Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN DIC

(DISSEMINATED INTRAVASCULAR
COAGULATION)

Dosen Pengampu:
Ns. Yusnita., S.Kep., M.Kes
 
Kelompok 2
1. Artha Ilham Raliktian (142012018005)
2. Jaka Praditya (142012018016)
3. Miftahul Khomsah (142012018023)
4. Ratih Kusuma Dewi (142012018032)
5. Srianida Puji Lestari (142012018039)
6. Wanda Amalia Darmawati (142012018044)
7. Yosi Dwi Santi (142012018045)
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan
dimana bekuan- bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah,
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya
faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.

Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang


biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang
bersamaan, terjadi pemakaian trombosit dan protein dari faktor-faktor
pembekuan sehingga jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi
perdarahan yang berlebihan.
ETIOLOGI

1. Hipofibrinogenemia
2. Trombositopenia
3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah
4. Fibrinolisis berlebihan.
Penyakit- penyakit yang menjadi predisposisi DIC adalah sebagai berikut:

1. Infeksi
2. Komplikasi kehamilan
3. Setelah operasi (operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi, splenektomi).
4. keganasan ( karsinoma prostat, karsinoma paru, leukimia akut).
5. Penyakit hati akut ( gagal hati akut, ikterus obstruktif).
6. Trauma berat terjadi palepasan jaringan dengan jumlah besar ke aliran pembuluh darah

Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:


- Wanita yang telah menjalani persalinan disertai komplikasi
- Penderita infeksi berat
- Penderita leukemia

Sedangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
-       Penderita cedera kepala yang hebat
-       Pria yang telah menjalani pembedahan prostate
-       Terkena gigitan ular berbisa
Patofisiologi
Tubuh mempunyai berbagai mekanisme untuk mencegah pembekuan darah dengan
terdapatnya kecepatan aliran darah.Peranan hati membersihkan faktor-faktor pembekuan dan
mencegah pembentukkan trombin, antara lain dengan anti trombin III.Dalam beberapa keadaan,
misalnya aliran darah yang lambat atau oleh karena syok, kegagalan hati, dan hipoksemia dapat
menyebabkan DIC. Dalam keadaan ini, terjadi fibrinolisis disebabkan plasminogen diubah
menjadi plasmin dan terjadilah penghancuran fibrinogen. Akibatnya, faktor V dan VII yang
menstabilkan darah dalam pembuluh darah tidak aktif, sehingga dapat terjadi DIC.Emboli cairan
amnion yang disertai KID sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan kematian. Gejala KID
karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut, dan renjatan. Biasanya pada permulaan
hanya KID derajat rendah dan kemudian dapat berkembang cepat menjadi KID fulminan. Pada
kehamilan dengan eklamsia ditemukan KID derajat rendah dan sering pada organ khusus seperti
ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Abortus yang diinduksi dengan garam hipertonik juga sering
disertai KID derajat rendah, sampai abortus komplet,namun kadang dapt menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga terjadi KID.
Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP) atau membrane
fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun secara bersamaan dan
menyebabkan KID.
   Pada septikimia KID terjasi akibat endotoksin atau mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi
dengan cara mengaktifkan factor F XII menjadi FXIIa, menginduksi pelepasan reaksi
trombosit,menyebabkan endotel terkelupas yang dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia,dan
pelepasan materi prokoagulan dari granulosit dan semuanya ini dapat mencetuskan KID.
     Terakhir dilaporkan bahwa organism gram positif dapat menyebabkan KID dengan mekanisme
seperti endotoksin, yaitu mantel bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida menginduksi KID.
 
Manifestasi Klinik

Gejala klinis bergantung pada penyakit dasar,akut atau kronik,dan proses


patologis yang mana lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau
diathesis hemoragik. Kedua proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang
berbeda dan dapat ditemukan dalam waktu yang bersamaan.Perdarahan dapat
terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie, ekimosis,perdarahan
gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat perdarahan
otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun
sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene
pada kulitMengatasi perdarahan pada KID sering lebih mudah daripada
mengobati akibat thrombosis pada mikrovaskular yang menyababkan gangguan
aliran darah,iskemia dan berakhir dengan kerusakan organ yang menyebabkan
kematian.
Komplikasi
● Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
● -     Penurunan fungsi ginjal
● -     Gangguan susunan saraf pusat
● -     Gangguan hati
● -     Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
● -     Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
● -     Purpura fulminan
● -     Insufisiensi adrenal
● -     Lebih dari 50% mengalami kematian
Pemeriksaan Penunjang
Tes yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk:

1. D-dimer

2. Prothrimbin Time (PTT)

3. Prothrimbin Time (PTT)

4. Complete Blood Count (CBC)

5. Hapusan Darah
Penatalaksaan Medis
1. Antikogulan
2. Plasma dan trombosit
3. Obat-obat antitrombosis
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama
NyerI
Demam dengan suhu tinggi
Terdapat petekie
Kesadaran yang menurun sampai koma
Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam melengkapi pengkajian.
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang
apabila beristirahat?
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien?
Region: di mana rasa nyeri itu timbul?
Severity of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien?
Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada malam hari atau siang hari, apakah
gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus
atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).

 
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah atau sedang menderita menderita penyakit menahun. Tanyakan
mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang
relevan, obat-obat yang meliputi penghilang rasa nyeri tersebut.
 
Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi KID tidak diturunkan, tetapi hanya merupakan mekanisme
perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis tertentu. 
 
Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan KID meliputi pemerikasaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
B1 (Breathing) Takipnea
B2 (Blood)Petekie,Peningkatan suhu tubuh,Ekimosi, Hemoptisis dan Sianosis
B3 (Brain) Kesadaran : koma
B4 (Bladder)  Oliguria
B5 (Bowel) Distensi abdomen
B6 (Bone)   Lemah
 
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan.


2. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor - factor
pembukuan darah (trombositopeni).
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan: Nyeri b.d trauma jaringan


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam, nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
- Klien mengatakan merasa nyaman
- Postur tubuh dan wajah relaks
- Mengungkapkan nyeri berkurang/ terkontrol
- Menyatakan metode yang memberikan pengurangan.
- Skala nyeri 0-3
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 60-100 kali/menit
- Frekuensi pernafasan 16-24 kali/menit
- Suhu 36,5-37,50C
Nyeri b.d trauma jaringan

Intervensi Rasional
1. Observasi karakteristik nyeri. 1. Nyeri merupakan respon subjekstif yang dapat diukur.
Misalnya: tajam, konstan, 2. Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan bahwa
ditusuk. Selidiki perubahan pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan untuk
karakter /lokasi/intensitas nyeri. perubahan tanda vital telah terlihat. 
2. Pantau tanda – tanda vital. 3. Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
3. Berikan tindakan nyaman. lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
Misalnya: pijatan punggung, memperbesar efek terapi analgesik.
perubahan posisi, musik tenang, 4. Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada
relaksasi/latihan nafas. sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
4. Anjurkan dan bantu pasien dalam 5. Untuk menekan batuk non produktif, meningkatkan
teknik menekan dada selama kenyamanan.
episode batukikasi.
5. Kolaborasi pemberian analgesik
sesuai indikasi.
Diagnosis Keperawatan: Resiko terjadi perdarahan b.d
penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam,
perdarahan berhenti.

Kriteria Hasil:
- TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat.
- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Resiko terjadi perdarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda – tanda penurunana trombosit 1. Penurunan trombosit merupakan tanda adanya
yang disertai tanda klinis. keborcoran pembuluh darah pada tahap tertentu
2. Anjurkan pasien yang tidaka terkontrol dapat meimbulkan tanda – tanda klinis seperti
dapat menyebabakan terjadinya perdarahan. epistaksis, petechie.
3. Berikan penjelasan kepada klien dan 2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat
keluarga untuk melaporkan jika ada tanda menyebabkan terjadinya perdarahan.
perdarahan seperti hematemesis, melena, 3. Keterlibatan pasien dan keluarga dapt membantu
epistaksis. untuk penanganan dini bila terjadi perdarahan.
4. Antisipasi adanya perdarahan, gunakan sikat 4. Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
5. Dengan trombosit yangdipantau setiap hari, dapat
berikan tekanana 5 – 10 menit setiap selesai
diketahui tingkat kebocora pembuluh darah dan
ambil darah.
5. Kolaborasi dengan pihak lab dalaam kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
memonitor trombosit setiap hari.
Diagnosis Keperawatan: Kecemasan (ansietas) berhubungan ancaman
kematian
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam, ansietas
terkontrol.

Kriteria Hasil:
- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Kecemasan (ansietas) berhubungan ancaman kematian

Intervensi Rasional
1. Kaji kecemasan pasien. 1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien.
2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien 2. Mempertahankan mekanisme koping adiktif,
untuk mengatasi ansietas di masa lalu. meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
3. Lakukan pendekatan dan berikan otviasi kepada 3. Pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. melepaskan kecemasan yang dirasakan.
4. Motivasi pasien untuk memfokuaskan diri pada
4. Alat untuk mengindentifikasi mekanisme koping
realita yang ada saat ini, harapan – harapan yang
yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
positif terhadap terapi yang dijalani.
5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan 5. Berikan rasa percaya dalam diri pasien bahw dirinya
aktivitas sehari – hari meskiun dalam keadaan cemas. mampu mengatasi masalahnya dan memeberi
6. Anjurkan pasienn untuk menggunakan teknik relasasi keyakinan pada diri sendiri yang dibuktikan dengan
7. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pengakuan orang lain atas kemampuannya.
pasien dan kelaurga menyangkut diagnosis, 6. Menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
perawatan dan prognosis. 7. Meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8. Kolaborasi pemberian obat penenang. 8. Mengurangi kecemasan sesuai kebutuhan.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai