pembelajaran. Upaya
peningkatan keterampilan menulis narasi pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan media karikatur. Sedangkan dalam penelitian Ristanti menggunakan
media cergam (cerita bergambar) sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis
narasi.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa media karikatur, komik, cergam (cerita
bergambar), dan media teks wacana dialog memiliki tujuan yang sama yaitu
memotivasi siswa untuk menulis. Media-media tersebut dimaksudkan untuk
memberikan stimulus kepada siswa agar menarik minat siswa untuk menuangkan ide,
gagasan, maupun pendapat ke dalam bentuk tulisan narasi.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 33
Agustus 2018
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Maidar. G. Arsyad dan Sakura Ridwan. 1996. Pembinaan
Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 34
Agustus 2018
Mujiyanto, Yant., Setyawan, Budhi., dan Edi Suryanto. 2000. Puspa Ragam Bahasa
Indonesia (BPK). Surakarta: UNS Press.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 35
Agustus 2018
Suriamihardja, Agus. Husen, Akhlan dan Nunuy Nurjannah. 1996. Menulis. Jakarta:
Depdiknas.
Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV Maulana.
Abstrak: Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) apakah
penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siswa kelas
IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima Tahun pelajaran 2017/2018, dan (2) apakah
penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada
siswa kelas IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan metode kerja
kelompok. Subjek penelitianya adalah seluruh siswa kelas kelas IV SD Negeri 32 Panggi
Kota Bima dengan materi pokok keliling dan luas jajar genjang. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat diketahui, dengan menggunakan metode kerja kelompok
pada pokok bahasan keliling dan luas bangun datar jajargenjang dapat meningkatnya
keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan pada siklus I siswa yang kurang aktif (63,16%),
cukup (26,31%), baik (10,53%). Pada siklus II, siswa yang kurang aktif (15,79%), cukup
(31,58%), baik (52,63%). Siklus III, siswa yang kurang (5,26%), cukup (15,79%), baik
(78,95%). Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada siklus I (36,84%), pada
siklus II menjadi (73,68%) dan siklus peningkatannya menjadi III (89,47%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kerja
kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 32 Panggi Kota
Bima Tahun Pelajaran 2017/2018, sehingga pengembangan pembelajaran Matematika
dengan metode kerja kelompok diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif
pembelajaran.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 36
Agustus 2018
proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik atau
lebih maju).
Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas. Kelas
dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak
didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Proses pembelajaran melalui interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa
dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang
saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil belajar sangat
ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program
pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah lepas dari
masalah.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas
IV di SD Negeri 32 Panggi Kota Bima menunjukkan bahwa pencapaian hasil
belajar mata pelajaran matematika siswa kurang optimal. Pada umumnya siswa
menyukai matematika karena faktor pola pengajaran guru yang menyenangkan dan
kreatif. Penyebab pencapaian kompetensi mata pelajaran matematika siswa kurang
optimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta
(keaktifan) siswa dalam KBM. Proses belajar mengajar matematika masih terfokus
pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar
mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu
saja. Peran serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi
dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih
aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang
lain sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi.
Siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima
pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang
lebih rendah.
Tanpa disadari matematika menjadi bagian dalam kehidupan anak yang
dibutuhkan dimana saja sehingga menjadi hal yang sangat penting (Uno, 2009:120).
Untuk menyajikan matematika dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa
termotivasi untuk belajar matematika beberapa upaya yang dapat dilakukan guru
untuk menarik perhatian dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang
mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan
belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain
itu, melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi
yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan
peran serta (keaktifan siswa) dan hasil belajar dalam mempelajari dan menelaah
ilmu yang ada terutama mata pelajaran matematika.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah
metode kerja kelompok. Dalam metode kerja kelompok lebih menitikberatkan pada
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 37
Agustus 2018
proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok.
Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan
membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran.
Para siswa dalam kelompok belajar bersama-sama dan memastikan bahwa
setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang telah
dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung dari
pemahaman masing-masing anggota. Dengan kerja kelompok siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka
dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul
penelitian sebagai berikut: “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan
Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima
Tahun Pelajaran 2017/2018”. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
masalah penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah penerapan
metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika pada
siswa kelas IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima Tahun Pelajaran 2017/2018?, (2)
Apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima Tahun Pelajaran
2017/2018? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Penerapan metode
kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas
IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima Tahun Pelajaran 2017/2018, (2) Penerapan
metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa
kelas IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODE
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action Research
(CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan
terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersamaan (Suyadi, 2011:18).
Terdapat empat tahap yang digunakan secara sistematis dalam prosedur
penelitian dan diterapkan dalam tiga siklus yaitu proses tindakan siklus I, siklus II,
dan Siklus III. Adapun keempat tahapan yang digunakan dalam setiap siklus yaitu
perencanaan (planning), tindakan (action), obervasi (observation), dan refleksi
(reflection).
B. Subjek Penelitian
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 38
Agustus 2018
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 32 Panggi Kota Bima,
yang berjumlah 19 siswa Tahun Pelajaran 2017/2018. Terdiri dari 10 siswa laki-
laki dan 9 orang siswa perempuan.
C. Waktu pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV semester I tahun 2 0 1 4 di SD
Negeri 32 Panggi Kota Bima tahun 2017/2018, mulai tanggal 20 Oktober 2014
sampai dengan selesai.
D. Langkah-langkah
Arikuntoro (2008:20) mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, meliputi; (1) Planning
(rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan) dan (4) Reflektion
(refleksi). Lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
Proses penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan 2 jam pelajaran (2 x 35
menit). Pada tahap perencanaan dilaksanakan berdasarkan refleksi awal sebelum
melakukan penelitian. Hasilnya dalam memahami tingkat penguasaan kompetensi
siswa dalam pembelajaran masih kurang. Kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan I yang diawali dengan: (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai dasar untuk memecahkan segala permasalahan yang
ditemukan dengan adanya perencanaan tindakan pembelajaran, (b) Menyusun
lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode
kerja kelompok. Menyusun tes formatif untuk siswa.
2. Tindakan (Action)
Pada tahap ini adalah menerapkan apa yang telah direncanakan, tindakan
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 39
Agustus 2018
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Tes
Mengadakan tes atau evaluasi terhadap siswa melalui tes formatif untuk
mengetahui hasil belajar siswa mengenai materi yang telah diberikan dalam proses
pembelajaran menggunakan metode kerja kelompok.
2. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung
untuk mengetahui keaktifan siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode kerja kelompok.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kumpulan data
verbal yang berbentuk tulisan, sedang dalam arti luas dokumentasi berupa sertifikat,
foto, dan lain-lain.
G. Analisis Data
Penulis menganalisa data dengan menyusun dan mengolah data yang
terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi. Adapun metode analisis data yang
dipergunakan yaitu analisis data kuantitatif. Untuk itu diperlukan dua teknik
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 40
Agustus 2018
analisis data pula. Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus-menerus pada saat
penelitian sedang berlangsung hingga pembuatan laporan penelitian akan
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Data yang
diperoleh diolah dengan mencari presentase tiap-tiap kegiatan dengan menggunakan
rumus presentase (Sudijono, 2010:43). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
P = jumlah nilai dalam persen
f = jumlah siswa
N = jumlah seluruh siswa
Sedangkan untuk data yang bersifat kuantitatif, nilai ulangan harian siswa di
analisis menggunakan rata-rata kemudian dikelompokkan sesuai tingkatan di atas
rata-rata, rata-rata dan di bawah rata-rata.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 41
Agustus 2018
HASIL
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang direncanakan menggunakan 3 siklus, dengan
Kompetensi Dasar menggunakan konsep keliling luas bangun datar sederhana
dalam memecahkan masalah. Siklus pertama, ke dua dan ke tiga menguraikan sub
pokok bahasan yang sama yaitu keliling dan luas bangun datar jajargenjang, 2 x 35
menit (2 jam pelajaran) dalam 1 kali pertemuan.
Dalam penelitian ini setiap pembelajaran di gunakan lembar observasi dan soal
tes untuk mengukur sejauh mana keaktifan siswa dan hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan metode kerja kelompok.
Adapun hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian Siklus I
Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi
mencari luas dan keliling bangun datar jajargenjang dengan dengan menggunakan
metode kerja kelompok. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, observasi
terhadap siswa dilakukan pengamatan terhadap dua aspek yaitu: (a) Keaktifan
siswa, (b) Hasil belajar. Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa:
Tabel 4.1 Keaktifan Siswa pada Siklus I
No. Keaktifan Siswa Jumlah Siswa Prosentase (%)
1 Kurang 12 63,16
2 Cukup 5 26,31
3 Baik 2 10,53
Jumlah 19 100
Data di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode kerja
kelompok dalam pembelajaran matematika, dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan
siswa masih banyak yang kurang. Perlu adanya peningkatan dari aspek keaktifan
tersebut pada siklus selanjutnya. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa
dengan penerapan metode kerja kelompok. Kesiapan siswa dalam pembelajaran
juga masih kurang. Mereka juga belum berani untuk menjawab ataupun
mengajukan pertanyaan.
Peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa.
Adapun dari hasil tes formatif pada siklus I ini didapatkan hasil dimana
ketuntasan mencapai: 7 siswa (36,84%), dan Tidak Tuntas: 12 siswa (63,16%)
Data tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan individu masih rendah, hanya 7
siswa atau 36,84% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai
di bawah kriteria ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa
mencapai 51,05 yang berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika belum
tuntas.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 42
Agustus 2018
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan keaktifan
siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok. Dilihat dari
siklus I siswa yang kurang aktif (63,16%) pada siklus II menjadi (15,79%), siswa
yang cukup aktif siklus I (26,31%) pada siklus II (31,58%), dan siklus I mempunyai
keaktifan baik (10,53%) pada siklus II menjadi (52,63%).
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada aspek hasil
belajar mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu:
Table 4.4 Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Indikator Pencapaian Siklus I Siklus II
Kurang dari KKM yaitu ≤55 12 siswa (63,16%) 5 siswa (26,32%)
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil
belajar siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok.
Dilihat dari siklus I siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 12 siswa (63,16%)
pada siklus II menjadi 5 siswa (26,32%). Siswa yang sudah mencapai KKM pada
siklus I sebanyak 7 siswa (36,84%) pada siklus II menjadi (73,68%).
3. Hasil Penelitian Siklus III
Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi
jajargenjang dengan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Pada siklus III
menerapkan ide perbaikan berupa mengubah formasi kelompok dan menggunkan
yel-yel antar kelompok Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, observasi
terhadap siswa dilakukan pengamatan terhadap dua aspek yaitu: (a) Keaktifan
siswa, (b) Hasil belajar. Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa:
Tabel 4.5 Keaktifan Siswa pada Siklus III
No. Keaktifan Siswa Jumlah Siswa Prosentase (%)
1 Kurang 1 5,26
2 Cukup 3 15,79
3 Baik 15 78,95
Jumlah 19 100
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 44
Agustus 2018
Seperti pada tindakan kelas siklus I dan siklus II peneliti juga memberikan tes
formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada
siklus III ini didapatkan hasil dimana siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa
(89,47%), dan siswa tidak tuntas sebanyak 2 siswa (10,53%).
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan individu
tinggi, terdapat 17 siswa atau 89,47% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih
mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata
ketuntasan klasikal siswa mencapai 74,21 yang berarti bahwa secara klasikal
pembelajaran matematika tuntas. Peneliti merasa tidak perlu untuk melanjutkan ke
tindakan selanjutnya.
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus II dan III, pada aspek
keaktifan mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu:
Tabel 4.6 Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus II dan Siklus III
No. Kemampuan Sesudah Tindakan
Siswa Siklus II Siklus III
1. Kurang 15,79% 5,26%
2. Cukup 31,58% 15,79%
3. Baik 52,63% 78,95%
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan keaktifan
siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok. Dilihat
dari siklus II siswa yang kurang aktif (15,79%) pada siklus III menjadi (5,26%),
siswa yang cukup aktif siklus II (31,58%) pada siklus III (15,79%), dan siklus II
mempunyai keaktifan baik (52,63%) pada siklus III menjadi (78,95%).
Data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada aspek hasil belajar
mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu:
Table 4.7 Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus II dan Siklus III
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil
belajar siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok.
Dilihat dari siklus II siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa
(26,32%) pada siklus III menjadi 2 siswa (10,53%). Siswa yang sudah mencapai
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 45
Agustus 2018
KKM pada siklus II sebanyak 14 siswa (73,68%) pada siklus III menjadi 17 siswa
(89,47%).
B. Pembahasan
1. Peningkatan Keaktifan Siswa
Tabel 4.11 Data Peningkatan Keaktifan Siswa
No. Kemampuan Sesudah Tindakan
Siswa
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Kurang 63,16% 15,79% 5,26%
2. Cukup 26,31% 31,58% 15,79%
3. Baik 10,53% 52,63% 78,95%
Berdasarkan tabel peningkatan observasi siswa di atas dapat kita lihat bahwa
keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode kerja
kelompok dari setiap siklus mengalami peningkatan. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa indikator keaktifan siswa dari setiap putaran mengalami
peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum digunakannya
metode kerja kelompok. Ini menunjukkan bahwa metode kerja kelompok dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
Tabel peningkatan hasil belajar siswa di atas dapat kita lihat bahwa hasil
belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok
dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data yang
diperoleh dari hasil pengerjaan tes yang berupa tes formatif dari guru
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari setiap putaran mengalami peningkatan
secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum menggunakan metode kerja
kelompok.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 46
Agustus 2018
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas maka saran-
saran yang ingin disampaikan adalah:
1. Metode kerja kelompok sebagai metode pembelajaran merupakan salah satu
alternatif terbaik bagi guru yang dapat dipergunakan dalam menunjang berbagai
proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa hendaknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung lebih aktif
dan lebih memperhatikan pelajaran serta lebih disiplin supaya waktu proses
pembelajaran lebih efisien.
3. Diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melaksanakan penelitian dengan
lingkup yang lebih luas dalam skripsi ini, sehingga dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan umumnya dan bidang studi matematika khususnya.
DAFTAR RUJUKAN
Aisyah, Nyimas. 2007. Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Depdiknas.
Anni, Chatarina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.
Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 47
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 48
Agustus 2018
Abstrak: Tujuan diadakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah untuk
Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar
secara klasikal, menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan
media gambar secara kelompok dan menemukan terjadinya peningkatan kemampuan
siswa dalam membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus. Dari hasil tindakan yang
dilakukan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan mencapai standar ideal.
Dari Siklus I ada beberapa anak tidak berani maju ke depan kelas untuk melaksanakan
tugas lalu guru mendekatinya untuk menghubungkan kartu kata dengan gambar, namun
anak belum begitu familiar dengan metode tersebut kemudian pada Siklus II kegiatan
dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakkan secara kelompok,
kesempatan tersebut mendapat respon yang baik dari siswa dan siswa dengan mudah
mencocokan kartu kata dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata. Hasil
penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran dengan
menggunakan Media Gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa TK. RA Darul
Hikmah Kota Bima dengan ketuntasan mencapai 100 %, dengan demikian penerapan
model pembelajaran menggunakan Media Gambar efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar? Penelitian ini secara
umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca
dan menulis dengan menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk : (1) Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-
Kanak dengan media gambar secara klasikal, (2) Menggambarkan pembelajaran
membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok, (3)
Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah
kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak Kelompok B.
penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B TK.RA. Darul Hikmah Kota
Bima.
Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini dipertukarkan
pendefinisian istilah: (1) Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman Kanak-
Kanak kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada
kurikulum Taman Kanak-Kanak yaitu kemampuan membaca permulaan (pra
membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan tematik dan
pembelajaran yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar
seraya bermain, (2) Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra
membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana
dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya. Penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat bagi : (1) Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka
terbiasa dalam suasana kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang
menyenangkan dan tidak menakutkan, (2) Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan
penerapan media gambar, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat
pada anak, (3) Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam
pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.
METODE
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
penelitian ini berangkat dari masalah yang di dapat di lapangan, kemudian
direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang, kemudian
dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat
digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas, karena untuk kondisi dan
situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini dapat dijadikan model
untuk memberikan rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron, 1990:4).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha untuk memahami
makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian berlangsung.
A. Model Penelitian
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 51
Agustus 2018
SIKLUS – 1
a. Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana pembelajaran
berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan
membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah
pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan
yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi
yang sesuai dengan tujuan.
b. Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar sesauai
dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru
melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang benda-benda di
sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7 – 8 anak, siswa,
masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan melihat gambar-gambar
benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta menghubungkan antara tulisan
(kata) dengan gambar benda yang melambangkan. Dengan memberikan tugas-tugas
diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang konsep kemampuan membaca
permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata yang telah disediakan.
c. Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman Kanak-Kanak
bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian
selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan tepat atau
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 52
Agustus 2018
perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang diajukan guru sudah
mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)
d. Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan
dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama
ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-
permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui apakah guru dapat menyusun
rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra
membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang terdapat pada rencana
pembelajaran yang telah disusunnya.
SIKLUS – 2
a. Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama
siklus 1.
b. Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih aa pada siklus 1.
Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran
kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat diatasi.
c. Pelaksanaan observasi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang
telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari
seluruh kegiatan pada siklus 2.
d. Data dan sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana
persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas
atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa
kelompok B TK.RA. Darul Hikmah Kota Bima tahun pelajaran 2017 / 2018
berjumlah 23 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 9 siswa
perempuan. Untuk memperolah data yang akurat dilakukan triaguliasi Kepala Taman
Kanak-Kanak dan guru selama berlangsungnya penelitian.
e. Teknik analisis data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, teknik data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap
data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa dan hal-hal lain
yang nampak selama berlangsungnya penelitian.
Demikian juga aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran juga
didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil catatan
dalam penelitian dilengkapi dengan hasil observasi, wawncara dan dokumentasi
dilakukan analisis kualitatif.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 53
Agustus 2018
f. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Taman Kanak-Kanak Negeri TK.RA.
Darul Hikmah Kota Bima. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini karena Taman
Kanak-Kanak merupakan tempat saya ditugaskan sebagai Guru Taman Kanak-
Kanak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian ini.
HASIL
Melihat dari permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran kemampuan
berbahasa sebelum penelitian ini dilaksanakan yaitu tidak jarang sebagai guru taman
kanak-kanak dalam pelajaran ini kurang menarik dan menyenangkan siswa. Guru ini
biasanya mengajarkan kemampuan membaca dengan mengeja yaitu cara lama yang
sering dipakai orang tua untuk mengajar membaca, caranya dengan memperkenalkan
huruf satu persatu terlebih dahulu dan menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya
adalah menghafal bunyi rangkaian menjadi sebuah suku kata. Dengan cara ini siswa
Taman Kanak-Kanak sulit merangkaikan bunyi huruf yang satu dengan yang lain,
bahkan pembelajaran seperti ini yang terkadang membuat siswa takut untuk sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah suatu pembelajaran
dengan mengunakan media gambar dengan mengunakan penelitian tindakan kelas
yang terdiri 2 siklus pembalajaran.
A. SIKLUS I
1. Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat rancangan
pembelajaran kemampuan berbahasa dengan mengunakan media gambar dan
melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum
melaksanakan akan pengajaran kemampuan berbahasa dengan indikator
menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang
melambungkannya (bahasa 16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas
yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan secara klasifikal dan kelompok :
a. Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu siswa untuk
menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan
berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi
dn bertanya. Dari cerita ini, guru menanyakan pada siswa apa saja yang
dapat diperoleh dari cerita tersebut.
b. Guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda disekitar kelas dan
guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak saat sekolah.
c. Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan kartu kata dengan
permainan menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar,
guru meminta anak membaca kartu kata tersebut.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 54
Agustus 2018
d. Setiap siswa diberi tugas untuk memcocokkan gambar dengan kartu kartu
kata yang ditunjukan guru secara ajak dan diminta untuk membaca kartu
kata itu.
3. Observasi pada Siklus I
a. Pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan
dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa nampak
memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang
diceritakan temannya.
b. Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekola,
siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju,
celana, topi, sepatu.
c. Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu, beberapa siswa dapat
membaca dengan benar.
d. Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata, siswa dapat
mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar,
tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan
tersebut.
4. Analisis dan Refleksi Siklus I
a. Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar
anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak untuk menyampaikan
sesuatu dengan bahasanya sendiri.
b. Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa gambar, ada
beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada
siswa.
c. Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan menaati, semua siswa
nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
d. Setelah siswa bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar
didepan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas untuk
melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut
menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.
B. SIKLUS II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada siklus
pertama dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada siswa tentang kegiatan yang
telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu permainan mencocokan kartu
kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan permainan secara kelompok, kesempatan tersebut mendapat respon yang
baik dari siswa. Hal ini terlihat minat anak melakukan permainan ini secara
kelompok dan siswa dengan mudah mencocokan kartu kata dengan gambar serta
lancar dalam membaca kartu kata.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 55
Agustus 2018
Hasil tindakan pada siklus kedua ini diperoleh suatu perubahan, ternyata
siswa ada peningkatan kemampuan dalam membaca kartu kata dalam permainan
kelompok ini.
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
kemampuan berbahasa (PRA membaca) kelompok B Taman Kanak-Kanak RA. Darul
Hikmah Kota Bima dengan menggunakan media gambar dan kartu kata terlihat
bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi termotivasi untuk
berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat belajar membaca
melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan dengan
metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan mengunakan
bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau kata, misalnya a disertai
gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan kata buku disertai gambar
buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa diatas menunjukan
bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuanlebih dalam, kemampuan
membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif
menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang
lebih menarik dan menyenangkan anak.
B. Saran-Saran
1. Berdasarkan pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
media gambar ini diharapkan guru dapat mengembangkan model
pembelajaran serupa untuk indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya
serta dapat menstransfer pengalamannya dengan guru yang lain.
2. Supaya siswa TK mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampuan
berbahasa (pra membaca), yang menarik dan menyenangkan hendaknya
Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam media gambar dan kartu
kata.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 56
Agustus 2018
DAFTAR RUJUKAN
Dekdikbud, 1997. Media Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan
Penataran Guru IPS dan PMP Malang
Depdiknas 2000. Permainan Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul Athfal.
Jakarta
Harti Kartini Dkk, 2003. Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa SD Dalam
Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Interaktif
Nurhakiki, Rini Dkk, 2004. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada
Pokok Bahasan Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi
Kurikulum 2004, FMIP. A UM 2004
Nurani Musta’in, 2004. Anak Islam Suka Membaca, Surakarta: Penerbit Pusaka
Anamah
Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 57
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 58
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 59
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 60
Agustus 2018
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan alur kegiatan setiap
siklus terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu: rencana tindakan (plan), pelaksanaan
tindakan (action), observasi atau evaluasi (observation/evaluation), dan refleksi
(reflection). Alur kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.
d. Refleksi
Hasil dari tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi
oleh peneliti, kemudian peneliti dapat mereflesi diri tentang berhasil tidaknya yang
dilakukan.Hasil dari siklus I digunakan untuk perbaikan pada siklus 2 .
2. Siklus 2
a. Perencanaan
1) Guru menentukan kembali pokok bahasan yang akan diajarkan berdasarkan pada
refleksi.
2) Merancang kembali rencana pengajaran.
3) Merancang kembali pembelajaran model Picture and Picture.
4) Merancang kembali pembentukan kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan
lembar kerja siswa
5) Merancang latihan soal secara individual
b. Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut
Asmani terdapat tujuh langkah yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa
dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru
juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai
dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini
guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang
menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik
yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru
atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya
sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video
atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah
dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 62
Agustus 2018
diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan,
dibuat, atau di modifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang
urutan gambar tersebut. Dalam langkah ini peran guru sangatlah penting sebagai
fasilitator dan motivator agar siswa berani mengemukakan pendapatnya.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi,
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal
ingin dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk
lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian
KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indikator yang telah ditetapkan.
7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja diterimanya.
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru
membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa
belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar
tersebut guru memberikan penguatan kembali tentang gambar tersebut.
c. Pengamatan
1) Peneliti berkolaborasi dengan teman seprofesi untuk melakukan pengamatan.
2) Observer mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam
mengelola kelas, kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan
lembar kerja siswa
3) Melakukan penilaian latihan soal yang dikerjakan siswa secara individual.
d. Refleksi
Hasil pada tahap pengamatan disimpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi
oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya
tindakan yang dilakukan. Hasil siklus I digunakan untuk perbaikan-perbaikan pada
siklus 2 .
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 63
Agustus 2018
1) Motivasi siswa
Data motivasi belajar siswa dapat dianalisis dengan rumus sebaai berikut:
As=
Keterangan:
As = Skor rata-rata aktivitas belajar siswa
∑x = Jumlah skor aktivitas siswa masing-masing indikator
ni = Banyaknya item
2) Aktivitas Guru
Mengenai hasil aktivitas guru akan dianalisa dengan rumus sebagai berikut:
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 64
Agustus 2018
Ag =
Keterangan:
Ag = Skor rata-rata aktivitas guru
x = Skor masing-masing indikator
i = Banyaknya indikator
3) Ketuntasan Klasikal
Untuk mengetahui prestasi belajar yang diperoleh siswa secara klasikal
selama proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
p
KB x100%
N
Dimana :
KB= Ketuntasan belajar
P= banyaknya siswa yang memperoleh nilai > 65
N=banyaknyasiswa
Ketuntasan belajar dikatakan tercapai jika KB > 85% (Sudjana, 2008).
HASIL
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di XI MIA2 SMAN 1 Kota Bima. Penelitian ini
berusaha mencari tahu tentang penerapan penggunaan strategi belajar gambar sel
melalui belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif mata pelajaran Biologi
materi sel pada Siswa Kelas XI MIA2 SMAN 1 Kota Bima Tahun Pelajaran
2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan materi sel. Berikut
ini akan dijelaskan data tiap siklus.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum proses belajar dimulai pada siklus I, peneliti telah mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
memyiapkan lembar observasi atau instrumen penelitian, menyaiapkan alat evaluasi
dan menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I telah dimulai pada bulan Agustus 2017, yang
terdiri dari dua kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk eveluasi.
Pertemuan pertama membahas mengenai materi Sel. Sebagai pelaksana pembelajaran
adalah peneliti sendiri, sedangkan observer melibatkan guru sejawat.
c. Observasi dan Evaluasi
1. Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran picture and picture pada siklus I dapat dilihat
pada lampiran 2. Berdasarkan lampiran 2 pada siklus I baru 20% dengan kriteria
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 65
Agustus 2018
sangat tidak aktif dalam proses pembelajaran menggunakan gambar sel melalui
model pembelajaran picture and picture. Artinya lebih banyak siswa yang tidak aktif
yaitu 80% (sangat tidak aktif) pada siklus I.
2. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Proses observasi dilaksanakan oleh guru Biologi selama proses belajar
mengajar dengan mengisi lembar observasi yang telah di siapkan untuk memantau
jalannya proses belajar mengajar. Data hasil aktivitas guru siklus I dapat disajikan
pada lampiran 4.
Berdasarkan lampiran 4 aktivitas guru dalam menerapakan gambar sel pada
siklus I baru dilaksanakan 38% dan belum dilaksanakan 62%. Karena indikator
kinerja yang ditentukan dalam proses pembelajaran aktivitas guru adalah 85% maka
pada disiklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang direncanakan.
3. Hasil Evaluasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat lampiran 6. Dari data tersebut
pada siklus I siswa yang belum tuntas belajar masih ada 31 orang atau 91,18%
(cukup banyak) sedangkan yang sudah tuntas belajar baru 3 orang atau 8,82% (cukup
banyak yang belum tuntas). Berdasarkan data tersebut maka berdasarkan KKM
Biologi di SMAN 1 Kota Bima bahwa ketuntasan individual 75% dan klasikal
apabila telah mencapai 85%.
d. Refleksi
Setelah selesai siklus I maka diadakan refleksi dan diskusi dengan guru
Biologi .Beberapa hal yang direfleksi adalah dari aspek keaktifan belajar siswa,
aktivitas guru dan prestasi belajar siswa. Dari aspek keaktifan siswa sebagian besar
masih belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dimana keaktifan
siswa harus mencapai 85%.
Baru dua aspek yang muncul pada siklus 1 dilihat dari tingkat keaktivan siswa
yaitu aspek siswa termotivasi belajar dengan menerapkan model pembelajaran
picture and picture materi sel, dan siswa juga siswa sudah menunjukkan ketertarikan
terhadap materi biologi yang diajarkan. Kedua hal tersebut sudah muncul pada siklus
1. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus 1 masih banyak yang
kelemahan yang ditemukan. Beberapa kelemahan itu seperti pada aspek sebagai
berikut: aktivitas peserta didik dalam belajar dengan menerapkan pembelajaran
picture and picture materi sel, efektifitas pembelajaran picture and picture materi sel
dalam meningkatkan keaktifan peserta didik, siswa aktif mencari materi pendukung
selain buku ajar yang wajib dimiliki siswa (buku perpustakaan, internet), termasuk
rasa senang peserta didik dalam belajar melalui penerapan model pembelajaran
gambar sel melalui model pembelajaran picture and picture, tantangan yang
dirasakan peserta didik dalam belajar dengan menerapkan model pembelajaran
picture and picture materi sel, kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas
kelompok, kemampuan siswa dalam bertanya, menanggapi, menyanggah materi
dalam diskusi tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. artinya pada
siklus 1 baru mencapai 20% keberhasilan.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 66
Agustus 2018
Dari aspek aktivitas yang dilakukan guru pada siklus I guru baru mencapai
38% tergolong sangat tidak aktif. Dari aspek prestasi belajar siswa pada siklus I
masih banyak siswa yang belum tuntas belajar. Data prestasi belajar siswa
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal baru mencapai 8,82% dari 85% yang
diharapkan.
Berdasarkan refleksi terhadap keaktifan belajar, aktivitas yang dilakukan
guru dan prestasi belajar siswa yang telah dilaksanakan pada siklus I ternyata masih
belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dan KKM yang ditentukan
oleh karena itu masih perlu dilanjutkan pada siklus 2 untuk melakukan perbaikan
terhadap kendala-kendala yang terjadi pada siklus I.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
Sama seperti pada siklus I, sebelum proses belajar dimulai pada siklus 2 ,
peneliti terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan lembar kerja siswa
(LKS). Persiapan pada saat perencanaan tentunya melakukan revisi seperlunya
setelah melihat kelemahan pada siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan pada bulan Agustus 2017.
Materi diajarkan sama seperti siklus 1 yaitu tentang materi Sel. Guru sebagai
observer menyiapkan lembar observasi dan LKS yang akan dikerjakan dengan
strategi gambar sel melalui model pembelajaran picture and picture.
c. Observasi dan Evaluasi
1) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pada siklus 2 ini hasil observasi tentang aktivitasbelajar siswa dapat dilihat
pada lampiran 3.
Berdasarkan data yang disajikan pada lampiran 4 menunjukkan aktivitas
belajar siswa pada siklus 2 mencapai 90% berarti sudah mencapai indikator kinerja
yang ditetapkan sebesar 85%. Tingginya aktivitas belajar siswa pada siklus 2 karena
siswa merasa dengan membuat gambar sel merasa senang belajar karena merasa
tertantang untuk belajar dalam mengerkan gambar sel materi tentang sel. Aktivitas
siswa yang ringgi juga disebabkan karena siswa disuruh melakukan diskusi dengan
model pembelajaran picture and picture dengan materi sel dalam kegiatan
mengurutkan gambar-gambar dalam urutan yang logis.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas guru siklus 2 menunjukkan
bahwa semua aspek sudah dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik hal ini dapat
dilihat bahwa hampir semua aspek telah dilaksanakan oleh guru kecuali guru belum
memberikan penghargaan mingguan pada siswa. Secara keseluruhan persentase
capaian dari aktivitas guru dalam proses pembelajaran adalah mencapai 92%.
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
3) Hasil Evaluasi Belajar Siswa
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 67
Agustus 2018
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pada siklus I aktivitas siswa masih
rendah yaitu baru mencapai 20% dan meningkat menjadi 80% pada siklus 2 .
Demikian pula hasil pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh guru pada
siklus I baru mencapai 38% meningkat menjadi 92% pada siklus 2 .
Dilihat dari prestasi belajar siswa dapat diketahui pada siklus I belum tercapai
ketuntasan seperti yang diharapkan. Tidak tercapainya ketuntasan belajar pada siklus
I disebabkan beberapa hal diantaranya masih kurangnya keaktifan guru dalam
membimbing dan mengarahkan kelompok siswa dalam membuat rangkuman materi
sendiri dari penjelasan yang dilakukan, kurangnya aktivitas siswa dari tiap kelompok
dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I ketuntasan belajar yang dicapai baru 8,82%
artinya baru 3 orang siswa yang tuntas belajar dari 34 orang siswa, dan 91,18% siswa
atau 31 orang siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini masih jauh dari ketuntasan
individual 75% dan klasikal 85% yang diharapkan. Pada siklus 2 siswa yang
mencapai ketuntasan belajar 32 orang atau mencapai 94,12% artinya hanya 2 orang
siswa atau 5,88% saja siswa yang belum tuntas belajar.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya aktivitas belajar dan
rendahnya prestasi belajar Biologi pada siklus I, salah satunya adalah ketidaktepatan
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 68
Agustus 2018
penggunaan media pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Hasil observasi dan
pengalaman peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih menggunakan
model pembelajaran yang bersifat konvensional yakni ceramah, tanya jawab,
pemberian tugas. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan sedikit
melibatkan siswa, akibatnya interaksi antara siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung sangat minim.
Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran Biologi yang inovatif dan
kreatif, sehingga kegiatan pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan
menyenangkan sehingga siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran
yang kaku, monoton, dan membosankan. Model pembelajaran gambar sel dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran,
dan pada akhirnya juga berimbas pada meningkatnya prestasi belajar Biologi siswa.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangatlah penting yaitu
bagaimana memotifasi siswa. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan
siswa. Siswa akan lebih tekun lebih giat dan bersemangat dalam belajar. Dalam
interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa, untuk
dapat menyelidiki, mengamati, belajar, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini
akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dikerjakan,
dan kepercayaan pada diri sendiri, sehinnga siswa tidak selalu menguntungkan diri
pada orang lain (Citriadin, 2007).
Pada siklus 2 hasil evaluasi yang diperoleh tidak tuntas, hal ini disebabkan
karena siswa dari tiap kelompok masih kurang aktif dalam menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti, kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, dan
kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Hasil yang diperoleh
pada siklus 2 adalah 90%. Karena capaian ketuntasan ini melampaui di atas KKM
dan indikator kinerja maka tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, memberikan petunjuk
bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dengan gambar sel
prestasi belajar siswa lebih baik. Hal ini disebabkan, belajar dengan menggunkan
gambar sel berarti siswa tidak belajar untuk sesaat saja tetapi siswa akan belajar
dengan bermakna. Sesuai dengan pendapat Sujanem (1999), bahwa dengan membuat
gambar sel wawasan siswa akan lebih bertambah, pengetahuan yang didapat lebih
lama diingat, karena dalam pembelajaran model picture and picture guru
menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru
atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya
sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video
atau demontrasi yang kegiatan tertentu. Guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 69
Agustus 2018
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah
dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus
diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan,
dibuat, atau di modifikasi.
Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture karena guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan
gambar tersebut. Dalam kegiatan ini siswa dilatih untuk mengemukan alasan
pemikiran atau pendapat tentang urutan gambar tersebut. Dalam langkah ini peran
guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator agar siswa berani
mengemukakan pendapatnya. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai
menanamkan konsep atau materi, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses ini guru memberikan penekanan-penekanan pada hal ingin dicapai
dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan
tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan
indikator yang telah ditetapkan. Guru juga memastikan bahwa siswa telah menguasai
indikator yang telah ditetapkan.
Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja
diterimanya. Dalam model pembelajaran picture and picture kesimpulan dan
rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses
pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa
saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru memberikan
penguatan kembali tentang gambar tersebut.
Temuan penelitian ini tentu saja memperlihatkan adanya kelebihan dan
kekurangannya, kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture
adalah. Kelebihan model pembelajaran picture and picture seperti materi yang
diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi
yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. Siswa lebih cepat
menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi
yang dipelajari. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa
disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. Dapat meningkatkan tanggung
jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang
telah dipersiapkan oleh guru.
Tidak saja kelebihan temuan penelitian ini juga memperlihatkan adanya
kelemahan model pembelajaran picture and picture seperti: Sulit menemukan
gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran. Sulit
menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa
yang dimiliki. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar
sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran. Tidak tersedianya dana
khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.
Sebagaimana dipahami bahwa model pembelajaran picture and picture merupakan
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 70
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 72
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 73
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 75
Agustus 2018
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, dapat berasal dari
diri siswa maupun dari guru sebagai pengajar. Seorang guru antara lain harus
memiliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran. Seorang guru
yang memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik, dan mampu menciptakan
suasana dan lingkungan belajar yang efektif, sehingga hasil belajar siswa akan
optimal. Hal ini dijelaskan oleh Ruseffendi (1998) bahwa di samping faktor
penyebab yang sebagian tergantung pada siswa, terdapat pula faktor yang berasal dari
guru, antara lain kemampuan (kompetensi), suasana belajar dan kepribadian guru
sebagai manusia model.
Model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat belajar
diantaranya adalah model cooperative learning. Cooperative learning merupakan
model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan
tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil
(Saptono, 2003). Zakaria dan Zanaton (2007) menyatakan penggunaan model
pembelajaran cooperative pada biologi sangat efektif. Banyak tipe model
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 76
Agustus 2018
IPA6 SMAN 1 Kota Bima tahun pelajaran 2016/2017. Hasil dari pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti pada pihak-pihak
sebagai berikut (1) Bagi siswa, agar tercipta kebiasaan positif, keaktifan dalam
pembelajaran, berpikir kritis dan dapat menerapkan belajar yang bermakna, (2) Bagi
guru dan peneliti untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pema-haman
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dapat mengembangkan penggunaan peta
konsep dalam pembelajaran biologi sebagai alternatif model pembelajaran yang
dipilih dalam rangka meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar biologi, (3) Bagi
sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan terutama dalam memperbaiki
kualitas pembelajaran biologi di sekolah.
METODE
A. Subyek, Lokasi, Dan Waktu Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA6 SMAN 1 Kota Bima dengan
jumlah siswa 34 orang 9 orang siswa laki-laki dan 25 perempuan dengan kemampuan
kognitif yang relatif heterogen. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun
pelajaran 2016/2017.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan alur kegiatan setiap
siklus terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu: rencana tindakan (plan), pelaksanaan
tindakan (action), observasi atau evaluasi (observation/evaluation), dan refleksi
(reflection). Alur kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.
3. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ingin dicapai penulis adalah harapan terjadinya
peningkatan hasil tes formatif siswa dalam proses pembelajaran yangditunjukkan
dengan adanya kenaikan nilai prestasi belajar siswa di atas KKM atau sama dengan
KKM yaitu 75 dan target ketuntasan belajar 85%.
4. Teknik Analisis Data
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 81
Agustus 2018
As=
Keterangan:
As = Skor rata-rata aktivitas belajar siswa
∑x = Jumlah skor aktivitas siswa masing-masing indikator
ni = Banyaknya item
2) Aktivitas Guru
Mengenai hasil aktivitas guru akan dianalisa dengan rumus sebagai berikut:
Ag =
Keterangan:
Ag = Skor rata-rata aktivitas guru
x = Skor masing-masing indikator
i = Banyaknya indikator
3) Ketuntasan Klasikal
Untuk mengetahui prestasi belajar yang diperoleh siswa secara klasikal
selama proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
p
KB x100%
N
Dimana :
KB= Ketuntasan belajar
P= banyaknya siswa yang memperoleh nilai > 65
N=banyaknyasiswa
Ketuntasan belajar dikatakan tercapai jika KB > 85% (Sudjana, 2008).
HASIL
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di XI IPA6 SMAN 1 Kota Bima. Penelitian ini
berusaha mencari tahu tentang penerapan penggunaan strategi belajar peta konsep
melalui belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif mata pelajaran Biologi
materi sistem peredaran darah pada Siswa Kelas XI IPA6 SMAN 1 Kota Bima Tahun
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 82
Agustus 2018
Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan materi
sistem peredaran darah. Berikut ini akan dijelaskan data tiap siklus.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum proses belajar dimulai pada siklus I, peneliti telah mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
memyiapkan lembar observasi atau instrumen penelitian, menyaiapkan alat evaluasi
dan menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I telah dimulai pada bulan September 2012,
yang terdiri dari dua kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk eveluasi.
Pertemuan pertama membahas mengenai materi sistem peredaran darah. Sebagai
pelaksana pembelajaran adalah peneliti sendiri, sedangkan observer melibatkan guru
sejawat.
c. Observasi dan Evaluasi
1. Hasil Observasi Kektifan Siswa
Untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kolaboratif pada siklus I dapat dilihat pada pada
lampiran 2. Berdasarkan lampiran 2 pada siklus I baru 20% dengan kriteria sangat
tidak aktif dalam proses pembelajaran menggunakan peta konsep melalui model
pembelajaran koopertif. Artinya lebih banyak siswa yang tidak aktif yaitu 80%
(sangat tidak aktif) pada siklus I.
2. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Proses observasi dilaksanakan oleh guru Biologi selama proses belajar
mengajar dengan mengisi lembar observasi yang telah di siapkan untuk memantau
jalannya proses belajar mengajar. Data hasil aktivitas guru siklus I dapat disajikan
pada lampiran 4.
Berdasarkan lampiran 4 aktivitas guru dalam menerapakan peta konsep pada
siklus I baru dilaksanakan 38% dan belum dilaksanakan 62%. Karena indikator
kinerja yang ditentukan dalam proses pembelajaran aktivitas guru adalah 85% maka
pada disiklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang direncanakan.
3. Hasil Evaluasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat lampiran 6. Dari data tersebut
pada siklus I siswa yang belum tuntas belajar masih ada 31 orang atau 91,18%
(cukup banyak) sedangkan yang sudah tuntas belajar baru 3 orang atau 8,82% (cukup
banyak yang belum tuntas). Berdasarkan data tersebut maka berdasarkan KKM
Biologi di SMAN 1 Kota Bima bahwa ketuntasan individual 75% dan klasikal
apabila telah mencapai 85%.
d. Refleksi
Setelah selesai siklus I maka diadakan refleksi dan diskusi dengan guru
Biologi .Beberapa hal yang direfleksi adalah dari aspek keaktifan belajar siswa,
aktivitas guru dan prestasi belajar siswa. Dari aspek keaktifan siswa sebagaian besar
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 83
Agustus 2018
masih belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dimana keaktifan
siswa harus mencapai 85%. Beberapa aspek yang belum mencapai target indikator
kinerja adalah aktif melakukan konfirmasi tentang tugas dalam kelompok asal, siswa
juga belum aktif mencari bahan untuk mendalami materi yang ditugaskan dalam
kelompok ahli. Selain itu siswa juga belum terkeaktifan mengajukan pertanyaan
kepada guru atau teman apabila ada materi yang tidak dimengerti. Keaktifan siswa
dalam memberikan penguatan atau sanggahan pada saat diskusi dan memberikan
pertanyaan pada siswa yang presentasi masih belum terlihat pada siklus I. Walaupun
demikian persentase keaktifan untuk aspek mendengarkan dan memperhatikan
petunjuk atau penjelsan guru, selalu menujukkan sikap ingin tahu dengan
mengajukan pertanyaan, dan aspek menunjukkan sikap senang berdiskusi. Pada
siklus I aktivitas siswa baru mencapai 20%.
Dari aspek aktivitas yang dilakukan guru pada siklus I guru baru mencapai
38% tergolong sangat tidak aktif. Dari aspek prestasi belajar siswa pada siklus I
masih banyak siswa yang belum tuntas belajar. Data prestasi belajar siswa
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal baru mencapai 8,82% dari 85% yang
diharapkan.
Berdasarkan refleksi terhadap keaktifan belajar, aktivitas yang dilakukan
guru dan prestasi belajar siswa yang telah dilaksanakan pada siklus I ternyata masih
belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dan KKM yang ditentukan
oleh karena itu masih perlu dilanjutkan pada siklus II untuk melakukan perbaikan
terhadap kendala-kendala yang terjadi pada siklus I.
2. Siklus II
1. Perencanaan
Sama seperti pada siklus I, sebelum proses belajar dimulai pada siklus II,
peneliti terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan lembar kerja siswa
(LKS). Persiapan pada saat perencanaan tentunya melakukan revisi seperlunya
setelah melihat kelemahan pada siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan pada bulan Oktober 2012.
Materi diajarkan sama seperti siklus I yaitu tentang materi sistem peredaran darah.
Guru sebagai observer menyiapkan lembar observasi dan LKS yang akan dikerjakan
dengan strategi peta konsep melalui model pembelajaran koopertif.
siswa merasa dengan membuat peta konsep merasa senang belajar karena merasa
tertantang untuk belajar dalam mengerkan peta konsep materi system peredaran
darah. Aktivitas siswa yang ringgi juga disebabkan karena siswa disuruh melakukan
diskusi dengan pembelajaran kooperatif dengan temannya dalam menyusun peta
konsep.
2. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas guru siklus II menunjukkan
bahwa semua aspek sudah dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik hal ini dapat
dilihat bahwa hampir semua aspek telah dilaksanakan oleh guru kecuali guru belum
memberikan penghargaan mingguan pada siswa. Secara keseluruhan persentase
capaian dari aktivitas guru dalam proses pembelajaran adalah mencapai 92%.
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
3. Hasil Evaluasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup
berarti. Dari 34 orang siswa hanya 2 orang siswa yang belum tuntas belajar pada
siklus II atas nama Muh. Apriansyah dengan nilai 74 dan W. Firdaus Mujahid juga
dengan nilai 74 sedangkan KKM mata pelajaran biologi di SMAN 1 Kota Bima 75.
Selebihnya yaitu 32 orang atau 94,12% siswa sudah tuntas belajar. Walaupun masih
ada 2 orang siswa yang belum tuntas pada siklus II namun rata-rata kelas pada siklus
II cukup tinggi yaitu 85,91dan persentase ketuntasan 94,12%. Prestasi belajar siswa
pada siklus II dapat dilihat pada Lampiran 7.
4. Refleksi
Pada akhir siklus II peneliti dan guru Biologi di kelas XI biologi melakukan
refleksi tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung di siklus II. Refleksi
dilakukan terhadap proses pembelajaran dan aspek yang diobservasi seperti aspek
keaktifan belajar, aktivitas guru dan prestasi belajar. Persentase ketercapaian dari
tiga hal tersebut pada siklus II adalah sebagai berikut: keaktifan belajar persentase
ketercapaiannya mencapai 90%, aktivitas guru 92%, dan prestasi belajar rata-rata
kelas 85,91dan presentase ketuntasan 94,12%.
Berdasarkan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan pada siklus II dapat dijelaskan bahwa dari aktivitas siswa cukup tinggi
yaitu 90%, demikian juga aktivitas guru juga sangat tinggi yaitu 92%. Prestasi belajar
siswa mencapai rata-rata 85. Dengan perincian hanya 2 orang siswa yang belum
tuntas pada siklus II dan ketuntasan mencapai 94,12%. Berdasarkan uraian di atas
maka tidak dilakukan lagi perbaikan pada siklus berikutnya, dengan kata lain
pelaksanaan pembelajaran ini tidak dilanjutkan pada siklus ke-III.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pada siklus I aktivitas siswa masih
rendah yaitu baru mencapai 20% dan meningkat menjadi 80% pada siklus II.
Demikian pula hasil pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh guru pada
siklus I baru mencapai 38% meningkat menjadi 92% pada siklus II.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 85
Agustus 2018
Dilihat dari prestasi belajar siswa dapat diketahui pada siklus I belum tercapai
ketuntasan seperti yang diharapkan.Tidak tercapainya ketuntasan belajar pada siklus I
disebabkan beberapa hal diantaranya masih kurangnya keaktifan guru dalam
membimbing dan mengarahkan kelompok siswa dalam membuat rangkuman materi
sendiri dari penjelasan yang dilakukan, kurangnya aktivitas siswa dari tiap kelompok
dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I ketuntasan belajar yang dicapai baru 8,82%
artinya baru 3 orang siswa yang tuntas belajar dari 34 orang siswa, dan 91,18% siswa
atau 31 orang siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini masih jauh dari ketuntasan
individual 75% dan klasikal 85% yang diharapkan. Pada siklus II siswa yang
mencapai ketuntasan belajar 32 orang atau mencapai 94,12% artinya hanya 2 orang
siswa atau 5,88% saja siswa yang belum tuntas belajar.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya aktivitas belajar dan
rendahnya prestasi belajar Biologi pada siklus I, salah satunya adalah ketidaktepatan
penggunaan media pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Hasil observasi dan
pengalaman peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih menggunakan
model pembelajaran yang bersifat konvensional yakni ceramah, tanya jawab,
pemberian tugas. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan sedikit
melibatkan siswa, akibatnya interaksi antara siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung sangat minim.
Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran Biologi yang inovatif dan
kreatif, sehingga kegiatan pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan
menyenangkan sehingga siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran
yang kaku, monoton, dan membosankan. Model pembelajaran peta konsep dengan
kooperati merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan pada akhirnya juga berimbas pada
meningkatnya prestasi belajar Biologi siswa.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangatlah penting yaitu
bagaimana memotifasi siswa. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan
siswa. Siswa akan lebih tekun lebih giat dan bersemangat dalam belajar. Dalam
interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa, untuk
dapat menyelidiki, mengamati, belajar, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini
akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dikerjakan,
dan kepercayaan pada diri sendiri, sehinnga siswa tidak selalu menguntungkan diri
pada orang lain (Citriadin, 2007).
Pada siklus II hasil evaluasi yang diperoleh tidak tuntas, hal ini disebabkan
karena siswa dari tiap kelompok masih kurang aktif dalam menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti, kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, dan
kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Hasil yang diperoleh
pada siklus II adalah 90%.Karena capaian ketuntasan ini melampaui di atas KKM
dan indikator kinerja maka tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, memberikan petunjuk
bahwa pembelajaran dengan peta konsep dan pendekatan kooperatif prestasi belajar
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 86
Agustus 2018
siswa lebih baik. Hal ini disebabkan, belajar dengan menggunkan peta konsep berarti
siswa tidak belajar untuk sesaat saja tetapi siswa akan belajar dengan bermakna.
Sesuai dengan pendapat Sujanem (1999), bahwa dengan membuat peta konsep
wawasan siswa akan lebih bertambah, pengetahuan yang didapat lebih lama diingat,
karena siswa sendiri yang mencari konsep-konsep dan mengaitkan antar konsep yang
satu dengan lain. Dengan sendirinya belajar dapat lebih bermakna sehingga siswa
optimis akan hasil yang lebih baik. Disamping itu Hudoyo (1998) menegaskan bahwa
jika siswa sudah terbiasa belajar dengan menghubung-hubungkan konsep baru
dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya melalui peta konsep, maka
terjadilah belajar bermakna. Belajar bermakna akan menguatkan ingatan siswa dan
transfer belajar mudah tercapai.
Kemudian dalam pembelajaran kooperatif siswa diberikan kesempatan
secara aktif terlibat dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Sehingga dalam
pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok memiliki peluang untuk
mengklarifikasi, mengelaborasi, mendeskripsikan, membandingkan, dan menego-
siasikan pengertian yang telah dikonstruksi dalam fikirannya untuk memperoleh
konsesus tentang berlaku tidaknya pengertian tersebut. Disamping itu dengan
pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil siswa belajar dan bekerja sama untuk
sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok.
Selanjutnya dalam pembelajaran kooperatif Johnson dan Johnson, 1996; dan
Cooper, 1995 (dalam Rahayu, 1998) menjelaskan, bahwa (a) siswa bertanggung
jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih
besar untuk berprestasi, (b) siswa mengembangkan keterampilan berfikir tingkat
tinggi dan berfikir kritis. Siswa yang secara aktif terlibat dalam pembelajaran
kooperatif memiliki konsentrasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
hanya mendengarkan ceramah.Hal ini disebabkan karena waktu mereka lebih banyak
digunakan untuk mengsintesis dan mengintegrasikan berbagai konsep yang terdapat
dalam meteri pelajaran, dan (c) hubungan yang lebih positif antar siswa.Hal ini
mencakup dukungan akademik secara perorangan dan kelompok, menghormati
perbedaan pandangan antar siswa. Hal tersebut tidak didapat dalam belajar secara
konvensional, karena dalam belajar secara konvensional siswa hanya menghafal
fakta-fakta atau konsep-konsep, dan tidak mengaitkan fakta-fakta atau konsep-
konsep tersebut dengan fakta-fakta atau konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya, sehingga tidak akan terjadi belajar bermakna dan fakta-fakta atau
konsep-konsep tersebut tidak lama diingat oleh siswa.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kooperatif dapat merangsang siswa belajar supaya memenangkan
kompetisi antar kelompok.Agar tujuan ini tercapai, tiap siswa harus belajar dengan
baik agar bersama-sama dapat menyumbangkan nilai untuk kelompok, karena nilai
kelompok ditentukan oleh nilai individu siswa dalam kelompok tersebut. Selain itu
juga untuk meningkatkan pemahaman individu dalam kelompok, sehingga akan
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 87
Agustus 2018
terjadi tutor sesama teman dan sikap saling menolong dalam kelompok. Interaksi
yang efektif antar siswa dalam kelompok tersebut dapat membantu siswa yang
kurang kemampuannya untuk memahami konsep dengan lebih baik. Dengan
demikian tiap siswa dalam kelompok akan berusaha memahami konsep dengan lebih
baik agar memperoleh nilai kuis yang baik yang akan mempengaruhi nilai kelompok.
Uraian di atas didukung oleh hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini yaitu penggunaan pembelajaran peta konsep dan pendekatan kooperatif,
proses pembelajaran peta konsep dan pendekatan kooperatif berjalan cukup baik.
Penggunaan pembelajaran peta konsep dan pendekatan kooperatif, dan
penggunaan pembelajaran peta konsep pesepsi setuju (positif), artinya siswa
merespon secara positif terhadap penggunaan pembelajaran tersebut, dan bukan
hanya untuk materi biologi sistem peredaran darah tetapi juga baik digunakan untuk
materi pelajaran yang lain. Selain itu persepsi siswa yang belajar dengan peta konsep
dan pendekatan kooperatif menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan
persepsi siswa yang belajar dengan pembelajaran yang lain, dan juga untuk beberapa
nomor soal persepsi sebagian siswa memilih alternatif jawaban sangat setuju untuk
pembelajaran peta konsep dan pendekatan kooperatif.
Paparan di atas sangat sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan, menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep sebagai alat belajar dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian yang telah dilakukan tentang
penggunaan peta konsep dalam pengajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
antara lain, Cliburn (1990), Horton, (1993), Susilo (2000), dan Novrianto (2000)
semua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep dalam
pengajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dibanding tanpa peta konsep.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Briscoe dan Lamaster
(dalam Susilo, 2000) menyimpulkan bahwa peta konsep telah membantu siswa
menata informasi dan meningkatkan pemahaman akan isi suatu pelajaran. Selain itu
dengan merivisi peta konsep, maka tidak hanya meningkatkan pemahaman akan isi
pelajaran tetapi juga meningkatkan ingatan akan konsep tersebut.
Kemudian beberapa hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan
pembelajaran pendekatan kooperatif. Sebagaimana telah diuraikan dalam kajian
pustaka, bahwa pendekatan belajar kooperatif mempunyai beberapa kelebihan yang
tidak dimiliki pendekatan pembelajaran yang lain, yaitu: (1) siswa dapat saling
berkomunikasi dengan temannya, (2) dapat mengembangkan motivasi siswa, (3)
dapat mengembangkan kemampuan kelompok, (4) dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran, dan (5) dapat mengembangkan pemahaman dan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hortman (dalam
Rahayu,1998), menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan
pendekatan kooperatif secara heterogen dapat meningkatkan prestasi siswa yang
berkemampuan rendah dengan mendekati 50%. Kemudian hasil penelitian Cooper
(1995) juga menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 88
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 89
Agustus 2018
DAFTAR RUJUKAN
Alwi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edukasi III. Jakarta: Balai Pustaka
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 90
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 92
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 93
Agustus 2018
mengikuti pelajaran seni budaya, jam pelajaran sering digunakan untuk bersantai,
membaca komik, dan ironisnya digunakan untuk mengerjakan tugas pelajaran
lainnya. Siswa lebih suka dan lebih semangat dalam mengikuti pelajaran sains
dibandingkan mengikuti pelajaran seni budaya, hal itu menunjukkan betapa
rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran seni budaya. Selain itu, alasan
siswa tidak suka dan tidak berminat mengikuti pelajaran seni budaya dikarenakan
adanya perasaan malu dalam bermain musik, merasa tidak bisa dalam memainkan
alat musik, dan adanya pikiran bahwa bermain alat musik itu tidak bermanfaat
bagi kehidupan.
Dalam pelaksanaan pelajaran seni budaya, siswa kurang serius untuk
mengikuti pelajaran seni budaya. Hal ini diperjelas dengan pembelajaran seni musik
pada siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima, khususnya KD (kompetensi
dasar) bermain gitar tidak sesuai dengan KKM. Jumlah siswa sebanyak 33 siswa
dalam 1 kelas yang dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum)
baru mencapai 30% dari KKM (Kriteria Ketuntasa Minimum) yang ditentukan
yaitu sebesar 75, dengan kata lain dari 33 siswa hanya terdapat 11 siswa yang
mencapai KKM.
Dalam pembelajaran gitar, siswa diharapkan dapat menguasai KD
(kompetensi dasar) bermain gitar. Akan tetapi dalam kenyataannya, tidak semua
kompetensi dapat dicapai dengan baik. Pada proses pembelajaran gitar guru hanya
memberikan materi, kemudian siswa hanya mempraktikkannya. Tetapi dalam
pelaksanaan praktiknya, siswa belum mampu memainkan akord lagu dan
meletakkan posisi penempatan jari tangan saat bermain gitar. Bahkan, menurut
anggapan orang tua siswa dirumah jadwal latihan yang seharusnya digunakan untuk
latihan gitar hanya digunakan siswa untuk bermain. Sesekali berlatih gitar, siswa
hanya menomorduakan bermain gitar dan lebih fokus untuk bermain handphone.
Siswa menganggap bermain gitar itu tidak penting. Sesekali dalam seminggu ada
pelajaran gitar, sebanyak 12 siswa tidak membawa gitar dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 36. Bahkan, waktu pelajaran seni budaya yang hanya 2 jam habis untuk
melatih materi pertemuan sebelumnya.
Disamping itu, minat belajar yang ditunjukkan siswa juga mempengaruhi
pembelajaran.Menurut pengamatan yang dilakukan yang dimulai sejak bulan
Agustus sampai Oktober di SMP Negeri 2 Kota Bima, siswa kurang berminat dan
kurang antusias dalam menerima materi dari guru, hal itu ditandai dengan adanya
sejumlah 12 siswa yang tidak memperhatikan materi pelajaran saat pembelajaran
berlangsung, mereka lebih asyik berbicara sendiri tanpa menghiraukan materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru, tidak ada proses tanya jawab dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran bersifat sentris, yaitu pembelajaran hanya
berpusat pada guru.Hal tersebut ditandai juga dari jumlah keseluruhan 33 siswa dan
hanya terdapat 12 siswa enggan bertanya jawab dengan guru mengenai materi yang
belum dipahami.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 95
Agustus 2018
Setelah menekan senar pada gitar, siswa bisa langsung mengenal chord. Chord
merupakan tiga nada yang dimainkan secara terpisah atau bersamaan. Chord disini
berfungsi untuk mengiringi sebuah lagu agar terdengar harmonis. Dalam belajar
gitar, paling tidak siswa mampu membaca akord dasar (mayor/ minor) serta mampu
memainkannya.
Setelah mengenal chord dasar, siswa bisa langsung belajar padalatihan
memindahkan chord. Pada tahap ini mungkin siswa akan kesulitan karena jari-jari
yang digerakkan harus cepat. Oleh sebab itu, dibutuhkan latihan sesering
mungkin agar siswa bisa memindahkan chord tanpa kesulitan dan tetap bisa
mempertahankan suara senar yang dihasilkan dengan baik. Siswa bisa melakukan
latihan pertama dengan memindahkan dua chord yang berlainan. Setelah siswa
merasa benar- benar bisa memindahkan dua chord tersebut, tambahkan lagi dua
chord lainnya untuk berlatih. Jika sudah lancar memindahkan chord dengan cepat,
siswa bisa langsung memetik senar pada chord-chord dasar. Pemetikan dilakukan
dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari sampai suara yang dihasilkan
berbunyi jernih dan lancar.
Dalam pembelajaran gitar, siswa diharapkan dapat menguasai kompetensi
dasar yang akan dicapai. Akan tetapi dalam kenyataannya, tidak semua
kompetensi dapat dicapai dengan baik. Pada proses pembelajaran gitar guru
hanya memberikan materi, kemudian siswa hanya mempraktikkannya. Tetapi
dalam pelaksanaan praktiknya, siswa belum mampu memainkan lagu dan
meletakkan posisi penempatan jari tangan saat bermain gitar. Rasa sakit pada jari
siswa mengakibatkan siswa malas untuk berlatih. Bahkan, menurut anggapan
orang tua siswa jadwal latihan yang seharusnya digunakan untuk latihan gitar hanya
digunakan siswa untuk bermain. Sesekali berlatih gitar, siswa hanya
menomorduakan bermain gitar dan lebih fokus untuk bermain handphone. Siswa
menganggap bermain gitar itu tidak penting. Sesekali dalam seminggu ada pelajaran
gitar, sebanyak 12 siswa tidak membawa gitar dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 33. Bahkan, waktu pelajaran seni budaya yang hanya 2 jam habis untuk
melatih materi pertemuan sebelumnya.
Dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah
metode jigsaw dapat meningkatkan minat siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota
Bima? (2) Apakah metode jigsaw dapat meningkatkan keterampilan bermain gitar
siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima? Penelitian ini mempunyai beberapa
tujuan, yaitu sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan penggunaan metode jigsaw
terhadap minat siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima, (2) Mendeskripsikan
penggunaan metode jigsaw dalam meningkatkan keterampilan siswa kelas
VII/A dalam bermain gitar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Secara teoritis penelitian
ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan minat dan mengembangkan teori
pembelajaran musik gitar, sehingga dapat memperbaiki mata pendidikan dan
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 96
Agustus 2018
C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah: Siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima.
Alasan peneliti memilih kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima ini adalah karena
pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Kota Bima (khususnya bermain gitar)
belum bisa dikatakan maksimal. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor penyebab tidak tercapainya KKM pelajaran seni budaya.
1. Sasaran Kajian
Sasaran kajian atau fokus penelitian ini adalah upaya mening-katkan minat
dan keterampilan siswa dalam pembelajaran gitar di SMP Negeri 2 Kota Bima
menggunakan metode jigsaw.
2. Tahap Prasiklus
Tahap prasiklus merupakan kegiatan awal sebelum diberlakukan
pembelajaran bermain gitar dengan menggunakan metode jigsaw. Di dalam tahap
prasiklus ini, peneliti membagikan angket kepada siswa dan melakukan
wawancara. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui kondisi awal dari
siswa.
Selain digunakan untuk mengetahui kondisi awal, tahap prasiklus ini
digunakan untuk membandingkan dan menentukan standar ketuntasan pada siklus I
dan siklus II. Pada siklus I dan siklus II ini terdiri dari empat tahap yakni
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 98
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 99
Agustus 2018
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel peningkatan kemampuan
bermain gitar,dan variabel metode jigsaw.
Variabel Peningkatan Bermain Gitar
Variabel kemampuan bermain gitar adalah kemampuan siswa dalam
memainkan petikan apoyando, tirando sesuai teknik yang benar. Target yang
diharapkan adalah siswa mampu bermain gitar sesuai dengan aspek penilaian dan
memenuhi batas ketuntasan minimal, yaitu 70. Aspek-aspek yang menjadi kriteria
adalahkelancaran dalam memetik gitar, penjarian ketika menekan nada tertentu
pada gitar. Dengan pembelajaran bermain gitar ini diharapkan dapat memenuhi
target keterampilan bermain gitar.
Variabel Metode Jigsaw
Variabel Metode Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan dalam bentuk kelompok. Metode
jigsaw ini dapat dilaksanakan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok utama (4 sampai 5 siswa) yang selanjutnya dinamakan kelompok awal
(home teams). Setiap siswa dalam kelompok awal mempelajari satu bagian dari
keseluruhan bahan akademik yang disediakan. Para anggota dari masing-masing
kelompok yang bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bahan akademik
yang sama selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tersebut.
Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok ahli (expert group). Setelah selesai
mengkaji bahan akademik yang menjadi bagian masing-masing, siswa dalam
kelompok pakar kemudian kembali ke kelompok awal (home teams) untuk
mendiskusikan dan mengajari teman-teman dalam kelompok awal tentang materi
yang dikaji dalam kelompok pakar. Selanjutnya siswa dievaluasi secara individual
mengenai keseluruhan bahan akademik yang dipelajari.
E. Indikator Kerja
Indikator kinerja pada penelitian ini terdiri atas indikator minatbelajar
gitar dan indikator hasil belajar gitar.
1)Indikator Minat Belajar Gitar
Indikator keberhasilan dalam minat belajar siswa merupakan indikator kinerja
yang tercemin dari tercapainya tujuan penelitian dengan metode jigsaw, yaitu
meningkatkan minat belajar siswa ke arah yang lebih baik.
2) Indikator Hasil Belajar Gitar
Indikator Hasil Belajar Gitar merupakan indikator untuk mencapai
keberhasilan penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran gitar. Hal ini dapat
diketahui apabila adanya peningkatan keterampilan siswa dalam bermain gitar
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 101
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 102
Agustus 2018
HASIL
Berdasarkan data angket informasi awal yang diperoleh, sebagian besar siswa
menyukai pembelajaran seni budaya, namun kegemaran mereka dalam pelajaran
seni budaya tidak menjamin kegemaran mereka dalam bermain gitar. Sebagian
siswa menganggap bahwa pembelajaran bermain gitar kurang
menyenangkan. Pernyataan tersebut diperkuat dari prosentase bahwa sebanyak 14
(45,16%) siswa kurang menyukai pembelajaran gitar, 8 ( 25,80%) siswa menyukai
pembelajaran gitar, dan sebanyak 9 (29,03%) siswa sangat menyukai
pembelajaran bermain gitar. Melalui hasil prosentase tersebut, dapat diketahui
bahwa tingkat kesukaan siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima dalam
pembelajaran bermain gitar masih cukup rendah.
Ada beberapa alasan mengapa siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima
memiliki tingkat kesukaan dalam bermain gitar cukup rendah. Hal ini dapat
dilihat dari pertanyaan pada butir 10, yakni saya pernah bermain gitar.
Sebanyak 2 (6,45%) siswa setuju, 13 (41,93%) siswa kurang setuju, dan sebanyak
16 (51,61%) siswa menyatakan tidak setuju. Melalui prosentase dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa di kelas tersebut belum mempunyai pengalaman
dalam bermain gitar dikarenakan sebagian besar dari mereka belum pernah mencoba
untuk bermain gitar. Penyebab mereka belum pernah mencoba untuk bermain gitar
adalah mereka beranggapan bahwa bermain gitar adalah satu hal yang tidak
gampang dan susah.
Berdasarkan data informasi awal yang diperoleh, kondisi pada proses
pembelajaran bermain gitar perlu dilakukan perubahan yang lebih baik. Salah satu
upaya untuk merubah hal tersebut dengan cara penggunaan metode pembelajaran
yang tepat agar mampu membangkitkan gairah belajar siswa agar lebih tertarik
terhadap pembelajaran bermain gitar. Metode Jigsaw menawarkan pembelajaran
bermain gitar yang bervariasi, menyenangkan dan lebih menarik. Metode ini
memiliki manfaat mempermudah mengajarkan bahan ajar dalam jumlah banyak
sehingga dapat lebih cepat dipahami oleh siswa.Penggunaan model pembelajaran
jigsaw memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan metode
yang lain dalam pembelajaran kooperatif. Karakteristik jigsaw yang paling
menonjol adalah cara pembagian kelompok yang diikuti dengan pembagian
materi yang diajarkan.Metode jigsaw membagi kelompok menjadi dua macam,
pertama yaitu kelompok asal atau disebut home teams yang terdiri atas 4-6 siswa
dan kelompok kedua yaitu kelompok pakar atau disebut expert groups. Untuk
memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan, metode jigsaw ini memberi
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 104
Agustus 2018
solusi yang berupa pembagian materi, dimana setiap bagian dari materi tersebut
dipelajari dalam suatu kelompok khusus yang dinamakan kelompok ahli atau
expert groups. Siswa yang telah belajar dalam kelompok pakar tersebut kemudian
kembali lagi dalam kelompok asal untuk berdiskusi dan saling mengajarkan
materi pada siswa lain dalam satu kelompok untuk selanjutnya membuat laporan
kelompok. Dengan menggunakan metode jigsaw, maka pembelajaran akan
semakin lebih hidup dan menyenangkan.
Pelaksanaan siklus I siswa diberi tindakan sebanyak tiga kali pertemuan.
Pelaksanaan siklus I diawali dengan tahap pendahuluan, siswa dikoordinasikan
untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Guru menyampaikan metode jigsaw
sebagai cara mengajar yang akan digunakan oleh guru. Dilanjutkan dengan guru
memperagakan bagaimana teknik bermain gitar yang baik, sesuai dengan teknik
memetik dan penempatan jari. Pada tahap inti yaitu guru membagi siswa menjadi
enam kelompok asal yang masing-masing kelompok terdiri atas 5-7 orang.
Masing-masing kelompok memperoleh materi bermain gitar. Siswa
mendiskusikan materi yang didapat bersama kelompok masing-masing. Setelah
itu, kelompok asal memisah membentuk kelompok ahli. Materi yang ada dalam
kelompok ahli berasal dari kelompok asal. Setelah masing-masing kelompok ahli
menguasai materi yang mereka pelajari, mereka kembali lagi ke kelompok asal.
Guru juga memotivasi siswa. Pembelajaran diakhiri dengan salam. Di dalam metode
jigsaw, setiap anggota tim bertanggung jawab untuk mendalami materi
pembelajaran yang ditugaskan kepada tiap-tiap siswa kemudian tugas siswa
selanjutnya adalah mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya
yang lain Ibrahim dkk (2000:22).
Berdasarkan pengamatan dan hasil angket yang dilakukan pada siklus I,
bahwa pembelajaran bermain gitar dengan menggunakkan model pembelajaran
jigsaw dapat meningkatkan minat belajar.Peningkatan minat dapat dilihat dari
data angket pascatindakan, dari data tersebut diketahui bahwa penerapan metode
jigsaw dalam pembelajaran bermain gitar dapat diterima oleh siswa. Model
pembelajaran ini dapat menciptakan suasana belajar mengajar menjadi lebih
menyenangkan dalam pelaksanaanya dan mudah dimengerti. Hal ini dapat dilihat
dari mayoritas siswa memberikan tanggapan yang positif pada tiap-tiap
pertanyaan.
Alasan yang menunjukkan bahwa siswa menerima metode yang
diajarkan ada pada butir 7 angket pascatindakan bermain gitar. Butir tersebut
menyatakan bahwa siswa menginginkan pembelajaran dengan metode jigsaw
untuk terus dilakukan agar siswa memahami tentang pembelajaran bermain gitar.
Pada butir tersebut sebanyak 18 (85,06%) siswa menjawab sangat setuju
pembelajaran dengan metode jigsaw untuk terus dilakukan dan sebanyak 13
(41,93%) siswa menyatakan setuju pembelajaran dengan metode jigsaw untuk
terus dilakukan. Walaupun pada siklus I siswa sudah menerima metode yang
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 105
Agustus 2018
siklus I.
Melalui prosentase tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan
minat siswa dalam bermain gitar pada pra siklus menuju siklus I sebesar 38,70%.
Siswa terlihat lebih semangat saat mengikuti pembelajaran gitar menggunakan
metode jigsaw.
Pada siklus II, jumlah siswa yang bermainat rendah sebanyak 0 (0%) anak
pada siklus I berubah menjadi 0 anak atau tidak ada anak yang berminat rendah
pada siklus II, pada siswa yang berminat sedang yang awalnya pada siklus I, 20
(64,51%) anak berubah menjadi 10 (32,25%) anak pada siklus II, dan dari 11
(35,48%) anak yang berminat tinggi pada siklus I berubah menjadi 21
(67,74%) anak pada siklus II. Pada siklus I menuju siklus II terjadi peningkatan
minat belajar sebanyak 32,26%.
Berdasarkan data informasi awal yang diperoleh, keterampilan siswa dalam
bermain gitar belum dilaksanakan secara maksimal. Hasil wawancara dengan guru
menunjukkan bahwa pembelajaran bermain gitar yang dilakukan belum
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 107
Agustus 2018
menggunakan metode yang tepat. Dalam pembelajaran bermain gitar yang biasa
dilakukan oleh guru, siswa hanya diberi materi tentang keterampilan bermain
gitar dan siswa diminta untuk mempraktikkannya. Akibatnya, permainan gitar siswa
kurang maksimal dan kurang memuaskan.
Pada awal siswa bermain gitar, diperoleh data hasil tes bermain gitar
siswa sebelum menggunakan metode jigsaw. Pada aspek memetik gitar sebanyak
20 siswa masih memperoleh nilai kurang, 9 siswa nilai sedang dan 2 siswa
memperoleh nilai baik. Pada aspek ketepatan penempatan jari sebanyak 21 siswa
masih memeroleh nilai kurang, 9 siswa nilai sedang, dan 1 siswa nilai
baik.Apabila diprosentasekan, nilai kurang: 60%, nilai sedang: 25%, nilai baik:
15%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan bermain
gitar siswa kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima dalam bermain gitar masih
kurang.
Berdasarkan data informasi awal bermain gitar, kondisi pada praktik bermain
gitar pada proses pembelajaran perlu dilakukan perubahan yang lebih baik.
Salah satu upaya untuk merubah hal tersebut dengan cara penggunaan metode
pembelajaran yang tepat agar mampu mengembangkan variasi pembelajaran yang
mampu membangkitkan gairah belajar siswa agar lebih tertarik terhadap
pembelajaran bermain gitar. Metode jigsaw menawarkan pembelajaran yang
bervariasi, menyenangkan dan lebih menarik. Metode ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada
anggota kelompoknya yang lain.
Pada kegiatan ini, guru menerapkan model pembelajaran tersebut dalam
pembelajaran bermain gitar di siklus I dan siklus II. Alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui peningkatan keterampilan bermain gitar siswa berupa lembar
pengamatan penilaian bermain gitar. Penilaian hasil bermain gitar meliputi 2
aspek yaitu: aspek memetik, dan aspek penempatan jari.
Pelaksanaan siklus I siswa diberi tindakan sebanyak tiga kali pertemuan.
Pelaksanaan siklus I diawali dengan tahap pendahuluan, siswa dikoordinasikan
untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Guru menyampaikan metode jigsaw
sebagai cara mengajar yang akan digunakan oleh guru. Dilanjutkan dengan guru
memperagakan bagaimana teknik bermain gitar yang baik, sesuai dengan teknik
memetik dan penempatan jari. Pada tahap inti yaitu guru membagi siswa menjadi
enam kelompok asal yang masing-masing kelompok terdiri atas 5-7 orang.
Masing-masing kelompok memperoleh materi bermain gitar. Siswa
mendiskusikan materi yang didapat bersama kelompok masing-masing. Setelah
itu, kelompok asal memisah membentuk kelompok ahli. Materi yang ada dalam
kelompok ahli berasal dari kelompok asal. Setelah masing-masing kelompok ahli
menguasai materi yang mereka pelajari, mereka kembali lagi ke kelompok asal.
Guru juga memotivasi siswa. Pembelajaran diakhiri dengan salam.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 108
Agustus 2018
kurang aktif, tidak serius mengikuti pembelajaran, dan kurang antusias terhadap
pembelajaran bermain gitar. Kondisi ini semakin membaik dengan adanya metode
jigsaw, siswa terlihat lebih aktif, berani, dan lebih antusias dengan pembelajaran
bermain gitar.
Dari tiga tahap pembelajaran, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II,
terjadi perubahan yang diinginkan oleh guru maupun peneliti. Untuk lebih jelas
melihat perubahan keterampilan bermain gitar siswa yang terjadi pada setiap
siklus, maka data tersebut disajikan kembali dalam bentuk tabel dan diagram
keterampilan bermain gitar pada masing-masing aspek di bawah ini:
Tabel 2 peningkatan keterampilan bermain gitar siswa tiap siklus
Siklus 2
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti dan guru mata pelajaran
mempersiapkan bahan ajar yang merupakan perbaikan terhadap pembelajaran pada
siklus I, seperti:
a. Menyusun rencana pembelajaran dengan materi bermain gitar.
b. Mengidentifikasi hal-hal yang membutuhkan perbaikan berdasarkan hasil
observasi siklus I
c. Mengatur waktu pembelajaran agar dapat berjalan lebih efektif sehingga,
siswa merasa senang mengikuti pembelajaran bermain gitar dengan
menggunakan metode jigsaw.
d. Menyiapkan instrumen penelitian berupa angket minat untuk mengetahui
sejauh mana minat siswa saat mengikuti pembelajaran bermain gitar dengan
menggunakan metode jigsaw serta foto untuk dokumentasi, danmempersiapkan
perangkat tes praktik bermain gitar untuk mengetahui peningkatan keterampilan
yang terjadi pada siklus II.
2. Tindakan
Pada tahap tindakan pada siklus II merupakan bentuk aplikasi dari tahap
perencanaan dengan harapan terjadi peningkatan minat dan keterampilan siswa yang
maksimal. Guru mengawali kegiatan dengan mengkondisikan siswa untuk siap
mengikuti proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada
siklus II adalah:
a. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan serta manfaat
pembelajaran yang akan diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri
atas 5-7 orang.
c. Guru memberikan pelajaran seni budaya khususnya materi bermain gitar
dengan memberi contoh menyetem gitar, pemetikan apoyando, dan memainkan
nada tertentu.
d. Siswa mendiskusikan materi yang didapatkan bersama masing-masing
kelompok.
e. Setelah itu, kelompok asal memisah untuk membentuk kelompok ahli untuk
mendiskusikan materi yang berasal dari kelompok asal.
f. Setelah kelompok ahli menguasai materi, mereka kembali lagi ke kelompok asal.
g. Guru memilih kelompok untuk menyajikan materi petikan yang telah
didiskusikan.
h. Pada saat kelompok satu maju kelompok lain memperhatikan dan memberi
tanggapan.
i. Guru bersama siswa membuat simpulan terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 113
Agustus 2018
3. Observasi
Pada siklus II, semangat siswa dalam memperhatikan materi yang
disampaikan guru semakin baik, siswa telihat semakin berminat dan merasa
senang mengikuti pembelajaran bermain gitar menggunakan metode jigsaw pada
siklus II. Pembelajaran gitar dengan menggunakan metode jigsaw membuat
pembelajaran tidak membosankan serta peningkatkan minat dan keterampilan siswa
menjadi maksimal. Berdasarkan hasil angket dan tes praktik pada siklus II, dapat
diketahui bahwa dari 0 (0%) anak yang berminat rendah pada siklus I berubah
menjadi 0 anak atau tidak ada anak yang berminat rendah pada siklus II, pada siswa
yang berminat sedang yang awalnya pada siklus I, 20 (64,51%)anak berubah
menjadi 10 (32,25%) anak pada siklus II, dan dari 11 (35,48%) anak yang berminat
tinggi pada siklus I berubah menjadi 21 (67,74%) anak pada siklus II. Melalui
prosentase tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan minat dalam
mengikuti pembelajaran bermain gitar dengan menggunakan metode jigsaw.
Siswa terlihat lebih bersemangat saat mengikuti pembelajaran bermain gitar
dengan menggunakan metode jigsaw. Siswa yang masih kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran tidak enggan dalam bertanya. Berikut rincian hasil angket minat siswa
pada kegiatan siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5 hasil angket minat belajar siklus II
No Kategori kesukaan/ minat Ju
1. Rendah 0 (0%)
2. Sedang 10 (32,25%)
3. Tinggi 21 (67,74%)
Pada pembelajaran siklus II, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
terlihat terampil dalam bermain gitar. Siswa sudah bisa memetik gitar. Kualitas
suara petikan yang dihasilkan siswa terdengar sudah jernih. Siswa terlihat
semangat saat mempelajari aspek memetik gitar yang diajarkan oleh guru.
Pada aspek penempatan jari, siswa terlihat sudah mengetahui posisi jari
ketika memainkan nada tertentu. Siswa memainkan nada lagu dan meletakka
jarinya ke freet gitar dengan santai dan rileks.Namun, ada siswa yang masih malu-
malu dan masih ragu saat disuruh menampilkan petikan apoyandodan memainkan
nada lagukedepan kelas. Kemudian peneliti dan guru memberi arahan kepada
siswa tersebut agar untuk memetik gitar dengan rileks dan santai. Akhirnya siswa
tersebut mau menampilkan petikan apoyando kedepan kelas. Berikut hasil tes
pada aspek memetik gitar, dan penempatan jari pada siklus II dengan
menggunakan metode jigsaw: untuk aspek memetik kategori kurang sebanyak 0
siswa, sedang 13 siswa, baik 18 siswa, untuk aspek penempatan jari
menunjukkan: kategori kurang sebanyak 4 siswa, sedang 13 siswa, baik 14 siswa.
Apabila diprosentasekan, nilai kurang: 7,5%, nilai sedang: 39%, nilai
baik:52%.Berikut adalah data hasil tes praktek bermain gitar siklus II pada
masing-masing aspek yang diteliti.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 114
Agustus 2018
4. Refleksi
Berdasarkan hasil angket, tes praktik serta pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan
dengan baik, semangat siswa dalam memperhatikan materi yang disampaikan
guru semakin baik, siswa terlihat semakin berminat dan merasa senang mengikuti
pembelajaran bermain gitar dengan materi memetik gitar, dan menempatkan jari
pada siklus II. Dengan pemberian materi pembelajaran bermain gitar dengan
menggunakan metode jigsaw membuat pembelajaran tidak membosankan serta
peningkatan minat dan keterampilan siswa menjadi maksimal. Peningkatan
keterampilan siswa dalam bermain gitar terlihat dari permainan gitar yang dilakukan
siswa hingga siklus II.
Dari data angket minat pascatindakan, dapat diketahui bahwa penerapan
metode jigsaw dalam pembelajaran bermain gitar dapat diterima oleh siswa,
menambah pemahaman siswa khususnya dalam bermain gitar serta memberikan
motivasi bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas siswa memberikan
tanggapan yang positif untuk setiap pernyataan.
Alasan yang menunjukkan bahwa siswa menerima metode yang
diajarkan ada pada butir 7 angket pascatindakan bermain gitar. Butir tersebut
menyatakan bahwa siswa menginginkan pembelajaran dengan metode jigsaw
untuk terus dilakukan agar siswa lebih memahami tentang pembelajaran bermain
gitar. Pada butir tersebut sebanyak18 (85,06%) siswa menjawab sangat setuju
pembelajaran dengan metode jigsaw untuk terus dilakukan dan sebanyak 13
(41,93%) siswa menyatakan setuju pembelajaran dengan metode jigsaw untuk
terus dilakukan.
Alasan yang menunjukkan bahwa penerapan metode jigsaw terdapat
pada butir 2 angket pascatindakan bermain gitar. Butir tersebut menyatakan
bahwa adanya pembelajaran dengan metode jigsaw membuat siswa semakin
memahami keterampilan bermain gitar, sebanyak 16 (51,61%) siswa sangat setuju
bahwa pembelajaran dengan metode jigsaw ini membuat siswa semakin
memahami keterampilan bermain gitar,15 (48,38%) siswa setuju bahwa
pembelajaran dengan metode jigsaw ini membuat siswa memahami tentang
keterampilan bermain gitar, 0 siswa kurang dan 0 siswa tidak setuju.
Pernyataan bahwa penerapan metode jigsaw mampu menambah pemahaman
siswa dalam bermain gitar diperkuat juga pada butir 4 dan 6 angkepascatindakan
bermain gitar. Butir 4 menyatakan bahwa pembelajaran dengan penerapan metode
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 115
Agustus 2018
jigsaw dapat membantu siswa agar dapat bermain gitar dengan lebih baik, sebanyak
12 (38,70%) siswa menyatakan sangat setuju bahwa pembelajaran dengan
penerapan metode jigsaw dapat membantu siswa bisa bermain gitar dengan lebih
baik, 19 (61,29%) siswa setuju bahwa pembelajaran dengan metode jigsaw dapat
membantu siswa agar bisa bermain gitar lebih baik, 0 siswa menyatakan kurang
setuju dan 0 siswa menyatakan tidak setuju. Pada butir 6 angket pascatindakan
bermain gitar menyatakan bahwa melalui pembelajaran dengan penerapan metode
jigsaw siswa dapat mengetahui persiapan pemain musik dalam bermain gitar,
sebanyak 10 (32,25%)siswa menyatakan sangat setuju bahwa pembelajaran dengan
penerapan metode jigsaw siswa dapat mengetahui persiapan pemain musik dalam
bermain gitar, 21 (67,74%)siswa menyatakan setuju bahwa pembelajaran dengan
penerapan metode jigsaw siswa dapat mengetahui persiapan pemain musik dalam
bermain gitar, sebanyak 0 siswa kurang setuju dan 0 siswa tidak setuju.
Pernyataan yang memperkuat bahwa penerapan metode jigsaw mampu
memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran bermain gitar ada pada
butir 9 angket pascatindakan yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran dengan
penerapan metode jigsaw siswa menjadi lebih kreatif, lebih percaya diri, dan lebih
mengerti ketika menjelaskan materi bermain gitar kepada teman- temannya.
Sebanyak 11 (35,48%) siswa menyatakan sangat setuju bahwa melalui pembelajaran
dengan penerapan metode jigsaw siswa menjadi lebih kreatif, lebih percaya diri,
dan lebih mengerti ketika menjelaskan materi bermain gitar kepada teman-
temannya, 20 (64,51%) siswa melalui pembelajaran dengan penerapan metode
jigsawsiswa menjadi lebih kreatif, lebih percaya diri, dan lebih mengerti ketika
menjelaskan materi bermain gitar kepada teman-temannya.
rendah, 10 (32,25%) siswa kategori minat sedang, 21 (67,74%) siswa kategori minat
tinggi pada siklus II. Setelah semua siklus selesai dilakukan, minat belajar siswa
meningkat sebanyak 13 (41,93%) dari kegiatan pra siklus. Selain itu, model
pembelajaran Jigsaw juga dapat meningkatkan keterampilan bermain gitar siswa
kelas VII/A SMP Negeri 2 Kota Bima. Hal ini dapat dilihat dari nilai tes bermain
gitar pada masing-masing aspek yang diteliti. Dari 31 orang siswa, diperoleh data
prosentase awal tes bermain gitar sebanyak 60% siswa mendapat nilai kurang, 30%
siswa mendapat nilai sedang dan 10% siswa mendapat nilai baik pada kegiatan
pra siklus, sebanyak 21% siswa nilai kurang, 60% siswa nilai sedang, dan 18%
siswa nilai baik pada siklus I, dan sebanyak 7,5% siswa nilai kurang, 39% siswa
nilai sedang, dan 52% siswa nilai baik pada siklus II. Setelah semua siklus selesai
dilakukan, nilai tes bermain gitar siswa meningkat sebanyak 49% dari kegiatan
prasiklus.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan tindak lanjut diatas, maka peneliti dapat
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi guru Seni budaya SMP Negeri 2 Kota Bima, karena terbukti meningkatkan
minat dan keterampilan bermain gitar siswa, guru disarankan agar
menggunakan metode tersebut.
2. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untukmeningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah.
3. Bagi mapel lain, disarankan untuk melakukan penelitian pada mapel lain
untukmengetahui peningkatan kemampuan pada aspek pembelajaran yang
lain danpopulasi yang lain agar peningkatan yang tercapai sesuai dengan target
yang ingin dicapai.
DAFTAR RUJUKAN
Dra. Nurhaidah
(Guru Bahasa Indonesia pada SMPN 3 Kota Bima)
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 118
Agustus 2018
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
PAI materi Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah pada siswa kelas IX-
B semester II SMP Negeri 3 Kota Bima Tahun Pelajaran 2016/2017. Obyek penelitian ini
adalah siswa dikelas IX.B tahun pelajaran 2016/20107 semester genap dengan jumlah
siswa sebanyak 40 siswa.Di dalam kelas, siswa cenderung pasif dan tidak percaya diri
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pemilihan kelas ini bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas IX.B SMPN 03 Kota Bima
khususnya pembelajaran PAI. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa metode jigsaw
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI materi Sejarah
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah, dengan menggunakan metode jigsaw
siswa dapat bekerja sama dengan siswa yang lain dalam satu kelompoknya hingga ke
kelompok lainnya yang dilaksanakan pada siswa kelas 8. A semester II SMPN 03 Kota
Bima Tahun Pelajaran 2016/2017. Peningkatan KKM dapat dilihat pada siklus II = 85 %
(KKM Kelas) dari 40 peserta didik yang mencapai KKM sebanyak 34 peserta didik dan
PTK ini dinyatakan berhasil.
terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar pada diri
siswa.
Masalah yang dihadapi siswa saat ini adalah sedikitnya minat untuk
belajar sehingga masih jarang siswa yang mempunyai prestasi belajar
tinggi.Demikian halnya yang terjadi dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam materi tentang Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa
Abbasiyah merupakan salah satu sub bab mata pelajaran yang terhimpun dalam
pendidikan Agama Islam yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan yang
bernafaskan Islam selain itu dalam pembelajaran sejarah juga memiliki peranan
yang penting dalam kehidupan dengan sejarah kita dapat mengetahui keadaan
masa lalu, khususnya kebudayaan Islam.
Dalam penyampaian materi, yang kurang memotivasi peserta didik dan
model pembelajaran yang digunakan guru juga kurang variatif, sehingga
membosankan peserta didik. Proses pembelajaran PAI yang terjadi di SMP IT Al-
Ma‟ruf, guru lebih banyak mendominasi kelas sedangkan peserta didik hanya
dilibatkan sekadarnya, misalnyahanya disuruh membaca halaman sekian lalu
guru yang banyak menjelaskan. Penggunaan alat atau media pembelajaran juga
kurang memadai, akibatnya guru hanya mampu untuk menjelaskan dengan cara
ceramah saja. Dalam hal ini, diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat
pembelajaran lebih menarik peserta didik.Suasana kelas perlu dirancang dan
ditata sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat,
agar peserta didik dapat mudah memahami materi pembelajaran.
Melihat realita tersebut sangat diperlukan cara atau solusi untuk mencapai
prestasi belajar PAI sesuai yang diharapkan yaitu 85 % pencapaian nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Cara tersebut berkaitan dengan metode yang
digunakan guru saat pembelajaran, agar menarik dan motivasi peserta didik
mengikuti pembelajaran. Dengan adanya motivasi belajar, maka peserta didik
akan lebih memahami materi pelajaran. Berkaitan penggunaan metode,
diharapkan peserta didik yang lebih aktif untuk memecahkan materi pelajaran,
dan guru hanya sebagai mediator dan fasilitator yang menyediakan berbagai
bahan penunjang pembelajaran peserta didik di kelas.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran PAI adalah melalui metode Jigsaw.Karena metode pembelajaran
tipe Jigsaw lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam
bekerja sama dan ketrampilan peserta didik dalam memecahkan masalah materi
pelajaran.
Masalah penelitian ini adalah Apakah penerapan metode jigsawdapat
meningkatkan prestasibelajar mata pelajaran PAI materi Sejarah Pertumbuhan
Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 3 Kota
Bima Tahun Pelajaran 2016/2017?” tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI materi Sejarah Pertumbuhan
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 120
Agustus 2018
Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah pada siswa kelas IX-B semester II SMP
Negeri 3 Kota Bima Tahun Pelajaran 2016/2017.
Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
memberikan manfaat diantaranya: (1) Bagi siswa, akan memperoleh pengalaman
pembelajaran yang lebih baik dan menarik sehingga memudahkan untuk
pemahamannya sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, (2)
Bagi guru, akan membantu permasalahan pendidikan yang dihadapi dan
mendapat tambahan wawasan serta ketrampilan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) Bagi sekolah, akan dapat memberikan
sumbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, dan (4) Bagi
peneliti, akan menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan.
.
METODE
A. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah siswa dikelas IX.B tahun pelajaran 2016/20107
semester genap dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa.Di dalam kelas, siswa
cenderung pasif dan tidak percaya diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pemilihan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran di kelas IX.B SMPN 03 Kota Bima khususnya pembelajaran PAI.
B. Pelaksanaan Penelitian
Dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada masing-masing
siklus, maka peneliti akan menyajikan definisi dari masing-masing siklus.
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin 8 Mei 2017 dengan materi
pokok menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada masa Bani
Abbasiyah.
Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Membuat RPP
b) Guru merancang kelompok kooperatif yaitu kelompok asal dan kelompok
ahli.
c) Guru menerangkan metode belajar tipe Jigsaw kepada peserta didik.
d) Menyusun lembar evaluasi
2) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mengucapkan salam
b) Menyuruh siswa berdo‟a, dan absensi
c) Appersepsi dan motivasi dengan Tanya jawab materi Sejarah pertumbuhan
lmu pengetahuan Masa Abasiyyah.
d) Menyetting kelas
e) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya proses pelaksanaan
metode Jigsaw.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 121
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 122
Agustus 2018
HASIL
A. Hasil Penelitian
1. Siklus 1
Pada siklus I peneliti mencoba menggunakan metode Jigsaw pada proses
pembelajaran PAI materi sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan masa Abbasiyah,
yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Mei 2017. Beberapa tahap
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
1) Membuat RPP
2) Guru merancang kelompok kooperatif yaitu
3) kelompok asal dan kelompok ahli.
4) Guru menerangkan metode belajar tipe Jigsaw.
5) Menyusun lembar evaluasi
b. Tindakan
Tindakan dengan menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario
diantaranya:
1) Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam
2) Menyuruh siswa berdo‟a, dan absensi
3) Apersepsi
4) Menyetting kelas
5) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya
6) proses pelaksanaan metode Jigsaw.
7) Guru menyiapkan materi diskusi yang dibagi menjadi 2 topik diskusi.
8) Guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, dengan menyuruh peserta didik
menghitung 1sampai 8. Karena masing-masing kelompok terdiri dari 5 peserta
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 123
Agustus 2018
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 124
Agustus 2018
Sesuai dengan refleksi pada siklus I, maka pada siklus II ini peneliti
memperbaiki pelaksanaan metode Jigsaw yang dilakukan pada Rabu , 10 Mei 2017
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Membuat RPP
2) Guru merancang kelompok kooperatif yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
3) Guru menerangkan metode belajar tipe Jigsaw.
4) Menyusun lembar evaluasi
b. Tindakan
Tindakan dengan menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario
diantaranya:
1) Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam
2) Menyuruh siswa berdo‟a, dan absensi
3) Apersepsi
4) Menyetting kelas
5) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya proses pelaksanaan metode
Jigsaw.
6) Guru menyiapkan materi diskusi yang dibagi menjadi 2 topik diskusi.
7) Guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, dengan menyuruh peserta didik
menghitung 1 sampai 8. Karena masing-masing kelompok terdiri dari 5 peserta
didik (kelompok asal). Pembagian kelompok berdasarkan pandai tidaknya
peserta didik.
8) Guru memberikan materi kepada setiap kelompok asal untuk membaca,
memahami, mendiskusikan, serta meringkas materi pembelajaran. Guru
berkeliling sambil mengecek pemahaman masing-masing kelompok ahli dengan
memberi pertanyaan.
9) Masing-masing kelompok asal mengirimkan 1 peserta didik ahli ke kelompok
asal lainnya untuk berdiskusi dan memberikan informasi tentang materi yang
telah diperoleh di kelompok asal.
10) Guru mengembalikan peserta didik sesuai dengan kelompok asalnya lalu
masing-masing peserta didik menyampaikan hasil yang diperoleh selama di
kelompok ahli kepada kelompok asalnya.
11) Guru melakukan klarifikasi terhadap materi pelajaran.
12) Guru memberikan kuis berupa soal pilihan ganda sebanyak 10 soal.
13) Peserta didik mengumpulkan soal.
14) Guru mengajak peserta didik berdo‟a bersama dan salam
Dari data hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada siklus II prestasi belajar
peserta didik ada 34 peserta didik atau 85 % yang tuntas, dan yang tidak tuntas ada 6
peserta didik atau 15 %. Hasil tersebut sudah mencapai indikator pencapaian nilai
yaitu > 85 % dengan KKM 70 sebanyak 85 % dari jumlah peserta didik.
c. Observasi
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 125
Agustus 2018
satu kelompoknya hingga ke kelompok lainnya yang dilaksanakan pada siswa kelas
8. A semester II SMPN 03 Kota Bima Tahun Pelajaran 2016/2017.
Penelitian pada siklus II = 85 % (KKM Kelas) dari 40 peserta didik yang
mencapai KKM sebanyak 34 peserta didik dan PTK ini dinyatakan berhasil.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan peneliti diatas serta simpulan, maka
peneliti akan mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Bagi kepala Sekolah
Hendaknya meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana agar proses
belajar mengajar berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien sehingga akan terjadi
peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran.
2. Bagi guru PAI
a. Guru hendaknya lebih banyak mencoba menggunakan metode-metode
pembelajaran yang baru sehingga siswa pada saat pembelajaran tidak merasa
bosan, jenuh bahkan malas mengikuti kegiatan pembelajaran dengan alasan
metode yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung selalu
sama dengan metode belajar yang digunakan pada hari-hari sebelumnya.
b. Sebaiknya guru banyak mencoba metode-metode pembelajaran yang baru
akan menambahkan keaktifan siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat
meningkat dari yang sebelumnya.
DAFTAR RUJUKAN
Anggota IKAPI. 2017. Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VIII, Surakarta:
Putra Nugra.
Arikuto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Baharuddin. 2014. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Dawam, Ainurrofiq. 2010. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dari
Masa Ke Masa. Semarang: Pustaka Dunia.
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia.
Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung : Sinar Baru
Algensindo Offset.
Ismail.2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:
Rasail Media Group.
Irham dan Wiyani Novan Ardy. 2013. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam
Proses Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima
ISSN: 2407-5873 Tahun 2 Nomor 6 Juni- 127
Agustus 2018
Ismail.2013. PTK PAI: Konsep dan Contoh Praktis Penelitian Tindakan Kelas
Pendidikan Agama Islam , Semarang: IAIN Walisongo.
Nazarudin, Mgs. 2007.Manajemen Pembelajaran. Jogjakarta : Sukses Offset.
Syukur, Fatah. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : Pustaka Rizki Putra.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan.Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media
Sarbaini. 2014. Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial Guru danPrestasi
Belajar Siswa. Banjarmasin : Pustaka Banua.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sopiatin Popi dan Sahrani Sohari.2011. Psikologi Belajar dalam Persepektif
Islam.Bogor :Ghalia Indonesia.
Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat:
PT. Ciputat Press.
Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: Ciputat Press.
Undang-undang Republik Indonesia Nomer.20 Tahun.2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Media Wacana Press
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jurnal Pendidikan dan Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Yahya Bima