Suhaimi1)
1)
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi,UIN Suska Riau,
Jl. HR Soebrantas Km 15 Simpangbaru, Tampan, Pekanbaru 28293
Email: suhaimi@uin-suska.ac.id
Abstrak
197
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
mewujudkan kemajuan yang spektakuler, menjadi problem yang penting untuk dilihat
hususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam masalah kesehatan mental. Beban yang
teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan ditimbulkan oleh gangguan jiwa yang dipikul
wajah ke manusiaan yang buram berupa oleh penderita membuat mereka tak mampu
kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan menikmati kehidupannya secara normal, sosial,
rohaniah. Modernitas telah menyeret manusia baik secara individu maupun sosial. Beban ini
pada kegersangan spiritual. Ekses ini m ditam bah oleh adanya stigma negatif
erupakan konsekuensi logis dari paradigma masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.
modernisme yang terlalu bersifat materi alistik Stigma yang paling umum terjadi,
dan m ekanistik, dan unsur nilai- nilai normatif ditimbulkan oleh panda ngan sebagian
yang telah terabaikan. masyarakat yang mengidentikkan gangguan
Modernitas dengan hasil kemajuannya MLZD GHQJDQ ³RUDQJ JLOD´ 2OHK NDUHQD JHMDOD-
diharapkan membawa kebahagiaan bagi gejala yang dianggap aneh dan berbeda dengan
manusia dan kehidupannya, akan tetapi suatu orang normal, masih banyak orang yang
kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa menanggapi penderita gangguan jiwa,
kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup (khususnya gangguan jiwa akut seperti psikosis
semakin sukar dan kesukaran-kesukaran dan skizofrenia) dengan perasaan takut, jijik,
material berganti dengan kesukaran mental dan menganggap mereka berbahaya. Tak jarang
(psychic). Beban jiwa semakin berat, mereka diperlakukan dengan cara yang semena-
kegelisahan, kete gangan dan ketertekanan mena, seperti, penghinaan, perlakuan kasar
menimbulkan problem-problem kejiwaan yang hingga dipasung dalam kamar gelap atau tidak
bervariasi. memperbolehkan melakukan interaksi sosial.
Studi Bank Dunia ( World Bank ) pada
tahun 1995 (Siswono,www.gizi.net.Akses, 18 B. Tinjauan Tentang Gangguan Jiwa
Januari 2015) di beberapa negara, menunjukan Konsep gangguan jiwa dari the
bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Dissability Adjusted Life Years (DALYs) Disorder (DSM)-IV (yang merupakan rujukan
VHEHVDU GDUL ³*OREDO %XUGHQ RI 'LVHDVH´ dari PPDGJ-III)16: Mental dis order is
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa, angka conceptua lized as clinically sig nificant
ini lebih tinggi daripada dampak yang behavioural or psychological syndrome or
disebabkan oleh penyakit tuberculosis (7,2%), pattern that occurs in an individual and that is
kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4) maupun associated with present distress (eg., a painful
malaria (2,6%). symptom) or disability (ie., impairmen t in one
Di Indonesia sendiri kondisi keseha tan m or more important areas of functioning) or with
ental sungguh memprihatinkan dan menjadi a significant incr eased risk of suffering death,
masalah yang sangat serius. Hal ini pain, disability, or an important loss of
ditunjukkan oleh data hasil Survei Kesehatan freedom.
Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan B adan Artinya, gangguan jiwa dikonseptualis
Penelitian dan Pengembangan Departemen asikan secara klinis sebagai sindrom psikologis
Kesehatan pada tahun 1995 yang antara lain atau pola behavioral yang terdapat pada
menunjukan bahwa gangguan mental remaja seorang individu dan diasosiasikan dengan
dan dewasa terdapat 140 per 1.000 anggota distress (misalnya simtom yang menyakitkan)
rumah tangga dan gangguan mental anak usia atau disabilitas (yakni, hendaya di dalam satu
sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumah atau lebih wilayah fungsi yang penting) atau
tangga. diasosiasikan dengan resiko m engalami
Selain meningkatnya jumlah penderita kematian, penderitaan, disabilitas, atau
gangguan jiwa, dampak yang ditimbulkanpun
198
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
kehilangan kebebasa n diri yang pentin g Proses mengenai timbulnya gangguan jiwa
sifatnya, yang meningkat secara signifikan. dipengaruhi oleh banyak faktor. Luh Ketut
Kesehatan Jiwa, Di rektorat Jenderal Suryani (http://www.balipost.co.id akses 19
Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan R I, Januari 2015) mengungkapkan bahwa
di mana nomor kode dan diagnosis gangguan gangguan jiwa dapat terjadi ka rena tiga faktor
jiwa merujuk pada ICD-10 yang diterbitkan yang bekerja sama yaitu:
oleh WHO pada tahun 1992, sementara
diagnosis multi-aksial merujuk pada DSM-IV. 1.Faktor Biologik
Isinya meliputi perkembangan PPDGJ, Untuk membuktikan bahwa gangguan
perbandingan dan penggolongan diagnosis, jiwa adalah suatu penyakit seperti kriteria
struktur klasifikasi PPDGJ-III, beberapa konsep penyakit dalam ilmu ke dokteran, para psikiater
dasar yang berkaitan dengan diagnosis mengadakan banyak penelitian dianta ranya
gangguan jiwa dan penggolongannya, kategori mengenai kelainan-kelainan neurotransmiter
diagnosis gangguan jiwa dengan mengacu pada (L.Suryantha Chandra,
pedoman diagnostiknya. Rusdi Maslim (ed), http://www.republika.co.id, akses 18 Januari
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (Rujukan 2015) biokimia, anatomi otak, dan faktor
dari PPDGJ-III), (Jakarta: Direktorat genetik yang ada hubungannya dengan
Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan gangguan jiwa. Gangguan mental sebagian
Medik, Departemen Kesehatan RI, 1993:7) besar dihubungkan dengan keadaan
untuk melaksanakan suatu aktivitas pada neurotransmiter diotak, seperti pendapat Brown
tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan et. al. (1983), yaitu fungsi sosial yang kompleks
hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan seperti agresi dan perilaku seksual sangat di
untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup pengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam
(mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, hipokampus.
buang air besar dan kecil). Gangguan kinerja ( Demikian juga dengan pendapat
performance) dalam peran sosial dan pekerjaan Mackay (1983), yang mengatakan noradrenalin
tidak digunakan sebagai kom ponen esensial yang ke hipotalamus bagian dorsal melayani
untuk didiagnosis gangguan jiwa, oleh karena sistem Hipotalamus ( hypothalamus) adalah
itu hal ini berkaitan dengan variasi sosial- bagian da ri otak de pan y ang terletak di
budaya yang sangat luas. bawah thalamus dan membentuk atap dari
Dari konsep tersebut di atas, dapat ventricle ke tiga tahap yang mencakup mallary
dirumuskan bahwa di dalam konsep gangguan bodies, infudibulus,
jiwa, didapatkan butir-butir: pituitary (h ypophysis) dan chiasm optic.
a. Adanya gejala klinis yang berm akna Dorsal: y ang berhubungan dengan bagian
berupa sindrom atau pola perilaku dan posterior atau bagian belakang dari tubuh atau
sindrom atau pola psikologik. organ. Lihat Philip L. Harrim an, Panduan
b. Gejala klinis tersebut menimbulkan Untuk Memahami Istilah Psikologi, alih bahasa
³SHQGHULWDDQ´ GLVWUHVV DQWDUD ODLQ M. W. Husodo, cet. I (Jakarta: Restu Agung,
dapat berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, 1995).monoamine di limbokortikal berfungsi
tidak tenteram , disfungsi organ tubuh, sebagai pemacu proses belajar, proses
dll. memusatkan perhatian pada rangsangan yang
c. Gejal klinis tersebut menimbulkan datangnya relevan dan reaksi terhadap stres.
³GLVDELOLWDV´ GLVDELOLW\ GDODP DNWLYLWDV Pembuktian lainnya yang menyatakan
kehidupan sehari-hari yang biasa dan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu
diperlukan untuk perawatan diri dan penyakit adalah di dalam studi keluarga. Pada
kelangsungan hidup. penelitian ini didapatkan bahwa keluarga
penderita gangguan efektif, lebih banyak
199
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
200
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
2015) adalah jenis gangguan jiwa yang melalui doa-doa, sembahyang dan penebusan
menunjukkan abnormalitas atau penyimpangan dosa.
(deviasi) pada pola perilakunya. Stigma yang Teori demonologi ini merupakan
lebih memberatkan adalah gangguan jiwa yang landasan yang digunakan untuk menjelaskan
mempengaruhi penampilan (performance) fisik sebab terjadinya abnormalitas pada pola
seseorang daripada gangguan jiwa yang tidak perilaku manusia yang dikaitkan dengan
berpengaruh pada penampilan fisik seseorang. pengaruh supranatural atau hal-hal gaib atau
Dari beberapa pendapat para ahli yang dikenal dengan model demonologi (
kesehatan mental, faktor utama yang menjadi demonological model).
sebab terjadinya stigma gangguan jiwa antara Model demonologi ini dalam (Usman
lain adalah sebagai berikut: Pelly, 1992: 7) klasifikasi mengenai etiologi
1. Adanya miskonsepsi mengenai gangguan penyakit ( etiology of illness ) yang didasarkan
jiwa karenanya kurangnya pemahaman kepada kepercayaan yang ada hampir selalu ada
mengenai gangguan jiwa, sehingga dalam semua sistem kesehatan masyarakat,
muncul anggapan bahwa gangguan jiwa dikenal dengan etiologi personalistik, yakni
LGHQWLN GHQJDQ ¶JLOD¶ keadaan sakit dipandang sebagai sebab adanya
(http://www.kompas.com, akses 18 campur tangan agen (perantara) seperti mahluk
Januari 2015). halus, jin, setan, atau roh-roh tertentu. Etiologi
2. Adanya prediklesi secara psikologis personalistik ini digunakan untuk membedakan
sebagian masyarakat untuk percaya pada kepercayaan mengenai penyakit yang
hal-hal gaib, sehingga ada asumsi bahwa ditimbulkan oleh adanya gangguan sistem
gangguan jiwa disebabkan oleh hal-hal dalam tubuh manusia yang disebabkan oleh
yang bersifat supranatural, seperti kesalahan mengkonsumsi makanan, pengaruh
mahluk halus, setan, roh jahat, atau lingkungan, kebiasaan hidup, atau yang dikenal
akibat terkena pengaruh sihir. dengan etiologi naturalistik (Foster dan
Akibat predileksi tersebut, gangguan Anderson, 1978).
jiwa dianggap bukanlah urusan medis. Untuk b. Teori Labelling
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan Teori abelling ini pada prinsipnya
terjadinya stigmatisasi terhadap gangguan jiwa, menyatakan dua hal. Pertama, orang
menjabarkan dua teori untuk menelusuri lebih berperilaku normal atau tidak normal,
dalam mengenai latar belakang timbulnya menyimpang atau tidak menyimpang,
stigma tersebut. tergantung pada bagaimana orang lain
a. Teori Demonologi (orangtua, keluarga, masyarakat) menilainya.
Teori demonologi menyebutkan bahwa Penilaian itu ditentukan oleh kategorisasi yang
gangguan jiwa disebabkan oleh unsur-unsur sudah m elekat pada pem ikiran orang lain
gaib seperti setan, roh jahat, atau sebagai hasil tersebut. Segala sesuatu yang dianggap tidak
perbuatan dukun jahat. Menurut Kartini K termasuk ke dalam kategori-kategori yang
artono (2003:235), di dalam teori demonologi sudah di anggap baku oleh masyarakat
ada dua tipe gangguan jiwa. Pertama, tipe (dinamakan: residual) otom atis akan dianggap
gangguan jiwa yang jahat, yakni gangguan jiwa menyimpang. Karena itulah orang bisa
yang dianggap berbahaya, bisa merugikan dan dianggap sakit jiwa hanya karena berbaju atau
membunuh orang lain. Kedua, tipe gangguan EHUWLQGDN ³DQHK´ SDGD VXDWX WHPSDW Dtau masa
jiwa yang baik. Di dalam tipe ini gejala tertentu . Kedua, penilaian itu berubah dari
epilepsi (ayan) dianggap sebagai ¶SHQ\DNLW VXFL¶ waktu ke waktu, sehingga orang yang hari ini
dan karena anggapan ini pula beberapa di antara dinyatakan sakit bisa dinyatakan sehat (dengan
bekas penderita ayan ini diperkenankan gejala yang sama) beberapa tahun kemudian,
memberikan pengobatan kepada pasien-pasien atau sebaliknya.
201
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
Para ahli teori sosial-budaya juga dengan Tuhan (ver tikal), dan sesama manusia
bependapat bahwa apabila labelling ( sebutan) (horisontal) dan lingkungan alam.
³SHQ\DNLW PHQWDO´ GLJXQDNDQ PDND VXOLW VHNDOL Islam sebagai agama yang ajaran-
menghilangkannya. Labelling juga ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia
mmpengaruhi pada bagaimana orang lain melalui Nabi Muhamad Saw sangat sarat nilai
memberikan respon ke pada orang itu. Dengan dan bukan hanya mengenai satu segi, namun
VHEXWDQ ³VDNLW PHQWDO´ PDND RUDQJ ODLQ mengenai berbagai segi dari kehidupan
memberikan stigmatisasi dan degradasi sosial manusia, sebagaimana yang terkandung di
kepada orang itu. Peluang-peluang kerja dalam al-4XU¶DQ 4XUDLVK 6KLKDE PHQ\HEXWNDQ
tertutup bagi mereka, persahabatan mungkin bahwa Islam mempunyai aturan-aturan atau
putus, dan orang yang disebut sakit mental itu syariat yang melindungi agama, jiwa,
makin lama makin diasingkan oleh keturunan, akal, jasmani dan harta benda. Tiga
masyarakat.(Yusinus Semiun, OFM, 2006: dari keenam hal tersebut yakni jiwa, jasmani
270) dan akal sangat berkaitan erat dengan
Menurut ahli sosial-budaya yang kesehatan, oleh karena itu ajaran Islam sangat
radikal seperti Thomas Szasz, memperlakukan sarat dengan tuntutan bagaimana memelihara
RUDQJ VHEDJDL ³RUDQJ \DQJ PHQGHULWD VDNLW kesehatan.
PHQWDO´ VDPD VDMD PHQHODQMDQJL PDUWDEDW Dalam paradigma al-4XU¶DQ WHUGDSDW EDQ\DN
mereka karena menolak mereka untuk lebih sekali ayat-ayat yang membicarakan tentang
bertanggung jawab dalam menangani hidup kesehatan, baik itu dari segi fisik, kejiwaan,
dan memecahkan masalah-masalah mereka sosial dan kerohanian. Ayat-ayat ini terdiri dari
sendiri. dua bagian, yakni:
1. Konsep-konsep yang merujuk kepada
D. Tinjauan Tentang Kesehatan Mental pengertian normatif yang khusus, doktirn-
Islam doktrin etik. Dalam bagian pertama ini, kita
Secara konseptual, kesehatan m ental mengenal banyak sekali konsep mengenai
sebagai gam baran kondisi normal-sehat kesehatan, baik yang bersifat abstrak maupun
memiliki definisi yang beragam. hal yang kongkrit. Konsep yang abstrak di
dikarenakan, setiap ahli memiliki orientasi yang antaranya adalah konsep kondisi jiwa
berbeda- beda dalam merumuskan kesehatan (psikologis), perasaan (em osi), akal dan lain
mental. Namun menurut Zakiah Daradjat, di sebagainya. Sementara konsep yang konkrit
balik keberagaman tersebut, ada empat rumusan mengenai pola kepribadian manusia
kesehatan jiwa yang lazim dianut oleh para ahli, (personality), seperti pola kepribadian yang
yakni rumusan kesehatan mental yang beriman, pola kepribadian munafik, dan pola
berorientasi pada simtomatis, penyesuaian diri, kepribadian kafir.
pengembangan potensi, dan agama/kerohanian. 2. Ayat-ayat yang berisi tentang sejarah dan
Di dalam pandangan Islam, kesehatan mental amsal-amsal (perumpamaan). Seperti kisah di
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan dalam mengenai kesabaran Nabi Ayyub dalam
perkembangan fisik ( biologic), intelektual m enghadapi ujian yang di timpakan oleh Allah
(rasio/cognitive), emosional (affective) dan berupa penyakit. Kisah ini tertuang dalam QS.
spiritual (agama) yang optimal dari seseorang al-$QEL\\D¶ D\DW -84 berikut ini:
dan perkembangan itu berjalan selaras dengan $UWLQ\D ´'DQ LQJDWODK NLVDK $\XE NHWLND LD
keadaan orang lain. Makna kesehatan mental PHQ\HUX 7XKDQQ\D ´ <D 7XKDQNX
mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan
dan memperhatikan semua segi-segi dalam Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di
kehidupan manusia dalam hubungannya antara semua penyayang. Maka kamipun
memperkenankan seruannya itu, lalu kami
202
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat
kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami yang bersangkutan.
lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu 2. Dalam konsep kesehatan mental Islam,
rahmat dari sisi kami dan untuk menjadi pandangan mengenai gangguan jiwa
peringatan bagi semua yang menyembah tidak jauh berbeda dengan pandangan
$OODK ´ para ahli kesehatan mental pada
Menurut Muhammad Mahmud, ada umumnya. Namun, yang ditekankan di
sembilan ciri atau karakteristik mental yang dalam konsep kesehatan mental Islam di
sehat, yakni: sini adalah mengenai stigma gangguan
1. Kemapanan (al-sakinah), ketenangan jiwa yang timbul oleh asumsi ba hwa
(ath-WKXPD¶QLQDK GDQ ULOHNV DU-rahah) gangguan jiwa disebabkan oleh pengaruh
batin dalam menjalankan kewajiban, kekuatan supranatural dan hal-hal gaib.
baik terhadap dirinya, masyarakat Mengenai hal ini, faktor-faktor yang
maupun Tuhan. berasal dari luar tubuh manusia seperti
2. Memadai (al-kifayah) dalam pengaruh supranatural dan hal-hal gaib
beraktivitas). adalah faktor eksternal yang bisa
3. Menerima keadaannya dirinya dan menyebabkan gangguan jiwa, namun
keadaan orang lain. apabila kondisi seseorang secara
4. Adanya kemampuan untuk menjaga psikologis dan spiritual stabil dan
diri. seimbang, maka ia akan terhindar dari
5. Kemampuan untuk memikul tanggung pengaruh tersebut. Jadi, pengaruh
jawab, baik tanggung jawab keluarga, supranatural dan hal-hal gaib bukan
sosial, maupun agama. faktor utama yang menyebabkan
6. Memiliki kemampuan untuk berkorban seseorang mengalami gangguan jiwa.
dan menebus kesalahan yang
diperbuat. Daftar Pustaka
7. Kemampuan individu untuk Al-4XU¶DQ GDQ 7HUMHPDKDQQ\D -DNDUWD
membentuk hubungan sosial yang baik Departemen Agama Republik Indonesia,
yang dilandasi sikap saling percaya dan 1989
saling mengisi. Anshori, Fuad, Potensi-potensi Manusia (Seri
8. Memiliki keinginan yang realistik, Psikologi Islam) , cet. II, Yogyakarta:
sehingga dapat diraih secara baik. Pustaka Pelajar, 2005
9. Adanya rasa kepuasan, kegembiraan ( Arif, Yahya, Athiyyatul Qudsy fiy Tarjamatil
al-farh atau al -surur) dan kebahagiaan Arbainnawawy, Kudus: t.p, 1992
( al-VD¶DGDK GDQ PHQ\LNDSL DWDX Atkinson, Rita L. dkk., Pengantar Psikologi
menerima nikmat yang diperoleh. Jilid I Edisi VIII , alih bahasa
Nurdjannah Taufik dan Rukmini Barhana,
E. Penutup Jakarta: Erlangga, 2005
Pandangan Kesehatan mental Islam Baharudin, Paradigma Psikologi Islami; Studi
mengenai stigma gangguan jiwa serta dampak tentang Elemen Psikologi dalam
yang ditimbulkan olehnya, yaitu: al-4XU¶DQ FHW , <RJ\DNDUWD 3XVWDND 3HODMDU
1. Gangguan jiwa secara umum ditimbulkan 2004
oleh keterbatasan pemahaman Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi
masyarakat mengenai etiologi gangguan Psikologi dengan Islam: Menuju
jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka
dan budaya yang masih kuat berakar, Pelajar, 1995
sehingga gangguan jiwa sering kali
203
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
204
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205
205