semua KID digolongkan dalam darurat medis,hanya KID fulminan atau akut sedang KID
kronik dengan derajat rendah atau terkompensasi bukan suatu keadaan darurat. Namun
perlu di waspadai bahwa KID derajat rendah dapat berubah menjadi KID fulminant
Definisi
patologiklinis yang menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini ditandai dengan aktivasi
sistemik jalur menuju dan mengatur koagulasi, yang dapat mengakibatkan generasi
bekuan fibrin yang dapat menyebabkan kegagalan organ bersamaan dengan konsumsi
Terdapat 2 tipe klinis DIC yaitu akut dan kronik. Keduanya memiliki etiologi danmanifestasi
klinis yang berbeda.
a. DIC akut
DIC akut berkembang ketika sejumlah besar prokoagulan (faktor jaringan) memasuki
sirkulasi pada jangka waktu yang singkat (beberapa jam hingga beberapa hari),
sangat besar kemampuan tubuh untuk mengisi faktor koagulasi dan predisposisi
pasien terhadap perdarahan. DIC akut terjadi pada endotoksemia, trauma jaringan
plasenta. DIC akut juga terjadi pada penderita dengan hipotensi atau syok oleh
berbagai sebab (misalnya pada tindakan operasi, stroke luas, atau serangan jantung
b. DIC kronik
Pada DIC kronik, jumlah dari faktor jaringan yang terlibat lebih kecil, sehingga
stimulasi lebih kurang kuat dari sistem koagulasi dan memungkinkan tubuh untuk
DIC kronik sring terjadi pada penyakit kanker (sindroma trousseau), aneurisme aorta,
dan penyakit inflamasi kronis. Pada penderita dengan penyakit kanker, faktor resiko
yang penting adalah usia lanjut, laki-laki, kanker lanjut dan nekrosis pada tumor.
Kebanyakan DIC kronik terjadi pada penederita kanker jenis adenokarsinoma paru,
Etiologi
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis. DIC pun
DIC akut:
– Infeksi : Bakteri (gram negatif, gram positif, ricketsia), virus (HIV, varicella, CMV, hepatitis,
virus dengue), fungal (histoplasma), parasit (malaria)
– Reaksi Hemolitik, Reaksi transfuse, Gigitan ular, Penyakit hati, Acute hepatic failure, luka
bakar.
DIC kronik:
pelepasan sitokin tumor necrosis alpha (TNF -α), interleukin (IL-1) dan komplemen
berkaitan dengan DIC adalah reaksi antigen-antibodi yang mengaktivasi faktor XII,
reaksi pelepasan trombosit atau pengelupasan endotel dengan melibatkan kolagen sub
Pada kasus keganasan terutama tumor padat, keadaan ini disebabkan oleh penekanan oleh
tumor tersebut, factor jaringan dan factor koagulan yang dilepaskan oleh sel tumor
tersebut atau melalui aktivasi sel endotel oleh sitokin (IL1, vascular endothelial growth
factor/VEGF, TNF.
Pada pasien dengan kasus obstetri seperti solusio plasenta, jaringan atau enzim dari
plasenta dilepaskan ke dalam uterus dan sirkulasi sistemik, menyebabkan aktivasi sistem
koagulasi.
ringan (low-grade DIC) atau DIC kompensata. Mekanisme terjadinya tidak jelas, tetapi
mungkin disebabkan oleh syok, hipoksia, dan asidosis yang mengakibatkan gangguan
2. Depresi prokoagulan
3. Defek Fibrinolisis
bersamaan dengan mekanisme supresi antikoagulan fisiologis dan destruksi fibrin yang
Hampir semua respon inflamasi sistemik , gangguan koagulasi dan fibrinol isis pada DIC
dimediasi oleh beberapa sitokin proinflamasi. Mediator yang terlibat dalam aktivasi
koagulasi terutama interleukin 6 (IL-6). Tumor necrosis factor (TNF) secara tidak
langsung mempengaruhi pengaktifan koagulasi karena efeknya pada IL-6 dan merupakan
mediator yang penting dalam disregulasi jalur antikoagulan fisiologis dan defek
fibrinolisis.
Ada 3 proses yang terlibat dalam terjadinya DIC, yaitu sebagai berikut :
Pembentukan Trombin
bahwa secara eksklusif, proses ini diperantarai oleh jalur ekstrinsik yang melibatkan
faktor jaringan (TF) dan faktor VIIa. Trombin di dalam sirkulasi memecah
dan selanjutnya menginaktivasi faktor V dan VIII. Aktivitas trombin yang berlebihan
Antikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor–
pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III dalam plasma menurun akibat
koagulasi berkelanjutan, degradasi oleh elastase yang dilepaskan dari neutrofil yang
kadar fraksi bebas protein S (kofaktor penting protein C). Protein C diubah menjadi
protease aktif oleh trombin setelah terikat pada trombomodulin. Tissue factor yang
Defek Fibrinolitik
fibrinolitik sebagian besar tertekan pada saat aktivasi koagulasi maksimal. Inhibisi ini
oleh PAI-1 dan walaupun ada beberapa aktivitas fibrinolitik dalam respon terhadap
pembentukan fibrin, tingkat aktivitas ini terlalu rendah untuk mengimbangi deposisi
fibrin sistemik.
DIC mempunyai dua akibat : (1) Endapan fibrin yang meluas dalam mikrosirkulasi.
Keadaan ini meyebabkan iskemi alat-alat vital tubuh yang terkena lebih parah atau lebih peka
dan menimbulkan hemolisis karena eritrosit mendapat trauma sewaktu melewati anyaman
faktor pembekuan diboroskan. Keadaan menjadi lebih buruk kalau pembekuan ekstensif
mengaktifkan plasminogen. Plasmin tidak hanya dapat memecah fibrin (fibrinolisis), tetapi
juga mencerna faktor V dan VIII, sehingga lebih lanjut mengurangi konsentrasinya.
Disamping itu fibrinolisis berakibat pembentukan produk degradasi fibrin yang mempunyai
Manifestasi klinis DIC bervariasi. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan
penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi
organ, dan perdarahan Kebanyakan pasien mengalami perdarahan yang luas pada kulit dan
membran mukosa. Manifestasi perdarahan yang tejadi dapat berupa peteki, purpura,
ekimosis, atau hematoma. Perdarahan yang terjadi akibat bekas suntikan atau tempat infusa
tau pada mukosa sering ditemukan pada DIC akut. Perdarahan ini juga bisa masif dan
membahayakan, misalnya pada traktus gastrointestinal, paru, susunan saraf pusat atau mata.
Sedangkan pasien dengan DIC kronik umumnya hanya disertai sedikit perdarahan pada kulit
dan mukosa. Gejala-gejala umum seperti demam, hipotensi, asidosis, hipoksia, proteinuria
dapat menyertai.
Trombosis mikrovaskular dapat menyebabkan disfungsi organ yang luas. Pada kulit dapat
berupa bulla hemoragik, nekrosis akral dan gangren. Trombosis vena dan arteri besar dapat
terjadi, tetapi relatif jarang. Disfungsi organ akibat mikrotrombosis yang luas ini dapat
berupa akrosianosis perifer, pregangren sampai gangren pada jari- jari, genitalia dan hidung,
iskemia korteks ginjal, hipoksemia hingga perdarahan dan acute respiratory distress
Susunan saraf pusat : Penurunan kesadaran dari yang ringan sampai koma,
Perdarahan Intrakranial
Sistem Respirasi : Pada keadaan DIC yang berat dapat mengakibatkan gagal napas yang dapat
menyebabkan kematian.
Sistem Gastrointestinal : Hematemesis, Hematochezia
Diagnosis
Untuk membuat diagnosis DIC dari berbagai tingkat dapat dikemukakan proses
terjadinya gangguan koagulasi. Ada juga sistem scoring untuk DIC ysng dikemukakan
1. Penentuan risiko : apakah terdapat kelainan dasar atau etiologi yang mencetuskan
Pengelolaan DIC bergantung pada penyakit yang mencetuskan terjadinya DIC dan juga
derajat dari DIC. Maka pengobatan kasus demi kasus berbeda satu dengan lainnya.
Kadang pemberian heparin pada kasus yang satu sangat diperlukan, sebaliknya pada
kasus yang lain sama sekali tidak. Jadi setiap individu harus dilihat keuntungan dan
Meskipun pengelolaan DIC berbeda tiap kasusnya, fokus utama dari pengobatan ialah
untuk menterapi penyebab utama terjadinya koagulasi yang berlebihan. Pada beberapa
kasus, penyebab DIC tidak dapat ditangani secara langsung (contoh: kasus malignasi).
dan juga perdarahan. Terapi DIC dibagi menjadi terapi substitusi, antikoagulasi,
pemulihan anticoagulation pathway, dan pemberian agen lainnya (dapat dilihat padatabel).
Tranfusi komponen darah
Pemberian komponen darah perlu dilakukan pada pasien yang kekurangan komponen
darah akibat konsumsi yang berkelanjutan. Secara khusus, terapi penggantian hanya
digunakan pada pasien yang memiliki gejala klinis perdarahan dan tidak digunakan
untuk mengobati pasien dengan kelainan laboratorium tanpa adanya klinis perdarahan
[2, 4]. Fresh frozen plasma (FFP) merupakan pilihan utama karena memiliki faktorfaktor
koagulasi yang lebih lengkap. Dosis untuk setiap komponen darah dirangkum dalam tabel
dibawah.
Terapi substitusi komponen darah direkomendasikan pada pasien DIC akut maupun
kronis dengan perdarahan aktif. Pasien tanpa adanya perdarahan tidak anjurkan untuk
dilakukan substitusi.
Antikoagulasi
pendarahan sebelum manfaat potensial. Dalam sebagian besar situasi khas DIC
akut (yang mencakup 95% atau lebih pasien) terapi heparin belum terbukti
berguna dan mungkin berbahaya. Heparin telah terbukti memiliki efek yang
Meskipun kontroversi, heparin dapat digunakan dalam kasus DIC kronis, di mana
subkutan untuk terapi rawat jalan jangka panjang. Dosis rendah heparin subkutan
tampaknya seefektif atau mungkin lebih efektif daripada dosis yang lebih besar
dari heparin intravena di DIC. Namun demikian, harus dilakukan dengan sangat
hati-hati bila menggunakan heparin, dan itu harus dihentikan pada sedikit sedikit
memburuk pendarahan.
(LMWH) pada dosis 1 mg/kg/12 jam lebih unggul dari unfractionated heparin
Antifibrinolotik
degradasi fibrin oleh plasmin sehingga dapat mengurangi pendarahan pada pasien
DIC dan yang mengalami hiperfibrinolisis (gambar 4). Akan tetapi, obat ini dapat
meningkatkan risiko terjadinya trombosis sehingga penggunaan heparin
diindikasikan. Terapi ini sangat berguna pada beberapa pasien DIC akut dimana
Pada pasien DIC terdapat defisiensi inhibitor koagulasi (gambar 1). Pemberian
jumlah trombin yang berlebihan dapat dicegah. Natural protease inhibitor yang
dapat diberikan pada pasien DIC berupa anti thrombin dan protein C.
protein C-reaktif dan IL-6) yang sangat bermanfaat pada DIC. Beberapa uji klinis
kecil pada manusia telah menunjukkan efek menguntungkan dari segi peningkatan parameter
koagulasi dan fungsi organ. Dosis yang digunakan biasanya antara
1500-3000 unit/hari .
pasien dengan sepsis berat yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien.
Sedangkan pada DIC akut biasanya tidak memiliki manfaat yang terlihat.
Agen anti-Xa
operasi; Namun, ada sedikit bukti untuk mendukung penggunaannya pada pasien
DIC. Ada sedikit bukti yang menunjukkan manfaat penggunaan agen ini pada
pasien dengan DIC, dan tidak dianjurkan pada kondisi akut dengan perdarahan.
Obat ini juga tidak dianjurkan pada pasien dengan gagal ginjal.
Secara singkat, terapi-terapi yang direkomendasikan untuk DIC akut ataupun kronis
Nursing care
Although DIC is a medical problem, and treatments will be medically prescribed, quality
nursing care can significantly reduce complications from trauma, sepsis and bleeding.
■ endotracheal suction
■ turning
■ rectal temperature
■ enemas
■ rectal/***l examinations
■ shaving
■ mouthcare
considered. For example, wet shaves are likely to cause bleeding; electric shavers may be
safely used (staff may need to ask families to bring electric razors in, as electric shavers
are usually unavailable in hospitals for infection control reasons). Similarly, foam sticks
are less traumatic than toothbrushes. Lubrication of skin and lips (e.g. with white
petroleum jelly) helps to prevent cracking. Invasive cannulae and procedures should be
The sight of blood can cause many people great distress, often out of all proportion to
the amount of volume lost. The loss of 5 ml of blood is physiologically unimportant, but can
cause a large enough stain on bedding to create distress, and possible fainting.
warned about the possible sight of blood, escorted to the bedside, and observed until staff
are satisfied about their safety. Relatives experiencing stress may transmit their fears to
patients; apart from humanitarian reasons for reducing stress, it may increases fibrinolytic
case
Kelly Jones, a healthy 18-year-old, ingested an unknown amount of MDMA (Ecstasy) at a local
nightclub. On admission to ICU, Kelly was deeply unconscious, hyperthermic (40.1°C),
tachycardie (140 beats per minute) with hypotension (80/40 mmHg). Treatments were
commenced to correct her hyperthermia, hypotension and tachycardia; however, she later
developed disseminated intravascular coagulation (DIC). Kelly’s haematological investigations
included:
Q.1 Identify which blood results are related to intrinsic activation and which are
physiology, explain why Kelly developed coagulation disorder from hyperthermia and
hypermetabolic state.
Q.2 Cryoprecipitate, fresh frozen plasma and platelets are prescribed. Outline the
rationale for this treatment and the nursing approaches which can maximise their
therapeutic benefits (e.g. specify methods, routes and order of administration, storage,
effectiveness).
Q.3 Kelly’s prognosis is deemed poor and her family are informed. They begin to
discuss the possibility of organ donation if she dies. Reflect on how such a discussion
should be managed, appraise the feasibility of organ donation (e.g. which tissues/organs
can or cannot be used in the light of treatments, infusions of multiple blood products),