(DSS)
Insert Title Text
Here
• Latar belakang
• DBD (Demam Berdarah Dengue)
• DSS (Dengue Shock Syndrome)
Klasifikasi
Patogenesis
Penatalaksanaan
• Telaah Studi Kasus dan Hasil Penelitian
Kasus DSS
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
• Demam berdarah dengue (DBD) penyakit infeksi
masalah kesehatan di Indonesia khususnya di kota –kota
besar (Zulkarnaen et al., 1998).
• DBD menyerang semua golongan umur walaupun sampai
saat ini DBD lebih menyerang anak-anak, decade terakhir ini
terlihat kecenderungan kenaikan proporsi dewasa dengan
DBD(DEPKES ., 2006)
• Demam berdarah yang tidak teratasi syok
(DEPK ES ., 2006)
• Infeksi berat, ditandai dengan rejatan dan atau perdarahan, -
penyebab utama kematian. Beratnya penyakit dan
besarnya angka kematian DBD dewasa < anak-anak
(Hendarwanto., 1987).
DBD
(DEMAM BERDARAH DENGUE)
DBD (Demam Berdarah Dengue)
• Demam berdarah dengue (DBD) demam akut
• Disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue (DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4 )
• Ditandai dengan manifestasi perdarahan dan mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya renjatan.
• Infeksi virus ini:
self-limiting febrile infection dikenal sebagai dengue fever (DF)/demam dengue
(DD)
dengue hemorrhagic fever (DHF)/DBD
• Demam berdarah dengue (DBD: peningkatan permeabilitas kapiler dan
gangguan
hemostasis.
• Kematian pada kasus DBD disebabkan kegagalan sirkulasi atau keadaan
Dengue Shock Syndrome (DSS) kegagalan mekanisme homeostasis
dan dapat menyebabkan penderita meninggal dunia
• Kegawatan DBD adalah kegawatan akut yang terutama melibatkan
sistem hematologi dan kardiovaskular (Harry Raspati., 2006).
Cont....
.
Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan bila semua hal di bawah ini
dipenuhi
(kriteria WHO 1997)
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
• Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji torniquet positif
Petekie, ekimosis atau purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan atau tempat lain
Hematemesis atau melena
• Trombositopenia (E 100.000/mm3)
• Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage oleh karena
peningkatan permeabilitas kapiler berikut:
Hematokrit meningkat 20 % dibanding hematokrit rata-rata pada usia,
jenis kelamin dan populasi yang sama
Hematokrit turun hingga 20 % dari hematokrit awal, setelah pemberian
cairan
Terdapat efusi pleura, asites dan hipoproteinemia
KLASIFIKAS
•I Derajat I
• Sedangkan berdasarkan beratnya penyakit DBD dibagi menjadi 4 derajat:
: Demam disertai konstitusional yang tidak khas;
manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau
mudah memar
• Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spntan, dapat
berupa
perdarahan bawah kulit atau jenis perdarahan lainnya
• Derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat
dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab dan gelisah
• Derajat IV : Rejatan yang disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak
teratur
• DBD derajat III dan IV digolongkan dalam sindrom rejatan dengue
(dengue shock syndrom/DSS)
DSS
(DENGUE SHOCK SYNDROME)
DSS (DENGUE SHOCK
•SYNDROME)
Syok = sindrom akut -- disfungsi kardiovaskuler dan ketidakmampuan sistem
sirkulasi memasok oksigen dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme organ vital (Dadang Hudaya. 2006).
• Sindrom Syok Dengue ialah DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai
dengan gejala, gelisah, nafas cepat, nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba,
tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik 90 dan diastolik 80 mmHg, jadi
tekanan nadi 20 mmHg), bibir biru, tangan kaki dingin, tidak ada produksi urin,
perfusi perifer menurun, hipotensi (DEPKES RI ., 2006).
• Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3
sampai hari sakit ke-7.
• Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir.
• Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok biasanya teratasi
dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat,
syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis
metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis.
Berikut ini merupakan pembagian derajat DHF menurut WHO,
1997:
PATOGENESIS
DSS
Ada dua patofisiologi utama terjadinya rejatan pada penderita DBD
yang dianut saat ini. Pertama adalah terjadinya aktivitas
sistem
komplemen (C3,C4,C dengan akibat terjadi peningkatan
permeabilit 5) sehingga plasma keluar dar
as vaskuler Selanjutny cairan keluarny caira i
komparteme vaskuler.
kompartemen vaskuler maka a hemokonsentrasi,
a dapat terjadi n dar
tekanan
n akibat i
nadi rendah, rejatan dan KID.
Patofisiologi utama kedua adalah bahwa pada DBD terjadi
gangguan hemostasis, berupa perubahan pembuluh darah,
trombositopenia dan koagulopati yang dapat menimbulkan
perdarahan dan rejatan (WHO., 1997).
PENATALAKSANAAN
DSS
Penilaian ABC (Airway, Breathing,Circulation) oleh
khususnya perawat critical care perawat
langkah resusitasi
dari
stabilisasi harus dilakukan segera pada pasien
dansyok