Anda di halaman 1dari 9

Jurnal RISALAH, Vol. 26, No.

4, Desember 2015: 197-205

GANGGUAN JIWA DALAM PERSPEKTIF


KESEHATAN MENTAL ISLAM

Suhaimi1)
1)
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi,UIN Suska Riau,
Jl. HR Soebrantas Km 15 Simpangbaru, Tampan, Pekanbaru 28293
Email: suhaimi@uin-suska.ac.id

Abstrak

Modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam


bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah
kemanusiaan yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan
rohaniah. Modernitas telah menyeret manusia pada kegersangan spiritual. Ekses ini
merupakan konsekuensi logis dari paradigma modernisme yang terlalu bersifat
materialistik dan mekanistik, dan unsur nilai-nilai normatif yang telah terabaikan.
Hingga melahirkan problem-problem kejiwaan yang variatif. Ironisnya, masalah
kejiwaan yang dihadapi individu sering mendapat reaksi negatif dari orang-orang
yang berada di sekitarnya. Secara singkat lahirnya keterbatasan pemahaman
masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi dan
budaya yang masih kuat berakar, sehingga gangguan jiwa sering kali dikaitkan oleh
kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karenanya, masih ada sebagian
masyarakat yang tidak mau terbuka dengan penjelasan-penjelasan yang lebih ilmiah
(rasional dan obyektif) dan memilih untuk mengenyampingkan perawatan medis dan
psikiatris terhadap gangguan jiwa. Dalam konsep kesehatan mental Islam, pandangan
mengenai stigma gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli
kesehatan mental pada umumnya. Namun, yang ditekankan di dalam konsep kesehatan
mental Islam di sini adalah mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi
bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh pengaruh kekuatan supranatural dan hal-hal gaib.

Keywords: Modernisme, Gangguan jiwa, Kesehatan mental Islam

A. Pendahuluan mengucilkan dan menghukum mereka yang


Menurut Longhorn (1984) (dalam sebenarnya memerlukan pertolongan.
supratiknya, 2006: 15), stigma terhadap Stigma gangguan jiwa yang di maksud
gangguan jiwa adalah istilah yang sebenarnya dalam tulisan ini adalah sebuah fenomena sosial
sukar didefinisikan secara khusus karena istilah tentang sikap masyarakat terhadap individu
meliputi aspek yang luas, tetapi disepakati yang mengalami gangguan jiwa serta
mengandung konotasi kemanusiaan yang menunjukkan abnormalitas pada pola
kurang. Istilah ini berarti suatu sikap jiwa yang perilakunya, serta dipandang memiliki identitas
muncul dalam masyarakat, yang mengucilkan sosial yang menyimpang, sehingga membuat
anggota masyarakat yang memiliki kelainan masyarakat tidak dapat menerima sepenuhnya.
jiwa. Stigma dapat pula diartikan sebagai Akibatnya, sikap masyarakat menjadi
keyakinan atau kepercayaan yang salah yang cenderung mendeskreditkan dan diskriminatif.
lebih sering merupakan kabar angin yang Kehidupan modern dewasa ini telah
dihembuskan berdasarkan reaksi emosi untuk tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di
satu sisi modernisme telah berhasil

197
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

mewujudkan kemajuan yang spektakuler, menjadi problem yang penting untuk dilihat
hususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam masalah kesehatan mental. Beban yang
teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan ditimbulkan oleh gangguan jiwa yang dipikul
wajah ke manusiaan yang buram berupa oleh penderita membuat mereka tak mampu
kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan menikmati kehidupannya secara normal, sosial,
rohaniah. Modernitas telah menyeret manusia baik secara individu maupun sosial. Beban ini
pada kegersangan spiritual. Ekses ini m ditam bah oleh adanya stigma negatif
erupakan konsekuensi logis dari paradigma masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.
modernisme yang terlalu bersifat materi alistik Stigma yang paling umum terjadi,
dan m ekanistik, dan unsur nilai- nilai normatif ditimbulkan oleh panda ngan sebagian
yang telah terabaikan. masyarakat yang mengidentikkan gangguan
Modernitas dengan hasil kemajuannya MLZD GHQJDQ ³RUDQJ JLOD´ 2OHK NDUHQD JHMDOD-
diharapkan membawa kebahagiaan bagi gejala yang dianggap aneh dan berbeda dengan
manusia dan kehidupannya, akan tetapi suatu orang normal, masih banyak orang yang
kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa menanggapi penderita gangguan jiwa,
kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup (khususnya gangguan jiwa akut seperti psikosis
semakin sukar dan kesukaran-kesukaran dan skizofrenia) dengan perasaan takut, jijik,
material berganti dengan kesukaran mental dan menganggap mereka berbahaya. Tak jarang
(psychic). Beban jiwa semakin berat, mereka diperlakukan dengan cara yang semena-
kegelisahan, kete gangan dan ketertekanan mena, seperti, penghinaan, perlakuan kasar
menimbulkan problem-problem kejiwaan yang hingga dipasung dalam kamar gelap atau tidak
bervariasi. memperbolehkan melakukan interaksi sosial.
Studi Bank Dunia ( World Bank ) pada
tahun 1995 (Siswono,www.gizi.net.Akses, 18 B. Tinjauan Tentang Gangguan Jiwa
Januari 2015) di beberapa negara, menunjukan Konsep gangguan jiwa dari the
bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Dissability Adjusted Life Years (DALYs) Disorder (DSM)-IV (yang merupakan rujukan
VHEHVDU GDUL ³*OREDO %XUGHQ RI 'LVHDVH´ dari PPDGJ-III)16: Mental dis order is
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa, angka conceptua lized as clinically sig nificant
ini lebih tinggi daripada dampak yang behavioural or psychological syndrome or
disebabkan oleh penyakit tuberculosis (7,2%), pattern that occurs in an individual and that is
kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4) maupun associated with present distress (eg., a painful
malaria (2,6%). symptom) or disability (ie., impairmen t in one
Di Indonesia sendiri kondisi keseha tan m or more important areas of functioning) or with
ental sungguh memprihatinkan dan menjadi a significant incr eased risk of suffering death,
masalah yang sangat serius. Hal ini pain, disability, or an important loss of
ditunjukkan oleh data hasil Survei Kesehatan freedom.
Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan B adan Artinya, gangguan jiwa dikonseptualis
Penelitian dan Pengembangan Departemen asikan secara klinis sebagai sindrom psikologis
Kesehatan pada tahun 1995 yang antara lain atau pola behavioral yang terdapat pada
menunjukan bahwa gangguan mental remaja seorang individu dan diasosiasikan dengan
dan dewasa terdapat 140 per 1.000 anggota distress (misalnya simtom yang menyakitkan)
rumah tangga dan gangguan mental anak usia atau disabilitas (yakni, hendaya di dalam satu
sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumah atau lebih wilayah fungsi yang penting) atau
tangga. diasosiasikan dengan resiko m engalami
Selain meningkatnya jumlah penderita kematian, penderitaan, disabilitas, atau
gangguan jiwa, dampak yang ditimbulkanpun

198
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

kehilangan kebebasa n diri yang pentin g Proses mengenai timbulnya gangguan jiwa
sifatnya, yang meningkat secara signifikan. dipengaruhi oleh banyak faktor. Luh Ketut
Kesehatan Jiwa, Di rektorat Jenderal Suryani (http://www.balipost.co.id akses 19
Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan R I, Januari 2015) mengungkapkan bahwa
di mana nomor kode dan diagnosis gangguan gangguan jiwa dapat terjadi ka rena tiga faktor
jiwa merujuk pada ICD-10 yang diterbitkan yang bekerja sama yaitu:
oleh WHO pada tahun 1992, sementara
diagnosis multi-aksial merujuk pada DSM-IV. 1.Faktor Biologik
Isinya meliputi perkembangan PPDGJ, Untuk membuktikan bahwa gangguan
perbandingan dan penggolongan diagnosis, jiwa adalah suatu penyakit seperti kriteria
struktur klasifikasi PPDGJ-III, beberapa konsep penyakit dalam ilmu ke dokteran, para psikiater
dasar yang berkaitan dengan diagnosis mengadakan banyak penelitian dianta ranya
gangguan jiwa dan penggolongannya, kategori mengenai kelainan-kelainan neurotransmiter
diagnosis gangguan jiwa dengan mengacu pada (L.Suryantha Chandra,
pedoman diagnostiknya. Rusdi Maslim (ed), http://www.republika.co.id, akses 18 Januari
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (Rujukan 2015) biokimia, anatomi otak, dan faktor
dari PPDGJ-III), (Jakarta: Direktorat genetik yang ada hubungannya dengan
Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan gangguan jiwa. Gangguan mental sebagian
Medik, Departemen Kesehatan RI, 1993:7) besar dihubungkan dengan keadaan
untuk melaksanakan suatu aktivitas pada neurotransmiter diotak, seperti pendapat Brown
tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan et. al. (1983), yaitu fungsi sosial yang kompleks
hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan seperti agresi dan perilaku seksual sangat di
untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup pengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam
(mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, hipokampus.
buang air besar dan kecil). Gangguan kinerja ( Demikian juga dengan pendapat
performance) dalam peran sosial dan pekerjaan Mackay (1983), yang mengatakan noradrenalin
tidak digunakan sebagai kom ponen esensial yang ke hipotalamus bagian dorsal melayani
untuk didiagnosis gangguan jiwa, oleh karena sistem Hipotalamus ( hypothalamus) adalah
itu hal ini berkaitan dengan variasi sosial- bagian da ri otak de pan y ang terletak di
budaya yang sangat luas. bawah thalamus dan membentuk atap dari
Dari konsep tersebut di atas, dapat ventricle ke tiga tahap yang mencakup mallary
dirumuskan bahwa di dalam konsep gangguan bodies, infudibulus,
jiwa, didapatkan butir-butir: pituitary (h ypophysis) dan chiasm optic.
a. Adanya gejala klinis yang berm akna Dorsal: y ang berhubungan dengan bagian
berupa sindrom atau pola perilaku dan posterior atau bagian belakang dari tubuh atau
sindrom atau pola psikologik. organ. Lihat Philip L. Harrim an, Panduan
b. Gejala klinis tersebut menimbulkan Untuk Memahami Istilah Psikologi, alih bahasa
³SHQGHULWDDQ´ GLVWUHVV DQWDUD ODLQ M. W. Husodo, cet. I (Jakarta: Restu Agung,
dapat berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, 1995).monoamine di limbokortikal berfungsi
tidak tenteram , disfungsi organ tubuh, sebagai pemacu proses belajar, proses
dll. memusatkan perhatian pada rangsangan yang
c. Gejal klinis tersebut menimbulkan datangnya relevan dan reaksi terhadap stres.
³GLVDELOLWDV´ GLVDELOLW\ GDODP DNWLYLWDV Pembuktian lainnya yang menyatakan
kehidupan sehari-hari yang biasa dan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu
diperlukan untuk perawatan diri dan penyakit adalah di dalam studi keluarga. Pada
kelangsungan hidup. penelitian ini didapatkan bahwa keluarga
penderita gangguan efektif, lebih banyak

199
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

menderita gangguan afektif daripada pengalaman yang lampau yaitu pengalaman


skizofrenia (Kendell dan Brockington, 1980), masa bayi sampai dewasa.
skizofrenia erat hubungannya dengan faktor
genetik (Kendler, 1983). Tetapi psikosis 3. Faktor Sosio-budaya
paranoid tidak ada hubungannya dengan faktor Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai
genetik (Kender, 1981). Walaupun beberapa negara mempunyai perbedaan terutama
peneliti tidak dapat membuktikan hubungan mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu
darah mendukung etiologi genetik, akan tetapi psikosis dalam suatu sosio-budaya tertentu
hal ini merupakan langkah pertama yang perlu berbeda dengan budaya lainnya. Menurut Zubin
dalam membangun kemungkinan keterangan (1969), Adanya perbedaan satu budaya dengan
genetik. budaya yang lainnya, merupakan salah satu
Bila salah satu orangtua mengalami faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe
skizofrenia kemungkinan 15 persen anaknya gangguan jiwa.
mengalami skizofrenia. Sementara bila kedua Begitu pula Maretzki dan Nelson
orangtua menderita maka 35-68 persen (1969), mengatakan bahwa inkulturasi dapat
anaknya menderita skizofrenia, kemungkinan menyebabkan pola kepribadian berubah dan
skizofrenia meningkat apabila orangtua, anak terlihat pada psikopatologinya. Pendapat ini
dan saudara kandung menderita skizofrenia didukung pernyataan Favazza (1980) yang
(Benyamin, 1976). Pendapat ini didukung oleh menyatakan perubahan budaya yang cepat
pendapat Slater (1966) yang menyatakan angka seperti identifikasi, kompetisi, inkulturasi dan
prevalensi skizofrenia lebih tinggi pada anggota penyesuaian dapat menimbulkan gangguan
keluarga yang individunya sakit di bandingkan jiwa.
dengan angka prevalensi penduduk umumnya. Selain itu, status sosial ekonomi juga
2. Faktor Psikologik berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa
Hubungan antara peristiwa hidup yang Goodm an (1983) yang meneliti status
mengancam dan gangguan mental sangat kom ekonomi menyatakan bahwa penderita yang
pleks tergantung dari situasi, individu dan dengan status ekonomi rendah erat
konstitu si orang itu. Hal ini sangat tergantung hubungannya dengan prevalensi gangguan
pada bantuan teman, dan tetangga selama afektif dan alkoholisma.
periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial
dan tingkat sosial yang dicapai sangat bermakna C. Stigma Gangguan Jiwa
dalam pengalaman hidup seseorang. Stigma berasal dari kecenderungan
Kepribadian merupakan bentuk ke manusia untuk menilai (judge) orang lain.
tahanan relatif dari situasi interpersonal yang Berdasarkan penilaian itu, kategorisasi atau
berulang-ulang yang khas untuk kehidupan stereotip dilakukan tidak berdasarkan keadaan
manusia. Perilaku yang sekarang bukan yang sebenar nya atau berdasarkan fakta, tetapi
merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu pada apa yang kita (masyarakat) anggap sebagai
kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan ¶WLGDN SDQWDV¶ ¶OXDU ELDVD¶ ¶PHPDOXNDQ¶ GDQ
dan pengambilan kembali. ¶WDN GDSDW GLWHULPD¶ 6WLJPDWLVDVL WHUMDGL SDGD
Setiap penderita yang mengalami semua aspek kehidupan manusia. Seseorang
gangguan jiwa fungsional memperlihatkan dapat dikenai stigma oleh karena segala sesuatu
kegagalan yang mencolok dalam satu atau yang berhubungan dengan penyakit, cacat sejak
beberapa fase perkembangan akibat tidak lahir, gangguan jiwa, pekerjaan dan status
kuatnya hubungan personal dengan keluarga, ekonomi, hingga preferensi seksual.
lingkungan sekolah atau dengan masyarakat Gangguan jiwa yang lebih m emiliki
sekitarnya. Gejala yang diperlihatkan oleh kem ungkinan untuk dikenai stigma
seseorang merupakan perwujudan dari (http://www.wikipedia.org/ akses 7 Januari

200
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

2015) adalah jenis gangguan jiwa yang melalui doa-doa, sembahyang dan penebusan
menunjukkan abnormalitas atau penyimpangan dosa.
(deviasi) pada pola perilakunya. Stigma yang Teori demonologi ini merupakan
lebih memberatkan adalah gangguan jiwa yang landasan yang digunakan untuk menjelaskan
mempengaruhi penampilan (performance) fisik sebab terjadinya abnormalitas pada pola
seseorang daripada gangguan jiwa yang tidak perilaku manusia yang dikaitkan dengan
berpengaruh pada penampilan fisik seseorang. pengaruh supranatural atau hal-hal gaib atau
Dari beberapa pendapat para ahli yang dikenal dengan model demonologi (
kesehatan mental, faktor utama yang menjadi demonological model).
sebab terjadinya stigma gangguan jiwa antara Model demonologi ini dalam (Usman
lain adalah sebagai berikut: Pelly, 1992: 7) klasifikasi mengenai etiologi
1. Adanya miskonsepsi mengenai gangguan penyakit ( etiology of illness ) yang didasarkan
jiwa karenanya kurangnya pemahaman kepada kepercayaan yang ada hampir selalu ada
mengenai gangguan jiwa, sehingga dalam semua sistem kesehatan masyarakat,
muncul anggapan bahwa gangguan jiwa dikenal dengan etiologi personalistik, yakni
LGHQWLN GHQJDQ ¶JLOD¶ keadaan sakit dipandang sebagai sebab adanya
(http://www.kompas.com, akses 18 campur tangan agen (perantara) seperti mahluk
Januari 2015). halus, jin, setan, atau roh-roh tertentu. Etiologi
2. Adanya prediklesi secara psikologis personalistik ini digunakan untuk membedakan
sebagian masyarakat untuk percaya pada kepercayaan mengenai penyakit yang
hal-hal gaib, sehingga ada asumsi bahwa ditimbulkan oleh adanya gangguan sistem
gangguan jiwa disebabkan oleh hal-hal dalam tubuh manusia yang disebabkan oleh
yang bersifat supranatural, seperti kesalahan mengkonsumsi makanan, pengaruh
mahluk halus, setan, roh jahat, atau lingkungan, kebiasaan hidup, atau yang dikenal
akibat terkena pengaruh sihir. dengan etiologi naturalistik (Foster dan
Akibat predileksi tersebut, gangguan Anderson, 1978).
jiwa dianggap bukanlah urusan medis. Untuk b. Teori Labelling
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan Teori abelling ini pada prinsipnya
terjadinya stigmatisasi terhadap gangguan jiwa, menyatakan dua hal. Pertama, orang
menjabarkan dua teori untuk menelusuri lebih berperilaku normal atau tidak normal,
dalam mengenai latar belakang timbulnya menyimpang atau tidak menyimpang,
stigma tersebut. tergantung pada bagaimana orang lain
a. Teori Demonologi (orangtua, keluarga, masyarakat) menilainya.
Teori demonologi menyebutkan bahwa Penilaian itu ditentukan oleh kategorisasi yang
gangguan jiwa disebabkan oleh unsur-unsur sudah m elekat pada pem ikiran orang lain
gaib seperti setan, roh jahat, atau sebagai hasil tersebut. Segala sesuatu yang dianggap tidak
perbuatan dukun jahat. Menurut Kartini K termasuk ke dalam kategori-kategori yang
artono (2003:235), di dalam teori demonologi sudah di anggap baku oleh masyarakat
ada dua tipe gangguan jiwa. Pertama, tipe (dinamakan: residual) otom atis akan dianggap
gangguan jiwa yang jahat, yakni gangguan jiwa menyimpang. Karena itulah orang bisa
yang dianggap berbahaya, bisa merugikan dan dianggap sakit jiwa hanya karena berbaju atau
membunuh orang lain. Kedua, tipe gangguan EHUWLQGDN ³DQHK´ SDGD VXDWX WHPSDW Dtau masa
jiwa yang baik. Di dalam tipe ini gejala tertentu . Kedua, penilaian itu berubah dari
epilepsi (ayan) dianggap sebagai ¶SHQ\DNLW VXFL¶ waktu ke waktu, sehingga orang yang hari ini
dan karena anggapan ini pula beberapa di antara dinyatakan sakit bisa dinyatakan sehat (dengan
bekas penderita ayan ini diperkenankan gejala yang sama) beberapa tahun kemudian,
memberikan pengobatan kepada pasien-pasien atau sebaliknya.

201
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

Para ahli teori sosial-budaya juga dengan Tuhan (ver tikal), dan sesama manusia
bependapat bahwa apabila labelling ( sebutan) (horisontal) dan lingkungan alam.
³SHQ\DNLW PHQWDO´ GLJXQDNDQ PDND VXOLW VHNDOL Islam sebagai agama yang ajaran-
menghilangkannya. Labelling juga ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia
mmpengaruhi pada bagaimana orang lain melalui Nabi Muhamad Saw sangat sarat nilai
memberikan respon ke pada orang itu. Dengan dan bukan hanya mengenai satu segi, namun
VHEXWDQ ³VDNLW PHQWDO´ PDND RUDQJ ODLQ mengenai berbagai segi dari kehidupan
memberikan stigmatisasi dan degradasi sosial manusia, sebagaimana yang terkandung di
kepada orang itu. Peluang-peluang kerja dalam al-4XU¶DQ 4XUDLVK 6KLKDE PHQ\HEXWNDQ
tertutup bagi mereka, persahabatan mungkin bahwa Islam mempunyai aturan-aturan atau
putus, dan orang yang disebut sakit mental itu syariat yang melindungi agama, jiwa,
makin lama makin diasingkan oleh keturunan, akal, jasmani dan harta benda. Tiga
masyarakat.(Yusinus Semiun, OFM, 2006: dari keenam hal tersebut yakni jiwa, jasmani
270) dan akal sangat berkaitan erat dengan
Menurut ahli sosial-budaya yang kesehatan, oleh karena itu ajaran Islam sangat
radikal seperti Thomas Szasz, memperlakukan sarat dengan tuntutan bagaimana memelihara
RUDQJ VHEDJDL ³RUDQJ \DQJ PHQGHULWD VDNLW kesehatan.
PHQWDO´ VDPD VDMD PHQHODQMDQJL PDUWDEDW Dalam paradigma al-4XU¶DQ WHUGDSDW EDQ\DN
mereka karena menolak mereka untuk lebih sekali ayat-ayat yang membicarakan tentang
bertanggung jawab dalam menangani hidup kesehatan, baik itu dari segi fisik, kejiwaan,
dan memecahkan masalah-masalah mereka sosial dan kerohanian. Ayat-ayat ini terdiri dari
sendiri. dua bagian, yakni:
1. Konsep-konsep yang merujuk kepada
D. Tinjauan Tentang Kesehatan Mental pengertian normatif yang khusus, doktirn-
Islam doktrin etik. Dalam bagian pertama ini, kita
Secara konseptual, kesehatan m ental mengenal banyak sekali konsep mengenai
sebagai gam baran kondisi normal-sehat kesehatan, baik yang bersifat abstrak maupun
memiliki definisi yang beragam. hal yang kongkrit. Konsep yang abstrak di
dikarenakan, setiap ahli memiliki orientasi yang antaranya adalah konsep kondisi jiwa
berbeda- beda dalam merumuskan kesehatan (psikologis), perasaan (em osi), akal dan lain
mental. Namun menurut Zakiah Daradjat, di sebagainya. Sementara konsep yang konkrit
balik keberagaman tersebut, ada empat rumusan mengenai pola kepribadian manusia
kesehatan jiwa yang lazim dianut oleh para ahli, (personality), seperti pola kepribadian yang
yakni rumusan kesehatan mental yang beriman, pola kepribadian munafik, dan pola
berorientasi pada simtomatis, penyesuaian diri, kepribadian kafir.
pengembangan potensi, dan agama/kerohanian. 2. Ayat-ayat yang berisi tentang sejarah dan
Di dalam pandangan Islam, kesehatan mental amsal-amsal (perumpamaan). Seperti kisah di
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan dalam mengenai kesabaran Nabi Ayyub dalam
perkembangan fisik ( biologic), intelektual m enghadapi ujian yang di timpakan oleh Allah
(rasio/cognitive), emosional (affective) dan berupa penyakit. Kisah ini tertuang dalam QS.
spiritual (agama) yang optimal dari seseorang al-$QEL\\D¶ D\DW -84 berikut ini:
dan perkembangan itu berjalan selaras dengan $UWLQ\D ´'DQ LQJDWODK NLVDK $\XE NHWLND LD
keadaan orang lain. Makna kesehatan mental PHQ\HUX 7XKDQQ\D ´ <D 7XKDQNX
mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan
dan memperhatikan semua segi-segi dalam Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di
kehidupan manusia dalam hubungannya antara semua penyayang. Maka kamipun
memperkenankan seruannya itu, lalu kami

202
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat
kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami yang bersangkutan.
lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu 2. Dalam konsep kesehatan mental Islam,
rahmat dari sisi kami dan untuk menjadi pandangan mengenai gangguan jiwa
peringatan bagi semua yang menyembah tidak jauh berbeda dengan pandangan
$OODK ´ para ahli kesehatan mental pada
Menurut Muhammad Mahmud, ada umumnya. Namun, yang ditekankan di
sembilan ciri atau karakteristik mental yang dalam konsep kesehatan mental Islam di
sehat, yakni: sini adalah mengenai stigma gangguan
1. Kemapanan (al-sakinah), ketenangan jiwa yang timbul oleh asumsi ba hwa
(ath-WKXPD¶QLQDK GDQ ULOHNV DU-rahah) gangguan jiwa disebabkan oleh pengaruh
batin dalam menjalankan kewajiban, kekuatan supranatural dan hal-hal gaib.
baik terhadap dirinya, masyarakat Mengenai hal ini, faktor-faktor yang
maupun Tuhan. berasal dari luar tubuh manusia seperti
2. Memadai (al-kifayah) dalam pengaruh supranatural dan hal-hal gaib
beraktivitas). adalah faktor eksternal yang bisa
3. Menerima keadaannya dirinya dan menyebabkan gangguan jiwa, namun
keadaan orang lain. apabila kondisi seseorang secara
4. Adanya kemampuan untuk menjaga psikologis dan spiritual stabil dan
diri. seimbang, maka ia akan terhindar dari
5. Kemampuan untuk memikul tanggung pengaruh tersebut. Jadi, pengaruh
jawab, baik tanggung jawab keluarga, supranatural dan hal-hal gaib bukan
sosial, maupun agama. faktor utama yang menyebabkan
6. Memiliki kemampuan untuk berkorban seseorang mengalami gangguan jiwa.
dan menebus kesalahan yang
diperbuat. Daftar Pustaka
7. Kemampuan individu untuk Al-4XU¶DQ GDQ 7HUMHPDKDQQ\D -DNDUWD
membentuk hubungan sosial yang baik Departemen Agama Republik Indonesia,
yang dilandasi sikap saling percaya dan 1989
saling mengisi. Anshori, Fuad, Potensi-potensi Manusia (Seri
8. Memiliki keinginan yang realistik, Psikologi Islam) , cet. II, Yogyakarta:
sehingga dapat diraih secara baik. Pustaka Pelajar, 2005
9. Adanya rasa kepuasan, kegembiraan ( Arif, Yahya, Athiyyatul Qudsy fiy Tarjamatil
al-farh atau al -surur) dan kebahagiaan Arbainnawawy, Kudus: t.p, 1992
( al-VD¶DGDK GDQ PHQ\LNDSL DWDX Atkinson, Rita L. dkk., Pengantar Psikologi
menerima nikmat yang diperoleh. Jilid I Edisi VIII , alih bahasa
Nurdjannah Taufik dan Rukmini Barhana,
E. Penutup Jakarta: Erlangga, 2005
Pandangan Kesehatan mental Islam Baharudin, Paradigma Psikologi Islami; Studi
mengenai stigma gangguan jiwa serta dampak tentang Elemen Psikologi dalam
yang ditimbulkan olehnya, yaitu: al-4XU¶DQ FHW , <RJ\DNDUWD 3XVWDND 3HODMDU
1. Gangguan jiwa secara umum ditimbulkan 2004
oleh keterbatasan pemahaman Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi
masyarakat mengenai etiologi gangguan Psikologi dengan Islam: Menuju
jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka
dan budaya yang masih kuat berakar, Pelajar, 1995
sehingga gangguan jiwa sering kali

203
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

Content Analysis, http://www.en.wikipedia. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,


org/wiki/Contentanalysis, akses 2 januari Departemen Kesehatan RI, 1993
2015 Matsumoto, David, Pengantar Psikologi Lintas
Demon, Budaya , alih bahasa Anindito Aditomo,
http:www//en.wikipedia.org/wiki/Demon cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
, akses 9 januari 2015 Maulana, Achmad, Kamus Ilmiah Populer,
Gunawan (Mahasiswa Program Pendidika n Yogyakarta: Absolut, 2004
Profesi FK UGM/RSUP Dr. Sardjito, Mental Hygiene, http://www.mayoclinic.com /
Yogyakarta), Stigma Gangguan Jiwa, health / mental-health / MH00076- 41K-,
http://www.tempo.co.id / medika / arsip akses 15 Januari 2015
/ 032002 / sek-2.html, akses 18 Januari Psikologi, http://id.wikipedia.org /wiki /
2015 Psikologi, akses 15 Januari 2015
Harriman, Philip L., Panduan Untuk Saleh, Rahmayulis, 20% Penduduk Indonesia
Memahami Istilah Psikologi , alih bahasa Menderita Gangguan Jiwa ,
M. W. Husodo, cet. I, Jakarta: Restu http://www.bisnis.com, akses 18 januari
Agung, 1995 2015
Hartini dan G. Kartasapoetra, Kamus Sosiologi Sanipar, T. dkk, Dukun, Mantra dan
dan Kependudukan, cet. I, Jakarta: Bumi Kepercayaan Masyarakat, Jakarta:
Aksara, 1992 Penerbit Yayasan Ilmu-ilmu Sosial,
Hawari, Dadang, Dimensi Religi dalam Prakte 1992
k Psikiatri dan Psikologi , cet. II, Jakarta: Sarjono, dkk., Panduan Penulisan Skripsi ,
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama
Universitas Indonesia, 2005 Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kartono, Kartini dan Jenny Andari, Hygiene Kalijaga, 2004
Mental dan Kesehatan Mental dalam Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengaruh Opini
Islam, cet. VI, Bandung: Mandar Maju, Publik te rhadap Teori, Diagnosis dan
1989 Terapi Gangguan Jiwa , (disampaikan
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Integrasi dalam Acara Konferensi Nasional
untuk Aksi , cet. VI, Jakarta: Mizan, Skizofrenia), http://webma
1994 ster@psikologiums.net, akses 18 Januari
Labelling, 2015
http:www//en.wikipedia.org/wiki/labellin Saunders, William P., Kerasukan Setan dan
g, akses 5 Januari 2015 Eksorsisme,
Link Bruce, G. dan Jo. C. Phelan, http://www.catholicherald.com, akses 25
Conceptualizing Stigma, Annual Review januari 2015
of Sociology 27: 363-385, 14, Decembe Semiun, Yustinus, OFM., Kesmen I:
r 2004 (EBSCOhost Academic Search Pandangan Umum Mengenai
Premier) Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
Maleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif serta Teori-teori yang Terkait , cet. V,
, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991 Yogyakarta: Kanisius, 2006
Masih Ada Perlakuan Salah terhadap Penderita Shihab, M. Quraish, Membumikan al-4XU¶DQ
Gangguan Jiwa, cet. I, Jakarta: Mizan, 1992
http://www.kompas.com, akses 18 Siswanto, Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan
Januari 2015 dan Perkembangannya , cet. I,
Maslim, Rusdi (ed), Buku Saku Diagnosis Yogyakarta: ANDI, 2007
Gangguan Jiwa (Rujukan dari PPDGJ- Siswono, Sangat Besar Beban akibat Gangguan
III), Jakarta: Direktorat Kesehatan Ji wa, Jiwa , http://www.gizi.net./cgi-

204
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 197-205

bin/berita /fullnews,cgi, akses, 18 Januari


2015
Suryani, Luh Ketut, Faktor-faktor Penye bab
Timbulnya Gangguan Jiwa,
http://www.balipost.co.id / BaliPostcetak
/ 2005 /8 /3 / K4. html, akses 19 januari
2015
Syahawi, asy-, Majdi Muhammad, Pengobatan
Rabbani : Mengusir Gangguan
Jin, Setan dan Sihir , alih bahasa Ija Suntana
dan E. Kusdian, Jakarta:
Pustaka Hidayah, 2001

205

Anda mungkin juga menyukai