Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RUANGAN

IGD RUMAH SAKIT WIRASAKTI KUPANG

OLEH KELOMPOK 1:

1. Adel S.Y Hauteas


2. Asriani Lado He
3. Aliana Wolio
4. Charles R. Kee
5. Chornalsin K. Buraen
6. Fanni
7. Herlina Barek Kelen
8. Jita M. Benu

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data WHO (2014) Penyakit demam berdarah dengue pertama kali

dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya

menyebar keberbagai negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang

mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada

lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur,

Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD.

Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2

juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013

dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus

merupakan DBD berat. kasus Dengue Haemorrhagic (DBD) adalah sebanyak

334.567 ribu kasus DBD, dan sampai pertengahan bulan desember tercatat

penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641

diantaranya meninggal dunia. Perkembangan kasus DBD di tingkat global

semakin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

yakni dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612

kasus di hampir 60 negara tahun 2000-2009 (WHO, 2014). DBD (Dengue

Haemorrhagic Fever) pada masyarakat awam sering disebut demam berdarah.

Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama

sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan

seperti: bintik merah pada kuliy, mimisan, bahkan pada keadaan yang parah

sertai muntah atau buang air besar berdarah.

Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah endemis DBD dan

mengalami epidemik sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan

banyaknya genangan air bersih yang menjadi sarang nyamuk, mobilitas

penduduk yang tinggi dan cepatnya trasportasi antar daerah, menyebabkan sering

terjadinya demam berdarah dengue. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara

yang endemik demam berdarah dengue karena jumlah penderitanya yang terus

menerus bertambah dan penyebarannya semakin luas (Sungkar dkk, 2010).

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DBD)

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue famili Flaviviridae,

dengan genusnya adalah flavivirus. Virus mempunyai serotipe yang dikenal

dengan DEN-1,DEN-2, DEN-3, DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai

tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipevirus Dengue.

Morbitas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.

Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.

Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali di temukan pada tahun 1968 di

Surabaya dan sekarang menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya

penyakit DBD di tenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi

akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal

ini kemungkinan adanya faktor goegrafik, selain faktor genetik hospesnya. Selain

itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD
secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah

kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti seminar ini, diharapkan mahasiswa dapat memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit DBD (Dengue

Hemorrhagic Fever).

2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa dapat menjelaskan definisi penyakit DBD

b) Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DBD

c) Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DBD

d) Mahasiswa dapat menjelasjan manifestasi klinis DBD

e) Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi penyakit DBD

f) Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi penyakit DBD

g) Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DBD

h) Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DBD

i) Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit DBD

j) Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

DBD
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik

akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan

Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa

demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata,

otot dan persendian, hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).

DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7

hari disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan

laboratorium menunjukkan trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000)

dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai normal1.

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010).

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

hemoragic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue

dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai

leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragic.

Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi

(peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom


renjatan dengue (dengue syok syndrome) adalah demam berdarah yang

ditandai oleh renjatan/syok (Sudowo et al, 2009).

B. Etiologi dan Transmisi

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk

dalam genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam

ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus

yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan

demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotip ditemukan di

Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip terbanyak.

C. Manifestasi klinis

1. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau

lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

1) Nyeri kepala

2) Nyeri retro-orbital

3) Mialgia/atralgial

4) Ruam kulit

5) Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)

6) Leukopenia

7) Pemeriksaan serologi dengue positif.


2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan WHO diagnosis DBD ditegakan bila semua hal di bawah ini

dipenuhi:

1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasif

2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:

 Uji torniquet positif positif

 Petekie, ekimosis, atau purpura

 Perdarahan mukosa (epistaksis,perdarahan gusi), saluran cerna, tempat

bekas suntikan.

 Hematemesis atau melena

3) Trombositopenia <100.00/ul

4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

 Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur dan

jenis kelamin

 Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang

adekuat

5) Tanda kebocoran plasma seperti: hipoptroteineni, asites, efusi pleura

3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DBD diatas disertai tanda kegagalan sirkulasi yaitu :

1) Penurunan kesadaran, gelisah

2) Nadi cepat, lemah

3) Hipotensi

4) Tekanan darah tinggi <20 mmHg


5) Perfusi perifer menurun

6) Kulit dingin-lembab

Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti)8:

4. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

5. Hidup di dalam dan di sekitar rumah

6. Menggigit/menghisap darah pada siang hari

7. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

8. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah

bukan di got/comberan

9. Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan

lain-lain.

Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka

virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh

nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan

menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada

dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka

alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu

diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya

tidak membeku2. Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan

kepada orang lain.


D. Patofisiologi

Masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan

ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul

gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera

bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag

menjadi APC (Antigen Presenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag

ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit

lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan

melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang

akan melepas antibodi.

Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi

hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.5 Proses diatas menyebabkan

terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik

seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya. Dapat terjadi

manifetasi perdarahan karena terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan

trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan.5 Imunopatogenesis

DBD dan DSS masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang

digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan DSS yaitu

teori virulensi dan hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection

theory).

Teori virulensi dapat dihipotesiskan sebagai berikut : Virus dengue seperti

juga virus binatang yang lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan

sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada
tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus

dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan

virulensi, dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Renjatan yang

dapat menyebabkan kematian terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling

virulen.

E. PATWAY

Arbovirus (melalui Beredar Infeksi virus


dalam darah dengue
nyamuk aedes aegypti)

Hipotalamic Membentuk Mengaktifkan


hipertermi prostaglandin dan system
di melepaskan komplemen
hipotalamus zat c3a dan c5a

Peningkatan
Peningkatan
permeabilitas
reabsobsi
membrane

Kerusakan
Agresi endotel Resiko syok
trombosit pembuluh hipovolemik
darah
trombositopenia Merangsang dan Ranjatan
mengaktivasi factor hipovolemik dan
pembekuan hipotensi

Resiko
DIC Kebocoran
perdarahan
plasma
perdarahan

Resiko perfusi
jaringan tidak
efektif

Hipoksia Kekurangan Ke
jaringan volume ekstravaskular
cairan

Asidosis
metabolic

Resiko syok
hipovolemik

Paru paru hepar abdomen


hepatomegali
acites

Efusi pleura

Mual
muntah

Ketidakefektifan Penekanan intra


pola napas abdomen
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
nyeri kebutuhan tubuh

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

1) Darah Lengkap

Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia

(<100.000) dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan

pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi

masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan

masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan

penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah

hipoproteinemia, hiponatremia, dan hipokloremia.

2) Urine Ditemukan albuminuria ringan

3) Serologi Uji serologi memakai serum ganda. Serum yang diambil pada

masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue sebanyak


minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji

neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.

4) Uji serologi b memakai serum tunggal. Ada tidaknya atau titer tertentu

antibodi antidengue uji dengue yang mengukur antibodi antidengue tanpa

memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya

antibodi antidengue dari kelas Ig M(1,2,4).

G. Penatalaksanaan

Berdasarkan panduan WHO 2009, pasien dengan infeksi dengue

dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C.5 Pasien yang

termasuk Grup A dapat menjalani rawat jalan. Sedangkan pasien yang termasuk

Grup B atau C harus menjalani perawatan di rumah sakit. Sampai saat ini

belum tersedia terapi antiviral untuk infeksi dengue. Prinsip terapi bersifat

simptomatis dan suportif.

1. Grup A

Yang termasuk Grup A adalah pasien yang tanpa disertai warning signs

dan mampu mempertahankan asupan oral cairan yang adekuat dan

memproduksi urine minimal sekali dalam 6 jam. Sebelum diputuskan rawat

jalan, pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan. Pasien dengan hematokrit

yang stabil dapat dipulangkan. Terapi di rumah untuk pasien Grup A meliputi

edukasi mengenai istirahat atau tirah baring dan asupan cairan oral yang

cukup, serta pemberian parasetamol. Pasien beserta keluarganya harus

diberikan KIE tentang warning signs secara jelas dan diberikan instruksi agar
secepatnya kembali ke rumah sakit jika timbul warning signs selama

perawatan di rumah.

2. Grup B

Yang termasuk Grup B meliputi pasien dengan warning signs dan pasien

dengan kondisi penyerta khusus (co-existing conditions). Pasien dengan

kondisi penyerta khusus seperti kehamilan, bayi, usia tua, diabetes mellitus,

gagal ginjal atau dengan indikasi sosial seperti tempat tinggal yang jauh dari

RS atau tinggal sendiri harus dirawat di rumah sakit. Jika pasien tidak mampu

mentoleransi asupan cairan secara oral dalam jumlah yang cukup, terapi cairan

intravena dapat dimulai dengan memberikan larutan NaCl 0,9% atau Ringer’s

Lactate dengan kecepatan tetes maintenance. Monitoring meliputi pola suhu,

balans cairan (cairan masuk dan cairan keluar), produksi urine, dan warning

signs.5

Tatalaksana pasien infeksi dengue dengan warning signs adalah sebagai

berikut:

1) Mulai dengan pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam

selama 1-2 jam, kemudian kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg/jam

selama 2-4 jam, dan kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam sesuai

respons klinis.

2) Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika hematokrit

stabil atau hanya meningkat sedikit, lanjutkan terapi cairan dengan

kecepatan 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam.


3) Jika terjadi perburukan tanda vital dan peningkatan cepat nilai HCT,

tingkatkan kecepatan tetes menjdai 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam

4) Nilai kembali status klinis, evaluasi nilai hematokrit dan evaluasi

kecepatan tetes infuse. Kurangi kecepatan tetes secara gradual ketika

mendekati akhir fase kritis yang diindikasikan oleh adanya produksi urine

dan asupan cairan yang adekuat dan nilai hematokrit di bawah nilai

baseline.

5) Monitor tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai pasien

melewati fase kritis), produksi urine, hematokrit (sebelum dan sesudah

terapi pengganti cairan, kemudian setiap 6-12 jam), gula darah, dan fungsi

organ lainnya (profil ginjal, hati, dan fungsi koagulasi sesuai indikasi).

3. Grup C

Yang termasuk Grup C adalah pasien dengan kebocoran plasma (plasma

leakage) berat yang menimbulkan syok dan/atau akumulasi cairan abnormal

dengan distres nafas, perdarahan berat, atau gangguan fungsi organ berat.

Terapi terbagi menjadi terapi syok terkompensasi (compensated shock) dan

terapi syok hipotensif (hypotensive shock).5 Terapi cairan pada pasien dengan

syok terkompensasi meliputi:

1) Mulai resusitasi dengan larutan kristaloid isotonik 5-10 ml/kg/jam selama 1

jam. Nilai kembali kondisi pasien, jika terdapat perbaikan, turunkan

kecepatan tetes secara gradual menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam,

kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam selama
2-4 jam dan selanjutnya sesuai status hemodinamik pasien. Terapi cairan

intravena dipertahankan selama 24-48 jam.

2) Jika pasien masih tidak stabil, cek nilai hematokrit setelah bolus cairan

pertama. Jika nilai hematorit meningkat atau masih tinggi (>50%), ulangi

bolus cairan kedua atau larutan kristaloid 10-20 ml/kg/jam selama 1 jam.

Jika membaik dengan bolus kedua, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10

ml/kg/jam selama 1-2 jam dan lanjutkan pengurangan kecepatan tetes

secara gradual seperti dijelaskan pada poin sebelumnya. Jika nilai

hematokrit menurun, hal ini mengindikasikan adanya perdarahan dan

memerlukan transfusi darah (PRC atau whole blood).

Terapi cairan pada pasien dengan syok hipotensif meliputi:

1) Mulai dengan larutan kristaloid isotonik intravena 20 ml/kg/jam sebagai

bolus diberikan dalam 15 menit.

2) Jika terdapat perbaikan, berikan cairan kristaloid atau koloid 10 ml/kg/jam

selama 1 jam, kemudian turunkan kecepatan tetes secara gradual.

3) Jika tidak terdapat perbaikan atau pasien masih tidak stabil, evaluasi nilai

hematokrit sebelum bolus cairan. Jika hematokrit rendah (<40%), hal ini

menandakan adanya perdarahan, siapkan cross-match dan transfusi. Jika

hematokrit tinggi dibandingkan nilai basal, ganti cairan dengan cairan

koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus kedua selama 30 menit sampai 1

jam, nilai ulang setelah bolus kedua.


4) Jika terdapat perbaikan, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10 ml/kg/jam

selama 1-2 jam, kemudian kembali ke cairan kristaloid dan kurangi

kecepatan tetes seperti poin penjelasan sebelumnya.

5) Jika pasien masih tidak stabil, evaluasi ulang nilai hematokrit setelah bolus

cairan kedua. Jika nilai hematokrit menurun, hal ini menandakan adanya

perdarahan. Jika hematokrit tetap tinggi atau bahkan meningkat (>50%),

lanjutkan infus koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus ketiga selama 1 jam,

kemudian kurangi menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian ganti

dengan cairan kristaloid dan kurangi kecepatan tetes.

6) Jika terdapat perdarahan, berikan 5-10 ml/kg/jam transfusi PRC segar atau

10-20 ml/kg/jam whole blood segar.

Pencegahan Pada Demam berdarah Dengue:

Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik nyamuk

Demam Berdarah (Aedes aegypti) dengan cara melakukan PSN (Pembersihan

Sarang Nyamuk) Upaya ini merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah

dan dapat dilakukan oleh masyarakat, dengan cara sebagai berikut:

1) Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum,

dan lainlain) sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air di vas

kembang, tempat minum burung, perangkap semut dan lain-lain sekurang-

kurangnya seminggu sekali

2) Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tampayan, drum, dan

lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu
3) Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng

bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air

hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan

bamboo, tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah

lainnya

4) Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan

semen

5) Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak

hinggap disitu

6) Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan

bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik

nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.

H. Komplikasi

1. Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang

tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia,

atau perdarahan, dapat menjadi penyebab ensefalopati. Melihat ensefalopati

DBD bersifat sementara, kemungkinan dapat juga disebabkan oleh

trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari koagulasi

intravaskuler yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat


menembus sawar darah otak. Dikatakan juga bahwa keadaan ensefalopati

berhubungan dengan kegagalan hati akut3.

Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis

atau somnolen, dapat disertai atau tidak kejang dan dapat terjadi pada DBD /

SSD. Apabila pada pasien syok dijumpai penurunan kesadaran, maka untuk

memastikan adanya ensefalopati, syok harus diatasi terlebih dahulu. Apabila

syok telah teratasi maka perlu dinilai kembali kesadarannya. Pungsi lumbal

dikerjakan bila kesadarannya telah teratasi dan kesadaran tetap menurun

(hatihati bila jumlah trombosit <50.000/μl). Pada ensefalopati dengue

dijumpai peningkatan kadar transaminase (SGOT/SGPT), PT dan PTT

memanjang, kadar gula darah menurun, alkalosis pada analisa gas darah, dan

hiponatremia (Bila mungkin periksa kadar amoniak darah).

2. Kelainan Ginjal

Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat

dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik

hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal, maka setelah syok

diobati dengan menggantikan volume intravaskuler, penting diperhatikan

apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter

yang penting dan mudah dikerjakan, untuk mengetahui apakah syok telah

teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / Kg BB per jam. Oleh karena bila syok

belum teratasi dengan baik sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat

terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijimpai akut
tubular nekrosis ditandai penurunan jumlah urine dan peningkatan kadar

ureum dan kreatinin3.

3. Oedema Paru

Merupakan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari

pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari ketiga sampai

kelima sakit sesuai dengan panduan yang diberikan, biasanya tidak akan

menyebabkan oedema paru karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi

pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan

yang diberikan berlebih (Kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan

hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan

mengalami distres pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata dan

ditunjang dengan gambaran oedema paru pada foto rontgen3.


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata / Identitas

DBD dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15

tahun. Endemik didaerah Asia tropik.

2. Keluhan Utama : Panas / demam.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun

dengan tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin

dan lembab. Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri

pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu

hati, konstipasi atau diare.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DBD bisa berulang

DBD lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang

pernah diderita dahulu.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit DBD bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada

yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.


6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah

lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan

air, vas and ban bekas.

7. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Sesuai dengan tumbuh kembang klien.

8. ADL

a. Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.

b. Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim

hujan dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh

tubuh, menurunnya aktifitas bermain.

c. Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan

nyeri.

d. Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.

e. Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas

dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.

9. Pemeriksaan

a. Keadaan umum

Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat dan

lemah.

b. Kulit

Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.

c. Kepala

d. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).


e. Dada

Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.

f. Abdomen

Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi

turgor kulit menurun.

g. Anus dan genetalia

Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.

h. Ekstrimitas atas dan bawah

Ekstrimitas dingin, sianosis.

10. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan darah pasien DBD akan di jumpai:

a. Hb dan PCV meningkat (≥20%).

b. Trombositopenia (≤100.000/ml).

c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).

d. Ig.D.dengue positif.

e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia.

f. Urium dan PH darah mungkin meningkat.

g. Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.

h. SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.


B. Diagnosa keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

aktif.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.

d. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemik

C. Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi

Hasil { NIC }

{ NOC }

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan Fever Treatment :

dengan proses infeksi tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital

virus. keperawatan tiap 3 jam.

selama ... x 24 jam, 2. Beri kompres hangatpada bagian

pasien akan : lipatan tubuh ( Paha dan aksila ).

1. Menunjukkan 3. Monitor intake dan output

suhu tubuh 4. Berikan obat anti piretik.

dalam rentang Temperature Regulation

normal. 1. Beri banyak minum ( ± 1-1,5

2. TTV normal. liter/hari) sedikit tapi sering

2. Ganti pakaian klien dengan


bahan tipis menyerap keringat..

b. Kekurangan volume Setelah dilakukan Fluid Managemen

cairan berhubungan tindakan a. Kaji keadaan umum klien dan

dengan kehilangan keperawatan tanda-tanda vital.

volume cairan aktif. selama ... x 24 jam, b. Kaji input dan output cairan.

pasien akan : c. Observasi adanya tanda-tanda

1. Menunjukkan syok

keseimbangan d. Anjurkan klien untuk banyak

elektrolit dan minum.

asam basa e. Kolaborasi dengan dokter

2. Menunjukkan dalam pemberian cairan I.V.

keseimbangan

cairan

3. Turgor kulit

baik

4. Tanda-tanda

vital dalam

batas normal

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Pain management

dengan proses patologis tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri

penyakit. keperawatan secara kompherensif.


selama ... x 24 jam, b. Kaji faktor-faktor yang

pasien akan : mempengaruhi reaksi pasien

a. Dapat terhadap nyeri.

mengontrol c. Berikan posisi yang nyaman

nyeri dan ciptakan suasana

b. Mengetahui ruangan yang tenang.

tingkat nyeri d. Berikan suasana gembira

c. Ekspresi bagi pasien

wajah rileks. Analgetic administration

a. Berikan analgesiksesuai tipe

dan beratnya nyeri

Resiko syok Setelah dilakukan Syok prevention

berhubungan dengan tindakan a. Monitor keadaan umum

hipovilemik keperawatan klien.

selama ... x 24 jam, b. Observasi tanda-tanda vital

pasien akan : c. Monitor input dan output

a. TTV dalam pasien

batas normal d. Anjurkan pada pasien/

b. Natrium keluarga untuk segera

serum, kalium melapor jika ada tanda-

serum, tanda perdarahan.

kalsium
serum, Syok managemen

magnesium a. Cek hemoglobin,

serum dalam hematokrit, trombosit

batas normal. b. Monitor gas darah dan

c. Hematokrit oksigenasi

dalam batas

normal
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.E DENGAN DBD DI RUANGAN IGD

S No. RM : 072769 Diagnosa : DBD Umur : 38 thn


A Medis
T Nama : Tn. T.E Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA
I Agama : Status : Menikah alamat : Kota
T Proestan perkawinan Raja
N Pekerjaan : Sumber : pasien
E swasta informasi
D
I

TRIAGE : Kuning
GENERAL IMPRESSION
PRIMER Keluhan Utama :Klien mengatakan panas tinggi dari 3 hari yang lalu
SURVEY
Mekanisme Cedera : -

Orientasi (Tempat, Waktu, Orang) : Baik


AIRWAY Diagnosa Keperawatan
Jalan Nafas : Paten Lll
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Obstruksi :- b.d..............................

Suara Nafas : Normal

Keluhan Lain :-
BREATHING
Gerakan dada : Simetris111. Ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi............
Irama Nafas : Cepat
2. Kerusakan pertukarangas b/d.............
pola Nafas : teratur

Retraksi otot dada : Ada

Sesak Nafas : Ada , RR : 29


x/menit

Keluhan Lain : -

CIRCULATION

PRIMER Perdarahan: ada perdarahan 5 cc,1. Penururnan curah jantung b/d.......


SURVEY lokasi hidung dan mulut
Nadi : Teraba 2. Inefektif perfusi jaringan perifer b/d kurang
Frekuensi nadi: 76 x/menit, lemah. pengetahuan tentang proses penyakit........
Sianosis : Ya

CRT : >2 detik


Akral: dingin

Tekanan Darah : 90/60 mmHg

Keluhan Lain :-
DISABILITY

PRIMER
Respon : alert
SURVEY
1. 1. Inefektif perfusi serebral b/d....
Kesadaran : compos mentis 2.
3. 2. Intoleransi aktivitas b/d........
GCS : Eye 4 Verbal 5 Motorik 6

Pupil : isokor

Reflek cahaya : Ada

Keluhan lain :-

EXPOSURE

Deformitas : Tidak 1. 1. Kerusakan integritas kulit b/d....


2.
3. 2. Hambatan mobilitas fisik b/d....
Contusio : Tidak

Abrasi : Tidak
Penetrasi : Tidak

Laserasi : Tidak

Edema : Tidak

Keluhan Lain: -
ANAMNESA
Riwayat penyakit saat ini: klien
mengatakan panas tinggi dari 3 hari1. Nyeri akut b/d Agen cedera biologis
yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, batuk berdahak 1 hari panas
SECONDA naik turun, muntah bercampur darah
RI  4 kali dan nyeri saat menelan.

SURVEY Alergi: klien mengatakan tidak ada


alergi terhadap makanan, obatan
ataupun cuaca.

Medikasi: klien mengatakan


sebelumnya hanya mengkonsumsi
obat paracetamol

Riwayat penyakit sebelumnya: klien


mengatakan sebelumnya hanya
batuk pilek biasa, periksa di
puskesmas ambil obat dan pulang.

Makan minum terakhir: klien


mengatakan makan terakhir hari
sabtu sore pkl. 17.00, dan minum
hanya sedikit . klien juga
mengatakan malas makan dan
minum

Tanda vital: TD: 90/60 MmHg


N: 76 x/menit, S: 39 ºC, RR: 29
x/menit.

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala : simetris, tidak ada lesi, KriteriaHasil :


tidak ada pembengkakan atau
pembesaran.
Mulut: mukosa bibir kering
Leher: terdapat nyeri tekan pada
saat menelan Intervensi :
Dada: simetris, tidak ada lesi atau
pembengkakan, tidak terdapat bunyi
napas tambahan .
Leher : Tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid

Abdomen
Inspeksi :Datar, tampak bersih,
tidak ada pembesaran
Auskultasi :Peristaltik usus normal
Palpasi : tidak ada masa
Perkusi :Tidak kembung, bunyi
abdomen timpani
Ekstremitas atas/bawah
Inspeksi: simetris, tidak ada lesi ,
tidak ada luka
Palpasi: tidak ada edema
Punggung
Inspeksi: simetris, tidak ada
pembengkakan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RONTGEN, tanggal 15 -09 -2019

CT-SCAN:-

USG:-

EKG:-

Lab:
WBC: 10,8
GRA: 9,2
LYM: 8,8
MCV: 100,1
MCH: 34,5
PLT: 16
PCT: 0,014
POWC: 17,4

TERAPI YANG DIBERIKAN/TERAPI LANJUTAN

Infus RL 5 Kolf Guyur 2500-Paracetamol 10 Ml


Injeksi ranitidin 1 amp.
Injeksi As. Traneksamat 1 ampul
Infus NaCl Kolf guyur 500 ml
Tanggal pengkajian: 15-09-2019 TANDA TANGAN PENGKAJI
Jam: 14.20

( Kelompok )

A. ANALISA DATA

NO. Tanggal DATA (DS/DO) Masalah Etiologi

1. 15-09-2019 DS : klien mengatakan panas Proses nfeksi

14.20 tinggi sejak 3 hari yang lalu dan Hipertermi virus

menggigil.

DO :

Klien tampak lemas, menggigil,

dan teraba panas

TTV: TD: 90/60 MmHg, N:

76x/menit, RR: 29x/menit

S: 39ºC, SPO2: 92%


DS : Klien Mengatakan muntah

2 15-09-2019 bercampur darah kurang lebih 4x Resiko Syok Perdarahan

14.20 SMRS.S Hipovolemik

DO : klien tampak lemas, bibir

tampak kering, klien tampak

pucat, TTV: TD: 90/60 MmHg,

N: 76x/menit, RR: 29x/menit

S: 39ºC, SPO2: 92%

CRT: > 2 detik

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi

2. Resiko Syok hipovolemik


D. INTERVENSI

Tujuan Dana Kriteria

NO. DX. Kep Hasil NIC

(NOC)

1. Hipertermi b.d Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda vital

proses inveksi tindakan keperawatan 2. Monitor warna dan

virus selama 3 jam diharapkan suhu kulit

klien dapat menunjukan 3. Selimuti pasien pakai

suhu dalam batas normal, kain tipis

d.d KH: 4. Kompres hangat pada

1. Suhu tubuh dalam lipatan paha dan aksila

batas normal 5. Kolaborasi pemberian

2. Nadi dan pernafasan obat Antipiretik

dalam batas normal

3. Tidak ada perubahan

warna kulit
Resiko syok Tujuan: setelah dilakukan 1. Monitor keadaan

2. hipovolemik tindakan keperawatan umum pasien

b.d Perdarahan selama 2 jam pasien 2. Observasi tanda –tanda

diharapkan resiko syok vital

dapat diatasi, d.d K.H: 3. Monitor intake dan

1. TTV dalam batas output pasien

normal 4. Anjurkan pada pasien

2. Tidak ada tanda-tanda atau keluarga untuk

perdarahan segera melapor jika ada

3. Tidak ada tanda tanda-tanda perdarahan

sianosis 5. Kolaborasi pemberian

4. Tidak ada tanda pucat obat anti perdarahan

5. CRT dalam batas

normal
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO HARI, IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)

DX TANGGAL,

JAM

1. Minggu, 1. Mengkaji tanda- S: Pasien mengatakan badan

15-09-2019 tanda vital masih terasa panas dan

14.20 TD: 90/60 MmHg menggigil

N: 76 x/menit

RR: 29 x/menit O:

S: 39°C 1. pasien masih teraba

2. Memonitoring panas

warna dan suhu 2. pasien tampak lemas

kulit 3. TTV

3. Menyelimuti TD: 90/60 MmHg

pasien dengan kain N : 78 x/menit

tipis RR : 27 x/meniit

4. Mengompres air S : 39°C

hangat pada lipatan . 4. Akral teraba hangat

aksila 5. mukosa bibir kering

5. Kolaborasi A: Masalah belum teratasi

pemberian obat P: Pasien di Rujuk ke RSB dan


penurun panas intervensi dilanjutkan

1. Memonitoring S: Pasien mengatakan badan

2. Minggu, keadaan umum terasa lemas

15-09-2019 pasien

14.30 2. mengobservasi O:

tanda-tanda vital 1. Pasien tampak lemas

tiap 30 menit 2. Bibir masih tampak

3. Memonitor intake kering

dan output pasien 3. Masih terlihat pucat

4. Menganjurkan

pada pasien dan A: masalah belum teratasi

keluarga pasien

untuk segera

melapor apabila P: Pasien di rujuk ke RSB dan

ada tanda-tanda intervensi dilanjutkan

perdarahan

5. Kolaborasi obat

anti perdarahan
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan DBD dilakukan berdasarkan tahapan asuhan

keperawatan GADAR dimulai dengan pengkajian( primer survey, secondari survey),

perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi, dan

evaluasi. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara serta mencari data sekunder

dari catatan rekam medis (status). Data yang terkumpul kemudian diolah dan

dianalisis sehingga masalah keperawatan dapat diprioritaskan. Selanjutnya menyusun

perencanaan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Implementasi kemudian

dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Setelah intervensi dilakukan

berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan kepada pasien.

4.1 Pengkajian

Proses pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan DBD dilakukan

sesuai dengan standar format pengkajian GADAR secara umum dengan

pengkajian yaitu terdiri dari primer survey yakni: Airway,breathing, circulation,

disability, eposure dan secondari survey yakni: anamnese, pemeriksaan fisik),

ditambah beberapa data yang harus dikaji terkait proses terjadinya penyakit

seperti kondisi lingkungan rumah serta riwayat berpergian sebelum sakit.

1. Identitas Klien

Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer rekam medis, diagnosa medis. Pada


pengkajian klien dengan DBD, data dasar yang menjadi informasi yang

penting terkait proses penyakit adalah informasi mengenai alamat rumah

atau tempat tinggal pasien. Dari data tersebut perawat dapat mengetahui

apakah klien bertempat tinggal di daerah yang menjadi daerah padat dan

kotor atau daerah endemik terjadinya DBD. Peningkatan dan penyebaran

kasus DBD kemungkinan salah satunya disebabkan oleh perkembangan

wilayah perkotaan dan perubahan kepadatan dan distribusi penduduk

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pada kasus di atas, keluarga

mengatakan bahwa mereka bertempat tinggal di area pemukiman yang

cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah Kelurahan Kota raja.

2. Triage: Kuning

3. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum

adalah demam yang mendadak selama 3 hari, demam naik turun, dan

disertai muntah bercampur darah ± 4 kali, adanya perdarahan lewat

hidung dan mulut, dan nyeri saat menelan. Pada kasus Tn. E, Keluhan

utama yang menjadi alasan klien datang ke Rumah Sakit adalah karena

demam tinggi. Demam tinggi yang dirasakan terjadi secara mendadak

dan demam tidak turun dalam 3 hari. Selain demam, klien juga

mengeluh nyeri pada area saat menelan, . Keluhan tersebut merupakan

keluhan umum yang terjadi pada klien dengan DBD namun harus
diperkuat lagi oleh data-data tambahan atau pemeriksaan penunjang

lainnya.

b) Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji) Saat dikaji klien mengeluh

badan panas, kepala terasa pusing, muntah berdarah dan badan terasa

lemas. TD=90/60 mmHg N=76,RR=29 S=39, badan teraba panas,

tampak meringis sakit kepala, klien tampak muntah dan menolak untuk

makan, Keluhan tersebut masih dirasakan.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada kasus DBD riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah

DBD yang dialami klien saat ini adalah yang pertama kalinya karena

akan menentukan kepada jenis dari virus dengue. Seseorang yang

pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan mempunyai

antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologous). Tetapi

jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe

virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga untuk men getahui apakah di dalam

keluarga ada yang menderita DBD untuk menentukan apakah DBD

yang dialami oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang

atau lingkungan .

e) Riwayat alergi

Riwayat alergi untuk mengetahui apakah klien ada alergi terhadap

makanan, obatan ataupun terhadap cuaca.


4. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan masalah DBD dapat bervariasi dari

yang ringan sampai yang berat tergantung dari derajat DBD. Pada

kasus di atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang baik,

klien masih dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak

dalam mondisi syok.

b) Sistem Tubu

1) Pernapasan

Pola pernafasan klien Tn. E di dalam kasus tidak mengalami

gangguan pernapasan, hal ini sesuai dengan konsep bahwa pada

penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan

pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang

sering disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan

penatalaksanaan lebih lanjut.

2) Cardiovaskuler

Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien

ditemukan TD: 90/60 mmHg, N: 76 x/mnt, pulsasi lemah, akral

hangat, sianosis ( + ), CRT > 2 detik, Uji tourniquet positif. Hal

tersebut sesuai dengan tanda dan manifestasi klinis pasien dengan

DBD derajat satu.


3) Persarafan

Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami

gangguan atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi

sebagai akibat dari penurunan volume cairan intravaskuler yang

menyebabkan perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke

jaringan otak.

4) Pencernaan – Eliminasi

Klien muntah bercampur darah, hal ini sesuai dengan literature

yang mengatakan bahwa klien dengan DBD akan mengalami

gejala seperti mual dan muntah / tidak ada nafsu makan, sakit

menelan. Mukosa mulut kering, hiperemia stenggorokan,

5. Pemeriksaan penunjang

Dalam menentukan dignostik DBD, selain dengan menggunakan gejala

klinis yang muncul juga harus didukung oleh data lain dari beberapa

pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah yaitu pemeriksaan

darah rutin (DPL), pemeriksaan fungsi hepar (SGOT SGPT),

pemeriksaan fungsi ginjal (ureum kreatinin), pemeriksaan Dengue. Pada

pemeriksaan darah rutin (DPL), indicator penilaian yang dilihat

berturut-turut adalah nilai trombosit, nilai hematokrit dan nilai Hb. Pada

kasus DBD, nilai trombosit biasanya turun sebagai akibat dari adanya

proses atau reaksi imun. Hal ini juga tampak pada klin Tn. E dimana

nilai trombositnya dibawah normal, nilai hematokrit mencerminkan

nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah semakin tinggi
nilai hematokrit. pengentalan darah terjadi sebagai akibat dari adanya

kebocoran cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler akibat dari

peningkatan permeabilitas pembuluh darah. nilai hematokrit adalah

menggunakan 3 X nilai Hb pasien. di dalam kasus Tn. E didapat nilai

hematokrit sebesar 39%. nilai tersebut masih dalam batas rentang

normal karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari

intravaskuler ke ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat

seiring nilai hematokrit yang meningkat. Pemerikasaaan fungsi ginjal

dapat dilakukan untuk mengetahui apakah proses penyakit sudah

mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada kasus Tn. E fungsi ginjal

masih dalam keadaa baik yaitu ureum 19 (N : 20-40) dan kreatinin 1 (

N:0.8-1.5). Pemeriksaan darah lain adalah pemeriksaan NS dengue

positif. pemeriksaan rontgen dapat terlihat adanya efusi pleura bagi

pasien DBD yang telah mengalami peningkatan permeabilitas kapiler.

namun pada kasus Tn. E efusi pleura tidak terjadi.

6. Pengobatan

Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang digunakan dan

berlaku di rumah sakit, namun tetap mengacu kepada protocol standar yang

berlau secara nasional maupun internasional. pada kasus klien diberikan

cairan kristaloid dan koloid yang merupakan penanganan utama pada kasus

DBD. lalu antipiretik diberikan untuk mengatasi demam, juga diberikan untuk

mengatasi mual-mual. Diet makanan diberikan diet lunak agar metabolism

yang digunakan dalam proses pencernaan tidak banyak terjadi.


4.2 Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. E merupakan masalah

keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan DBD. namun dari sekian

banyak masalah keperawatan yang dapat muncul hanya beberapa masalah

keperawatan saja yang dapat diangkat dari kasus Tn. E. masalah keperawatan

diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang merupakan gejala

atau manifestasi klinis Tn. E dan juga didukung oleh data-data dari

pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang diangkat dalam kasus Tn.

E adalah :

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)

2. Resiko syok hipovolemik

Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu

masalah keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah

bersifat risiko, hal tersebut dikarenakan data-data yang muncul belum actual

atau sudah terjadi, namun risiko terjadinya hal tersebut ada.

4.3 Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua dari asuhan keperawatan yaitu merumuskan diagnosa

keperawatan. Diagnosa ditegakkan berdasarkan analisa dan sintesa dari hasil

pengkajian. Setelah dilakukan analisa terhadap data yang terkumpul,

kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan. Dari masalah keperawatan kaus


diatas maka disusunlah diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat prioritas

untuk pelaksanaan intervensi yaitu :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus

2. Resiko Syok hipovolemik b.d Perdarahan

4.4 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan masalah yang sedang dialami

oleh klien. Intervensi yang dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual dan

dilanjutkan dengan intervensi untuk masalah keperawatan yang bersifat risiko.

Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali

untuk menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi

terlebih dahulu. Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul

pada klien dengan rasionalisasi tindakan yang tepat. Pada kasus Tn. E

intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data masalah dan

diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang disusun

adalah

1. Dx. Hiprtermia b.d proses infeksi virus

NIC:

6. Kaji tanda-tanda vital

7. Monitor warna dan suhu kulit

8. Selimuti pasien pakai kain tipis

9. Kompres hangat pada lipatan paha dan aksila

10. Kolaborasi pemberian obat Antipiretik

2. Dx. Resiko syok hipovolemik b.d Perdarahan


NIC:

6. Monitor keadaan umum pasien

7. Observasi tanda –tanda vital

8. Monitor intake dan output pasien

9. Anjurkan pada pasien atau keluarga untuk segera melapor jika ada

tanda-tanda perdarahan

10. Kolaborasi pemberian obat anti perdarahan.

4.5 Implementasi dan Evaluasi keperawatan

Implementasi dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang sudah ditegakkan

sebelumnya. dalam proses pelaksanaannya, tidak semua intervensi di dalam

teori dapat dilakukan sehubungan dengan keterbatasan yang ada di ruangan

IGD. Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan keperawatan dan

selanjutnya dilakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan. Klien

dirawat selama 3 jam di IGD, Dan keperawatan dapat diatasi sebagian dan

klien dinyatakan dirujuk ke rumah sakit Bayangkara oleh dokter penanggung

jawab pasien (DPJP).


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Di Indonesia DBD bukanlah suatu penyakit yang asing, dari tahun ke

tahun. Penyakit ini selalu menghantui bangsa indonesia. Dengan

bertambahnya informasi yang di sampaikan oleh masyarakat melalui

berbagai media dan bertambahnya kegiatan pemberantsana yang semakin

banyak dengan cara bervariasi, akan berjumlah menurunkan korban DBD

di waktu yang akan datang.

2. DBD adalah penyakit febril akut yang di temukan di daerah tropis, dengan

penyebaran gergrafis yang mirip dengan malaria. DBD di sebarkan pada

manusia oleh nyamuk aides aegypi . Penyakit ini muncul tiba-tiba di sertai

dengan sakit kepala berat, sakit pada sendi dan ruam.

3. Agar porsi berhasil kita harus mengunkan media yang cocok untuk terget

audiens.

4. Pencegahan utama DBD adalah terletak pada penghapusan atau

mengurangi vektor nyamuk. Dengan mengubur barang bekas, yang dapat

menampung air, menguras tempat penampungan air dan menimbun barang-

barang bekas atau sampah.

5. Dengan Melakukan penyuluhan, menyebarkan barbagai media promosi,

yang sangat membantu dalam promosi kampanya.


B. Saran

1. Pasien dan keluarga

Diharapkan keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala DBD (Dengue

Heamorrhagic Fever ). Dapat merawat pasien jika terkena penyakit DBD,

serta dapat mencegah terjadinya di lingkungan yan kotor. Keluarga

diharapkan mampu melanjutkan peraatan di rumah dengan baik.

2. Perawat

Hendaknya penyuluhan kesehatan dapat di lakukan sebagai suatu program

dalam ruangan, guna meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga

tentang penyakit pasien dan dapat mencegah komplikasi yang terjadi.

3. Rumah Sakit

Di harapkan pada RST Kupang dapat memberikan pelayanan yang lebih

baik lagi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien.

4. Instansi pendidikan

Diharapkan Asuhan Keperawatan Ini dapat menjadi refrensi bacaan dalam

perpustakan dan apat menanbah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Hendaknya menmbah buku-buku refrensi perpustakan sehingga mahasiswa

sehingga dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

konsep-konsep buku tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC

NOC, Jakarta, EGC

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan

NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC.

Jakarta

Pasaribu, Syahril. 1992. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan

Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made

Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai