Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI

DOSEN PENGAMPU : Ns. Desi Ari Madiyanti, M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh Kelompok 05

Ella Putri Setiani (142012018037)

Laili Zahro (142012018017)

Mardoni Ustanto (142012018037)

Nandika Pangestu (142012018037)

Ratih Kusuma Dewi (142012018037)

Sindy Katarani Rose (142012018037)

Yuni Wulandari (142012018037)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga
Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid. Mioma uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35
tahun. Dikenal ada dua tempat asal mioma uteri yaitu pada serviks uteri (2%) dan pada korpus
uterus (97%), belum pernah ditemukan mioma uteri terjadi sebelum menarchae (Padila,2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim.
Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia produktif (15-46 tahun). Diperkirakan 1
dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma uteri (Depkes,
2016. Hal: 124).

Di Indonesia, angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,30–11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Mioma uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering
dijumpai. Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat
mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari
laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan mioma uteri. Lesi ini sering
ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya mioma uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa
pubertas dan tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali mioma uteri ditemukan pada
wanita berumur 20 tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun yaitu kurang
dari 25%. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih
dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang
kurang subur (Kemenkes, 2013. Hal: 214).

Data rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Kendal pada tahun 2013-2015 adalah
ditemukannya sebanyak 450 kasus ginekologi di tahun 2013, antara lain sebanyak 355 kasus
mioma uteri (78,91%), 14 kasus kistoma ovari (3,11%) dan 10 kasus kanker serviks (2,2%).
Sedangkan pada tahun 2014 ditemukan 490 kasus ginekologi, antara lain sebanyak 351 kasus
mioma uteri (71,63%), kistoma uteri sebanyak 16 kasus (3,26%) dan kanker serviks sebanyak
11 (2,24%). Sedangkan pada tahun 2015 ditemukan 486 kasus ginekologi, antara lain kasus
mioma uteri sebanyak 348 (72,60%), kasus mioma uteri sebanyak 115 (23,66%), kistoma
ovari sebanyak13 kasus (2,67%) dan kanker serviks sebanyak 10 kasus (2,05%) (Data Rekam
Medis RSUDdr. H. Soewondo Kendal tahun 2013-2015).
Berdasarkan penelitian WHO penyebab dari angka kematian karena mioma uteri pada
tahun 2010 sebanyak 22 kasus (1,95%) dan tahun 2011 sebanyak 21 kasus (2,04%) Di
indonesia kasus mioma uteri ditemukan sebesar 2,39% - 11,7% . Mioma uteri lebih sering
ditemukan pada wanita kulit hitam dibamdingkan dengan kulit putih. Data statistik
menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yg tidak pernah hamil atau hamil hanya
satu kali (Handayani,2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yosi dan Sri (2013)
tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian Mioma Uteri di RSUD Dr. Adhyatma
Semarang menyimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang
2

menderita Mioma Uteri di RSUD Dr. Adhyatma Semarang pada tahun 2012 memiliki umur
dengan usia reproduksi yaitu sebanyak 26 orang (65%), paritas multipara sebanyak 19 orang
(47,5%), dengan usia menarche normal sebanyak 38 orang (95%), dan status haid tidak teratur
sebanyak 21 orang (52,5%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Embun, Dini (2015) tentang faktor risiko
kejadian mioma uteri di RSUP Dr. M. Djamil padang periode Januari 2011 – Desember 2013
menunjukkan bahwa mioma uteri terbanyak terdapat pada wanita dengan karakteristik usia 40-
44 tahun (38,8%), multipara (52,2%), usia menarche 13 tahun (19,4%), dan masih haid
(95,5%). Kasus mioma uteri pada kelompok multipara dan umur menarche 13 tahun memiliki
kombinasi faktor risiko terbanyak adalah usia lebih dari 40 tahun dan masih haid. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah mioma uteri merupakan penyakit dengan banyak faktor risiko. Faktor
risiko terbanyak pada penderita mioma uteri adalah usia lebih dari 40 tahun.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami, Wiji (2016) tentang perawatan post operasi mioma
uteri mengemukakan bahwa pasien post operasi mioma uteri di RS Permata Bunda Purwodadi
diberikan asuhan berupa : pengkajian Tanda-Tanda Vital (TTV), pengkajian skala
nyeri,mengajarkan teknik relaksasi, pemberian therapy dengan berkolaborasi dengan tim medis,
memberikanKomunkasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang nutrisi, istirahat yang cukup,
dan moblisasi.

Menurut jurnal Yuni, dkk (2013) terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada hari ke I, II
dan III antara kelompok eksperimen yangmelakukan ambulasi dini dan kelompok kontrol yang
tidak melakukan ambulasi dini. Untuk itu diperlukan prosedurtetap terhadap intervensi
ambulasi dini pada pasien pasca laparatomi dan diperlukan kecakapan perawat dalampemberian
terapi.
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Stimulasi estrogen
diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya
mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya lebih rendah pada
usia menopause. Perempuan nulipara mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya mioma
uteri, sedangkan perempuan multipara mempunyai risiko relatif menurun untuk terjadinya
mioma uteri (Sarwono,2016).
Berdasarkan uraian diatas , maka penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai
masalah mioma uteri ini dengan menggunakan metode pendekatan management “asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi : post op histrektomi indikasi mioma uteri”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Penyusan karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui gambaran dan mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam menerapkan ashuan keperawatan yang tepat dengan gangguan
sistem reproduksi : mioma uteri dengan menggunakan pendekatan management keperawatan
secara benar , tepat dan sesuai dengan standar keperawatan secara profesional .

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penyusun asuhan keperawatan ini adalah agar mahasiswa dapat :

a. Mengetahui dan memahami pengertian mioma uteri


b. Mengetahui dan memahami etiologi mioma uteri
c. Mengetahui dan memahami patofisiologi mioma uteri
d. Mengetahui dan memahami manifestasi kilinis mioma utueri
e. Mengetahui dan memahami penalakasanaan mioma uteri
f. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan teori mioma uteri
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot-otot uterus dan jaringan ikat,
kadang disebut juga leiomioma atau fibroid. Jaringan tumor tumbuh pada dinding muskulus
uterus dan terbentuk dari otot dan jaringan fibroid.
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus. Beberapa
istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma, miofibroma, laiomioma, fibroleiomioma, atau
uterin fibroid. Mioma merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas
umur 35 tahun .(Wim De Jong).

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada
traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemuksn pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).

Etiologi MiomaUteri

Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri, yaitu
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50% pada wanita usia
diatas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelummendapatkan haid).
b. HormonEstrogen
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan miometrrium normal.
c. RiwayatKeluarga
Wanitadengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2.5
kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri. Contohnya seorang wanita yang memiliki ibu kandung yang pernah menderita mioma uteri
akan berpotensi 2.5 kali untuk menderita mioma uteri.

d. Makanan

Makanan dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi
meningkatkan insiden mioma uteri. Sedangkan, sayuran hijaumenurunkan insiden mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan
bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertubuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai
riwayat melahirkan satu kali atau dua kali.

Faktor terbentuknya tumor, yaitu:

1) Faktorinternal

Faktor internal adalah faktor yang terjadi reflikasi pada saat sel-sel yang mati diganti oleh sel yang baru
merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan
kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak
gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus
mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah. Menurut WHO,10%- 15% kanker disebabkan oleh faktor internal dan 85% disebabkan oleh
faktor eksternal (Aspiani, 2017).
2) Faktoreksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi dan bahan
kimia. Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebabkan racun, misalnya aflatoksin
pada kacang-

kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus
makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan
oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,
yaitu senyawa yang bersifat radikal atau karsinogenik. Zat karsinogenik dapat menyebabkan
kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping faktor
predisposisi genetik:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Sering kali, pertumbuhan yang cepat selama kehamilan terjadi
dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada masa menopouse dan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan pada
wanita dengan sterilitas.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor
dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hifroxydesidrogenase dan menurukan jumlah reseptor estrogen
pada tumor.
c. Hormonpertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi homon yang mempunyai struktur
dan aktifitas biologik serupa, yaitu HPL terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL danestrogen.

Klasifikasi MiomaUteri

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mioma akan tumbuh.
a. Mioma uteri intramural

Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh diantara
lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat
menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk
tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.

b. Mioma uteri subserosa

Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu serosa dan tumbuh ke
arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai atau memiliki dasar yang lebar. Apabila mioma
tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus diliputi olah serosa.
Mioma serosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wandering parasitis fibroid.
c. Mioma uteri submukosa
Mioma ini terletak pada dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus.
Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dikeluarkan melalui saluran serviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa
meskipun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa
pedinkulata merupakan jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat
keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan.

Patofisiologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula
atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi
mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terlelat pada dinding depan uterus mioma
dapat menonjol kedepan sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani,2017).

Secara mikroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak, dan tesebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar daripada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).

Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, darimana


tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus menjadi
leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis
iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopouse tumor
menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami klasifikasi (Robbins,2007).
Pathway MiomaUteri
Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :

1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit


turun.
2. USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya
Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus
atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal.
8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika tumornya kecil
serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat
dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang
dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada tubuh karena mioma uteri.
a. Sistem sirkulasi
Mioma uteri dapat mengakibatkan perdarahan yang abnormal sehingga terjadilah anemia yang dapat
mengakibatkan resiko syok hipovolemik dan gangguan pada perfusi jaringan perifer. Biasanya tanda
gejala yang dapat diamati adalah anemis, serta CRT > 3 detik, lesu, lemas, serta perdarahan yang
berlebihan dari vagina. Gangguan sirkulsi yang terjadi dapat mengakibatkan peradangan sehingga
mengakibatkan nyeri. Perdarahan yang abnormal ini mengakibatkan gangguan hematologi sehingga
terjadi penurunan respon umum, hal ini yan mengakibatkan penderita mioma dapat mengalami resiko
infeksi.

b. Sistem perkemihan
Terjadi penekanan organ perkemihan akibat ukuran mioma yang semakin membesar, seperti penekanan
kandung jemih, uretra, dan ureter. Gejala yang biasanya timbul yaitu sering berkemih, retensi urine, serta
urine yang dikeluarkan sedikit. Pada penekanan ureter dapat mengakibatkan hidronefrosis yaitu kondisi
dimana terjadi kelebihan cairan di ginjal akibat menumpuknya urine. Hal ini dapat menimbulkan
komplikasi gangguan pada ginjal seperti gagal ginjal.

c. Sistem pencernaan
Mioma uteri yang sudah semakin membesar menekan organ pencernaan seperti illeum,
duodenum, kolon serta rektum. Hal ini dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran
pencernaan dan perlengketan usus. Biasanya gejala yang sering terjadi yaitu bentuk feses yang
kecil-kecil serta pipih akibat usus yang tertekan mioma, feses yang berdarah serta konstipasi

d. Sistem persyarafan
Mioma uteri yang menekan syaraf sekitarnya dapat menimbulkan efek nyeri. Biasanya pasien
mengeluhkan nyeri pada area perut bagian bawah, nyeri yang ditimbulkan seperti tertekan
apabila ukuran miomanya sudah membesar sehingga menekan syaraf dan organ sekitarnya.

Berikut macam-macam degenerasi yang terjadi akibat mioma uteri.

a. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umumditemukan.


1) Jaringan ikatbertambah

2) Bertambah putih dankeras

3) Sering disebut “miomadurum”

b. Degenerasi kistik

1) Bagian tengah dengan degenerasi hialinmencair

2) Menjadi poketkistik

c. Degenerasi membantu

1) Terdapat timbunan kalsium pada miomauteri

2) Padat dankeras

3) Berwarnaputih

d. Degenerasi merah

1) Paling sering terjadi pada masakehamilan

2) Estrogen merangsang perkembanganmioma

3) Aliran darah tidak seeimbang karena terjadi edema disekitar tungkai dan tekananhamil
4) Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus, bendungan
darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis atauhemofusin
5) Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendiri. Komplikasi lain yang jarang
ditemukan meliputi kelahiran prematur, ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal,dan
shock.

e. Degenerasi mukoid

Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan biasa terjadi pada tumor
yang besar dengan aliran arterial yang terganggu.
f. Degenerasi lemak

Lemak ditemukan dalam serat otot polos.

g. Degenerasi sarkomatous

Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah apakah hal ini
mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan. Leimiosarkoma
merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terjadi dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot
polos.

Gambaran Klinis MiomaUteri

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
rutin. Penderita memang tidak memiliki keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengalami penyakit mioma uteri di dalamrahim.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi.

1) Besarnya miomauteri

2) Lokalisasi mioma uteri

3) Perubahan-perubahan pada miomauteri

4) Gejala klinis terjadi sekitar 35%-50% dari pasien yangterkena.

b. Gejala klinis lain yang timbul sebagaiberikut.

1) Perdarahan abnormal merupakan gejala klinis yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia dan hipermenorhe. Perdarahan
dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat disebabkan karena
bertambahnya area permukaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah disekitarnyadan

ulserasi dari lapisan endometrium.

2) Penekanan rahim yangmembesar


3) Terasa berat di abdomen bagianbawah
4) Terjadi gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter
danhidronefrosis.
5) Terjadi gejala intestinal: konsripasi dan ostruksiintestinal
6) Terasa nyeri karena syaraftertekan

c. Rasa nyeri pada kasus mioma uteri dapat disebabkanoleh.

1) Penekanan syaraf

2) Torsibertangkai

3) Submukosa miomaterlahir

4) Infeksi pada mioma

d. Perdarahan kontiniu dapat berakibat pada hal-haltersebut.

1) Menghalangi implantasi, terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada
pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi
tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan kelahiran.
2) Kehamilan disertai dengan mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi
3) Keguguran dapatterjadi

4) Persalinan prematuritas

5) Gangguan prosespersalinan

6) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkaninfertilitas

7) Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan


Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Komplikasi MiomaUteri

a. Perdarahan sampai terjadi anemia


b. Torsi ( putaran tungkai mioma ) dari :
1) Mioma uteri, subsemsa
2) Mioma uteri subumatosa
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
d. Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
2) Infeksi
3) Abortus
4) Persalinan premature dan kelaianan letak
5) Infeksia uteria
6) Gangguan jalan persalinan
7) Retensi plasenta
e. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai

Penanganan MiomaUteri

Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada tumor, paritas, lokasi dan ukuran tumor.
Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
a. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan post
menopouse tanpa adanya gejala. Cara penanganan konservatif adalah sebagaiberikut.
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
2) Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun

3) Pemberian zatbesi

4) Penggunakan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid asetat 3.75 mg IM


pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada periode
postmenopouse. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi selama
12minggu.
b. Penanganan operatif dilakukan jika terjadi hal-hal berikutini.

1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14minggu

2) Pertumbuhan tumorcepat

3) Mioma subserosa bertangkai dantorsi

4) Dapat mempersulit kehamilanselanjutnya

5) Hiperminorea pada miomasubmukosa

6) Penekanan organ pada sekitarnya

c. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri adalah Enukleusi mioma,
dilakuakan pada penderita yang infertil yang masih menginginkan anak, atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada
masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi padatumor dengan tangkai dan tumor yang
dengan mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau
sangat berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan selanjutnya harus dilahirkan dengan
seksio sesarea.
d. Menurut American College of Obstetrican Gynecologists (ACOG), kriteria preoperasi adalah
sebagaiberikut.
1) Kegagalan untuk hamil atau keguguranberulang

2) Terdapat leimioma daram ukuran kecil yang berbatastegas

3) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang
tidakditemukan
e. Histerektomi.

Histeroktomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada pasien yang memiliki
leimioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriterianya adalah sebagai berikut.
1) Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
keluhkan olehpasien
2) Perdarahan uterusberlebihan

3) Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang- berulang selama lebih dari
delapanhari
4) Anemia akut atau kronis akibat kehilangandarah.

f.Penanganan radioterapi.

Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah ini dilakukan sebagai
penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapatdioperasi
2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12minggu
3) Bukan jenissubmukosa
4) Disertai radang pelvis atau penekanan padarektum
5) Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopouse.
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pkerjaan, alamat.
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul benjolan diperut
bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri
karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang
yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan
oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi,
tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah
dirawat/dioperasi sebelumnya.
d. Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui adalah
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan
sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada
masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah
yang besar.
f. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya yang
mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri, personal
identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran
atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi
sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
g. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah frekuensi,
jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
h. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada BAK
yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
j. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah yang
ada waktu tidur.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut, lidah dan
gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar getah
bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan
abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah pasien
mioma uteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus menstruasi.
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot (uterus berkontraksi)
2. Resiko kekurangn volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (perdarahan)
3. Resiko syok b.d ketidakcukupan aliaran darah kejarinagn tubuh (perdarahan pervaginam
berulang)
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
5. Retensi urine b.d penekan oleh masa jaringan neoplasma pada organ sekitarnya
6. Kerusakan integritas jaringan
7. Difungsi seksual
8. Konstipasi b.d penekanan pada rectum (prolaps rectum)
9. Ansietas b.d perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatan,konsep diri
(kurangnya sumber informasi terkait penyakit)

Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC)
(NIC)

1 Nyeri akut b.d  Pain level Pain Management


kerusakan  Pain control
1. Lakukan pengkajian
jaringan otot  Comfort level
nyeri secara komphehensif
(uterus Kiteria hasil :
termasuk lokasi,
berkontraksi)
 Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri(tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
mampu menggunakan factor presipitasi.
tekhnik non farmakologis 2. Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa 3. Gunakan tekhnik
nyeri berkurang dengan komunikasi terapeutik untuk
menggunakan manajemen mengetahui pengalaman
nyeri nyeri pasien
 Mampu mengenali 4. Kaji kultur yang
nyeri (skala, intensitas, mempengaruhi respon nyeri
frekuensi dan tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman
Menyatakan rasa nyaman nyeri masa lampau
setelag 6. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
7. Control lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
8. Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen
2. Resiko  Fluid balance Fluid Management
kekurangan  Hydration
1. Pertahankan catatan
volume cairan  Nutritional status :
intake dan output yang
b.d kehilangan food and fluid
akurat
cairan aktif  Intake
2. Monitor status hidrasi
(perdarahan) Kriteria hasil :
(kelembapan membrane
 Mempertahankan mukosa, nadi adekuat,
urine output sesuai dengan tekanan darah ortostatik)
usia dan BB, BJ urine 3. Monitor masukan
normal, HT normal makanan/cairan dan hitung
 Tekanan darah, nadi, intake kalori harian
suhu, tubuh dalam batas 4. Kolaborasi pemberian
normal cairan IV
 Tidak ada tanda 5. Monitor status nutrisi
dehidrasi 6. Dorong keluarga
Elastisitas turgor kulit untuk membantu pasien
baik, membran mukosa makan.
lembab, tidak ada rasa Tawarkan snack (jus buah,
haus yang berlebihan. buah segar)
3. Resiko syok b.d  Syok prevention Syok prevention :
ketidakcukupan  Syok management
 Monitor sirkulasi BP,
aliran darah Kriteria Hasil :
warna kulit, suhu, denyut
kejaringan tubuh
 Nadi dalam batas jantung, HR, dan ritme, nadi
(perdarahan
yang diharapkan perifer, dan kapiler refill.
pervaginam
 Irama jantung dalam  Monitor tanda
berulang)
batas yang diharapkan inadekuat oksigenasi
 Frekuensi nafas jaringan
dalam batas yang  Monitor input dan
diharapakan output
 Irama pernapasan  Monitor tanda awal
dalam batas yang syok
diharapkan  Ajarkan keluarga &
 Natrium serum dbn pasien tentang tanda dan
 Kalium serum dbn gejala syok
 Klorida serum dbn Syok management :
 Kalsium serum dbn
 Monitor fungsi
 Magnesium serum
neurologis
dbn
 Monitor tekanan nadi
Ph darah serum dbn
 Monitor status cairan,
input, output
 Catat gas darah arteri
dan oksigen dijaringan
Monitor EKG
4. Resiko infeksi  Immune status Infection Control :
b.d prosedur  Knowledge :
1. Bersihkan lingkungan
invasive Infection control
setelah dipakai pasien lain
 Risk control
2. Pertahankan tekhnik
Kriteria Hasil :
isolasi
 Klien bebas dari 3. Batasi pengunjung
tanda dan gejala infeksi bila perlu
 Mendeskripsikan 4. Instruksikan pada
proses penularan penyakit, pengunjung untuk mencuci
factor yang mempengaruhi tangan saat berkunjung dan
penularan serta setelah berkunjung
pentalaksananya. meninggalkan pasien
 Menunjukkan 5. Cuci tangan setiap
kemampuan untuk sebelum dan sesudah
mencegah timbulnya tindakan keperawatan
infeksi 6. Gunakan baju, sarung
 Jumlah leukosit tangan sebagai alat
dalam batas normal pelindung
Menunjukkan perilaku 7. Tingkatkan intake
hidup sehat. nutrisi
8. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
9. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Monitor tanda gejala infeksi

5. Retensi urine b.d  Urinary elimination Urinary Retention Care


penekanan oleh  Urinary continence
1. Monitor intake dan
masa jaringan Kriteria hasil :
output
neoplasma pada
 Kandung kemih 2. Monitor penggunaan
organ sekitarnya
kosong secara penuh obat antikolionergik
 Tidak ada residu 3. Monitor derajat
urin >100-200cc distensi bladder
 Bebas dari ISK 4. Stimulasi refleks
 Tidak ada spasme bladder dengan kompres
bladder dingin pada abdomen
 Balance cairan 5. Katerisasi jika perlu
seimbang 6. Monitor tanda dan
gejala ISK.
KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DAN TINGKAT KECEMASAN PADA
WANITA DENGAN MIOMA UTERI DAN KISTA OVARIUM
Jurusan D-3 Keperawatan STIKes Bhamada Slawi 52416, Tegal, Indonesia
Ita Nur Itsna

Email: itzna_ns@yahoo.co.id

ABSTRAK

Mioma uteri dan kista ovarium adalah tumor jinak yang paling umum dan salah satu penyebab timbulnya
situasi stress atau kecemasan pada wanita usia reproduktif. Kondisi ini meningkatkan kebutuhan rohani karena
spiritualitas merupakan salah satu komponen penting dalam coping terhadap stress. Penelit ian ini
bertujuan untuk membandingkan kesejahteraan spiritual dan tingkat kecemasan pada wanita dengan mioma
uteri dan kista ovarium. Penelitian kuantitatif ini berdesign komparasi dengan menggunakan total sampling
ini, melibatkan semua wanita yang telah terdiagnosis mioma uteri sebanyak 17 orang dan kista ovarium
sebanyak 15 orang selama periode pengambilan data (11 Mei-20 Juni 2015). Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner: Spiritual Health & Life Orientation Measure (SHALOM) untuk mengukur
kesejahteraan spiritual dan State Anxiety Inventory (SAI) untuk mengukur kecemasan serta dianalisis dengan
Mean, Weighted Mean, Spearman Rho, Yate’s Correlation, Chi-Square dan T-Test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual kedua grup dalam kategori sangat tinggi (53,12%) dan dengan
kecemasan yang rendah (75%) sehingga tidak ada perbedaan dalam kesejahteraan spiritual (p= 0,728 > 0,05)
dan tingkat kecemasan (p= 0,580 > 0,05) antara kedua grup responden. Penelitian lanjutan perlu dilakukan
pada pasien dengan variasi jumlah, ukuran dan lokasi tumor serta dibandingkan dengan pasien kanker
(keganasan).

Kata kunci: Kesejahteraan spiritual, kecemasan, mioma uteri dan kista


ovarium.

Spiritual well-being and anxiety levels to uterine fibroid


and ovarian cyst women

ABSTRACT

Uterine fibroid and ovarian cyst are the most common benign tumor that can affect in health condition and
one of the causes of stressful situation or anxiety in reproductive age women. This condition increases the
patients’ spiritual needs because spirituality is one of the important components of coping for distress
situation. This quantitative study with comparative design study was done with total sampling to involve 17
women who had diagnosed uterine fibroid and 15 women with ovarian cyst during gathering data period (11
Mei-20 Juni 2015). Data were collected using two questionnaires: Spiritual Health & Life Orientation
Measure (SHALOM) to measure the spiritual well-being and State Anxiety Inventory (SAI) to measure the
anxiety and were analyzed with Mean, Weighted Mean, Spearman Rho, Yate’s Correlation, Chi-Square dan T-
Test. The study showed that the spiritual well-being of both group was very high (53.12%) and for levels of
anxiety was low (75%). Thus, there was no significant difference in the spiritual well-being and levels of
anxiety among women with uterine fibroid and ovarian cyst. The next study need to investigate the other
patients with various of amount, size and location of tumors and also compare with malignancy or cancer
patients.

Keywords: spiritual well-being, anxiety, uterine fibroid and ovarian


cyst.
Pendahuluan wanita juga sangat unik dan kompleks secara
anatomi dan fisiologi khususnya dalam system
Kesehatan wanita akan berdampak besar reproduksi (Berhandus, Loho & Wantania,
pada kesehatan dan kesejahteraan generasi 2012).1 Organ reproduksi wanita adalah salah
penerus di masa yang akan datang. Kesehatan satu area yang sering terjadinya berbagai
96 Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2
penyakit, yang dapat disebabkan karena atau instrumen terstruktur.6 Oleh karena itu,
hormon, kanker, infeksi, kista atau mioma. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Mioma uteri dan kista ovarium adalah tumor gambaran kesejahteraan spiritual dan
jinak yang paling umum terjadi pada wanita kecemasan, menghubungkan karakteristik
usia reproduktif. Faramarzi et.al (2013) demografi dengan kedua variabel serta
melaporkan bahwa dampak tumor ini dapat membandingkan kesejahteraan spiritual dan
menyebabkan infertilitas, keguguran serta kecemasan antara wanita dengan mioma uteri
kondisi stress secara fisik dan emosional.2 dan kista ovarium.
Menurut Farooqi et.al (2012) kondisi stress ini
disebabkan oleh berbagai ketakutan wanita Metode
seperti takut akan nyeri, operasi, kematian, Penelitian ini merupakan penelitian
perubahan pada reproduksi dan seksual, kuantitatif dengan comparative design.
perubahan body image serta hubungan dengan Responden didapatkan dengan teknik total
keluarga yang akan menyebabkan terjadinya sampling yaitu semua wanita yang telah
kecemasan.3 terdiagnosis mioma uteri sebanyak 17 orang
Kecemasan merupakan respon yang biasa dan kista ovarium sebanyak 15 orang selama
terjadi pada seseorang dalam menghadapi periode pengambilan data (11 Mei-20 Juni
situasi yang mengancam, resiko kehilangan 2015). Kriteria responden adalah wanita usia
sesuatu ataupun kurangnya kestabilan emosi reproduktif (18-49 tahun) serta untuk
dalam situasi yang tidak familiar. Dalam eksklusinya adalah wanita hamil, wanita yang
situasi tersebut, kebutuhan spiritual menjadi akan menjalani histerektomi atau bilateral
bagian integral dalam kesehatan fisik mental salpingo-oophorectomy dan mempunyai
dan emosional. Kesejahteraan secara spiritual gangguan mental psikiatrik (obsessive
merupakan kondisi seseorang yang compulsive, panic, schizophrenia dan lainnya).
menunjukkan aspek positive dari Penelitian ini dilakukan di empat rumah sakit
4
spiritualitasnya (Palmera, 2012) dan juga yang meliputi: RSUD Dr. Soeselo Slawi,
adanya keseimbangan antara hubungan dengan RSUD Kardinah Tegal, RSI Harapan Anda
dirinya, orang lain, lingkungan dan juga Tegal dan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang.
dengan Tuhannya (Fisher, 2010).5 Data dikumpulkan dengan menggunakan
Kesejahteraan spiritual adalah sebagai coping kuesioner: Spiritual Health & Life Orientation
dan juga dapat meningkatkan locus internal Measure (SHALOM) dari John Fisher terdiri
dalam mengendalikan situasi stress, sehingga dari 20 pertanyaan untuk mengukur
perawat perlu mengkaji, mengukur dan kesejahteraan spiritual dan State Anxiety
menggali kebutuhan spiritual pasien dalam Inventory (SAI) dari Charles D. Spielberger
melakukan asuhan keperawatan. Menurut juga terdiri dari 20 pertanyaan untuk
Hunsberger (2014) aspek spiritual merupakan mengukur kecemasan. Kedua kuesioner
pengalaman subjektif dan sulit untuk tersebut merupakan kuesioner yang telah teruji
dikaji/diukur, sehingga dibutuhkan indikator (Fisher, 2011 dan Julian, 2011).7 Alih bahasa
kuesioner ke dalam bahasa Indonesia telah
dilakukan peneliti dengan berkonsultasi pada 3
ahli bahasa yang telah tersumpah.
Kuesioner tersebut diisi oleh pasien
dengan adanya penjelasan terlebih dahulu dari
peneliti terkait item-item pertanyaan dalam
kuesioner tersebut. Peneliti menganalisis data
dengan SPSS versi 16 dengan formula Mean
untuk mengetahui prosentase karakteristik
demografi dan kedua variabel pada kedua

97 Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2


grup, Weighted Mean untuk mengetahui mental serta kesejahteraan spiritual yang
gambaran kesejateraan spiritual pada tiap lebih baik.9
domainnya (personal, communal, Bentuk kedekatan diri atau ibadah
environmental dan transcendental), Yate’s kepada Tuhan (Allah SWT) bagi
Correlation dan Chi-Square untuk mengetahui responden tersebut yang semua beragama
hubungan antara karakteristik demografi Islam adalah dengan shalat dan berdo’a.
dengan masing-masing variabel, Spearman Menurut Rahnama et.al (2012), bentuk
Rho untuk mengetahui hubungan kedua peribadatan yang umum dilakukan dengan
variabel sedangkan T-Test untuk shalat, puasa, bershalawat dan membaca
membandingkan kedua variabel pada masing- Al-Qur’an sebagai sumber spiritual bagi
masing grup (wanita dengan mioma uteri dan pasien. Wanita seharusnya dapat menjaga
kista ovarium). keseimbangan hubungan antara dirinya
sendiri (personal), dengan orang lain
Hasil Penelitian dan Pembahasan (communal), dengan alam sekitarnya
1. Karakteristik responden (environment) serta dengan Tuhannya
Karakteristik responden (kedua (Transcendental).10
group) dalam penelitian ini adalah rata-
rata usia 38 tahun, mayoritas sudah 3. Tingkat Kecemasan
menikah (93,74%), pendidikan SD Hasil penelitian menunjukkan
(59,37%), multipara (53,12%) dan durasi bahwa kedua group responden mempunyai
penyakitnya < 1 tahun (59,38%). Hasil ini tingkat kecemasan rendah dengan rata-rata
menunjukkan bahwa pentingnya skor 28,41 (kategori rendah skor < 36)
pemahaman tentang karakteristik sebanyak 75%. Hal ini dapat dipengaruhi
demografi yang dapat mempengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jenis
dalam manajemen asuhan keperawatan tumor pada kasus mioma uteri dan kista
pada wanita dengan mioma uteri dan kista ovarium termasuk kategori jinak (bukan
ovarium. keganasan/kanker), mayoritas responden
berstatus sudah menikah sehingga para
2. Tingkat Kesejahteraan Spiritual wanita tersebut mendapatkan dukungan
Skor kesejahteraan spiritual pada dari suami dan keluarganya dalam
wanita dengan mioma uteri dan kista menjalani pengobatan di bangsal
ovarium dikategorikan sangat tinggi ginekologi. Faktor lainnya adalah
dengan rata-rata skor 4,55 (kategori sangat mayoritas para wanita tersebut sudah
tinggi = 4,50 – 5,00) sebanyak 53,12 %. memiliki anak > 2 atau multipara. Faktor
Para wanita tersebut mendapatkan paritas akan mempengaruhi keputusan
dukungan dari keluarga dalam dalam menjalani pengobatan kasus tumor
menghadapi penyakitnya dan selalu reproduktif. Kebanyakan wanita tidak
mendorong mereka untuk selalu pasrah akan khawatir atau cemas apabila dokter
dan meningkatkan kedekatan diri atau akan mengangkat rahim atau ovarium
ibadah kepada Tuhan (Allah SWT). mereka karena mereka sudah memiliki
Menurut Oladipo dan Balogun (2010), beberapa anak. Artifasari (2012)
wanita mencari bantuan spiritual untuk menemukan bahwa tumor reproduktif
mengatasi masalah dalam keluarganya.8 merupakan salah satu penyebab primer
Penelitian lain dari Vilhena et.al (2014) atau utama pada terjadinya kasus
juga menjelaskan bahwa kurangnya infertilitas.11
dukungan lingkungan dapat meningkatkan 4. Hubungan Karakteristik Demografi
stress. Dukungan lingkungan yang baik dengan Kesejahteraan Spiritual
berhubungan dengan kesehatan fisik,
Tabel 1. Hubungan antara Karakteristik
98 Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2
Demografi dan Kesejahteraan Hal ini menunjukkan
Spiritual bahwa kemungkinan ada faktor lain
yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan spiritual
Karakteristik d Nilai Nilai Analisis
Demografi f Hitung Tabel antara lain tipe keluarga (terutama
Mio ma Uteri tipe
Usia 1 2.213 3.841 Tidak
extended family) terkait dukungan
signifikan
Status pernikahan 1 0.313 3.841 Tidak sosialnya dan keikutsertaan responden
signifikan dengan kegiatan keagamaan
(pengajian).
Hal ini berdasarkan wawancara
secara
Tingkat 3 1.333 7.815
Tidak tidak formal dengan responden selama
pendidikan signifikan
Jumlah paritas
5.991 Tidak 2 5.125 proses pengisian kuesioner
signifikan dan pengambilan data.
Durasi penyakit 2 0.654 5.991 Tidak
signifikan
Kista Ovarium 5. Hubungan Karakteristik
Usia 2 2.292 5.991 Tidak Demografi dengan Tingkat
signifikan
Status pernikahan 1 0.321 3.841 Tidak Kecemasan
signifikan
Tingkat 2 0.542 5.991 Tidak Tabel 2. Hubungan antara Karakteristik
pendidikan signifikan
Demografi dan Tingkat Kecemasan
Jumlah paritas 2 2.396 5.991
Tidak Karakteristik d Nilai Nilai Analisis
signifikan
Demografi f Hitung Tabel
Durasi penyakit 2 0.975 5.991 Tidak
Mio ma Uteri
signifika
Usia 2 0.586 5.991
n
Tidak
signifikan
Hasil penelitian pada table 1 Status 2 0.273 5.991 Tidak
dengan
analisis Yate’s Correlation pernikahan signifikan
menunjukkan
Tingkat 6 3.611 12.59 Tidak
bahwa karakteristik demografi (usia, pendidikan signifikan J
status umlah paritas 4 1.696 9.488 Tidak
pernikahan, tingkat pendidikan, signifikan
Durasi penyakit 4 0.604 9.488 Tidak
jumlah paritas dan durasi penyakit)
tidak ada
hubungan yang signifikan dengan signifikan
kesejahteraan spiritual (nilai hitung < Kista Ovarium
nilai tabel). Usia 4 0.946 9.488 Tidak
signifikan
Menurut Lindholm & Astin Status 2 0.648 5.991 Tidak
(2006)
antara usia dan spiritualitas tidak pernikahan signifikan
terdapat
Tingkat 4 0.833 9.488 Tidak
hubungan yang signifikan.12 Terkait tidak mempengaruhi keyakinan religious
faktor Jumlah paritasSchnoll
wanita. 4 0.729
et al. (2015) menyatakan
pendidikan dan status pernikahan, bahwa durasi penyakit tidak berkaitan
Durasi penyakit 4 0.781
penelitian dari Saeidi et.al (2014) serta dengan spiritualitas.14 Karena hanya
Sunderrajan dan Swaminathan (2011) beberapa penelitian yang telah
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan menganalisis hubungan antara variabel
dengan spiritualitas.13 Status pernikahan
99 Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2
demografi dan spiritualitas, sehingga itu pendidikan signifikan
masih sulit diinterpretasikan hasil- 9.488
Tidak
hasilnya dalam konteks penelitian yang signifikan
terdahulu. 9.488 Tidak
signifika
n

Tabel 2 dengan analisis Yate’s


Correlation dan Chi-Square menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara karakteristik demografi
dengan tingkat kecemasan (nilai hitung <
nilai tabel). Hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan ada faktor lain yang
dapat mempengaruhi kecemasan antara
lain pengalaman masa lalu, riwayat
keluarga, pekerjaan dan status ekonomi
(Aprillia,
2007).15 Support keluarga atau teman
yang
juga mempunyai riwayat penyakit cemas apabila dokter harus
yang sama akan membantu mengangkat rahim ataupun
mengurangi kecemasan. Wanita ovarium mereka karena akan
juga khawatir tentang biaya kehilangan harapan untuk
perawatan karena sebagian besar memiliki anak. Dalam penelitian
hanya sebagai ibu rumah tangga dan ini, kedua grup masing-masing
yang mencari nafkah keluarga hanya memiliki kecemasan rendah
suami (Untari, 2014).16 karena mayoritas mereka sudah
memiliki anak sebelumnya
6. Perbedaan Kesejahteraan (multipara).
Spiritual dan
Kece 7. Hubungan antara Kesejahteraan
masa
Spiritual dan Tingkat
n
Kecemasan

Tabel 3. Perbedaan kesejahteraan


Tabel 4. Hubungan antara
spiritual dan tingkat
kecemasan pada wanita Kesejahteraan Spiritual
dengan mioma uteri dan dan Tingkat Kecemasan
kista ovarium pada Wanita dengan
Mioma Uteri
dan Kista Ovarium
Responden Tingkat
Kesejahteraan Mioma uteri (n = 17) Kista ovarium (n =
15)
Spiritual Kecemas Varia r p Analisis r p
an bel Analisis

p Analisis p Analisis Kesejahteraan


Spiritual (-) 0,008 Signifikan (-) 0,767 Tidak
Tingkat 0,617 0,083 signifikan
Mioma Kecemasan
uteri Tidak Tidak
(n = 17) 0,728 signifik 0,580 signifik
100 Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2
Kista an an
ovarium
Tabel 4 hasil dari analisis
(n = 15) menggunakan formula Spearman Rho,
menunjukkan bahwa terdapat
Berdasarkan hasil analisis hubungan
t-Test yang dapat dilihat pada Tabel antara kesejahteraan spiritual
3, tidak terdapat perbedaan pada dengan tingkat kecemasan
kesejahteraan spiritual antara wanita (p=0,008 < 0,05) pada wanita
dengan mioma uteri dan kista dengan mioma uteri. Nilai r = -
ovarium (p= 0,728 > 0,05). Wanita 0,617 menunjukkan adanya
pada kedua group mempercayai hubungan negatif antara kedua
bahwa penyakit yang mereka derita variabel, semakin tinggi tingkatan
adalah rencana Tuhan dan bukan kesejahteraan spiritual maka akan
merupakan hukuman atas segala dapat menurunkan tingkat
dosa ataupun kesalahan mereka di kecemasan. Berdasarkan penelitian
masa lampau. Semua responden dari Oladipo dan Balogun (2010)
berdo’a semoga Tuhan (Allah SWT) dilaporkan bahwa salah satu cara
akan mengangkat penyakitnya dan yang paling mudah bagi mayoritas
mereka dapat melanjutkan wanita untuk mengatasi kecemasan
hidupnya dengan sehat. adalah mencari bantuan spiritual.
Tabel 3 juga menunjukkan Penelitian dari Bredle et.al
tidak ada (2011) juga melaporkan bahwa
perbedaan tingkat kecemasan pada kesejahteraan spiritual yang rendah
kedua group (p= 0,580 > 0,05). berhubungan dengan buruknya
Mioma uteri dan kista ovarium kesehatan mental.18
merupakan tumor jinak yang biasa Pada kasus kista ovarium,
terjadi pada reproduksi wanita usia Tabel 4 juga menunjukkan tidak
produktif dan juga menjadi salah terdapat hubungan antara
satu penyebab utama terjadinya kesejahteraan spiritual dengan
infertilitas (Olive et.al, 2014).17 kecemasan (p= 0,767 > 0,05).
Wanita dapat merasa Menurut Mehdi et.al (2015)
melaporkan
bahwa tidak ada hubungan antara dengan mioma uteri dan kista ovarium.
kecemasan dan keyakinan religious pada Penelitian lanjutan perlu dilakukan pada
pasien yang menderita tumor. Oleh karena pasien dengan variasi jumlah, ukuran dan
itu, perawat perlu mempertimbangkan lokasi tumor; terkait aspek spiritual
aspek lain yang dapat mempengaruhi diperlukan responden dengan berbagai agama
spiritual dan kecemasan antara lain kondisi dan keyakinan; ataupun penelitian dengan
pasien dan dukungan keluarga. Dukungan jumlah responden yang lebih banyak.
keluarga memberikan kekuatan, semangat
dan meningkatkan motivasi wanita selama
perawatan sehingga diharapkan akan dapat Ucapan Terima Kasih
mengurangi kecemasan.
Rosalinda Parado Salustiano, RN, MAN, Ph.D
selaku pembimbing dari Arellano University,
Simpulan Manila, Filipina.

Tidak ada perbedaan dalam kesejahteraan Daftar Pustaka


1
spiritual dan tingkat kecemasan antara wanita Berhandus, C., Loho, M. F., and Wantania,

101 Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2


J.J.E. 2012. Kasus Terbanyak pada dengan Knaker Payudara dan Rahim.
Penyakit Ginekologi. Diakses dari: International Journal of Humanities
download.portalgaruda.org and Social Science, Volume 2 (No.8),
2 188 – 193.
Faramarzi, M., Pasha, H., Esmaelzadeh, S.,
Jorsarai, G., Mir, M. R. A., and 4
Palmera, C. 2012. Spiritual Well -being.
Abedi, S. 2013. Apakah Koping Diakses dari:
Strategi sebagai Prediktor https://casapalmera.com/spiritual-
Kecemasan dan Depresi pada well-being
Pasangan Infertil?. Health, Volume 5
5
(No.3A), 643-649. Fisher, J. 2010. Perkembangan dan Aplikasi
Kuesioner Spiritual Well-being
3
Farooqi, Y. N., and Chaudhry, M. 2012. SHALOM. Religions, Volume 1,
Depresi dan Kecemasan Pasien 105-121. doi:10.3390/rel1010105
6
Hunsberger, J. B., Cheng, M. J., and
Aslakson, R. A. 2014. Spiritualitas
dan Religiusitas selama Periode
Preoperative Pasien Kanker dan
Keluarganya. Palliative Medicine
and Hospital Care Open Journals,
Volume 1 (No.1), 8-15.
7
Julian, L. J. 2011. Pengukuran kecemasan :
State-Trait Anxiety Inventory
(STAI), Beck Anxiety Inventory
(BAI), and Hospital Anxiety and
Depression Scale-Anxiety (HADS-
A). Arthritis Care & Research,
Volume 63 (No. 11), 467–472.
doi10.1002/acr.20561
8
Oladipo, S. E and Balogun, S. K. 2010. Usia,
Ekstravasi, Kecemasan dan Status
Pernikahan sebagai Faktor Tingkah
Laku Pencarian Bantuan Spiritual
pada Wanita di Ibadan Metropolis.
Educational Research, Volume 1
(No.1), 001-007.
9
Vilhena, E., Pais-Ribeir, J., Silva, I., Pedro,
L., Meneses, R. F., Cardoso, H., and
Mendonça, D. 2014. Faktor-faktor
Psikososial sebagai Prediktor Kulitas
Hidup Pasien Kronis di Portugal.
Health and Quality of Life
Outcomes, Volume 12 (No.3).
Diakses dari:
http://www.hqlo.com/content/12/1/3

102 Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2


10
Rahnama, M., Khoshknab, M. F., Maddah, S. S. B., & Ahmadi, F. 2012. Persepsi
Spiritualitas Pasien Kanker di Iran: Sebuah Penelitian Analisis Kualitatif. BMC Nursing,
Volume 11 (No.19). Diakses dari: http://www.biomedcentral.com/1472
-6955/11/19
11
Artifasari, A. 2012. Insidensi Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Usia dan Paritas. Skripsi.
STIKes Batari Toja Watampone, Sulawesi Selatan. Diakses dari:
library.stikesnh.ac.id/.../elibrary%20s tikes%20nani%2
12
Lindholm, J. A., & Astin, H. S. (2006).
Pemahaman Kehidupan dalam Sekolah: Seberapa Penting Aspek Spiritualitas?. Religion &
Education, Volume. 33 (No.2). Diakses dari: spirituality.ucla.edu/docs/academic...
/Lindholm_Astin_Interior_Faculty
13
Sunderrajan, M., & Swaminathan, V. D. (2011). Hubungan Spiritualitas dengan Kemarahan pada
Wanita. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, Volume 37,
108-112. Diakses dari:
jiaap.org/Listing_Detail/.../49a23a36
-d66b-4e76-97c1-8fdbd848b5f6
14
Schnoll, R. A., Harlow, L.L., & Brower, L. (2015). Spiritualitas, Demografik dan Faktor-Faktor
Penyakit dan Penyelesaian untuk Kanker. Cancer Practice, Volume 8 (No.6), 298-304. doi:
10.1046/j.1523-
5394.2000.86006.x
15
Aprillia, N. I. 2007. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada Wanita
Perimenopause. Diakses dari: www. journal.unair.ac.id
16
Untari, I. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Usia Pertengahan dalam
Menghadapi Proses Menua (Aging Process). Di akses dari: jurnal.akper17.ac.id
17
Olive, K., Sekar, K. P., and Susila, C. 2014.
Tingkat Kecemasan pada Wanita dengan Masalah Infertilitas. International Journal of
Comprehensive Nursing, Volume 1 (No.1), 48-51.
18
Bredle, J. M., Salsman, J. M., Debb, S. M., Arnold, B. J., and Cella, D. 2011. Spiritual Well-being
sebagai Komponen dalam Kualitas Hidup Kesehatan: The Functional Assessment of Chronic
Illness Therapy Spiritual Well-being Scale (FACIT-Sp). Religions, Volume 2,
77-94.

Anda mungkin juga menyukai