Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Asuhan Keperawatan klien dengan Disseminated Intravascular Coagulation


(DIC)
Dosen Pembimbing: Ns. Suryani, M.kep

Disusun Oleh:
Nama : Zullaiqah Falstina Nurhali
NIM :( 2002081 )
PRODI: S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ANNUR
PURWODADI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan klien dengan Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC)”.

Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber reverensi.


Dalam menyelesaikan makalah ini penyusun mengalami banyak hambatan dari segi
pengetahuan dan informasi.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Purwodadi, 30 Oktober 2021

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) dapat terjadi hampir pada semua
orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat
terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis,
emboli, disfungsi organ, dan perdarahan. Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih
populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan
diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang
mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan
koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki
prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda
dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai
oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin.
Koagulasi intravascular diseminata (KID) merupakan salah satu kedaruratan
medis,karena mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera. Tetapi tidak semua
KID digolongkan dalam darurat medis,hanya KID fulminan atau akut sedang KID derajat
yang terendah atau kompensasi bukan suatu keadaan darurat. Namun perlu di waspadai
bahwa KID derajat rendah dapat berubah menjadi KID fulminan,sehingga memerlukan
pengobatan segera.
Keberhasilan pengobatan selain ditentukan keberhasilan mengatasi penyakit dasar yang
mencetuskan KID juga ditentukan oleh akibat KID itu sendiri.

B. Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian DIC
2. untuk mengetahui etiologi DIC
3. untuk mengetahui patofisiologi DIC
4. untuk mengetahui manifestasi klinis DIC
5. untuk mengetahui pemeriksaan DIC
6. untuk mengetahui komplikasi DIC
7. untuk mengetahui penatalaksanaan DIC
8. untuk mengetahui asuhan keperawatan DIC
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana
bekuanbekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan. (medicastore.com).
Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya
plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di dapatkan
dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)
Secara umum Disseminated Intavascular Coagulation (DIG) didefinisikan sebagai kelainan
atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan pada mekanisme
prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury (Yan Efrata Sembiring,
Paul Tahalele)

2. Etiologi Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai


berikut:
1. Hipofibrinogenemia
2. Trombositopenia ( merupakan penyebab tersering perdarahan abnormal, ini dapat terjadi
akibat terkurangnya produksi trombosit oleh sum-sum tulang atau akibat meningkatnya
penghancuran trombosit).
3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah
4. Fibrinolisis berlebihan. Penyakit- penyakit yang menjadi predisposisi DIC adalah sebagai

berikut:

1. Infeksi ( demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika,
infeksi oleh beberapa jenis riketsia). Dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
2. Komplikasi kehamilan ( solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairan amnion).
3. Setelah operasi ( operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi,
splenektomi).
4. keganasan ( karsinoma prostat, karsinoma paru, leukimia akut).
5. Penyakit hati akut ( gagal hati akut, ikterus obstruktif).
6. Trauma berat terjadi palepasan jaringan dengan jumlah besar ke aliran pembuluh darah.
Pelepasan ini bersamaan dengan hemolisis dan kerusakan endotel sehingga akan melepaskan
faktor-faktor pembekuan darah dalam jumlah yang besar kemudian mengaktivasi pembekuan
darah secara sistemik.
KID merupakan mekanisme perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis tertentu.
Berbagai penyakit dapat mencetuskan KID fulminan atauderajat rendah seperti di bawah ini:
1. Penyakit yang disertai KID fulminan
a. Bidang obstetric: emboli cairan amnion,abrupsi plasenta,eklamsia,abortus
b. Bidang hematologi: reaksi transfusi darah,hemolisis berat,transfuse massif, leukemia M3 &
M4
c. Infeksi
1) Septicemia,gram negative (endotoksin),gram negative (mikro polisakarida)
2) Viremia : HIV,hepatitis,varisela,virus sitomegalo,demam dengue 3) Parasit :
Malaria
d. Trauma
e. Penyakit hati akut : gagal hati akut ,ikterus obstruktif
f. Luka bakar
g. Kelaian vascular

2. Penyakit di sertai KID derajat


1) Keganasan
2) Penyakit kardiovaskular
3) Penyakit autoimun
4) Penyakit ginjal menahun
5) Peradangan
6) Graft versus host disease
7) Penyakit hati menahun

3. Patofisiologi
Adanya keadaan perubahan factor pembekuan tertentu mengakibatkan pelepasan
substansi tromboplastik yang kemudian mengaktivasi thrombin dan selanjutnya akan
mengaktifkan fibrinogen dan berakibat penumpukan fibrin pada mikrosirkulasi. Agregasi
patelet/trombosit atau dhesivitas yang meningkat memungkinkan fibrin membeku dan
terbentuk mikrotrombin di otak, ginjal, jantung, dan organ-organ lain sehingga menyebabkan
mikroinfark dan nekrosis jaringan. Pada sisi lain sel-sel darah merah terkepung pada benang
fibrin dan mengalami kerusakan (hemolisis) mengakibatkan penurunan aliran darah,
berkurangnya trombosit, protombin, dan factor pembekuan yang meluas mengaktivasi
mekanisme fibrinolitik. Sehingga menyebabakan produksi zat pemecah fibrin. Zat peecah
fibrin bekerja menghambat fungsi pembekuan trombosit, yang memungkinkan koagulasi
menjadi lambat dan memicu perdarahan lebuh lanjut.

4. Manifestasi Klinis
• Perdarahan dari area pungsi, luka dan membrane mukosa pada pasien yang mengalami syok,
komplikasi obstetric, sepsis (infeksi yang meluas), atu kanker. Jika perdarahan terjadi di
bawah kulit, lesi vascular akan tampak
• Perubahan tingkat kesadaran
• Sianosis dan takipnea (peningkatan ftekuensi pernapasan) akibat buruknya perfusi dan
oksigenasi jaringan umum terjadi. Bercak-bercaik di kuliy menunjukan iskemia jaringan.
• Hematuria (darah dalam utine) akibat perdarahan atau oliguria (penurunan pengeluaran
urine) akibat perfusi yang buruk.

5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnostik laboratorium. Gambaran hasil pemeriksan laboratorium pada KID sangat
bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh penyakit yang mendasarinya. Leukositosis sering
ditemukan, granulositopenia juga dapat terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang
belakang untuk mengimbangi kerusakan neutrofil. Trombositopenia.
2. Pemeriksaan hemostatis yang secara rutin dapat dilakukan adalah: masa protrombin(PT)
masa tromboplastin parsial teraktivasi(aPPT), D-dimen antitrombin-III, fibrinogen dan masa
protombin.
3. Pemeriksaan fragmen protombin 1+2, fibrinogen degradation product (FDP). Hasil
pemeriksaan darah menunjukkan hipofibrigenemia, peningkatan produk hasil degradasi
fibrin, trombositopenia, dan waktu protombin yang memanjang.
4. Pemeriksaan Laju Endap Darah. Laju endap darah bukan dinyatakan tinggi / rendah tapi
cepat atau lambat. Kasarnya kecepatan darah itu mengendap dalam 1 jam (mm/jam) kalau
lebih cepat mengendap berarti eritrosit atau sel darah merahnya sedikit, atau ukuran
eritrositnya besar dibandingkan orang normal, laju endap darah normalnya 1 -15 mm/jam.
(Karamel, 2001 :559)

5. Komplikasi
• Bekuan yang banyak terbentuk akan menyebabkan obstuksi atau hambatan aliran darah di
semua oragan tubuh. Dapat terjadi kegagalan oagan yang luas. Angka kematian lebih dari
50%.
• Syok
• Nekrosis tubular akut
• Edema pulmoner
• Gagal ginjal kronis
• Konvulasi
• Koma

6. Penatalaksanaan
Pengobatan sulit karena adanya kombinasi perdarahan dan pembekuan. Pencegahan
dan identifikasi dini keadaan ini penting untuk dilakukan. Tetapi yang dilakukan bertujuan:
• Menyingkirkan factor pencetus
• Terpi heparin dapat mulai diberikan jika terjadi kegagalan organ akibat hipoksia imenen.
Heparin tidak dianjurkan apabila DIC desebabkan sepsis atau apabila terjadi perdarahan
system saraf pusat.
• Penggantian cairan penting untuk mempertahankan perfusi organ semaksimal mungkin.
• Dapat diberikan plasma yang mengandung factor VIII, sel darah merah, dan trombosit.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. faktor-faktor predisposisi:
- Septicemia (penyebab paling umum)
- Komplikasi obstetric
- Luka bakar berat dan luas
- Neoplasia
- Penyakit hepar
- Trauma

b. pola fungsi kesehatan


1) pola nutrisi:

 mual, muntah
 tanda kurang cairan
 Hot (kalau yg keluar plasma, Ht naik; kalau yg keluar semua darah, Ht turun)

2) Pola eliminasi

 Pola eliminasi mengalami gangguan,baik


BAK maupun BAB. Pada BAB terjadi
konstipasi atau diare. Melena
 Hematuri  Hematemesis

3) Pola aktivitas latihan

 Perubahan TTV,SaO2 (turun)


 Kebutuhan terhadap bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
 Kontraksi otot lemah

4) Pola istirahat tidur

 Perubahan pemenuhan kebutuhan tidur (kualitas dan kuantitas)

5) Pola persepsi kognitif

 nyeri abdomen; nyeri, rasa dingin pada jari-jari disertai dengan mati rasa dan tigling

6) Pola peran dan hubungan


 Dengan adanya perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan dalam menjalankan
perannya seperti semula.

7) Pola seksual dan reproduksi

 Menurunnyafungsi seksual
 Perubahan pola menstruasi

8) Pola nilai dan kepercayaan

 Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan

Penyimpangan KDM
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d terganggunya sirkulasi darah.
2) Risiko kekurangan volume cairan b.d pendarahan
3) Nyeri akut b.d trauma jaringan
4) Ansietas b.d ancaman kematian karena penyakit kronis yang diderita
3. Perencanaan Keperawatan

1) Dx: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d terganggunya sirkulasi darah.

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan perifer dpat
dipertahankan atau ditingkatkan secara adekuat.
Hasil yang diharapkan:
nadi perifer normal, sianosis berkurang.

Intervensi:
1. Pantau tekanan arterial dan tanda vital setiap 30-60 menit. Rasional: mengetahui keadaan
umum pasien.
2. Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh. Rasional: Mencegah vasokontriksi;
membantu dalam mempertahankan sirkulasi dan perfusi.
3. Lindungi klien dari trauma. Rasional: Mencegah perdarahan.
4. Berikan oksigen dan pantau keefektifannya. Rasional: meningkatkan jumlah oksigen yang
dibawa ke jaringan.
5. Berikan heparin iv dan plasma, trombosit dan produk darah lain sesuai indikasi; kaji
respon/reaksinya. Rasional: menggantikan darah yang keluar akibat perdarahan.

2) Dx: resiko kekurangan volume cairan b.d pendarahan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
kekurangan volume cairan Hasil yang diharapkan:
Tidak ada gangguan pada elektrolit serum, memiliki konsentrasi urine yang normal.

Intervensi:

1. Monitor masukan dan haluaran cairan. Rasional: mengidentifikasi keseimbangan cairan.


Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan minum oral secara adekuat. Rasional: meningkatkan asupan cairan.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi. Rasional: menjaga keseimbangan cairan. Meanambah
cairan yang hilang akibat perdarahan.
4. Pantau hasil lab yang relevan dengan keseimbangan cairan. Rasional: sebagai indicator
keseimbangan cairan.
5. Anjurkan pasien menginformasikan perawat bila haus. Rasional: agar dapat segera diberi
minum dan memaksimalkan masukan cairan.
3) Dx: Nyeri akut b.d trauma
jaringan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang atau terkontrol
Hasil yang diharapkan:
Klien menyatakan merasa nyaman, wajah terlihat rileks

Intervensi:
1. Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri. gunakan skala nyeri. Rasional: Mengetahui level
nyeri
2. Berikan klien posisi yang nyaman. Rasional: posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa
nyeri
3. Pertahankan lingkungan yang tenang. Rasional: agar pasien dapat istirahat/tidur dengan
tenang.
4. Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman, seperti terapi musik. Rasional:
mengalihkan pikiran klien spya tidak memikirkan mengenai nyeri yang dirasakan, membuat
pasien tenang.
5. Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa tenang dan mengurangi nyeri.
6. Berikan analgesic sesuai indikasi. Rasional: mengurangi rasa nyeri

4) Dx: Ansietas b.d ancaman kematian karena penyakit kronis yang diderita

Tujan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan klien berkurang


Hasil yang diharapkan:
Klien tampak tidak lagi cemas. Klien akan menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas.

Intervensi:

1. kaji tingkat kecemasan. Rasional: mengetahui koping individu.


2. Jelaskan tentang kondisi klien. Rasional: membantu klien memahami tentang kondisi
penyakitnya.
3. Berikan support mental. Rasional: membantu menenangkan klien
4. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan. Rasional: membina
hubungan saling percaya.
5. Sediakan pengalihan seperti radio atau TV. Rasional: menurunkan ansietas dan memperluas
focus.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk menurunkan ansietas, bila perlu.
Rasional: membantu menenangkan klien.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan darah
yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan
penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya gangguan hemostasis
yang multipel dan kompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang tidak terkendali dan
fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu kedaruratan medik, karena
mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.

DIC pun dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling
sering disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis
bacterial.

Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya Aktivasi system koagulasi (consumptive


coagulopathy), Depresi prokoagulan, efek Fibrinolisis
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia.
Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah
gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.

Daftar Pustaka
Handayani, wiwik, dan Hariwibowo, sulistyo Andi.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. salembaMedika: Jakarta.
Muttaqin, arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Salemba Medika: Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai