Anda di halaman 1dari 10

REFLEKSI KASUS November, 2017

VITILIGO

Disusun Oleh:

Nama : Luh Dita Yuliandina


NIM : N 111 17 043

PEMBIMBING KLINIK
dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK. FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. KA
Umur : 6 tahun
Alamat : Tawaeli
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 10 November 2017
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Warna kulit memutih pada kaki

Riwayat Penyakit Sekarang :


Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dibawa orangtuanya ke Poli Kulit
dan Kelamin RSUD UNDATA dengan keluhan utama bercak putih pada ibu jari
kaki kiri. Keluhan ini dimulai sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya bercak tersebut
muncul hanya kecil, dan makin lama bercak tersebut meluas. Keluhan tersebut
muncul sejak 1 tahun yang lalu hingga sekarang. Pasien sudah pernah diobati
dengan salep yang dibeli di apotek namun tidak ada perubahan.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien tidak pernah menderita gejala ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat. Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat alergi
makanan dan obat-obatan (-), Riwayat atopik (-).

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

2
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
1) Keadaan umum : Baik
2) Status Gizi : Kurang
3) Kesadaran : composmentis

b. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit:
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
9. Ekstremitas bawah : Tampak makula hipopigmentasi berukuran numular
dengan bentuk irregular berbatas tegas diregio tibia sinistra. Dan tampak
makula hipopigmentasi berukuran plakat dengan bentuk irregular, makula
tamak berbatas tegas pada regio phalmar hallux sinistra.

3
IV. GAMBAR

V. RESUME
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dibawa orangtuanya ke Poli Kulit
dan Kelamin RSUD UNDATA dengan keluhan utama bercak putih pada ibu jari
kaki kiri. Keluhan ini dimulai sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya bercak tersebut
muncul hanya kecil, dan makin lama bercak tersebut meluas. Keluhan tersebut
muncul sejak 1 tahun yang lalu hingga sekarang. Pasien sudah pernah diobati
dengan salep yang dibeli di apotek namun tidak ada perubahan.

4
Pasien tidak pernah menderita gejala ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat. Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat alergi
makanan dan obat-obatan (-), Riwayat atopik (-).Tidak ada keluarga pasien yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien.

Pada pemeriksaan fisik staus gizi tampak gizi pasien kurang dengan BB 13 kg
dan TB 106 cm. Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan pada ekstremitas
bawah Tampak makula hipopigmentasi berukuran numular dengan bentuk irregular
berbatas tegas diregio tibia sinistra. Dan tampak makula hipopigmentasi berukuran
plakat dengan bentuk irregular, makula tamak berbatas tegas pada regio phalmar
hallux sinistra.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Vitiligo

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Pitiriasis versikolor
2. Hipomelanosis gutata
3. Leukoderma
4. Pityiriasis alba
5. Piebaldism
6. Nevus depigmentosus

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan lampu wood
2. Pemeriksaan KOH

IX. ANJURAN PEMERIKSAAN


1. Histopatologi

5
X. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa:
- Diberikan edukasi bahwa penyakit ini tidak berbahaya dan tidak
menular
- Menjaga daya tahan tubuh
- Menghindari stress
- Tidak terpapar matahari cukup lama
Medikamentosa:

 Topikal:
Floucinolone Acetonide cream

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungtionam : ad bonam

Quo ad cosmetikam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

6
PEMBAHASAN

Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dibawa orangtuanya ke Poli Kulit


dan Kelamin RSUD UNDATA dengan keluhan utama bercak putih pada ibu jari kaki
kiri. Keluhan ini dimulai sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya bercak tersebut muncul
hanya kecil, dan makin lama bercak tersebut meluas. Keluhan tersebut muncul sejak 1
tahun yang lalu hingga sekarang. Pasien sudah pernah diobati dengan salep yang dibeli
di apotek namun tidak ada perubahan.

Pasien tidak pernah menderita gejala ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat. Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat alergi makanan
dan obat-obatan (-), Riwayat atopik (-).Tidak ada keluarga pasien yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.

Pada pemeriksaan fisik staus gizi tampak gizi pasien kurang dengan BB 13 kg
dan TB 106 cm. Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan pada ekstremitas
bawah Tampak makula hipopigmentasi berukuran numular dengan bentuk irregular
berbatas tegas diregio tibia sinistra. Dan tampak makula hipopigmentasi berukuran
plakat dengan bentuk irregular, makula tamak berbatas tegas pada regio phalmar hallux
sinistra.

Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis,


serta ditunjang oleh pemeriksaan histopatologik serta pemeriksaan dengan lampu Wood.

7
Diagnosis vitiligo dapat dibuat dengan mudah pada pemeriksaan klinis pasien, dengan
ditemukannya gambaran bercak “kapur putih”, bilateral (biasanya simetris), makula
berbatas tajam pada lokasi yang khas. Berdasarkan temuan yang didapat, lesi berwarna
putih yang berbatas tegas pada kulit dengan tidak ada tanda-tanda inflamasi dan sering
membesar secara sentrifugal. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood, lesi vitiligo
tampak putih berkilau dan hal ini berbeda dengan kelainan hipopigmentasi lainnya.
Dalam kasus-kasus tertentu, pemeriksaan histopatologik diperlukan untuk melihat ada
tidaknya melanosit dan granul melanin di epidermis.1

Beragam diagnosis banding untuk vitiligo antara lain: depigmentasi diinduksi


obat atau topikal, depigmentasi pasca-infl amasi (misalnya: skleroderma, psoriasis,
atopic eczema), depigmentasi pasca-trauma, halo naevus, idiopathic guttate
hypomelanosis, progressive acular hypomelanosis, lepra, lichen sclerosus (untuk vitiligo
genital), melanoma-associated leucoderma, melasma, mycosis fungoides-associated
depigmentation, naevus anaemicus, naevus hipopigmentasi, naevus of Ito, piebaldism,
pityriasis alba, pityriasis versicolor, tuberous sclerosis. Penyakit/gangguan tersering
yang dikira/ mirip vitiligo adalah: tinea (pityriasis) versicolor, piebaldism, dan guttate
hypomelanosis.2
Untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding, maka penderita vitiligo
sebaiknya menjalani pemeriksaan laboratorium sebagai screening: T4,
radioimmunoassay TSH (thyroidstimulating hormone), antinuclear antibody, gula darah
puasa, hitung darah lengkap (complete blood count) atas indikasi anemia pernisiosa, dan
tes stimulasi ACTH jika curiga penyakit Addison. Pemeriksaan dengan lampu wood,
mikroskop elektron, dan biopsy lesi boleh dilakukan bila diperlukan. Sebaiknya semua
penderita diperiksa kadar gula darahnya, mengingat lebih rentan/berisiko menderita
diabetes melitus, penyakit tiroid, anemia pernisiosa, dan penyakit Addison.3

Ada banyak pilihan terapi yang bisa dilakukan pada pasien dengan vitiligo.
Hampir semua terapi bertujuan untuk mengembalikan pigmen pada kulit. Seluruh
pendekatan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing, dan tidak semua terapi
dapat sesuai dengan masing-masing penderita.4

8
Beberapa parameter penting untuk pemilihanterapi vitiligo pada anak, antara lain:
usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan pribadi tentang penyakit tiroid/autoimun, usia
pertama kali sakit (onset), kejadian pemicu seperti: stress emosional, sakit fisik, trauma
(luka) kulit yang terjadi 2-3 bulan sebelum hilangnya pigmen, durasi, lokasi, tipe, luas,
dan aktivitas vitiligo, terapi sebelumnya. Semua hendaknya tercatat rapi di formulir
rekam medis. Bila perlu, rujuk untuk menumbuhkan dukungan psikologis.5
Obat golongan kortikosteroid, seperti: triamcinolone, hydrocortisone, atau
prednisone, dipakai untuk menghentikan penyebaran vitiligo dan menyempurnakan
pembentukan kembali pigmen kulit. Jika merupakan reaksiotoimun, maka dapat diberi
kortikosteroid fluorinasi kuat.6
Psoralen plus UVA (PUVA) untuk localized vitiligo, dapat menimbulkan mual,
muntah, pusing atau sensasi berputar mirip vertigo, kejang, sakit kepala, katarak, dan
risiko berkembang menjadi kanker kulit nonmelanoma. Inhibitor calcineurin topikal
umumnya lebih disukai untuk lesi wajah dan leher karena tidak menyebabkan atrofi
kulit dan dapat meningkatkan repigmentasi tanpa penekanan respon/sistem kekebalan
alamiah tubuh. Untuk kasus tertentu, dipertimbangkan transplantasi pada area vitiligo
yang kecil. Terapi pembedahan pada vitiligo merupakan suatu pilihan menarik, namun
dilakukan jika penyakit telah inactive selama 6-12 bulan. Bila lesi vitiligo luas,
direkomendasikan bleaching atau depigmentation dengan krim hidrokuinon.6
Manajemen vitiligo pada anak meliputi: informasi dan memberikan ketenangan
pada penderita dan orang tuanya, investigasi tiroid, menghindari faktor pemicu, terapi
topikal, konseling psikologis, dan follow-up semestinya. Golongan ini paling sering
diresepkan. Steroid topikal kekuatan sedang (prednicarbate 0,25%) dua kali sehari untuk
sedikitnya 4 bulan menghasilkan setidaknya 50% repigmentasi. Anak-anak dengan
vitiligo non-segmental memiliki respons lebih baik bila dibandingkan dengan vitiligo
segmental. 6
Perkembangan penyakit vitiligo sukar untuk diramalkan, dimana perkembangan
dari lesi depigmentasi dapat menetap, meluas ataupun terjadinya repigmentasi. Biasanya
perkembangan penyakit dari semua tipe vitiligo bertahap, dan bercak depigmentasi akan
menetap seumur hidup kecuali diberi pengobatan. Sering diawali dengan perkembangan

9
yang cepat dari lesi depigmentasi dalam beberapa bulan kemudian progresifitas lesi
depigmentasi akan berhenti dalam beberapa bulan dan menetap dalam beberapa tahun.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Anurogo, D. & Ikrar, T. Vitiligo. Cermin Dunia Kedokteran, Volume 41. No.9,
pp. 666-675.2014
2. Halder RM dan Taliaferro SJ. Vitiligo. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting: Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine, edisi ke 7, New York: Mc Graw Hill : 616-622. 2012
3. Siregar,R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. Jakarta: EGC.
2009.
4. Soepardiman L. Kelainan Pigmen. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke 6. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI;.p.296-298. 2011
5. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of Clinical
Dermatology. 6th Ed. Mcgraw Hill Medical: Newyork. 335-341, 2009.
6. Majid I. Vitiligo Management : an Update. BJMP. 3(3): a332. 2010.

10

Anda mungkin juga menyukai