OLEH KELOMPOK 1:
KUPANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data WHO (2014) Penyakit demam berdarah dengue pertama kali
mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada
lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur,
Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD.
Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2
juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013
dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus
334.567 ribu kasus DBD, dan sampai pertengahan bulan desember tercatat
yakni dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama
sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan
seperti: bintik merah pada kuliy, mimisan, bahkan pada keadaan yang parah
penduduk yang tinggi dan cepatnya trasportasi antar daerah, menyebabkan sering
terjadinya demam berdarah dengue. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara
yang endemik demam berdarah dengue karena jumlah penderitanya yang terus
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue famili Flaviviridae,
penyakit DBD di tenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi
akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal
ini kemungkinan adanya faktor goegrafik, selain faktor genetik hospesnya. Selain
itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD
secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah
kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Hemorrhagic Fever).
2. Tujuan Khusus
DBD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan
demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata,
oleh virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7
hari disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan
virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
hemoragic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
dalam genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan
C. Manifestasi klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Mialgia/atralgial
4) Ruam kulit
6) Leukopenia
Berdasarkan WHO diagnosis DBD ditegakan bila semua hal di bawah ini
dipenuhi:
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasif
bekas suntikan.
3) Trombositopenia <100.00/ul
Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
adekuat
3) Hipotensi
6) Kulit dingin-lembab
8. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah
bukan di got/comberan
9. Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan
lain-lain.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka
virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh
nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan
menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada
dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka
alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu
diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya
tidak membeku2. Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan
Masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan
ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul
gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera
ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit
lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan
melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang
Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya. Dapat terjadi
DBD dan DSS masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang
digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan DSS yaitu
theory).
juga virus binatang yang lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan
sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada
tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus
dapat menyebabkan kematian terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling
virulen.
E. PATWAY
Peningkatan
Peningkatan
permeabilitas
reabsobsi
membrane
Kerusakan
Agresi endotel Resiko syok
trombosit pembuluh hipovolemik
darah
trombositopenia Merangsang dan Ranjatan
mengaktivasi factor hipovolemik dan
pembekuan hipotensi
Resiko
DIC Kebocoran
perdarahan
plasma
perdarahan
Resiko perfusi
jaringan tidak
efektif
Hipoksia Kekurangan Ke
jaringan volume ekstravaskular
cairan
Asidosis
metabolic
Resiko syok
hipovolemik
Efusi pleura
Mual
muntah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah Lengkap
penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah
3) Serologi Uji serologi memakai serum ganda. Serum yang diambil pada
4) Uji serologi b memakai serum tunggal. Ada tidaknya atau titer tertentu
G. Penatalaksanaan
termasuk Grup A dapat menjalani rawat jalan. Sedangkan pasien yang termasuk
Grup B atau C harus menjalani perawatan di rumah sakit. Sampai saat ini
belum tersedia terapi antiviral untuk infeksi dengue. Prinsip terapi bersifat
1. Grup A
Yang termasuk Grup A adalah pasien yang tanpa disertai warning signs
yang stabil dapat dipulangkan. Terapi di rumah untuk pasien Grup A meliputi
edukasi mengenai istirahat atau tirah baring dan asupan cairan oral yang
diberikan KIE tentang warning signs secara jelas dan diberikan instruksi agar
secepatnya kembali ke rumah sakit jika timbul warning signs selama
perawatan di rumah.
2. Grup B
Yang termasuk Grup B meliputi pasien dengan warning signs dan pasien
kondisi penyerta khusus seperti kehamilan, bayi, usia tua, diabetes mellitus,
gagal ginjal atau dengan indikasi sosial seperti tempat tinggal yang jauh dari
RS atau tinggal sendiri harus dirawat di rumah sakit. Jika pasien tidak mampu
mentoleransi asupan cairan secara oral dalam jumlah yang cukup, terapi cairan
intravena dapat dimulai dengan memberikan larutan NaCl 0,9% atau Ringer’s
balans cairan (cairan masuk dan cairan keluar), produksi urine, dan warning
signs.5
berikut:
1) Mulai dengan pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam
selama 1-2 jam, kemudian kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg/jam
selama 2-4 jam, dan kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam sesuai
respons klinis.
2) Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika hematokrit
mendekati akhir fase kritis yang diindikasikan oleh adanya produksi urine
dan asupan cairan yang adekuat dan nilai hematokrit di bawah nilai
baseline.
5) Monitor tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai pasien
terapi pengganti cairan, kemudian setiap 6-12 jam), gula darah, dan fungsi
organ lainnya (profil ginjal, hati, dan fungsi koagulasi sesuai indikasi).
3. Grup C
dengan distres nafas, perdarahan berat, atau gangguan fungsi organ berat.
terapi syok hipotensif (hypotensive shock).5 Terapi cairan pada pasien dengan
kecepatan tetes secara gradual menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam,
kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam selama
2-4 jam dan selanjutnya sesuai status hemodinamik pasien. Terapi cairan
2) Jika pasien masih tidak stabil, cek nilai hematokrit setelah bolus cairan
pertama. Jika nilai hematorit meningkat atau masih tinggi (>50%), ulangi
bolus cairan kedua atau larutan kristaloid 10-20 ml/kg/jam selama 1 jam.
Jika membaik dengan bolus kedua, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10
3) Jika tidak terdapat perbaikan atau pasien masih tidak stabil, evaluasi nilai
hematokrit sebelum bolus cairan. Jika hematokrit rendah (<40%), hal ini
5) Jika pasien masih tidak stabil, evaluasi ulang nilai hematokrit setelah bolus
cairan kedua. Jika nilai hematokrit menurun, hal ini menandakan adanya
lanjutkan infus koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus ketiga selama 1 jam,
kemudian kurangi menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian ganti
6) Jika terdapat perdarahan, berikan 5-10 ml/kg/jam transfusi PRC segar atau
Sarang Nyamuk) Upaya ini merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah
1) Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum,
lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu
3) Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng
bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air
lainnya
4) Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan
semen
hinggap disitu
6) Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan
H. Komplikasi
1. Ensefalopati Dengue
berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang
atau somnolen, dapat disertai atau tidak kejang dan dapat terjadi pada DBD /
SSD. Apabila pada pasien syok dijumpai penurunan kesadaran, maka untuk
syok telah teratasi maka perlu dinilai kembali kesadarannya. Pungsi lumbal
memanjang, kadar gula darah menurun, alkalosis pada analisa gas darah, dan
2. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik
hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal, maka setelah syok
apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter
yang penting dan mudah dikerjakan, untuk mengetahui apakah syok telah
teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / Kg BB per jam. Oleh karena bila syok
belum teratasi dengan baik sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat
terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijimpai akut
tubular nekrosis ditandai penurunan jumlah urine dan peningkatan kadar
3. Oedema Paru
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari ketiga sampai
kelima sakit sesuai dengan panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan
A. PENGKAJIAN
1. Biodata / Identitas
DBD dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15
dengan tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin
dan lembab. Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DBD bisa berulang
DBD lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
Penyakit DBD bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
8. ADL
hujan dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh
nyeri.
9. Pemeriksaan
a. Keadaan umum
Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat dan
lemah.
b. Kulit
c. Kepala
f. Abdomen
Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi
b. Trombositopenia (≤100.000/ml).
d. Ig.D.dengue positif.
aktif.
C. Intervensi keperawatan
Hasil { NIC }
{ NOC }
volume cairan aktif. selama ... x 24 jam, b. Kaji input dan output cairan.
1. Menunjukkan syok
keseimbangan
cairan
3. Turgor kulit
baik
4. Tanda-tanda
vital dalam
batas normal
kalsium
serum, Syok managemen
c. Hematokrit oksigenasi
dalam batas
normal
BAB III
TRIAGE : Kuning
GENERAL IMPRESSION
PRIMER Keluhan Utama :Klien mengatakan panas tinggi dari 3 hari yang lalu
SURVEY
Mekanisme Cedera : -
Keluhan Lain :-
BREATHING
Gerakan dada : Simetris111. Ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi............
Irama Nafas : Cepat
2. Kerusakan pertukarangas b/d.............
pola Nafas : teratur
Keluhan Lain : -
CIRCULATION
Keluhan Lain :-
DISABILITY
PRIMER
Respon : alert
SURVEY
1. 1. Inefektif perfusi serebral b/d....
Kesadaran : compos mentis 2.
3. 2. Intoleransi aktivitas b/d........
GCS : Eye 4 Verbal 5 Motorik 6
Pupil : isokor
Keluhan lain :-
EXPOSURE
Abrasi : Tidak
Penetrasi : Tidak
Laserasi : Tidak
Edema : Tidak
Keluhan Lain: -
ANAMNESA
Riwayat penyakit saat ini: klien
mengatakan panas tinggi dari 3 hari1. Nyeri akut b/d Agen cedera biologis
yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, batuk berdahak 1 hari panas
SECONDA naik turun, muntah bercampur darah
RI 4 kali dan nyeri saat menelan.
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi :Datar, tampak bersih,
tidak ada pembesaran
Auskultasi :Peristaltik usus normal
Palpasi : tidak ada masa
Perkusi :Tidak kembung, bunyi
abdomen timpani
Ekstremitas atas/bawah
Inspeksi: simetris, tidak ada lesi ,
tidak ada luka
Palpasi: tidak ada edema
Punggung
Inspeksi: simetris, tidak ada
pembengkakan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RONTGEN, tanggal 15 -09 -2019
CT-SCAN:-
USG:-
EKG:-
Lab:
WBC: 10,8
GRA: 9,2
LYM: 8,8
MCV: 100,1
MCH: 34,5
PLT: 16
PCT: 0,014
POWC: 17,4
( Kelompok )
A. ANALISA DATA
menggigil.
DO :
1. Hipertermi
(NOC)
warna kulit
Resiko syok Tujuan: setelah dilakukan 1. Monitor keadaan
normal
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DX TANGGAL,
JAM
N: 76 x/menit
RR: 29 x/menit O:
2. Memonitoring panas
kulit 3. TTV
tipis RR : 27 x/meniit
15-09-2019 pasien
14.30 2. mengobservasi O:
4. Menganjurkan
keluarga pasien
untuk segera
perdarahan
5. Kolaborasi obat
anti perdarahan
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan DBD dilakukan berdasarkan tahapan asuhan
evaluasi. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara serta mencari data sekunder
dari catatan rekam medis (status). Data yang terkumpul kemudian diolah dan
4.1 Pengkajian
ditambah beberapa data yang harus dikaji terkait proses terjadinya penyakit
1. Identitas Klien
Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
atau tempat tinggal pasien. Dari data tersebut perawat dapat mengetahui
apakah klien bertempat tinggal di daerah yang menjadi daerah padat dan
cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah Kelurahan Kota raja.
2. Triage: Kuning
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak selama 3 hari, demam naik turun, dan
hidung dan mulut, dan nyeri saat menelan. Pada kasus Tn. E, Keluhan
utama yang menjadi alasan klien datang ke Rumah Sakit adalah karena
dan demam tidak turun dalam 3 hari. Selain demam, klien juga
keluhan umum yang terjadi pada klien dengan DBD namun harus
diperkuat lagi oleh data-data tambahan atau pemeriksaan penunjang
lainnya.
badan panas, kepala terasa pusing, muntah berdarah dan badan terasa
tampak meringis sakit kepala, klien tampak muntah dan menolak untuk
DBD yang dialami klien saat ini adalah yang pertama kalinya karena
yang dialami oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang
atau lingkungan .
e) Riwayat alergi
Keadaan umum pada klien dengan masalah DBD dapat bervariasi dari
yang ringan sampai yang berat tergantung dari derajat DBD. Pada
kasus di atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang baik,
klien masih dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak
b) Sistem Tubu
1) Pernapasan
2) Cardiovaskuler
jaringan otak.
4) Pencernaan – Eliminasi
gejala seperti mual dan muntah / tidak ada nafsu makan, sakit
5. Pemeriksaan penunjang
klinis yang muncul juga harus didukung oleh data lain dari beberapa
berturut-turut adalah nilai trombosit, nilai hematokrit dan nilai Hb. Pada
kasus DBD, nilai trombosit biasanya turun sebagai akibat dari adanya
proses atau reaksi imun. Hal ini juga tampak pada klin Tn. E dimana
nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah semakin tinggi
nilai hematokrit. pengentalan darah terjadi sebagai akibat dari adanya
mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada kasus Tn. E fungsi ginjal
6. Pengobatan
berlaku di rumah sakit, namun tetap mengacu kepada protocol standar yang
cairan kristaloid dan koloid yang merupakan penanganan utama pada kasus
DBD. lalu antipiretik diberikan untuk mengatasi demam, juga diberikan untuk
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan DBD. namun dari sekian
keperawatan saja yang dapat diangkat dari kasus Tn. E. masalah keperawatan
diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang merupakan gejala
atau manifestasi klinis Tn. E dan juga didukung oleh data-data dari
E adalah :
masalah keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah
bersifat risiko, hal tersebut dikarenakan data-data yang muncul belum actual
oleh klien. Intervensi yang dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual dan
pada klien dengan rasionalisasi tindakan yang tepat. Pada kasus Tn. E
intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data masalah dan
adalah
NIC:
9. Anjurkan pada pasien atau keluarga untuk segera melapor jika ada
tanda-tanda perdarahan
dirawat selama 3 jam di IGD, Dan keperawatan dapat diatasi sebagian dan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. DBD adalah penyakit febril akut yang di temukan di daerah tropis, dengan
manusia oleh nyamuk aides aegypi . Penyakit ini muncul tiba-tiba di sertai
3. Agar porsi berhasil kita harus mengunkan media yang cocok untuk terget
audiens.
2. Perawat
3. Rumah Sakit
4. Instansi pendidikan
Jakarta