PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit demam berat
yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein (Nelson, 2000).
Menurut Prof.dr.Tjandra yoga Aditama, Sp.P(K), Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI,
pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita
DHF di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak
112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.
Dampak terburuk yang bisa terjadi pada DHF adalah kematian, oleh
karena itu jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan
menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari DHF?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Sistem Reproduksi
dengan judul Konsep Teori dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan DHF.
2. Tujuan Khusus
1
memahami
konsep teori
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1. Pengertian
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan patokan dari WHO (1975) DBD dibagi menjadi 4 derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I. Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan (uji turnikuet positif).
2. Derajat II. Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat III. Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV. Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak dapat diukur. (Ngastiyah, 2014)
2.4. Manifestasi Klinis
Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda
berikut:
1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau
bercak darah hitam.
3. Hasil pemeriksan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 L),
hematokrit meningkat (normal: pria <45, wanita <40).
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome)
2.5. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem
komplemen. Akibat Infeksi
aktivasivirus
C3 Dengue
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
Depresi sumsum
Demam anoreksia
kuat sebagai faktorKomplek
meningginya
dinding pembuluh darah dan
virus permeabilitas
- antibodi
tulang
muntah
menghilangkan plasma
mealuikomplemen
endotel dinding itu.
Aktivasi
menurunnya fungsi trombosit
dan
Perdarahan
Dehidrasi Terjadinya trombositopenia,
Infeksi virus Dengue
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII,tromsitopenia
IX, X dan
Anti histami dilepaskan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
Permeabilitas
membran
meningkat
teutama perdarahan
saluran
gastrointestinal
pada DHF. Yang menentukan
beratnya penyakit adalah
meningginya
Kebocoran
plasma permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
Hypovolemia
dan diatesis hemoragik.
Renjatan terjadi
secara akut.
Renjatan hypovolemia,
hipotensi
Nilai hematokritAsidosis
meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma
metabolik
melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan
dengan
hilangnya
Komplek
antinode
virusplasma
Vector aedes aeqypti
klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
Asidosis metabolik
Virus yang masuk melalui
Aktivasi komplemen
jangan asidosis dan kematian.
kulit yang tergigit nyamuk
Histamin dilepaskan oleh C3a C5a
2.6. Pathway
verimia
Stimulasi sel makrifag
Peningkatan permeabilitas PO (plasma leakage)
DMN untuk produksi
Plasma ke ekstravaskuler
pyrogen endogen
Masuk hipotalamus
Mengacaukan termolegulasi
Hematocrit meningkat
hiperpereksia
Perdarahan
Hepatomegaly
Hipoksia jaringan
Peregangan kapsul
Tubuh (Hipertermia)
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan
Dimusnahkan oleh
system RE
Trombositopenia
hati
Kekurangan
Volume Cairan
Nyaman (Nyeri)
trombositopenia
(100.000/
ml
atau
kurang)
dan
akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah
menjadi kental.
a. Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien derajat I ini keadaan umumnya seperti pada pasien
influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan
sebagainya, tetapi
turniket positif (cara uji turniket ialah pasang manset tensimeter pada
lengan atas dan pompa sampai air raksa mencapai pertengahan
tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 5 menit. Bila setelah
manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekia pada daerah lengan
bawah dengan diameter 2,8 cm dinyatakan positif).
b. Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang
dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas minum (gejala klinis
derajat I ditambah adanya pedarahan spontan) dan tidak jarang
setelah dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam
keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera
dipasang infus sebab jika sudah terjadi renjatan vena-vena sudah
menjadi kolaps sehingga susah untuk memasang infus.
c. Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif.
2. Risiko terjadi perdarahan.
Adanya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat terutama pada traktus gastrointestinal.
3. Gangguan suhu tubuh.
Biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7
dan tidak jarang terjadi hiperpireksia yang dapat menyebabkan pasien
kejang.
4. Gangguan rasa aman dan nyaman.
7
memberantas
sarang
nyamuk
tersebut
disamping
BAB 3
KONSEP ASUHA KEPERAWATAN PADA KLIEN DHF
3.1. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan,
nama orang tua, pendidikan orang tua dan pekerjaan oaring tua.
B. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
C. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
menjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadangkadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah
8
H. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi; inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkat
(grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
a. Grade I; kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
b. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III: kedaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
I. Sistem integumen
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab.
b. Kuku sianosis/tidak.
c. Kepela dan leher:
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan Karena demam (flusu),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, II, IV, pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gisi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hipertensi pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada
grade II, III, IV).
d. Dada
Bentuk simetris dan kadang terasa sesak. Pada foto thorak terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada parusebelah kanan (efusi pleura),
reles +, ronkhi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (Hepatomegali) dan asites.
10
f. Ekstermitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot. sendi, serta tulang.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertensi) b.d proses infeksi virus.
2. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah, dan demam.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah,
anoreksia.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d keletihan, melaise sekunder akibat
DHF.
5. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan.
3.3. Rencana Keperawatan
No.
Tujuan & KH
Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV: suhu,
keperawatan
selama nadi,
tensi,
dan
1x24jam diharapkan suhu pernafasan setiap 3 jam
tubuh menurun
sampai atau lebih sering lagi.
kembali normal, dengan 2. Anjurkan pasien untuk
KH:
banyak minum, paling
- Suhu
menurun tidak 2,5 liter tiap.
menjadi
36,50C0
37,5 C
- Klien sudah tidak 3. Anjurkan agar pasien
tampak lemas.
tidak memakai selimut
- Kilen bebas dari dan pakaian yang tebal.
demam.
4. Berikan
kompres
hangat pada daerah
axilla dan lipatan paha.
Rasional
1. TTV
merupakan
acuan
untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
2. Dengan
banyak
minum
dapat
mempercepat
penurunan
suhu
tubuh.
3. Pakaian
tipis
membantu
mengurangi
penguapan tubuh.
4. Dengan vasodilatasi
dapat meningkatkan
penguapan
yang
mempercepat
penurunan
suhu
tubuh.
5. Berikan terapi cairan 5. Pemberian
cairan
intravena dan obatsanagat penting bagi
obatan sesuai dengan
pasien
dengansuhu
program dokter.
tinggi, dan obatobatan
membatu
11
2.
3.
4.
menurunkan demam
seperti parasetamol.
1. Kajilah tingkat nyeri 1. Untuk
mengetahui
yang dialami klien
berapa berat nyeri
yang dialami klien.
2. Berikan posisi yang 2. Untuk
mengurangi
nyaman dan usahakan
rasa nyeri.
situasi yang tenang.
3. Alihkan
perhatian 3. Dengan
melakukan
pasien dari rasa nyeri.
aktivitas lain, klien
dapat
mengalihkan
perhatiannya terhadap
nyeri yang dialami.
4. Berikan
obat-obatan 4. Analgetik
dapat
analgetik (kolaborasi
menekan
atau
dengan dokter)
mengurangi
nyeri
pasien.
5.
keperawatan
1x24jam
umum pasien.
dasar klien untuk
diharapkan volume cairan
mengetahui
tubuh terpenuh, dengan
penyimpangan
dari
KH:
keadaan normalnya.
- Volume
cairan 2. Baringkan
klien 2. Dengan posisi klien
terpenuhi.
terlentang tanpa bantal.
berbaring terlentang
dapat
menghindari
terjadinya tanda-tanda
syok hipovelemik.
3. Pasang infus dan beri 3. Pemberian
cairan
terapi cairan intravena
infus sangat penting
jika terjadi perdarahan
bagi
klien
yang
(kolaborasi
dengan
mengalami
dokter).
kekurangan
cairan
tubuh karena cairan
langsung
masuk
kedalam
pembulu
darah.
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat TTV 1. Tanda
vital
keperawatan
selama
(kualitas dan frekuensi
merupakan
acuan
3x24jam diharapkan klien
nadi, tensi, capillary
untuk
mengetahui
menunjukan tanda-tanda
reffil).
penurunan perfusi ke
perfusi jaringan perifer
jaringan.
yang adekuat, dengan KH: 2. Kaji dan catat sirkulasi 2. Suhu dingin, warna
- Suhu ekstermitas
pada ekstermitas (suhu,
pucat
pada
hangat,
tidak
kelembapan,
dana
ekstermitas
lembab,
warna
warna).
menunjukan sirkulasi
merah muda.
darah kurang adekuat.
- Ekstermitas tidak 3. Nilai
kemungkinan 3. Mengetahui
tada
nyeri, tidak ada
kematian jaringan pada
kematian
jaringan
pembengkakan.
ekstermitas Spt dingin,
pada ekstermitas lebih
- CRT
kembali
nyeri, pembangkakan
awal dapat berguna
dalam 1 detik.
kaki.
untuk
mencegah
kematian jaringan.
13
BAB 4
PENUTUP
4.1. Simpulan
Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit demam berat
yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian.
4.2. Saran
Sebagai seorang perawat seharunya dapat mengetahui konsep teori
dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan DHF serta dapat
memberikan asuhan keperawatan secara intensif mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, dan intervensi pada pasien dengan DHF.
14
15