Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Standar kompetensi mata pelajaran Pengolahan Citra Digital adalah
untuk memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kerja yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, mengolah, menalar,
dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Prinsip-prinsip belajar yang harus dikembangkan dan dikuasai guru
diharapkan diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran, serta menjadikan
aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu
sebagai seorang guru mesti dapat memberlakukan peserta didik sebagai
individu yang memiliki kebutuhan dan minat, memberi kesempatan
berapstisipasi secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas,
memfokuskan pembelajarannya, keterampilan, dan strategi untuk mendukung
proses pembelajaran, mengupayakan peserta didik berpengalaman langsung
dengan situasi dan kondisi, menyadari akan peran dan hakikat mata pelajaran
yang diampu, mampu memberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan
mereka serta mampu memotivitasi peserta didik untuk giat belajar.

1
Sebagai seorang guru yang profesional hendaknya dapat memilih dan
menerapkan metode yang efektif agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat
dipahami dengan baik serta dapat meningkatkan prestasi belajar. Jika perlu
variatif metode pembelajaran dapat diterapkan secara bersamaan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dari pembelajaran. Untuk itu guru harus
mempunyai kreatifitas dan inovasi baru dalam meningkatkan kemampuan dan
teknik mengajarnya. Kemampuan teknik mengajar akan sangat berguna untuk
membantu siswa mencapai tingkat ketuntasan belajar yang diharapkan.
Demikian harapan-harapan yang ada dalam dunia pendidikan yang
fokusnya adalah agar guru mampu meningkatkan proses belajar mengajarnya.
Pelaksanaan penilaian secara berkesinambungan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan dimaksudkan sebagai bahan masukan tentang
kegiatan pembelajaran anak dan sejauh mana materi pelajaran yang telah
disampaikan dapat dikuasai dengan baik.
Data awal yang diperoleh terhadap penguasaan mata pelajaran
pengolahan citra digital pada siswa kelas XII Multimedia 2 semeter 2 SMK
Negeri 2 Sukawati Gianyar tahun pelajaran 2016/2017 ternyata masih belum
mencapai standar minimal yang ditetapkan sesuai KKM mata pelajaran ini
yaitu 81. Daya serap siswa terhadap materi pelajaran ini hanya 37,50% atau 6
siswa tergolong berhasil mencapai ketuntasan belajar sesuai yang diharapkan
sementara 10 siswa atau 62,50% tergolong tidak tuntas karena prestasi
belajarnya masih berada di bawah KKM 81. Sementara itu nilai rata-rata kelas
yang diperoleh hanya 79,50.

2
Dengan adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, maka
langkah yang diambil untuk memperbaiki prestasi belajar siswa adalah dengan
tindakan perbaikan yang selanjutnya disusun dalam bentuk penelitian tindakan
kelas. Pada langkah awal guru mencari masalah-masalah yang mengganggu
dan menghambat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran ini sehingga dapat
meningkatkan penguasaan materi dan hasil belajar mereka. Setelah
permasalahan dipahami maka dilakukan tindakan dengan penggunaan metode
simulai dan debat aktif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII
Multimedia 2 semeter 2 SMK Negeri 2 Sukawati Gianyar tahun pelajaran
2016/2017. Dengan cara ini diharapkan peserta didik akan tertarik untuk
berinteraksi dalam pembelajaran sehingga akan meningkatkan kemampuan
dan keterampilannya untuk memperoleh prestasi yang maksimal.
Dokumen ilmiah yang pada akhirnya bisa ditampilkan adalah laporan
hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Simulasi
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pengolahan Citra Digital Siswa
Kelas XII Multimedia 2 Semester 2 SMK Negeri 2 Sukawati Gianyar Tahun
Pelajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah
Secara khusus permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
dapat dirumuskan: Apakah penerapan penerapan metode simulasi dapat
meningkatkan prestasi belajar pengolahan citra digital siswa kelas XII
Multimedia 2 semeter 2 SMK Negeri 2 Sukawati Gianyar tahun pelajaran
2016/2017?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengatasi berbagai
persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelas. Apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
disampaikan sebagai berikut.
1. Tujuan umum

3
Pembelajaran dengan metode simulasi adalah untuk dapat mengetahui
seberapa tinggi metode ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
setelah dibandingkan dengan metode pembelajaran yang telah digunakan
serta untuk dapat memberi kontribusi terhadap dunia pendidikan,
khususnya dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui seberapa tinggi terjadinya peningkatan prestasi belajar
pengolahan citra digital siswa kelas XII Multimedia 2 semeter 2 SMK
Negeri 2 Sukawati Gianyar tahun pelajaran 2016/2017 setelah penerapan
penerapan metode simulasi.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dapat memberikan manfaat sebagai
inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah, karena guru adalah ujung
tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru menjadi lebih mandiri yang
ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih
berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat memberikan manfaat
perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai akibat Guru semakin
banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman
praktis. Dengan secara kontinu melakukan PTK, Guru sebagai pekerja
profesional tidak akan cepat berpuas diri lalu diam di zone nyaman,
melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih hari esok lebih baik dari
hari sekarang.
Dorongan ini muncul dari rasa kepedulian untuk memecahkan
masalah-masalah praktis dalam kesehariannya. Manfaat lainnya, bahwa hasil
PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka melakukan
pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum tidak bersifat
netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling terkait
mengenai hakikatpendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati
oleh guru di lapangan. PTK dapat membantu guru untuk lebih memahami
hakikat pendidikan secara empirik.

4
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Simulasi
Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga
dibutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang efektif agar mengajar dapat
dilakukan dengan baik. Mengajar yang efektif membutuhkan alat agar apa
yang dilakukan bisa berhasil. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai
keberhasilan tujuan. Metode berisikan suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh guru untuk menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun
secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Tiap-tiap kelas bisa jadi
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Bahkan,
tidak hanya antarkelas, tetapi dalam satu kelas pun siswa membutuhkan
beberapa metode yang bervariasi untuk dapat menerima materi pelajaran
dengan baik. Untuk itu, seorang guru harus mampu menerapkan berbagai
metode pembelajaran jika mengharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara optimal. Metode yang peneliti terapkan untuk menyelesaikan masalah
akan diberikan penjelasan sesuai pendapat ahli sebagai berikut.
Penjelasan Sudjana (2010: 89) tentang metode Simulasi adalah berasal
dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata
simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian
simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk
menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-
pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai
suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang
sebenarnya.

6
Wina Sanjaya (2012: 159) menyampaikan bahwa simulasi berasal dari
kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai
metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip,
atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan
secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara
mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus
misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih
bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan
pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi
akan sangat bermanfaat.
Menurut penyampaian Muhammad Ali (2010: 82) bahwa simulasi
dapat diartikan sebagai suatu cara pengajaran dengan melakukan proses
tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada dasarnya semacam permainan
dalam pengajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Tujuannya untuk
memberikan pemahaman tentang sesuatu konsep atau prinsip; atau dapat juga
untuk melatih kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari realita
kehidupan.
Bentuk simulasi menurut pembagian Sudjana (2010: 90) adalah
sebagai berikut:
1. Peer teaching, yakni latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada
teman-teman calon guru.
2. Sosiodrama, yakni bermain peranan yang ditujukan untuk menentukan
alternatif pemecahan masalah sosial. Tujuan sosiodrama adalah agar siswa
dapat menghargai dan menghayati perasaan orang lain, memupuk rasa
tanggung jawab pada diri siswa.
3. Psikodrama, yakni bermain peranan yang ditujukan agar siswa
memperoleh (pemahaman,) yang lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan konsep sendiri dan dapat menyatakan reaksinya terhadap
tekanan yang menimpa dirinya. Dengan demikian psikodrama dilakukan
untuk maksud terapi; (masalah yang bersifat psikologis).

7
4. Simulasi game, yakni bermain peranan; para siswa berkompetisi untuk
mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan memenuhi peraturan
yang ditetapkan.
5. Role Playing, yakni bermain peranan yang ditujukan untuk mengkreasi
kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan masa depan,
mengekspose kejadian masa kini, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan simulasi sesuai yang disampaikan Sudjana
(2010: 90) adalah:
– Guru menentukan topik dan tujuan simulasi.
(akan lebih baik jika dipilih bersama siswa).
– Guru memberi gambaran garis besar situasi yang akan disimulasikan.
– Guru membentuk kelompok, peranan, ruangan, materi dan alat yang
diperlukan.
– Guru memilih pemain (pemegang) peranan.
– Guru memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain peranan tentang
hal-hal yang harus dilakukan.
– Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan simulasi.
– Guru memberi kesempatan kepada kelompok dan pemain peranan untuk
menyiapkan diri.
– Guru menetapkan waktu untuk melaksanakan simulasi.
– Siswa melaksanakan simulasi guru mengawasi, memberi saran untuk
kelancaran simulasi.
– Siswa secara berkelompok mendiskusikan hasil simulasi.
– Siswa membuat kesimpulan hasil simulasi.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi menurut pendapat Wina Sanjaya
(2012: 160)
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai
metode mengajar, diantaranya:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

8
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui
simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai
dengan topik yang disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan,
di antaranya:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai. Dapat juga disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong
seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian
materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara
efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.

B. Prestasi Belajar
Setiap akhir dari proses belajar mengajar, selalu ada hasil belajar yang
telah dicapai oleh siswa yang disebut dengan prestasi belajar. Melalui prestasi
belajar ini dapat diketahui taraf penguasaan anak terhadap materi yang
diberikan dalam proses belajar mengajar. Banyak definisi yang dikemukakan
para ahli tentang prestasi belajar, di antaranya sebagai berikut.

9
Marsun dan Martaniah (dikutif dari Tjundjing, 2001: 71) berpendapat
bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana
peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh
munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal
ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian
terhadap hasil belajar siswa.
Selanjutnya Surya (2004: 57) mengemukakan prestasi belajar adalah
seluruh kecakapan hasil yang dicapai (achivement) yang diperoleh melalui
proses belajar berdasarkan test belajar.
Pengertian prestasi belajar sesuai dengan Sukardi (dalam Qory, 2010:
26), menurutnya prestasi belajar sebagai taraf prestasi yang dicapai dari
bermacam-macam pelajaran yang telah diikuti.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami
proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar yang ditampilkan
dengan nilai atau angka dibuat guru berdasarkan pedoman penilaian pada
masing-masing siswa berbeda, berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi
yang telah ditetapkan.
Rogers dengan teori pendidikan humanistiknya, mengemukakan
prinsip-prinsip belajar yang diidentifikasikan sebagai sentral dari filsafat
pendidikannya (Djiwandono, 1989: 184-186) sebagai berikut.
1. Keinginan untuk belajar (the desire to learn)
Keingintahuan anak yang sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya
untuk belajar adalah asumsi dasar yang penting untuk pendidikan. Ini
dapat dilihat ketika siswa mengeksplorasi lingkungannya.
2. Belajar secara signifikan (significant learning)
Rogers menyatakan bahwa belajar secara signifikan terjadi ketika belajar
dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan siswa.
3. Belajar tanpa ancaman (learning without threat)

10
Belajar yang paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu
lingkungan yang bebas dari ancaman.siswa menguji kemampuan mereka,
mencoba pengalaman baru, bahkan membuat kesalahanpun tanpa
mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
4. Belajar atas inisiatif sendiri (self-initiated learning)
Belajar paling signifikan dan meresap ketika belajar atas inisiatif sendiri,
dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar sendiri.
5. Belajar dan berubah (learning and change)
Belajar paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Bukan
belajar satu set fakta dan ide, tetapi belajar dalam lingkungan yang terus
berubah secara konstan.

Tujuan mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan,


demikian juga dalam belajar, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh
Sardiman (2011) yang dikutif dari Muzakki (2012: 16-17) bahwa tujuan
belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu :
a) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara kemampuan
berpikir dan pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan
berpikir tidak dapat dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan
sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
b) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep memerlukan keterampilan, baik keterampilan jasmani
maupun keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan
yang dapat diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan
penampilan atau gerak dari seseorang yang sedang belajar termasuk
dalam hal ini adalah masalah teknik atau pengulangan. Sedangkan
keterampilan rohani lebih rumit, karena lebih abstrak, menyangkut
persoalan penghayatan, keterampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu konsep.
c) Pembentukan sikap

11
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas
dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan
dapat menumbuhkan kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan
segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto (1987)
yang dikutif dari Faturrahman dan Sutikno (2010: 10) meliputi:
1. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya
sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah,
kecakapannya berkembang, dan lain-lain.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan
proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan setiap hasil
belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar
jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar,
seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada
dirinya melalui belajar.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian
tertentu secara parsial.
Perubahan perilaku pada siswa, dalam konteks pengajaran jelas
merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal m, dapat
dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan
guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan
dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreaat.on
(penghargaan) dan knowledge (pengetahuan) (Faturrahman dan Sutikno, 2010:
10).
Selanjutnya Nana Sudjana (2005: 39-40) menyebutkan faktor-faktor
yang menentukan pencapaian hasil belajar antara lain:
a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

12
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya kemampuan yang
dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil
belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran, yaitu efektif tidaknya proses
belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

C. Kerangka Berpikir
Pemahaman materi yang disampaikan oleh guru pada siswa
merupakan bukti nyata tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Dan merupakan
salah satu syarat mengetahui keberhasilan dalam meningkatkan prestasi
belajar. Mata pelajaran Pengolahan Citra Digital pada kelas XII Multimedia 2
semester 2 SMK Negeri 2 Sukawati Gianyar tahun pelajaran 2016/2017,
belum mampu menguasai materi karena banyak kekurangan yang masih ada,
diantaranya: tidak suka dengan mata pelajaran, siswa merasa bosan dan masih
menyepelekan materi, malu untuk bertanya pada guru.
Untuk mencapai nilai rata-rata yang masih kurang dari ketentuan
ketuntasan minimal, maka guru pengguanaan metode simulasi dalam proses
pembelajaran agar materi pelajaran mudah dipahami. Metode simulsi ini
menekankan pada pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu. Sebelum
melakukan proses yang sebenarnya, dilakukan simulasi terlebih dahulu
sehingga dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi proses
yang sebenarnya. Metode simulasi memberikan kesempatan pada siswa untuk
memerankan topik yang disimulasikan sehingga hal ini dapat mengembangkan
kreativitas siswa.

13
Dengan demikian kerangka pikir peneliti dalam penelitian adalah
metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Semakin baik
dalam penggunaan metode diskusi maka semakin baik pula prestasi belajar
siswa, begitu juga sebaliknya.

D. Hipotesis Tindakan
Prestasi belajar siswa pada pelajaran pengolahan citra digital
cenderung meningkat dengan penerapan metode simulasi.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Sukawati.
Sekolah ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena peneliti bertugas sebagai
guru di sekolah ini. Disamping itu peneliti bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah ini.

B. Rancangan Penelitian
Dalam sebuah penelitian tindakan kelas perlu ada desain. Desain
tersebut akan memberi arah terhadap pelaksanaan penelitian ini. Desain
tersebut terlihat pada gambar berikut.

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan I Tindakan I

Permasalahan baru Pengamatan/


Refleksi
hasil refleksi Pengumpulan

Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II
14

Apabila Pengematan/
Refleksi II Pengumpulan Data
permasalahan
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya

Gambar 01. Alur Penelitian Tindakan Kelas (dalam Suharsimi Arikunto,


Suhardjono, Supardi, 2007: 74)

Langkah-langkah atau prosedur dari penelitian ini tidak bisa


dilepaskan dengan keilmuan para ahli yang memelopori Penelitian Tindakan
Kelas atau Classroom Action Research. Dalam pelaksanaannya di lapangan
mengikuti alur gambar yang dirujuk yaitu pada awalnya dimulai dengan
adanya suatu permasalahan. Setelah diketahui ada masalah, dibuat
perencanaan, kemudian dilaksanakan, diamati dan dilakukan refleksi. Setelah
refleksi akan terlihat permasalahan yang tersisa yang merupakan masalah
baru. Dengan adanya masalah baru maka dibuat perencanaan ulang,
dilaksanakan, diamati dan dilakukan refleksi. Bila permasalahan belum bisa
diatasi maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

C. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XII
Multimedia 2 yang terdiri dari 16 siswa dengan komposisi perempuan 9
orang dan laki-laki 7 orang.
Tabel 01. Nama-nama Siswa Kelas XII Multimedia 2 Semester 2 SMK
Negeri 2 Sukawati Gianyar Tahun Pelajaran 2016/2017
Nomor Subjek Penelitian Nama Siswa
1 Acintya Dewi Ni Kadek
2 Aditya Marsutha I Made
Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
3 Andre Putra Dewangkara
Tindakan I IB Tindakan I
4 Anita Rusmayanti Ni Kadek
5 Arya Hindu Wardiyana Gede

Permasalahan baru Pengamatan/


Refleksi
hasil refleksi Pengumpulan
15

Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II
Apabila
Refleksi II Pengematan/
permasalahan belum
Pengumpulan D
terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Nomor Subjek Penelitian Nama Siswa
6 Ayu Sintiawati
7 Citra Tri Paramitha Komang
8 Dedy P Mahardika I Wyn
9 Eka Aryana I Wayan
10 Manik Astuti Ni Luh
11 Minaliati Ni Komang
12 Nilasari Ni Kadek
13 Pande I Putu Rizky Meliana
14 Sri Adnyani Ni Putu
15 Suryana I Putu
16 Yogi Ari Subawa I Wayan

16
2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu hal yang akan diteliti untuk
mendapatkan data dengan tujuan tertentu dan kemudian dapat dijadikan
pedoman untuk menarik kesimpulan. Untuk itu yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar pengolahan citra digital
siswa setelah diterapkan metode simulasi.

D. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini sudah terjadwal
sedemikian rupa yaitu dari bulan Januari sampai bulan Maret 2017.
Tabel 02. Jadwal Penelitian
Januari Februari Maret
No Kegiatan 2017 2017 2017
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penyusunan proposal dan
1.
pelaksanaan kegiatan awal
2. Perencanaan tindakan I
3. Pelaksanaan tindakan I
4. Pengamatan/pengumpulan data I
5. Refleksi I
6. Perencanaan tindakan II
7. Pelaksanaan tindakan II
8. Pengamatan/pengumpulan data II
9. Refleksi II
10. Penulisan laporan/ penjilidan

17
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa seperti yang diharapkan
dalam penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan tes prestasi belajar.

F. Metode Analisis Data


Analisis data dalam PTK diwakili oleh momen refleksi putaran
penelitian tindakan. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki
wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya. Data
dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif, berupa
rata-rata dan presentase, serta pembandingan dengan indikator keberhasilan
penelitian, juga dilakukan penyajian data dengan menyusun tabel dan grafik.

G. Instrumen Penelitian
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang
atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat
perkembangannya. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
tes, yang terlampir pada rencana pelaksanaan pembelajaran.

H. Indikator Keberhasilan Penelitian


Penetapan tingkat keberhasilan penelitian sangat dibutuhkan agar
peneliti mengetahui apakah tidakan yang dilakukan akan dilanjutkan atau
dihentikan. Pada siklus I diusulkan mencapai nilai rata-rata 81 dengan
ketuntasan belajar minimal 80% dan pada siklus II mencapai rata-rata 81atau
lebih dengan ketuntasan belajar minimal 85%.

18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Rencana Tindakan I
Perencanaan yang peneliti adalah:
1) Peneliti melakukan analisi kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas.
3) Membuat instrumen yang digunakan pada siklus penelitian
tindakan kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada 3 Februari 2017, terdiri
dari satu kali tatap muka (2 jam pelajaran) dengan alokasi waktu 2 x 45
menit. Kegiatan ini dilaksanakan dengan langkah-langkah metode
simulasi, yaitu:
1) Guru mengucapkan salam kemudian mengajak siswa untuk berdoa.
Keseluruhan siswa mengucapkan salam dan berdoa dengan
khusuk.
2) Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Siswa
memperhatikan dengan seksama penjelasan guru, tampak seorang
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.
3) Membagi siswa menjadi 4 kelompok. Dengan cara menghitung
siswa dengan sendiri dari 1 sampai 4. Setiap siswa berhitung secara
bergantian sesuai urutan tempat duduk.
4) Guru meminta siswa mendiskusikan pengolahan citra digital
dengan menggunakan aplikasi citra vektor. Siswa berdiskusi
dengan kelompoknya.

19
5) Guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk memperagakan
pengolahan citra digital yang menggunakan aplikasi citra vektor.
Siswa menerapkan metode simulasi.
6) Guru meminta kelompok meminta kelompok memperhatikan
kelompok yang sedang maju. Siswa memperhatikan kelompok
yang sedang maju.
7) Guru menjelaskan makna dari materi sebagai bentuk penguatan
terhadap kekurangan dari apa yang disimpulkan oleh siswa. Siswa
memperhatikan dan menyimak penjelasan guru.
8) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siswa bersama
guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
9) Guru Memberikan tes akhir. Siswa mengerjakannya dengan
seksama.
10) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Siswa juga
mengucapkan salam.

c. Observasi Siklus I
Observasi dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Kegiatan
observasi dilakukan siswa dengan mengerjakan tes secara individu.
Setelah selesai hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan diserahkan
kepada guru.
Tabel 03. Prestasi Belajar Pengolahan Citra Digital Siswa Kelas XII
Multimedia 2 Semester 2 SMK Negeri 2 Sukawati
Gianyar Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus I
Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan
1. 82 Tuntas
2. 82 Tuntas
3. 81 Tuntas
4. 76 Belum Tuntas
5. 85 Tuntas
6. 79 Belum Tuntas
7. 81 Tuntas
8. 75 Belum Tuntas
9. 85 Tuntas
10. 77 Belum Tuntas
11. 82 Tuntas
12. 82 Tuntas

20
Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan
13. 77 Belum Tuntas
14. 82 Tuntas
15. 79 Belum Tuntas
16. 81 Tuntas
Jumlah Nilai 1286
Rata-rata (Mean) 80,375
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 81
Jumlah siswa yang diremidi 6
Jumlah diswa yang pengayaan 10
Prosentase Ketuntasan Belajar 62,50
%

21
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan, pada proses pembelajaran
masih ada 6 orang siswa yang kurang aktif mengikuti proses
pembelajaran, asyik bermain sendiri. Dan ketika tugas kelompok
masih ada siswa yang kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kelompoknya, mengobrol dengan teman yang lain saat diskusi. Pada
saat memperagakan materi di depan kelas masih ada siswa yang takut
dan malu memperagakannya. Pembelajaran lebih didominasi oleh
siswa yang aktif.
Ada beberapa hal yang peneliti analisis mengenai hasil
pengamatan, yaitu: 1) Dalam kegiatan inti guru kurang menguasai
kelas, Masih ada siswa yang berisik dan asyik bermain sendiri 2). Guru
kurang aktif memotivasi siswa ketika membuka pelajaran. 3) Belum
maksimal menjelaskan keterkaitan antara materi yang lalu. 4) Pada
langkah- langkah pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur. Namun
belum maksimal melibatkan siswa, sehingga masih ada siswa yang
kurang aktif.
Hasil obervasi yang telah dilaksanakan pada siklus I
menggambarkan adanya beberapa kendala dalam penerapan metode
permainan simulasi, adapun beberapa kendala tersebut sebagai berikut:
1) Siswa masih belum terbiasa menggunakan metode simulasi. 2)
Penampilan mereka dalam memperagakan sedikit kaku, hal ini
disebabkan karena pengalaman pertama mereka. 3) Pada saat
pembelajaran berlangsung, masih ada beberapa siswa yang bermain
sendiri. 4) Masih belum tercipta pembelajaran yang efektif edukatif,
karena siswa masih dihinggapi rasa takut dan malu dalam
memperagakannya secara total.
Jika melihat hasil observasi, metode simulasi belum cukup
efektif, karena dari 16 siswa yang diamati, memperoleh:
1) Rata-rata (mean)

22
Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam penelitian
kuantitatif adalah menghitung nilai rata-rata. Karena itu cara yang
ditempuh adalah dengan.
Jumlah nilai 1286
= =80,38
Jumlah siswa 16
2) Median (titik tengah)
Cara memperoleh hasil akhir dari suatu perhitungan perlu
disampaikan dalam sebuah analisis kuantitatif. Dalam hubungan
dengan hal tersebut, median dari data hasil penelitian ini dihitung
dengan cara mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai
terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya
adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data
yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median yang
diperoleh dari data siklus I dengan menggunakan cara tersebut
adalah 81.
3) Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul)
Dalam perhitungan analisis kuantitatif perlu menyampaikan nilai
yang merupakan modus dari data yang diperoleh. Setelah nilai-
nilai yang diperoleh dicek, ternyata nilai yang terbanyak dalam
data yang diperoleh adalah 82. Nilai ini adalah apa yang peneliti
sebut sebagai modus dari data yang diperoleh.
4) Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal
berikut dihitung terlebih dahulu.
a) Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N)
= 1 + 3,3 x Log 16
= 1 + 3,3 x 1,2
= 1 + 3,96 = 4,96 → 4
b) Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum
= 85 – 75 = 10
r 10
c) Panjang kelas interval (i) = = =2,5 → 3
K 4
d) Tabel 04. Data Kelas Interval Siklus I
No Interval Nilai Frekuensi Frekuensi

23
Urut Tengah Absolut Relatif
1 75 ─ 77 76,0 4 25,00
2 78 ─ 80 79,0 2 12,50
3 81 ─ 83 82,0 8 50,00
4 84 ─ 86 85,0 2 12,50
Total 16 100

24
e) Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
8
8
7
6

FREKUENSI ABSOLUT
5 4
4
3 2 2
2
1
0
74,5-77,5 77,5-80,5 80,5-83,5 83,5-86,5

NILAI

Gambar 02. Histogram Prestasi Belajar Pengolahan Citra


Digital Siswa Kelas XII Multimedia 2 Semester
2 SMK Negeri 2 Sukawati Gianyar Tahun
Pelajaran 2016/2017 Siklus I

2. Siklus II
Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dilaksanakan pada
tanggal 17 Febuari 2017. Langkah- langkah yang ditempuh pada siklus II
hampir sama dengan langkah-langkah pada siklus II. Adapun hasil
pelaksanaan siklus II secara terperinci sebagai berikut:

a. Rencana Tindakan II
Rencana tindakan siklus II, peneliti merencanakan akan
menerapkan metode permainan simulasi seperti pada siklus I.
a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan
menggunakan metode pembelajaran “Simulasi” yang mengacu
pada hasil observasi siklus I.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

25
c. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi
yang digunakan dalam mengukur prestasi belajar siswa yaitu soal
tes.

b. Pelaksanaan Tindakan II
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 17
Februari 2017. Pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Guru mengucapkan salam kemudian mengajak siswa untuk berdoa.
Keseluruhan siswa mengucapkan salam dan berdoa dengan
khusuk.
2) Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Siswa
memperhatikan dengan seksama penjelasan guru, tampak seorang
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.
3) Membagi siswa menjadi 4 kelompok yang heterogen. Masing-
masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
4) Guru meminta siswa untuk mendiskusikan materi pelajaran obyek
grafis. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya.
5) Guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk memperagakan
pengolahan obyek grafis. Siswa menerapkan metode simulasi.
6) Guru meminta kelompok lain memperhatikan kelompok yang
sedang maju. Siswa memperhatikan kelompok yang sedang maju.
7) Guru menjelaskan makna dari materi sebagai bentuk penguatan
terhadap kekurangan dari apa yang disimpulkan oleh siswa. Siswa
memperhatikan dan menyimak penjelasan guru.
8) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siswa bersama
guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
9) Guru Memberikan tes akhir. Siswa mengerjakannya dengan
seksama.
10) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Siswa juga
mengucapkan salam.

c. Observasi Siklus II

26
Observasi juga sama dilakukan seperti pertemuan sebelumnya,
menggunakan lembar evaluasi untuk dikerjakan siswa secara
individu. Setelah selesai hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan
diserahkan kepada guru.
Tabel 05. Prestasi Belajar Pengolahan Citra Digital Siswa Kelas XII
Multimedia 2 Semester 2 SMK Negeri 2 Sukawati
Gianyar Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus II
Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan
1. 86 Tuntas
2. 87 Tuntas
3. 85 Tuntas
4. 82 Tuntas
5. 94 Tuntas
6. 82 Tuntas
7. 84 Tuntas
8. 79 Belum Tuntas
9. 88 Tuntas
10. 80 Belum Tuntas
11. 90 Tuntas
12. 91 Tuntas
13. 83 Tuntas
14. 86 Tuntas
15. 83 Tuntas
16. 86 Tuntas
Jumlah Nilai 1366
Rata-rata (Mean) 85,38
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 81
Jumlah siswa yang diremidi 2
Jumlah diswa yang pengayaan 14
Prosentase Ketuntasan Belajar 87,50
%

27
d. Refleksi Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II mengalami perubahan,
seluruh siswa mulai memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh
guru. Mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Siswa
mulai aktif dan tidak malu dalam melakukan peragaan.
Dari analisis yang peneliti lakukan, mengenai hasil penelitian,
yaitu: Dalam kegiatan pembelajaran ini guru sudah menguasai kelas,
tidak ada lagi siswa yang berisik dan asyik bermain sendiri karena guru
sangat aktif memotivasi siswa ketika membuka pelajaran. Pada
langkah- langkah pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur, serta
sudah maksimal melibatkan siswa, sehingga semua siswa menjadi
aktif.
Hasil obervasi yang telah dilaksanakan pada siklus II
menggambarkan tidak adanya kendala dalam penerapan metode
permainan simulasi. Siswa sudah terbiasa menggunakan metode
simulasi, penampilan mereka dalam memperagakan sangat luwes, hal
ini disebabkan karena pengalaman pertama mereka. Pada saat
pembelajaran berlangsung, sudah tercipta pembelajaran yang efektif
edukatif, karena perasaan takut dan malu siswa dalam melakukan
peragaan sudah bisa dikendalikan.
Metode simulasi ini sangat efektif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hasil akhir menunjukkan keberhasilan pembelajaran
dengan nilai siswa mencapai KKM, hal ini sudah memenuhi indikator
keberhasilan siswa dan dapat dikatakan terjadi peningkatan dari siklus
I ke siklus II. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa hasil
siswa telah memenuhi indikator yang peneliti harapkan.

28
Pada siklus II ini diperoleh data kuantitatif, yaitu nilai prestasi
belajar siswa. Nilai prestasi belajar siswa diperoleh melalui tes tertulis,
instrument tes yang digunakan berupa lembar evaluasi. Data prestasi
belajar siswa pada siklus II seperti di bawah ini:

1) Rata-rata (mean)
Cara memperoleh sesuatu merupakan hal yang harus dijelaskan,
sehingga dalam anaisis ini dijelaskan cara memperoleh nilai rata-
rata yaitu dengan:
Jumlah nilai 1366
= =85,38
Jumlah siswa 16
2) Median (titik tengah)
Pencarian median dilakukan lewat perhitungan berikut, yaitu
dengan mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai
terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya
adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data
yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median yang
diperoleh dari data siklus I dengan menggunakan cara tersebut
adalah 85,5.
3) Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul)
Modus merupakan agka yang disyaratkan untuk dipakai patokan
untuk mengetahui diantara mana letak kebanyakan kemampuan
peserta didik. Angka tersebut adalah angka yang terbanyak muncul
dari data yang diperoleh. Angka tersebut adalah 86.
4) Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal
berikut dihitung terlebih dahulu.
a) Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N)
= 1 + 3,3 x Log 16
= 1 + 3,3 x 1,2
= 1 + 3,96 = 4,96 → 4
b) Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum

29
= 94 – 79 = 15
r 15
c) Panjang kelas interval (i) = = =3 ,8 → 4
K 4
d) Tabel 06. Data Kelas Interval Siklus II
No Nilai Frekuensi Frekuensi
Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
1 79 ─ 82 80,5 4 25,00
2 83 ─ 86 84,5 7 43,75
3 87 ─ 90 88,5 3 18,75
4 91 ─ 94 92,5 2 12,50
Total 16 100

30
e) Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
7
7

FREKUENSI ABSOLUT
4
4
3
3
2
2

0
78,5-82,5 82,5-86,5 86,5-90,5 90,5-94,5

NILAI

Gambar 03. Histogram Prestasi Belajar Pengolahan Citra


Digital Siswa Kelas XII Multimedia 2
Semester 2 SMK Negeri 2 Sukawati Gianyar
Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus II

B. Pembahasan
Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi di kelas XII
Multimedia 2, dimana terdapat beberapa siswa yang tuntas dalam
pembelajaran. Ada 10 siswa yang belum tuntas dari jumlah 16 siswa dan 6
siswa sudah tuntas dalam belajar pengolahan citra digital. 16 siswa inilah yang
menjadi subjek dalam penelitian ini.

31
Dari hasil observasi tersebut guru masih menggunakan pembelajaran
tradisional. Adapun metode yang dipakai adalah ceramah, dikte dan tanya
jawab, sehingga pembelajaran masih kurang efektif. Siswa tampak kurang
antusias dan kurang berminat dalam pembelajaran pengolahan citra digital.
Dapat diamati bahwa siswa kurang aktif pada pelajaran sehingga metode
ceramah dan tanya jawab kurang cocok untuk diterapkan. Indikator lain yang
menyatakan rendahnya keaktifan siswa terhadap pembelajaran adalah siswa
cenderung diam, suka mendengarkan dari pada mengungkapkan pendapat,
kurang merespon apa yang ditanyakan oleh guru, dan cenderung bermain
sendiri. Pada saat peneliti melakukan observasi, guru menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab yang dilaksanakan tanpa menggunakan media
pembelajaran sebagai alat bantu belajar. Guru menjelaskan pengertian makna
pengolahan citra digital yang berkaitan dengan materi tersebut. Pada saat
pembelajaran berlangsung siswa mendengarkan sedangkan guru menerangkan
dan berceramah di depan kelas sesekali mendikte sehingga siswa menulisnya
dalam buku pelajaran. Dalam kondisi demikian, siswa terlihat jenuh, bosan dan
kurang bergairah sehingga ada beberapa siswa yang mengalihkan perhatiannya
dengan bermain sendiri, menulis, berbicara dengan temannya pada saat guru
sedang menerangkan. Setelah guru selesai menerangkan, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apa yang belum
dimengerti dengan cara mengacungkan tangan. Pada sesi tersebut hanya satu
atau dua orang siswa yang bertanya, itupun dengan bobot pertanyaan yang
sangat mudah untuk dijawab. Untuk memberikan umpan balik, guru mencoba
melempar pertanyaan kepada siwa yang lain sebelum dijawab oleh guru,
namun siswa diam tidak memperhatikan, hanya ada satu atau dua orang yang
berusaha menjawab. Bahkan ditempat duduk yang lain, ada siswa yang sedang
sibuk dengan pekerjaan lainnya dan bermain sendiri dengan temannya,
sehingga kelas terkesan tidak hidup karena tidak ada interaksi edukatif antara
guru dan siswa. Pada akhir pembelajaran tidak dilaksanakan evaluasi dan
refleksi. Selanjutnya guru membagikan soal kepada siswa dan dikerjakan
selama kurang lebih 30 menit untuk mengetahui efektifitas dari pembelajaran
dengan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam mengerjakan soal siswa

32
kurang bersemangat, dan kurang bergairah. Kemudian pembelajaran ditutup
dengan salam. Hasil menunjukkan, bahwa siswa cenderung pasif kurang
berani untuk bertanya dan mengungkapkan ide, siswa lebih suka
mendengarkan guru memberikan informasi. Dari hasil siswa, dapat diketahui
bahwa hasil siswa masih dibawah standar ketuntasan minimum. Sehingga
konklusinya adalah metode ceramah, dikte dan tanya jawab masih kurang
cocok diterapkan pada pembelajaran. Karena metode ini masih bersifat statis,
pasif, tidak menarik bagi siswa, kurang dikaitkan dengan kebutuhan siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian kurang mendorong
siswa untuk aktif, menghambat kreatifitas dan kurang menyenangkan, sehingga
menjadikan siswa kurang berminat mengikuti pelajaran.
Berdasarkan data empiris dan menyikapi hasil yang telah dilaksanakan,
maka perlu adanya inovasi dalam menerapkan sebuah metode terhadap materi
yang diajarkan oleh guru.

33
Salah satu metode pembelajaran yang menjadi pilihan untuk mengatasi
permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa, yaitu metode simulasi. Maka,
pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, peneliti menerapkan metode simulasi.
Metode simulasi apabila dilihat dari langkah-langkahnya, merupakan metode
mengajar yang cara penyajiannya menggunakan situasi tiruan untuk memahami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Dalam pelaksanaannya,
peserta didik berdiskusi, berpresentasi, adu pendapat, berekreasi, serta
mengemukakan pendapat. Harapan yang muncul dibenak peneliti adalah
dengan pelaksanaan menggunakan metode simulasi akan tercapai hasil sesuai
harapan. Dalam pelaksanaan di kelas peneliti giat memberi motivasi, memberi
arahan-arahan, melakukan pembelajaran pendahuluan, melakukan
pembelajaran inti dan melakukan pembelajaran penutup. Dalam pembelajaran
inti upaya maksimal menggunakan variasi metode telah dilakukan dengan baik,
giat memperhatikan siswa yang tidak berpartisipasi baik, mengurangi
kebiasaan berceramah, memaksimalkan penggunaan media, giat
membangkitkan minat belajar, melatih lebih banyak dengan soal-soal. Dari
kegiatan tindakan tersebut akhirnya diporoleh nilai rata-rata sebesar 80,38.
Hasil ini ternyata belum mencapai keberhasilan yang diinginkan sesuai
tuntutan indikator keberhasilan penelitian. Beberapa kendala yang
menyebabkan hasil yang diperoleh belum maksimal, yaitu dalam kegiatan inti
guru kurang menguasai kelas, sehingga ada siswa yang berisik dan asyik
bermain sendiri. Guru kurang aktif memotivasi siswa ketika membuka
pelajaran, tidak maksimal menjelaskan keterkaitan antara materi yang lalu.
Langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur, namun belum
maksimal melibatkan siswa, sehingga masih ada siswa yang kurang aktif. Oleh
karenanya peneliti harus maksimal melaksanakan pembelajaran agar mencapai
hasil sesuai harapan.

34
Berdasarkan semua kelemahan-kelemahan siklus I, maka pada siklus II
ini diupayakan pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik dan lebih maksimal.
Peneliti membuat perencanaan yang lebih matang, mengupayakan semua
peralatan dapat membantu kelancaran proses pembelajaran. Dalam
pelaksanaannya peneliti giat memotivasi siswa, mengajak agar mereka aktif
belajar, melakukan apersepsi, memperjelas tujuan pembelajaran, menuntun
mereka agar mampu menguasai materi yang diajar secara lebih maksimal.
Metode ceramah diganti dengan cerama bervariasi, metode tanya jawab
dilakukan dngan tanya jawab multi arah, siswa diupayakan agar berpresentasi
lebih banyak setelah diberikan contoh yang benar. Dengan pelaksanaan
pembelajaran seperti itu dan dengan mengikuti kebenaran teori yang ada
akhirnya prestasi belajar mereka dapat ditingkatkan menjadi 85,38. Rata-rata
ini ternyata sudah melampaui tuntutan indikator keberhasilan penelitian karena
kegiatan pembelajaran pada siklus II mengalami perubahan, seluruh siswa
mulai memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Mengikuti
langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Siswa mulai aktif dan tidak malu
dalam melakukan peragaan. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru sudah
menguasai kelas, tidak ada lagi siswa yang berisik dan asyik bermain sendiri
karena guru sangat aktif memotivasi siswa ketika membuka pelajaran. Pada
langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur, serta sudah
maksimal melibatkan siswa, sehingga semua siswa menjadi aktif. Tidak adanya
kendala dalam penerapan metode permainan simulasi. Siswa sudah terbiasa
menggunakan metode simulasi. Penampilan mereka dalam memperagakan
sangat luwes, hal ini disebabkan karena pengalaman pertama mereka. Pada saat
pembelajaran berlangsung, sudah tercipta pembelajaran yang efektif edukatif,
karena perasaan takut dan malu siswa dalam melakukan peragaan sudah bisa
dikendalikan.

35
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui penerapan metode
simulasi prestasi belajar pengolahan citra digital siswa meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari prestasi belajar siswa pada kondisi awal nilai rata-ratanya
79,50 dengan 6 siswa yang memiliki nilai diatas atau sama dengan 81 atau
taraf ketuntasan hanya sampai pada 37,50%, pada siklus I nilai rata-ratanya
meningkat menjadi 80,38 dengan sebanyak 10 siswa yang memiliki nilai
diatas atau sama dengan 81 atau taraf ketuntasan sampai pada 62,50%, pada
siklus II sebanyak 14 siswa yang memiliki nilai diatas 81 atau taraf
ketuntasan sampai pada 85,70%. Ini berarti terdapat peningkatan prestasi
belajar siswa melalui metode simulasi.

B. Saran
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, peneliti
merekomendasikan beberapa hal:
1. Hasil dari penelitian ini agar dapat digunakan sebagai bahan masukan
yang berharga dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama pada
mata pelajaran pengolahan citra digital.
2. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
mengembangkan wawasan peneliti.
3. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumbangan pengetahuan atau
acuan untuk pendidikan yang sama dimasa yang akan datang.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2010. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 1989. Psikologi Pendidikan (Rev-2). Jakarta:


Grasindo.

Fathurrahman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: PT Refika Aditama.

Muzakki. 2012. Thesis. Hubungan Antara Penggunaan Media Pembelajaran Dan


Kreativitas Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Menggunakan
Peralatan Kantor Siswa Kelas X SMK N 1 Jogonalan Tahun Ajaran
2011/2012. Universitas Negeri Yogyakarta. eprints.uny.ac.id/8915/

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Qory, Aina. 2010. Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan


Penyesuaian Sosial pada Siswa Akselerasi Bina Insani. Skripsi UPI
Bandung. Tidak Diterbitkan.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-11.


Bandung: Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:


Pustaka Bani Quraisy.

Tjundjing, Sia. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi
pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol. 17. No.1.

37

Anda mungkin juga menyukai