FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga
Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid. Mioma uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35
tahun. Dikenal ada dua tempat asal mioma uteri yaitu pada serviks uteri (2%) dan pada korpus
uterus (97%), belum pernah ditemukan mioma uteri terjadi sebelum menarchae (Padila,2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim.
Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia produktif (15-46 tahun). Diperkirakan 1
dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma uteri (Depkes,
2016. Hal: 124).
Di Indonesia, angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,30–11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Mioma uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering
dijumpai. Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat
mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari
laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan mioma uteri. Lesi ini sering
ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya mioma uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa
pubertas dan tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali mioma uteri ditemukan pada
wanita berumur 20 tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun yaitu kurang
dari 25%. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih
dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang
kurang subur (Kemenkes, 2013. Hal: 214).
Data rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Kendal pada tahun 2013-2015 adalah
ditemukannya sebanyak 450 kasus ginekologi di tahun 2013, antara lain sebanyak 355 kasus
mioma uteri (78,91%), 14 kasus kistoma ovari (3,11%) dan 10 kasus kanker serviks (2,2%).
Sedangkan pada tahun 2014 ditemukan 490 kasus ginekologi, antara lain sebanyak 351 kasus
mioma uteri (71,63%), kistoma uteri sebanyak 16 kasus (3,26%) dan kanker serviks sebanyak
11 (2,24%). Sedangkan pada tahun 2015 ditemukan 486 kasus ginekologi, antara lain kasus
mioma uteri sebanyak 348 (72,60%), kasus mioma uteri sebanyak 115 (23,66%), kistoma
ovari sebanyak13 kasus (2,67%) dan kanker serviks sebanyak 10 kasus (2,05%) (Data Rekam
Medis RSUDdr. H. Soewondo Kendal tahun 2013-2015).
Berdasarkan penelitian WHO penyebab dari angka kematian karena mioma uteri pada
tahun 2010 sebanyak 22 kasus (1,95%) dan tahun 2011 sebanyak 21 kasus (2,04%) Di
indonesia kasus mioma uteri ditemukan sebesar 2,39% - 11,7% . Mioma uteri lebih sering
ditemukan pada wanita kulit hitam dibamdingkan dengan kulit putih. Data statistik
menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yg tidak pernah hamil atau hamil hanya
satu kali (Handayani,2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yosi dan Sri (2013)
tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian Mioma Uteri di RSUD Dr. Adhyatma
Semarang menyimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang
2
menderita Mioma Uteri di RSUD Dr. Adhyatma Semarang pada tahun 2012 memiliki umur
dengan usia reproduksi yaitu sebanyak 26 orang (65%), paritas multipara sebanyak 19 orang
(47,5%), dengan usia menarche normal sebanyak 38 orang (95%), dan status haid tidak teratur
sebanyak 21 orang (52,5%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Embun, Dini (2015) tentang faktor risiko
kejadian mioma uteri di RSUP Dr. M. Djamil padang periode Januari 2011 – Desember 2013
menunjukkan bahwa mioma uteri terbanyak terdapat pada wanita dengan karakteristik usia 40-
44 tahun (38,8%), multipara (52,2%), usia menarche 13 tahun (19,4%), dan masih haid
(95,5%). Kasus mioma uteri pada kelompok multipara dan umur menarche 13 tahun memiliki
kombinasi faktor risiko terbanyak adalah usia lebih dari 40 tahun dan masih haid. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah mioma uteri merupakan penyakit dengan banyak faktor risiko. Faktor
risiko terbanyak pada penderita mioma uteri adalah usia lebih dari 40 tahun.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami, Wiji (2016) tentang perawatan post operasi mioma
uteri mengemukakan bahwa pasien post operasi mioma uteri di RS Permata Bunda Purwodadi
diberikan asuhan berupa : pengkajian Tanda-Tanda Vital (TTV), pengkajian skala
nyeri,mengajarkan teknik relaksasi, pemberian therapy dengan berkolaborasi dengan tim medis,
memberikanKomunkasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang nutrisi, istirahat yang cukup,
dan moblisasi.
Menurut jurnal Yuni, dkk (2013) terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada hari ke I, II
dan III antara kelompok eksperimen yangmelakukan ambulasi dini dan kelompok kontrol yang
tidak melakukan ambulasi dini. Untuk itu diperlukan prosedurtetap terhadap intervensi
ambulasi dini pada pasien pasca laparatomi dan diperlukan kecakapan perawat dalampemberian
terapi.
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Stimulasi estrogen
diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya
mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya lebih rendah pada
usia menopause. Perempuan nulipara mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya mioma
uteri, sedangkan perempuan multipara mempunyai risiko relatif menurun untuk terjadinya
mioma uteri (Sarwono,2016).
Berdasarkan uraian diatas , maka penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai
masalah mioma uteri ini dengan menggunakan metode pendekatan management “asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi : post op histrektomi indikasi mioma uteri”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusan karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui gambaran dan mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam menerapkan ashuan keperawatan yang tepat dengan gangguan
sistem reproduksi : mioma uteri dengan menggunakan pendekatan management keperawatan
secara benar , tepat dan sesuai dengan standar keperawatan secara profesional .
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusun asuhan keperawatan ini adalah agar mahasiswa dapat :
PEMBAHASAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot-otot uterus dan jaringan ikat,
kadang disebut juga leiomioma atau fibroid. Jaringan tumor tumbuh pada dinding muskulus
uterus dan terbentuk dari otot dan jaringan fibroid.
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus. Beberapa
istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma, miofibroma, laiomioma, fibroleiomioma, atau
uterin fibroid. Mioma merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas
umur 35 tahun .(Wim De Jong).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada
traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemuksn pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).
Etiologi MiomaUteri
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri, yaitu
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50% pada wanita usia
diatas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelummendapatkan haid).
b. HormonEstrogen
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan miometrrium normal.
c. RiwayatKeluarga
Wanitadengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2.5
kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri. Contohnya seorang wanita yang memiliki ibu kandung yang pernah menderita mioma uteri
akan berpotensi 2.5 kali untuk menderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi
meningkatkan insiden mioma uteri. Sedangkan, sayuran hijaumenurunkan insiden mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan
bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertubuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai
riwayat melahirkan satu kali atau dua kali.
1) Faktorinternal
Faktor internal adalah faktor yang terjadi reflikasi pada saat sel-sel yang mati diganti oleh sel yang baru
merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan
kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak
gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus
mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah. Menurut WHO,10%- 15% kanker disebabkan oleh faktor internal dan 85% disebabkan oleh
faktor eksternal (Aspiani, 2017).
2) Faktoreksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi dan bahan
kimia. Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebabkan racun, misalnya aflatoksin
pada kacang-
kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus
makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan
oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,
yaitu senyawa yang bersifat radikal atau karsinogenik. Zat karsinogenik dapat menyebabkan
kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping faktor
predisposisi genetik:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Sering kali, pertumbuhan yang cepat selama kehamilan terjadi
dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada masa menopouse dan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan pada
wanita dengan sterilitas.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor
dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hifroxydesidrogenase dan menurukan jumlah reseptor estrogen
pada tumor.
c. Hormonpertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi homon yang mempunyai struktur
dan aktifitas biologik serupa, yaitu HPL terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL danestrogen.
Klasifikasi MiomaUteri
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mioma akan tumbuh.
a. Mioma uteri intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh diantara
lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat
menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk
tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu serosa dan tumbuh ke
arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai atau memiliki dasar yang lebar. Apabila mioma
tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus diliputi olah serosa.
Mioma serosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wandering parasitis fibroid.
c. Mioma uteri submukosa
Mioma ini terletak pada dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus.
Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dikeluarkan melalui saluran serviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa
meskipun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa
pedinkulata merupakan jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat
keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan.
Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula
atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi
mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terlelat pada dinding depan uterus mioma
dapat menonjol kedepan sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani,2017).
Secara mikroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak, dan tesebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar daripada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat
dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang
dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada tubuh karena mioma uteri.
a. Sistem sirkulasi
Mioma uteri dapat mengakibatkan perdarahan yang abnormal sehingga terjadilah anemia yang dapat
mengakibatkan resiko syok hipovolemik dan gangguan pada perfusi jaringan perifer. Biasanya tanda
gejala yang dapat diamati adalah anemis, serta CRT > 3 detik, lesu, lemas, serta perdarahan yang
berlebihan dari vagina. Gangguan sirkulsi yang terjadi dapat mengakibatkan peradangan sehingga
mengakibatkan nyeri. Perdarahan yang abnormal ini mengakibatkan gangguan hematologi sehingga
terjadi penurunan respon umum, hal ini yan mengakibatkan penderita mioma dapat mengalami resiko
infeksi.
b. Sistem perkemihan
Terjadi penekanan organ perkemihan akibat ukuran mioma yang semakin membesar, seperti penekanan
kandung jemih, uretra, dan ureter. Gejala yang biasanya timbul yaitu sering berkemih, retensi urine, serta
urine yang dikeluarkan sedikit. Pada penekanan ureter dapat mengakibatkan hidronefrosis yaitu kondisi
dimana terjadi kelebihan cairan di ginjal akibat menumpuknya urine. Hal ini dapat menimbulkan
komplikasi gangguan pada ginjal seperti gagal ginjal.
c. Sistem pencernaan
Mioma uteri yang sudah semakin membesar menekan organ pencernaan seperti illeum,
duodenum, kolon serta rektum. Hal ini dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran
pencernaan dan perlengketan usus. Biasanya gejala yang sering terjadi yaitu bentuk feses yang
kecil-kecil serta pipih akibat usus yang tertekan mioma, feses yang berdarah serta konstipasi
d. Sistem persyarafan
Mioma uteri yang menekan syaraf sekitarnya dapat menimbulkan efek nyeri. Biasanya pasien
mengeluhkan nyeri pada area perut bagian bawah, nyeri yang ditimbulkan seperti tertekan
apabila ukuran miomanya sudah membesar sehingga menekan syaraf dan organ sekitarnya.
b. Degenerasi kistik
2) Menjadi poketkistik
c. Degenerasi membantu
2) Padat dankeras
3) Berwarnaputih
d. Degenerasi merah
3) Aliran darah tidak seeimbang karena terjadi edema disekitar tungkai dan tekananhamil
4) Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus, bendungan
darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis atauhemofusin
5) Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendiri. Komplikasi lain yang jarang
ditemukan meliputi kelahiran prematur, ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal,dan
shock.
e. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan biasa terjadi pada tumor
yang besar dengan aliran arterial yang terganggu.
f. Degenerasi lemak
g. Degenerasi sarkomatous
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah apakah hal ini
mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan. Leimiosarkoma
merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terjadi dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot
polos.
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
rutin. Penderita memang tidak memiliki keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengalami penyakit mioma uteri di dalamrahim.
1) Besarnya miomauteri
1) Perdarahan abnormal merupakan gejala klinis yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia dan hipermenorhe. Perdarahan
dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat disebabkan karena
bertambahnya area permukaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah disekitarnyadan
1) Penekanan syaraf
2) Torsibertangkai
3) Submukosa miomaterlahir
1) Menghalangi implantasi, terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada
pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi
tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan kelahiran.
2) Kehamilan disertai dengan mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi
3) Keguguran dapatterjadi
4) Persalinan prematuritas
5) Gangguan prosespersalinan
Penanganan MiomaUteri
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada tumor, paritas, lokasi dan ukuran tumor.
Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
a. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan post
menopouse tanpa adanya gejala. Cara penanganan konservatif adalah sebagaiberikut.
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
2) Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun
3) Pemberian zatbesi
2) Pertumbuhan tumorcepat
c. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri adalah Enukleusi mioma,
dilakuakan pada penderita yang infertil yang masih menginginkan anak, atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada
masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi padatumor dengan tangkai dan tumor yang
dengan mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau
sangat berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan selanjutnya harus dilahirkan dengan
seksio sesarea.
d. Menurut American College of Obstetrican Gynecologists (ACOG), kriteria preoperasi adalah
sebagaiberikut.
1) Kegagalan untuk hamil atau keguguranberulang
3) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang
tidakditemukan
e. Histerektomi.
Histeroktomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada pasien yang memiliki
leimioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriterianya adalah sebagai berikut.
1) Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
keluhkan olehpasien
2) Perdarahan uterusberlebihan
3) Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang- berulang selama lebih dari
delapanhari
4) Anemia akut atau kronis akibat kehilangandarah.
f.Penanganan radioterapi.
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah ini dilakukan sebagai
penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapatdioperasi
2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12minggu
3) Bukan jenissubmukosa
4) Disertai radang pelvis atau penekanan padarektum
5) Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopouse.
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pkerjaan, alamat.
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul benjolan diperut
bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri
karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang
yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan
oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi,
tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah
dirawat/dioperasi sebelumnya.
d. Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui adalah
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan
sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada
masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah
yang besar.
f. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya yang
mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri, personal
identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran
atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi
sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
g. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah frekuensi,
jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
h. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada BAK
yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
j. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah yang
ada waktu tidur.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut, lidah dan
gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar getah
bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan
abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah pasien
mioma uteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus menstruasi.
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot (uterus berkontraksi)
2. Resiko kekurangn volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (perdarahan)
3. Resiko syok b.d ketidakcukupan aliaran darah kejarinagn tubuh (perdarahan pervaginam
berulang)
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
5. Retensi urine b.d penekan oleh masa jaringan neoplasma pada organ sekitarnya
6. Kerusakan integritas jaringan
7. Difungsi seksual
8. Konstipasi b.d penekanan pada rectum (prolaps rectum)
9. Ansietas b.d perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatan,konsep diri
(kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
Intervensi keperawatan
Email: itzna_ns@yahoo.co.id
ABSTRAK
Mioma uteri dan kista ovarium adalah tumor jinak yang paling umum dan salah satu penyebab timbulnya
situasi stress atau kecemasan pada wanita usia reproduktif. Kondisi ini meningkatkan kebutuhan rohani karena
spiritualitas merupakan salah satu komponen penting dalam coping terhadap stress. Penelit ian ini
bertujuan untuk membandingkan kesejahteraan spiritual dan tingkat kecemasan pada wanita dengan mioma
uteri dan kista ovarium. Penelitian kuantitatif ini berdesign komparasi dengan menggunakan total sampling
ini, melibatkan semua wanita yang telah terdiagnosis mioma uteri sebanyak 17 orang dan kista ovarium
sebanyak 15 orang selama periode pengambilan data (11 Mei-20 Juni 2015). Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner: Spiritual Health & Life Orientation Measure (SHALOM) untuk mengukur
kesejahteraan spiritual dan State Anxiety Inventory (SAI) untuk mengukur kecemasan serta dianalisis dengan
Mean, Weighted Mean, Spearman Rho, Yate’s Correlation, Chi-Square dan T-Test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual kedua grup dalam kategori sangat tinggi (53,12%) dan dengan
kecemasan yang rendah (75%) sehingga tidak ada perbedaan dalam kesejahteraan spiritual (p= 0,728 > 0,05)
dan tingkat kecemasan (p= 0,580 > 0,05) antara kedua grup responden. Penelitian lanjutan perlu dilakukan
pada pasien dengan variasi jumlah, ukuran dan lokasi tumor serta dibandingkan dengan pasien kanker
(keganasan).
ABSTRACT
Uterine fibroid and ovarian cyst are the most common benign tumor that can affect in health condition and
one of the causes of stressful situation or anxiety in reproductive age women. This condition increases the
patients’ spiritual needs because spirituality is one of the important components of coping for distress
situation. This quantitative study with comparative design study was done with total sampling to involve 17
women who had diagnosed uterine fibroid and 15 women with ovarian cyst during gathering data period (11
Mei-20 Juni 2015). Data were collected using two questionnaires: Spiritual Health & Life Orientation
Measure (SHALOM) to measure the spiritual well-being and State Anxiety Inventory (SAI) to measure the
anxiety and were analyzed with Mean, Weighted Mean, Spearman Rho, Yate’s Correlation, Chi-Square dan T-
Test. The study showed that the spiritual well-being of both group was very high (53.12%) and for levels of
anxiety was low (75%). Thus, there was no significant difference in the spiritual well-being and levels of
anxiety among women with uterine fibroid and ovarian cyst. The next study need to investigate the other
patients with various of amount, size and location of tumors and also compare with malignancy or cancer
patients.